LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH"

Transkripsi

1 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik

2

3 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) serta Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perindustrian oleh karenanya perkembangan industri perlu dipantau dari waktu ke waktu. Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk data produksi dan 3 bulan untuk ekspor impor. beberapa komoditi industri tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan. Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara indikatif. yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi. ekspor. dan impor produk-produk tersebut. Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Kementerian Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu. kami menyampaikan penghargaan setinggitingginya kepada Asosiasi. perusahaan dan lembaga pemerintah terkait. baik pusat dan daerah. dunia usaha. serta masyarakat yang menyampaikan berbagai datanya kepada Kementerian Perindustrian sehingga tersusunnya laporan ini. Jakarta, Desember Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN i

4 ii LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1. Kondisi Ekonomi Dunia Kondisi Ekonomi Indonesia Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Perkembangan Sektor Industri Investasi Tenaga Kerja... 4 BAB II PERKEMBANGAN KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1. Kinerja kinerja Impor Perkembangan Kinerja -Impor Komoditi Industri Terpilih Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Pupuk Non Urea Pupuk Mineral / Kimia Mengandung Phospat Pupuk Lainnya Semen Minyak Goreng Sawit Baja Hot Rolled Coil Hot Rolled Plate Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Empat Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Televisi Berwarna Televisi Hitam Putih Lemari Es Refrigators/ Deepfreezers R.T Refrigators/ Deepfreezers Non R.T Tekstil dan Produk Tekstil Serat Benang Kain Kain Tenun Ikat Kain Tenun Sutera Kain Tule dan Jala Lainnya LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN iii

6 Pulp dan Kertas Pulp Kertas Kertas Budaya Kertas Industri Kertas Tissue Mesin Listrik Motor Listrik KWH Meter Ban Ban Sepeda Motor Ban Luar Sepeda Motor Ban Mobil Ban Dalam Mobil Ban Luar Mobil Tepung Terigu Barang Jadi Rotan Barang Anyaman dari Rotan Meubel Rotan Rotan Setengah Jadi Keramik BAB III PERKEMBANGAN PRODUKSI KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 3.1. Landasan Pemilihan Komoditi Komoditi Industri Terpilih Perkembangan Produksi Komoditi Industri Terpilih Pupuk Pupuk Urea Pupuk Non Urea Pupuk ZA Pupuk SP Pupuk Phonska Semen Minyak Goreng Sawit Baja Hot Rolled Coil Hot Rolled Plate Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Empat Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es Tekstil dan Produk Tekstil Serat Benang Kain Pulp dan Kertas Pulp Kertas iv LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

7 Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) Motor Listrik KWH Meter Panel dan Gear Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil Tepung Terigu Barang Jadi Rotan Keramik Keramik Tile Keramik Tableware Keramik Sanitary BAB IV INDEKS KINERJA INDUSTRI TERPILIH 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk Indeks Kinerja Industri Semen Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng Indeks Kinerja Industri Baja Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Indeks Kinerja Industri Peralatan listrik Rumah Tangga Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (T.P.T) Indeks Kinerja Industri Pulp dan Kertas Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik Indeks Kinerja Industri Ban Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Indeks Kinerja Industri Keramik BAB V PENUTUP LAMPIRAN LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN v

8 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia... 1 Gambar 1.2. Kondisi PDB Indonesia... 2 Gambar 1.3. Kondisi Sektor Industri-Industri Non Migas... 2 Gambar 1.4. Kapasitas Produksi Industri Non Migas... 3 Gambar 1.5. Perkembangan Investasi PMA... 3 Gambar 1.6. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja... 4 Gambar 2.1. Perkembangan... 5 Gambar 2.2. Struktur Impor Menurut Penggunaan... 5 Gambar 2.3. Perkembangan Impor Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.4. Perkembangan Impor Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.5. Perkembangan Impor Pupuk Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.6. Perkembangan Impor Industri Semen Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.7. Perkembangan Impor Minyak Goreng Kelapa Sawit Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.8. Perkembangan Impor Hot Rolled Coil (HRC) Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 2.9. Perkembangan Impor Hot Rolled Plate Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Televisi Berwarna Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Televisi Hitam Putih Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Refrigators/ Deepfreezers untuk R.T Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Refrigators/ Deepfreezers Non R.T Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Serat Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Benang Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kain Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kain Tenun Ikat Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kain Tenun Sutera Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kain Tule dan Jala Lainnya Periode Oktober 2007 s.d. Maret vi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

9 Gambar Perkembangan Impor Pulp Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kertas Budaya Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kertas Industri Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Kertas Tissue Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Motor Listrik Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor KWH Meter Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Industri Ban Luar Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Ban Dalam Mobil Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Ban Luar Mobil Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Tepung Terigu Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Barang Anyaman dari Rotan Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Meubel Rotan Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Rotan Setengah Jadi Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar Perkembangan Impor Keramik Periode Oktober 2007 s.d. Maret Gambar 3.1. Kinerja Indusri Pupuk Urea Gambar 3.2. Kinerja Indusri Pupuk ZA Gambar 3.3. Kinerja Indusri Pupuk SP Gambar 3.4. Kinerja Indusri Pupuk Phonska Gambar 3.5. Kinerja Indusri Semen Gambar 3.6. Kinerja Indusri Minyak Goreng Sawit Gambar 3.7. Kinerja Indusri Logam Hot Rolled Coil Gambar 3.8. Kinerja Indusri Logam Hot Rolled Plate Gambar 3.9. Kinerja Indusri Kendaraan bermotor Roda Dua Gambar Kinerja Indusri Kendaraan bermotor Roda Empat Gambar Kinerja Indusri Televisi Gambar Kinerja Indusri Lemari Es Gambar Kinerja Indusri Serat Gambar Kinerja Indusri Benang Gambar Kinerja Indusri Kain Gambar Kinerja Indusri Pulp Gambar Kinerja Indusri Kertas Gambar Kinerja Indusri MCB Gambar Kinerja Indusri Motor Listrik Gambar Kinerja Indusri KWh Meter Gambar Kinerja Indusri Panel dan Gear Gambar Kinerja Indusri Ban Sepeda Motor Gambar Kinerja Indusri Ban Mobil Gambar Kinerja Indusri Tepung Terigu Gambar Kinerja Indusri Barang Jadi Rotan Gambar Kinerja Industri Keramik Tile Gambar Kinerja Industri Keramik Tableware LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN vii

10 Gambar Kinerja Industri Keramik Sanitary Gambar 4.1. Indeks Kinerja Komoditi Industri Terpilih Gambar 4.2. Indeks Kinerja Indusri Pupuk Gambar 4.3. Indeks Kinerja Indusri Semen Gambar 4.4. Indeks Kinerja Indusri Minyak Goreng Gambar 4.5. Indeks Kinerja Indusri Baja Gambar 4.6. Indeks Kinerja Indusri Kendaraan Bermotor Gambar 4.7. Indeks Kinerja Indusri Peralatan Listrik Rumah Tangga Gambar 4.8. Indeks Kinerja Indusri Tekstil dan Produk Tekstil Gambar 4.9. Indeks Kinerja Indusri Pulp dan Kertas Gambar Indeks Kinerja Indusri Mesin Listrik Gambar Indeks Kinerja Indusri Ban Gambar Indeks Kinerja Indusri Tepung Terigu Gambar Indeks Kinerja Indusri Barang Jadi Rotan Gambar Indeks Kinerja Indusri Keramik vii LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk Tabel 4.2. Indeks Kinerja Industri Semen Tabel 4.3. Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng Tabel 4.4. Indeks Kinerja Industri Baja Tabel 4.5. Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Tabel 4.6. Indeks Kinerja Industri Peraltan Listrik Rumah Tangga Tabel 4.7. Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Tabel 4.8. Indeks Kinerja Industri Pulp dan Kertas Tabel 4.9. Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik Tabel Indeks Kinerja Industri Ban Tabel Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu Tabel Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Tabel Indeks Kinerja Industri Keramik Tabel 1.1. Tinjauan Perkonomian Dunia Tabel 1.2. PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Berlaku (Triliun Rupiah) Tabel 1.3. PDB Kumulatif Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) Tabel 1.4. Kontribusi Terhadap PDB Kumulatif (Persen) Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif (Year On Year, Persen) Tabel 1.6. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif (Q to Q, Persen) Tabel 1.7. Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB Kumulatif (Persen) Tabel 1.8. Kontribusi Sub Sektor Industri Terhadap PDB Sektor Industri Pengolahan Non Migas Kumulatif (Persen) Tabel 1.9. Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) Tabel Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja pada triwulan III Tahun Tabel Tingkat Suku Bunga Kredit (Persen) Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor Tabel 2.1. Nilai Tabel 2.2. Nilai Impor Menurut Penggunaan Tabel 2.3. Impor 14 Komoditi Terpilih Tabel 3.1. Perkembangan Industri Pupuk Urea Tabel 3.2. Perkembangan Industri Pupuk ZA Tabel 3.3. Perkembangan Industri Pupuk SP Tabel 3.4. Perkembangan Industri Pupuk Phonska Tabel 3.5. Perkembangan Industri Semen Tabel 3.6. Perkembangan Industri Minyak Goreng Tabel 3.7. Perkembangan Industri Logam HOT ROLLED COIL Tabel 3.8. Perkembangan Industri Logam HOT ROLLED PLATE Tabel 3.9. Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Tabel Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Tabel Perkembangan Industri Televisi Tabel Perkembangan Industri Lemari Es Tabel Perkembangan Industri Serat Tabel Perkembangan Industri Benang Tabel Perkembangan Industri Kain Tabel Perkembangan Industri Pulp LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN ix

12 Tabel Perkembangan Industri Kertas Tabel Perkembangan Industri MCB Tabel Perkembangan Industri Motor Listrik Tabel Perkembangan Industri KWH Meter Tabel Perkembangan Industri Panel dan Gear Tabel Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Tabel Perkembangan Industri Ban Mobil Tabel Perkembangan Industri Terigu Tabel Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Tabel Perkembangan Industri Keramik (Tile) Tabel Perkembangan Industri Keramik (Tableware) Tabel Perkembangan Industri Keramik (Sanitary) x LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

13 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 11

14 Persen (%) Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1. Kondisi Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun diperkirakan mulai membaik menjadi sekitar 4,8 persen seiring pulihnya berbagai krisis yang berimbas di tiap negara. Angka tersebut meningkat tajam dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang tumbuh minus 0,6 persen. Begitu juga jika diamati pertumbuhan secara regional, keseluruhannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Gambar * 2011* Sub Saharan Africa Commonwealth of Independent States Middle East and North Africa European Union Central and eastern Europe Developing Asia Latin America and the Carribean Sumber: World Economic Outlook, IMF Oktober Gambar 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju (advanced economies) meningkat sebesar 2,7 persen, naik dibandingkan pertumbuhan tahun 2009 sebesar yang tumbuh minus 3,2 persen. Mayoritas negara maju mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak terjadi krisis tahun lalu, Amerika Serikat juga diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2,6 persen, lebih baik dibandingkan saat terjadinya resesi ekonomi yang melanda negara tersebut. Begitu pula dengan negara-negara uni eropa dan negara Jepang seperti terlihat pada bagian lampiran Tabel 1.1. Pada tahun perekonomian negara-negara berkembang Asia diperkirakan terus melanjutkan pencapaian positifnya untuk dapat terus tumbuh mencapai mencapai 9,4 persen, naik dibanding tahun lalu yang mencatat hasil positif 6,9 persen walaupun diterpa badai krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Afrika juga diperkirakan juga mengalami hasil positif bersama dengan Asia dari tahun lalu yang mencapai 2,6 persen menjadi 5,0 persen. Pertumbuhan ekonomi Amerika Latin juga diperkirakan meningkat 4,0 persen pada tahun ini dari sebelumnya yang hanya minus 1,7 persen. Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Malaysia, Thailand) pada tahun ini diproyeksikan tumbuh sekitar 6,6 persen keseluruhan. Tahun 2009 lalu pertumbuhan Indonesia terbukti lebih stabil dibanding negara Asean lainnya dengan pertumbuhan 4,5 persen, lebih tinggi dibanding 2,8 persen negara Asean keseluruhan. Hal ini dikarenakan permintaan dalam negeri yang kuat dan ketidaktergantungan terhadap ekspor. Tahun diproyeksikan pertumbuhan Indonesia naik menjadi 6,10 persen, dan 6,40 persen di tahun Kondisi Ekonomi Indonesia Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertumbuhan ekonomi triwulan III didorong oleh peningkatan konsumsi dan ekspor serta investasi. Konsumsi meningkat dipicu oleh optimisme keyakinan konsumen tersedianya sumber pembiayaan konsumsi dan rendahnya harga impor. Sementara itu, kegiatan ekspor yang membaik terutama didorong masih kuatnya permintaan dari China dan India. Peningkatan permintaan domestik dan internasional ini berdampak pada meningkatnya pertumbuhan investasi. Perekonomian Indonesia di tahun diperkirakan tumbuh 6,0%-6,3% dan pada tahun 2011 mencapai kisaran 6,0%-6,5%. Pada triwulan III Tahun nilai PDB Kumulatif Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mencapai Rp 4.727,58 triliun, sedangkan jika tanpa migas nilai PDB sebesar Rp 4.359,17 triliun. Sumbangan PDB terbesar berasal dari sektor industri pengolahan yang mencapai Rp 1.174,96 triliun atau 24,85 persen dari total PDB Indonesia yang berarti terus mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya yang kontribusinya mencapai 25,19 persen pada triwulan II Tahun. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu, Sektor Pertanian, LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 1

15 Persen (%) Persen (%) Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum Peternakan, Kehutanan dan Perikanan yang mencapai sebesar 16,09 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 13,97 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 11,00 persen, serta Konstruksi 10,17 persen. Sedangkan empat sektor lainnya hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor Industri Pengolahan Non Migas memberikan kontribusi sebesar 21,22 persen seperti terlihat pada Gambar Gambar 1.2. Kondisi PDB Triwulan III Indonesia (kumulatif) Kontribusi Pertumbuhan Y Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia Triwulan III Tahun dibandingkan Triwulan III 2009 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 4,06 persen, pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 10,26 persen. Sedangkan sektor yang mencapai pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restauran (9,75 persen), Sektor Konstruksi (6,36 persen), dan Sektor Keuangan (5,86 persen). Sementara itu PDB menurut pengeluaran pada Triwulan III Tahun masih didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang mencapai sebesar 56,60 persen dari total PDB tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya, pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 8,90 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 32,50 persen, dan ekspor barang-jasa sebesar 23,20 persen Perkembangan Sektor Industri Secara umum sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan kumulatif (year on year) menjadi 4,06 persen, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,00 persen (Triwulan II Tahun ). Pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4,60 persen (year on year), sedangkan triwulan II pertumbuhan industri non migas adalah 4,53 persen; dan industri pengolahan migas yang mengalami pertumbuhan minus 2,00 persen. Pertumbuhan terbesar triwulan III pada sektor industri non migas dicapai oleh industri alat angkut mesin dan peralatan sebesar 10,26 persen; industri pupuk, kimia, dan barang dari karet sebesar 3,96 persen; industri semen dan barang galian sebesar 2,90 persen; industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,40 persen, industri barang lainnya sebesar 2,68 persen; disusul kertas dan barang cetakan sebesar 0,25 persen, dan industri tekstil & barang dari kulit serta alas kaki sebesar 0,03 persen. Sedangkan industri yang mengalami pertumbuhan negatif yang terbesar adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar minus 3,13 persen, dan industri logam dasar dan besi dan baja sebesar minus 0,13 persen. Bila dilihat dari kontribusinya industri makanan, minuman dan tembakau menempati urutan pertama dengan kontribusi yang mencapai 33,52 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri alat angkut, mesin dan peralatannya dengan kontribusi sebesar 28,24 persen, disusul industri pupuk, kimia dan barang dari karet 12,75 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri pengolahan non migas seperti terlihat pada Gambar Makanan Tekstil Brg. Kayu Kontribusi Pertumbuhan Kertas Pupuk Semen Logam Mesin Barang lain Gambar 1.3. Kondisi Sektor Industri-Industri Non Migas (Kumulatif) Sementara itu, bila dilihat dari utilisasi, rata-rata untuk kapasitas produksi industri pengolahan mencapai 72,22 persen naik dibanding triwulan sebelumnya sebesar 70,23, namun masing- 2 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

16 Persen (%) Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum masing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Gambar 1.4. Sektor dengan utilisasi kapasitas produksi tertinggi adalah kertas dan barang cetakan sebesar 81,11 persen, diikuti industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 76,21 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet yang mencapai 75,26 persen dari kapasitas terpasang. Sedangkan sektor dengan utilisasi kapasitas produksi terendah adalah industri barang kayu dan hasil hutan lainnya dengan utilisasi kapasitas produksi hanya sebesar 63,41 persen Makanan Tekstil Brg. Kayu Kertas Pupuk Semen Logam Mesin Barang lainnya Gambar 1.4. Kapasitas Produksi Industri Non Migas Investasi TW II TW III Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN pada September Tahun adalah sebagai berikut : total investasi PMDN sektor sekunder yang terealisasi sampai dengan September mencapai Rp ,9 miliar. Dilihat dari jumlah proyek, pada triwulan III terjadi proyek investasi LKPM PMDN adalah 218 proyek. Pada investasi PMA sektor sekunder (Gambar 1.5), total investasi PMA yang terealisasi pada periode ini sebesar US$ 2.152,9 juta. Sedangkan untuk jumlah proyek periode ini adalah sebanyak 829 proyek. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Industri Makanan PMDN Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Ind. Kertas dan Percetakan Ind. Karet dan Plastik Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi PMA Industri Tekstil Industri Kayu Ind. Kimia dan Farmasi Ind. Mineral Non Logam Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam Industri Lainnya Sumber : BKPM, diolah Pusdatin Kemenperin Gambar 1.5. Perkembangan Investasi PMA Nilai tertinggi dicapai oleh industri makanan, mencapai Rp ,50 miliar, investasi industri kimia dan farmasi yang mencapai Rp ,90 miliar, investasi industri mineral non logam sebesar Rp ,00 miliar, investasi industri logam, mesin dan elektronik sebesar Rp. 760,6 miliar, investasi industri karet dan plastik sebesar Rp. 426,60 miliar, industri kertas dan percetakan sebesar Rp. 423,00 miliar, industri tekstil sebesar Rp. 344,30 miliar, sedangkan nilai investasi untuk industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar Rp. 294,90 miliar. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi industri makanan yang terbanyak dengan 153 proyek, disusul industri kimia dan farmasi dengan 61 proyek, industri logam, mesin, dan elektronika serta industri karet dan plastik dengan masing-masing 38 proyek, sedangkan jumlah proyek untuk industri lainnya dibawah 30 proyek. Namun belum terdapat investasi yang dikeluarkan sampai dengan akhir triwulan ini untuk industri instrumen kedokteran, presisi & optik & jam. a. PMDN Sektor Industri/Sekunder Pada Januari-September Tahun, industri makanan, industri kimia dan farmasi, industri mineral non logam merupakan sektor sektor yang diminati oleh investor dalam negeri. Ketiga sektor tersebut mempunyai nilai investasi hampir mencapai Rp. 1 triliun. b. PMA Sektor Industri/Sekunder PMA sektor industri kimia dan farmasi pada triwulan ini berhasil menjadi urutan teratas investasi sektor industri investor asing dengan total investasi sampai dengan September sebesar US$ 781,30 juta, diikuti oleh industri makanan sebesar US$ 758,00 juta, industri logam, mesin dan elektronika sebesar US$ 383,60 juta, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain sebesar US$ 280,20 juta dan industri tekstil sebesar US$ 112,50 juta, LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 3

17 Bab 1 : Gambaran Perekonomian Secara Umum dan industri barang dari kulit dan alas kaki sebesar US$ 63,3 juta. Sementara sisanya masih dengan total investasi di bawah US$ 50 juta. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi, industri logam, mesin dan elektronik mencapai 202 proyek dan menjadi yang terbanyak, disusul makanan 173 proyek dan industri kimia dan farmasi sebanyak 130 proyek Tenaga Kerja Perkembangan penggunaan tenaga kerja pada Triwulan III perkembangan penggunaan tenaga kerja berdasarkan saldo bersih tertimbang adalah minus 0,42 persen, sangat menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Angka tersebut mengalami penurunan dari penggunaan tenaga kerja hasil survei periode triwulan II Tahun yang perkembangannya sebesar 3,83 persen. 2,0 1,0 0,0-1,0-2,0-3,0-4,0 0,03 0,29-0,73-3,77 1,38-0,34 0,09 0,11 0,07 0,14 Sumber : Survei Kegiatan Usaha, Bank Indonesia tw I Gambar 1.6. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 1,13 1,57 Triwulan II Triwulan III Terdapat beberapa sektor yang penggunaan tenaga kerjanya terhadap saldo bersih tertimbang menurun dibandingkan dengan triwulan II. Sektor-sektor tersebut adalah sektor pertambangan dan penggalian, dari minus 0,73 menjadi minus 3,77; sektor industri pengolahan yaitu 1,38 pada triwulan II menjadi minus 0,34; pengangkutan dan komunikasi, dari 0,39 menjadi 0,20 pada triwulan III ; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dari 0,81 menjadi 0,55 pada triwulan III. Sedangkan sektor ekonomi lain mempunyai penggunaan tenaga kerja tertimbang terhadap saldo bersih, meningkat dibandingkan dengan triwulan II tahun. Hal ini dapat dilihat pada Gambar ,39 0,20 0,81 0,55 0,66 0, Tingkat Suku Bunga dan Posisi Kredit Menurut Laporan Perkembangan Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran Triwulan III Tahun yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Pasar keuangan secara keseluruhan pada triwulan III- berada dalam kondisi yang semakin stabil. Kondisi pasar SUN dan pasar modal terus membaik sebagaimana tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat dan yield SUN yang menurun. Membaiknya pasar modal dan SUN pada triwulan III- ini ditopang oleh prospek perekonomian yang terus membaik. Di pasar uang antar bank, kondisi likuiditas selama triwulan III- cenderung meningkat. Transmisi kebijakan moneter sepanjang triwulan III- juga berlangsung dengan baik sebagaimana tercermin dari suku bunga PUAB O/N yang bergerak disekitar BI Rate, pertumbuhan kredit yang meningkat terutama untuk jenis kredit modal kerja dan IHSG yang mencapai level tertinggi sepanjang sejarah Pada Triwulan III Tahun, suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) Bank Persero berada di level 13,28 persen, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan kredit modal kerja dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga terjadi untuk Bank Swasta Nasional, Bank Asing & Bank Campuran, dan Bank Umum. Suku bunga kredit investasi Bank Persero tercatat juga mengalami sedikit penurunan menjadi 11,01 persen dari triwulan sebelumnya 11,78 persen, demikian juga dengan suku bunga kredit konsumsi tercatat lebih rendah menjadi 13,21 persen dibanding triwulan sebelumnya 13,45 persen. Ke depan, prospek perekonomian Indonesia di tahun berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula. Pendorong global adalah neraca eksternal Indonesia, termasuk arus masuk modal dan harga komoditas telah menguat. Tantangannya adalah mengoptimalkan kesempatan yang dihasilkan oleh pembangunan, sembari menangani risikonya. Pertumbuhan PDB melemah di triwulan III, dikarenakan faktor domestik, namun perkiraan pertumbuhan untuk 2011 tetap kuat di 6,40 persen. Pergerakan harga bahan pangan yang bergejolak masih terus mempengaruhi inflasi utama. 4 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

18 Bab 2 : Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih BAB II PERKEMBANGAN KINERJA EKSPOR IMPOR KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1. Kinerja Total ekspor Indonesia pada Triwulan III Tahun meningkat sebesar 27,68 persen menjadi US$ ,1 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ ,50 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 28,83 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ ,3 Juta. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ ,7 Juta atau 63,63 persen dari total ekspor. Sedangkan sisanya adalah ekspor migas sebesar US$ 5.957,9 Juta seperti terlihat pada Gambar 2.1. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Triwulan III Tahun menunjukkan bahwa hampir semua golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Impor bahan baku/penolong dan barang modal pada Triwulan III masingmasing mencapai US$ ,59 juta dan US$ 7.449,17 juta atau meningkat 0,57 persen dan 22,84 persen dibanding triwulan sebelumnya. Sementara impor barang konsumsi mencapai US$ 2.683,85 juta atau menurun 1,74 persen seperti terlihat di Gambar 2.2. Gambar 2.2. Struktur Impor Menurut Penggunaan 2.3. Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih Gambar 2.1. Perkembangan 2.2. Kinerja Impor Selama Triwulan III Tahun, nilai impor Indonesia mencapai US$ ,61 Juta atau meningkat 4,47 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai US$ ,14 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas mencapai US$ ,75 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ 6.314,87 Juta. Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan III tahun beberapa komoditi industri masih dipengaruhi oleh investasi. Ekspektasi ke depan, kuatnya investasi yang belakangan terjadi diperkirakan akan terus berlanjut. Indikator frekuensi konsumsi yang lebih tinggi juga mendukung. Dalam hal permintaan luar negeri, ramalan untuk pertumbuhan ekspor riil telah sedikit diturunkan untuk tahun 2011 karena pengaruh dasar dari kuatnya kinerja di tahun dan revisi turun terhadap ramalan pertumbuhan mitra perdagangan utama. Pada bab ini akan disajikan kondisi spesifik perdagangan internasional yaitu pada 14 komoditi terpilih. Perkembangan 14 komoditi industri terpilih selain meliputi ekspor dan impor, juga meng-cover perkembangan realisasi produksi, dan konsumsi dalam negeri tersaji pada halaman-halaman berikut ini. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 5

19 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya pupuk urea dan pupuk lainnya periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat tajam sebesar 179,59 persen dari sebelumnya sebesar US$ 16,38 Juta menjadi US$ 45,81 Juta. Sementara itu nilai impor naik sebesar 9,54 persen dari sebelumnya sebesar US$ 81,75 Juta menjadi US$ 89,55 Juta seperti dalam Gambar Gambar 2.3. Perkembangan Kinerja Impor Pupuk Urea dan Pupuk Lainnya Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Pupuk Non Urea Impor Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat Impor Gambar 2.4. Perkembangan Kinerja Impor Pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat Periode Triwulan II s.d. Triwulan III pupuk Mineral/Kimia mengandung Phospat periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II naik 59,15 persen menjadi US$ 17,94 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 11,27 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan yaitu sebesar 22,10 persen dari sebelumnya sebesar US$ 351,63 Juta menjadi US$ 273,92 Juta seperti dalam Gambar Pupuk Lainnya pupuk lainnya periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun sebesar 4,43 persen menjadi US$ 0,75 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,79 Juta. Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan sebesar 50,83 persen dari sebelumnya sebesar US$ 0,45 Juta menjadi US$ 0,22 Juta seperti dalam Gambar Impor Semen Gambar 2.5. Perkembangan Kinerja Impor Pupuk Lainnya Periode Triwulan II s.d. Triwulan III semen periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun sebesar 5,69 persen menjadi US$ 26,90 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 28,52 Juta. Hal yang sama juga terjadi pada nilai impor yang mengalami penurunan 47,06 persen dari sebelumnya sebesar US$ 31,19 Juta menjadi US$ 16,51 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar 2.6. Perkembangan Kinerja Impor Industri Semen Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Minyak Goreng Sawit Minyak Goreng Sawit periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II naik sebesar 39,10 persen menjadi US$ 1.384,29 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 995,19 Juta. Sementara itu impor juga mengalami penurunan yaitu sebesar 0,91 6 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

20 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih persen dari sebelumnya sebesar US$ 12,33 Juta menjadi US$ 12,22 Juta seperti dalam Gambar Impor Impor Gambar 2.9. Perkembangan Kinerja Impor Hot Rolled Plate Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar 2.7. Perkembangan Kinerja Impor Minyak Goreng Kelapa Sawit Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Baja Hot Rolled Coil Hot Rolled Coil periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II menurun sebesar 13,83 persen menjadi US$ 22,84 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 26,51 Juta. Sementara impor mengalami peningkatan sebesar 9,51 persen dari sebelumnya sebesar US$ 139,49 Juta menjadi US$ 152,74 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar 2.8. Perkembangan Kinerja Impor Hot Rolled Coil (HRC) Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Hot Rolled Plate Hot Rolled Plate periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II naik 8,70 persen menjadi US$ 43,17 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 39,71 Juta. Sementara itu, impor mengalami penurunan sebesar 2,07 persen dari sebelumnya sebesar US$ 130,82 Juta menjadi US$ 128,11 Juta seperti dalam Gambar Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Dua Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun sebesar 3,48 persen menjadi US$ 16,97 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 17,58 Juta. Sementara itu nilai impor mengalami peningkatan 50,36 persen dari sebelumnya sebesar US$ 15,01 Juta menjadi US$ 22,57 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kendaraan Bermotor Roda Dua Triwulan II s.d. Triwulan III Kendaraan Bermotor Roda Empat Kendaraan Bermotor Roda Empat Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat sebesar 16,67 persen menjadi US$ 266,81 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 228,70 Juta. Demikian juga untuk impor yang mengalami peningkatan 12,23 persen dari sebelumnya sebesar US$ 1.117,87 Juta menjadi US$ 1.254,58 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 7

21 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Impor Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Televisi Berwarna Televisi Berwarna Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun sebesar 19,44 persen menjadi US$ 32,19 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 39,96 Juta. Hal yang sama juga terjadi pada impor yang mengalami penurunan sebesar 30,60 persen dari sebelumnya sebesar US$ 136,35 Juta menjadi US$ 94,62 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Televisi Hitam Putih Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Lemari Es Refrigators/ Deepfreezers R.T Refrigators/ Deepfreezers R.T Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II hanya meningkat sebesar 0,80 persen menjadi US$ 69,58 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 69,03 Juta. Sementara impor mengalami peningkatan 11,70 persen dari sebelumnya sebesar US$ 10,72 Juta menjadi US$ 11,97 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Televisi Berwarna Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Televisi Hitam Putih Televisi Hitam Putih Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat 69,32 persen menjadi US$ 0,69 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,41 Juta. Sementara itu, impor mengalami peningkatan 15,73 persen dari sebelumnya sebesar US$ 1,50 Juta menjadi US$ 1,73 Juta seperti dalam Gambar Gambar Perkembangan Kinerja Impor Refrigators/ Deepfreezers untuk R.T Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Refrigators/ Deepfreezers non R.T Refrigators/Deepfreezers non R.T Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 4,31 persen menjadi US$ 9,59 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 10,02 Juta. Sementara itu, impor mengalami peningkatan 14,81 persen dari sebelumnya sebesar US$ 18,80 Juta menjadi US$ 21,59 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

22 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih Impor Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Refrigators/ Deepfreezers Non R.T Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar Perkembangan Kinerja Impor Benang Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kain Tekstil dan Produk Tekstil Serat serat Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II hanya meningkat 0,82 persen menjadi US$ 145,66 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 144,47 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan 13,61 persen dari sebelumnya sebesar US$ 113,26 Juta menjadi US$ 97,84 Juta seperti dalam Gambar Impor Kain Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II hanya meningkat 0,38 persen menjadi US$ 373,67 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 372,27 Juta. Seperti halnya ekspor, impor pun mengalami peningkatan 5,44 persen dari sebelumnya sebesar US$ 779,31 Juta menjadi US$ 821,72 Juta seperti dalam Gambar Impor 0 Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kain Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar Perkembangan Kinerja Impor Serat Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Benang benang Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II menurun 4,67 persen menjadi US$ 521,50 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 547,03 Juta. Hal yang sama terjadi pada impor yang mengalami penurunan 2,26 persen dari sebelumnya sebesar US$ 140,11 Juta menjadi US$ 136,95 Juta seperti dalam Gambar Kain Tenun Ikat Kain Tenun Ikat Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat pesat sebesar 620,55 persen menjadi US$ 0,12 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 0,02 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan 74,55 persen dari sebelumnya sebesar US$ 1,95 Juta menjadi US$ 0,50 Juta seperti dalam Gambar 2.19 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 9

23 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Impor 1.4 Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kain Tenun Ikat Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kain Tenun Sutera Kain Tenun Sutera Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun sebesar 11,64 persen menjadi US$ 47,53 Ribu dari sebelumnya sebesar US$ 53,79 Ribu. Sementara itu impor pun mengalami penurunan 13,91 persen dari sebelumnya sebesar US$ 911,97 Ribu menjadi US$ 785,08 Ribu seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kain Tenun Sutera Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kain Tule dan Jala Lainnya Kain Tenun Ikat Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 46,44 persen menjadi US$ 1,44 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 2,69 Juta. Sementara itu impor juga mengalami penurunan sebesar 21,91 persen dari sebelumnya sebesar US$ 3,88 Juta menjadi US$ 3,03 Juta seperti dalam Gambar Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kain Tule dan Jala Lainnya Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Pulp dan Kertas Pulp Pulp Triwulan III dalam Gambar 2.22 bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat sebesar 1,25 persen menjadi US$ 389,97 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 385,17 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan 29,85 persen dari sebelumnya sebesar US$ 250,31 Juta menjadi US$ 325,03 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Pulp Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kertas Kertas Budaya Kertas Budaya Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 9,12 persen menjadi US$ 719,85 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 792,09 Juta. Impor juga mengalami penurunan 3,96 persen dari sebelumnya sebesar US$ 51,25 Juta menjadi US$ 49,22 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

24 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih Impor Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kertas Budaya Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kertas Tissue Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kertas Industri Kertas Industri Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat 8,21 persen menjadi US$ 95,82 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 88,55 Juta. Sementara itu, impor mengalami penurunan 5,43 persen dari sebelumnya sebesar US$ 119,42 Juta menjadi US$ 112,94 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Kertas Industri Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Kertas Tissue Kertas Industri Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II menurun 14,93 persen menjadi US$ 89,02 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 104,65 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 17,21 persen dari sebelumnya sebesar US$ 31,29 Juta menjadi US$ 36,68 Juta seperti dalam Gambar Mesin Listrik Motor Listrik Motor Listrik Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II mengalami penurunan 0,40 persen menjadi US$ 69,60 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 69,88 Juta. Sementara itu impor mengalami penurunan sebesar 23,15 persen dari sebelumnya sebesar US$ 54,44 Juta menjadi US$ 67,05 Juta seperti dalam Gambar Gambar Perkembangan Kinerja Impor Motor Listrik Periode Triwulan II s.d. Triwulan III KWH Meter Impor KWH Meter periode Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat 6,79 persen menjadi US$ 9,87 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 9,24 Juta. Hal yang sama terjadi pada nilai impor yang mengalami peningkatan sebesar 28,76 persen dari sebelumnya sebesar US$ 6,35 Juta menjadi US$ 8,18 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 11

25 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Impor Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor KWH Meter Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar Perkembangan Kinerja Impor Ban Dalam Mobil Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Ban Ban Sepeda Motor Ban Luar Sepeda Motor Ban Luar Sepeda Motor Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II menurun sebesar 13,95 persen menjadi US$ 4,71 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 5,48 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan 39,53 persen dari sebelumnya sebesar US$ 0,52 Juta menjadi US$ 0,73 Juta seperti dalam Gambar Impor Ban Luar Mobil Ban Luar Mobil Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 0,81 persen menjadi US$ 315,39 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 317,95 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 2,22 persen dari sebelumnya sebesar US$ 34,98 Juta menjadi US$ 35,76 Juta seperti dalam Gambar Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Ban Luar Mobil Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Gambar Perkembangan Kinerja Impor Industri Ban Luar Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Ban Mobil Ban Dalam Mobil Ban Dalam Mobil Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 10,31 persen menjadi US$ 2,95 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 3,28 Juta. Sementara itu impor juga mengalami penurunan sebesar 15,11 persen dari sebelumnya sebesar US$ 1,26 Juta menjadi US$ 1,07 Juta seperti dalam Gambar Tepung Terigu Tepung Terigu Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II meningkat 26,48 persen menjadi US$ 5,39 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 4,26 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 21,64 persen dari sebelumnya sebesar US$ 51,15 Juta menjadi US$ 62,22 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

26 Juta US$ Juta US$ Juta US$ Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Impor Komoditi Industri Terpilih Impor 10 Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Tepung Terigu Periode Triwulan II s.d. Triwulan III 0 Gambar Perkembangan Kinerja Impor Meubel Rotan Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Barang Jadi Rotan Barang Anyaman dari Rotan Barang Anyaman dari Rotan Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II menurun sebesar 23,25 persen menjadi US$ 3,43 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 4,47 Juta. Sementara itu impor juga mengalami peningkatan pesat sebesar 131,39 persen menjadi US$ 20,28 Ribu seperti dalam Gambar Rotan Setengah Jadi Rotan Setengah Jadi Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II naik 10,19 persen menjadi US$ 8,11 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 7,36 Juta. Sementara itu tidak terdapat transaksi impor selama Triwulan III seperti dalam Gambar Impor Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Barang Anyaman dari Rotan Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Keramik Gambar Perkembangan Kinerja Impor Rotan Setengah Jadi Periode Triwulan II s.d. Triwulan III Meubel Rotan Meubel Rotan Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II turun 24,18 persen menjadi US$ 21,29 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 28,08 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan sebesar 28,00 persen dari sebelumnya sebesar US$ 24,76 Ribu menjadi US$ 31,69 Ribu seperti dalam Gambar Keramik Triwulan III bila dibandingkan dengan periode Triwulan II hanya meningkat 0,36 persen menjadi US$ 77,45 Juta dari sebelumnya sebesar US$ 77,17 Juta. Sementara itu impor mengalami peningkatan 30,66 persen dari sebelumnya sebesar US$ 25,07 Juta menjadi US$ 32,76 Juta seperti dalam Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 13

27 Juta US$ Bab 2 : Perkembangan Kinerja Komoditi Industri Terpilih Impor Gambar Perkembangan Kinerja Impor Keramik Periode Triwulan II s.d. Triwulan III 14 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

28 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih BAB III PERKEMBANGAN KINERJA PRODUKSI KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 3.1. Landasan Pemilihan Komoditi Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun disebutkan bahwa untuk meningkatkan iklim investasi yang sehat dan peningkatan daya saing ekspor. Pembangunan Sektor Industri Manufaktur difokuskan pada pengembangan sejumlah sub-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Dengan kata lain pola pengembangannya perlu lebih banyak ditekankan pada pengembangan (widening) dan pendalaman (deepening). Maka dibuat kriteria untuk memenuhi hal tersebut diantaranya (i) menyerap banyak tenaga kerja; (ii) memenuhi kebutuhan dasar dalam negeri (seperti makanan-minuman dan obat-obatan); (iii) mengolah hasil pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan) dan sumber-sumber daya alam lain dalam negeri; dan (iv) memiliki potensi pengembangan ekspor. Diturunkan dari keempat kriteria di atas, berdasarkan analisis keunggulan komparatif dan kompetitif, maka prioritas dalam lima tahun ke depan adalah pada penguatan klasterklaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman 2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki 5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit 6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet 8) Industri Pulp dan Kertas 9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia Pada tahun, strategi industri difokuskan pada pengembangan klaster industri yaitu : I. Industri Agro: Kelapa sawit; karet dan barang karet; kakao dan coklat; kelapa; kopi; gula; tembakau; buahbuahan; kayu dan barang kayu; hasil perikanan dan laut; pulp dan kertas; pengolahan susu. II. Industri Alat Angkut: Kendaraan bermotor; perkapalan; kedirgantaraan; perkeretaapian. III. Industri Elektronika dan Telematika: Elektronika; perangkat keras telekomunikasi dan pendukungnya; perangkat penyiaran dan pendukungnya; komputer dan peralatannya. IV. Basis Industri Manufaktur: a. industri material dasar: besi dan baja; semen; petrokimia; keramik. b. industri permesinan: peralatan listrik dan mesin listrik; mesin dan peralatan umum. c. industri manufaktur padat tenaga kerja: tekstil dan produk tekstil; alas kaki; farmasi dengan bahan baku dalam negeri. V. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Kreatif Tertentu: Perangkat lunak dan konten multimedia; fashion; kerajinan dan barang seni. VI. Industri Kecil dan Menengah Tertentu: Batu mulia dan perhiasan; garam rakyat; gerabah dan keramik hias; minyak atsiri; makanan ringan Komoditi Industri Terpilih RPJMN sangat relevan dengan RPJMN Kluster industri yang akan dikembangkan berkaitan dengan komoditi yang telah terobservasi menjadi andalan/prioritas. Oleh karena itu, analisis komoditi-komoditi tersebut haruslah dilakukan dengan kontinu untuk memonitor perkembangannya di masa yang akan datang. Kinerja komoditi industri terpilih disajikan dalam bentuk analisis perkembangan melalui pengolahan data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi. Kementerian Perindustrian memilih 13 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertamatama tercantum pada RPJM , dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu: LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 15

29 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 1. Pupuk a. Urea, b. Pupuk Non Urea - ZA - SP36 - Phonska 2. Semen 3. Minyak Goreng Sawit 4. Baja a. Hot Rolled Coil (HRC) b. Hot Rolled Plate (Pelat Baja) 5. Kendaraan Bermotor a. Kenderaan Bermotor Roda Dua b. Kenderaan Bermotor Roda Empat 6. Peralatan Listrik a. Televisi b. Lemari es 7. Tekstil dan Produk Tekstil a. Serat b. Benang c. Kain 8. Pulp dan Kertas a. Pulp b. Kertas 9. Mesin Listrik a. Motor Listrik b. KWH Meter c. Panel dan Gear d. MCB 10. Ban a. Ban Sepeda Motor b. Ban Mobil 11. Tepung Terigu 12. Barang Jadi Rotan 13. Keramik a. Keramik Tile b. Keramik Tableware c. Keramik Sanitary 3.3. Perkembangan Komoditi Industri Terpilih Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan triwulan III tahun. Beberapa komoditi industri mengalami peningkatan produksi dan ada yang mengalami penurunan produksi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dan triwulan yang sama periode tahun sebelumnya. Produksi benang dan kain turun dibandingkan dengan triwulan II tahun tetapi khusus untuk kain, produksi juga turun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini dikarenakan begitu kompetitifnya penjualan kain domestik dan kain impor terutama dari China. Pulp dan kertas juga mengalami penurunan produksi, hal ini disebabkan oleh turunnya persediaan bahan baku. Perkembangan selengkapnya 13 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, konsumsi dalam negeri tersaji berikut ini Pupuk Pupuk Urea Pada triwulan III total produksi pupuk urea diperkirakan mencapai 1,7 juta ton naik sedikit 0,88 persen dibanding periode triwulan II yang mencapai 1,68 juta ton. Demikian juga jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2009 mengalami kenaikan 2,34 persen. Distribusi dalam negeri menurun dibandingkan triwulan III 2009 sebanyak 12,76 persen dan turun 7,16 persen dibanding triwulan II. Keseluruhan produksi dan distribusi dalam negeri pupuk urea ditujukan untuk penggunaan di dalam negeri (Gambar 3.1) Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Pupuk Non Urea Pupuk ZA Gambar 3.1. Kinerja Industri Pupuk Urea Pupuk non urea merupakan 26 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska Produksi pupuk ZA pada triwulan III naik sedikit sebesar 6,17 persen dibanding triwulan II, namun mengalami penurunan sebesar 5,18 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 menjadi ton. Untuk Distribusi dalam negeri pupuk ZA mengalami kenaikan sebesar 5.45 persen dibanding triwulan II, namun seperti halnya produksi, distribusi pupuk ZA juga turun cukup signifikan sebesar 30,22 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi ton seperti terlihat pada Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

30 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Pupuk SP36 Gambar 3.2. Kinerja Industri Pupuk ZA Realisasi produksi pupuk SP36 pada triwulan III jika dibandingkan triwulan II turun sebesar 33,94 persen dan turun 36,71 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 menjadi ton. Demikian juga untuk distribusi penggunaan dalam negeri Pupuk SP36 juga mengalami penurunan sebesar 34,53 persen dibandingkan triwulan II dan turun sebesar 29,50 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton (Gambar 3.3). Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Semen Gambar 3.4. Kinerja Industri Pupuk Phonska Produksi semen nasional pada triwulan III mengalami sedikit peningkatan jumlah produksi bila dibandingkan dengan triwulan II sebesar 0,54 persen dan naik 4,74 persen dibandingkan triwulan III 2009 menjadi 9,91 juta ton. Hal sebaliknya terjadi pada konsumsi semen dalam negeri pada triwulan III turun tipis 0,06 persen dibanding triwulan II dan naik 17,29 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi 9,78 juta ton (Gambar 3.5). Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.3. Kinerja Industri Pupuk SP Pupuk PHONSKA Realisasi produksi pupuk phonska pada triwulan III mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan II sebesar 69,14 persen, namun jika dibandingkan triwulan III 2009 terjadi penurunan sebesar 3,40 persen menjadi ton. Untuk tingkat distribusi dalam negeri turun 12,56 persen jika dibandingkan triwulan II dan turun 8,14 persen jika dibandingkan triwulan III 2009 menjadi ton. Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 3.5. Kinerja Industri Semen Minyak Goreng Sawit Produksi minyak goreng sawit selama triwulan III mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan II sebelumnya sebesar 29,61 persen, dan naik 9,49 persen jika dibandingkan triwulan III 2009 menjadi 2,76 juta ton. Sementara itu nilai konsumsi dalam negeri naik signifikan sebesar 31,22 persen jika dibanding triwulan II dan naik 36,41 persen jika dibandingkan triwulan III 2009 menjadi 1,55 juta ton (Gambar 3.6). LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 17

31 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih Gambar 3.8. Kinerja Industri Logam Hot Rolled Plate Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Baja Gambar 3.6. Kinerja Industri Minyak Goreng Sawit Hot Rolled Coil Realisasi produksi HRC untuk triwulan III turun 21,13 persen dibandingkan triwulan II, namun jika dibandingkan dengan triwulan III 2009 terjadi kenaikan 1,97 persen menjadi ton. Sementara itu untuk konsumsi dalam negeri HRC juga mengalami penurunan sebesar 19,92 persen dibanding triwulan sebelumnya dan naik 13,55 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton (Gambar 3.7). Sumber Direktorat Industri Logam, Ditjen ILMTA Kendaraan Bermotor Kendaraan Bermotor Roda Dua Realisasi produksi kendaraan bermotor roda dua (sepeda motor) triwulan III mengalami penurunan 2,31 persen dibanding triwulan II namun naik 19,26 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2009 dengan total keseluruhan produksi sebesar 1,9 juta unit. Seiring dengan perubahan tingkat produksi begitu juga dialami oleh tingkat konsumsi dalam negeri juga turun 2,28 persen dari triwulan II, sedangkan dibanding triwulan III 2009 naik sebesar 19,91 persen menjadi 1,91 juta unit seperti terlihat pada Gambar 3.9 Sumber Direktorat Industri Logam, Ditjen ILMTA Gambar 3.7. Kinerja Industri Logam Hot Rolled Coil Hot Rolled Plate Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada triwulan III realisasi produksi HRP turun sebesar 15,79 persen dibandingkan produksi triwulan II dan turun sebesar 10,37 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton. Konsumsi dalam negeri juga turun 91,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan naik 26,66 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton (Gambar 3.8). Sumber Direktorat Industri Alat Transportasi, Ditjen IATT Gambar 3.9. Kinerja Industri Kendaraan bermotor Roda Dua Kendaraan Bermotor Roda Empat Realisasi produksi kendaraan bermotor roda empat mengalami keadaan yang hampir sama dengan kenderaan bermotor roda dua. Untuk periode Triwulan III tahun ini realisasi produksi mengalami penurunanan sebesar 4,01 persen dibandingkan triwulan II, namun naik sebesar 52,04 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit. Begitu juga dengan penjualan turun 5,16 persen dibandingkan triwulan II, dan naik 44,46 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit seperti yang terlihat pada Gambar LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

32 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih namun naik 29,55 persen dibanding periode yang sama tahun yang lalu (Gambar 3.12) Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT Gambar Kinerja Industri Kendaraan bermotor Roda Empat Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Produksi televisi triwulan III menunjukkan tren jumlah produksi dan permintaan yang terus menaik. Pada triwulan ini nilai realisasi produksi TV sebesar US$ 729,63 juta. Jumlah produksi ini naik 4,36 persen jika dibandingkan produksi triwulan II, dan melonjak lebih dari tiga kalinya dibanding triwulan III Hal ini dikarenakan sedikit menurunnya konsumsi dalam negeri sebesar 1,53 persen dibanding triwulan II, dan naik sekitar lima kali lipat dibandingkan triwulan III 2009 menjadi US$ 490,2 juta (Gambar 3.11). Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT Gambar Kinerja Industri Lemari Es Tekstil dan Produk Tekstil Serat Realisasi produksi serat triwulan III sebesar ribu ton, yang berarti naik 3,12 persen dari triwulan II dan naik 15,21 persen jika dibandingkan dengan triwulan III Sedangkan untuk kebutuhan di dalam negeri pada periode yang sama berbanding lurus dengan realisasi produksinya yaitu untuk triwulan III ini sebesar ribu ton. Nilai konsumsi dalan negeri pada triwulan III turun sebesar 6,99 persen jika dibandingkan dengan triwulan II, namun jika dibandingkan triwulan III 2009 naik 12,63 persen seperti terlihat pada (Gambar 3.13). Sumber Direktorat Industri Elektronika, Ditjen IATT Lemari Es Gambar Kinerja Industri Televisi Realisasi nilai produksi lemari es triwulan III juga menunjukkan tren yang naik. Pada triwulan ini realisasi nilai produksinya naik menjadi US$ 179,77 juta, setelah mencapai US$ 152,96 juta di triwulan II dan US$ 17,12 juta pada triwulan III Sama seperti realisasi produksi, tingkat konsumsi dalam negeri yang juga mengalami kenaikan sebesar 29,08 persen dibanding triwulan sebelumnya, Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA Benang Gambar Kinerja Industri Serat Realisasi produksi benang triwulan III mengalami penurunan sebesar 0,68 persen dibanding triwulan II namun naik 9,01 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi 548,38 ribu ton. Begitu juga dengan kebutuhan dalam negeri terus mengalami peningkatan sebesar 0,87 persen dibanding triwulan II, dan hal yang sama terjadi pada periode yang LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 19

33 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih sama tahun 2009 naik 26,88 persen menjadi 388,90 ribu ton (Gambar 3.14). dibanding triwulan III 2009 menjadi sebesar 1,23 juta ton. Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA Gambar Kinerja Industri Benang Sumber Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Pulp Kain Seperti yang dialami oleh produksi benang, realisasi produksi kain juga menunjukkan tren yang menurun. Hal ini ditandai dengan turunnya jumlah produksi sebesar 0,05 persen dibanding triwulan II dan turun 1,54 persen triwulan III 2009 menjadi 278,55 ribu ton. Hal ini berbanding terbalik dengan tren konsumsi dalam negeri yang naik dengan persentase 1,22 persen dibandingkan triwulan II dan 10,71 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi 333,50 ribu ton (Gambar 3.15). Hutan tanaman industri (HTI) merupakan salah satu sumber bahan baku industri pulp yang terus dikembangkan oleh pengusaha di bidang kehutanan. Kementerian Kehutanan menyiapkan lahan terdegradasi seluas 35,4 juta hektare, dan lima juta hektare di antaranya untuk memaksimalkan HTI sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Dibutuhkan lima juta hektare lagi dari lahan terdegradasi itu agar dihasilkan pasokan bahan baku kayu 330 juta meter kubik. Jika 60 persennya atau 198 juta meter kubik untuk pulp, maka sisanya bisa digunakan untuk kayu pertukangan (132 juta meter kubik) Kertas Sumber Direktorat Industri Tekstil dan Produk Tekstil, Ditjen ILMTA Pulp dan Kertas Pulp Gambar Kinerja Industri Kain Realisasi produksi pulp periode triwulan III menunjukkan penurunan sebesar 8,23 persen dibanding triwulan II dan turun sebesar 6,35 persen jika dibanding triwulan III 2009 menjadi 1,58 juta ton seperti terlihat pada Gambar Sementara itu untuk konsumsi dalam negeri pada triwulan III mengalami sedikit kenaikan sebesar 3,03 persen dibanding triwulan II, namun turun 13,40 persen Realisasi produksi kertas berada pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi pulp, pada triwulan III produksi kertas sebesar 2,15 juta ton, nilai ini turun sebesar 12,86 persen dibanding triwulan II dan turun 19,53 persen dibanding triwulan III Konsumsi dalam negeri pada triwulan ini turun sebesar 14,85 persen dibanding triwulan sebelumnya dan turun 35,43 persen dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama. Nilai konsumsi dalam negeri berada dibawah realisasi produksi berkisar antara 1,30 juta ton untuk triwulan triwulan III seperti terlihat pada (Gambar 3.17). 20 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

34 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih dibanding tahun lalu juga naik 357,75 persen terlihat pada (Gambar 3.19). Sumber Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Kertas Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) Realisasi produksi MCB triwulan III mengalami penurunan 4,23 persen dibanding triwulan II, namun naik 4,49 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi 2,37 juta unit. Konsumsi dalam negeri MCB juga mengalami penurunan 6,06 persen dibanding triwulan II, sedangkan dibanding triwulan III 2009 mengalami kenaikan 47,23 persen menjadi 2,79 juta unit (Gambar 3.18). Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar Kinerja Industri Motor Listrik KWh Meter Realisasi produksi Kwh Meter triwulan III menurun sebesar 0,65 persen dibanding triwulan II dan naik 20,08 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit. Konsumsi dalam negeri pada triwulan III naik 4,48 persen dibanding triwulan sebelumnya dan 8,37 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit. Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Motor Listrik Gambar Kinerja Industri MCB Realisasi produksi motor listrik triwulan III mulai dapat mengimbangi konsumsi dalam negeri dibanding triwulan-triwulan sebelumnya, walaupun realisasinya pada triwulan ini belum mampu melampaui konsumsi dalam negeri dan belum mencapai kapasitas yang optimal sebesar 91,33 persen dari total kapasitas. Produksi triwulan III mencapai unit, naik signifikan 473,22 persen dibanding triwulan II sebelumnya, dan naik hampir sembilan kali lipat dibanding triwulan III Sedangkan konsumsi dalam negeri mencapai untuk triwulan ini, naik 451,64 persen dibanding triwulan II, begitu juga Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar Kinerja Industri KWh Meter Panel dan Gear Realisasi produksi Panel dan Gear triwulan III juga menunjukkan tren yang kembali meningkat dibanding periode sebelumnya. Pada triwulan ini produksi naik sebesar 13,84 persen dibanding triwulan II dan turun 5,80 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit. Sementara itu konsumsi dalam negeri naik 14,60 persen dibanding triwulan II, namun turun 5,42 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit (Gambar 3.21). Permasalahan yang terjadi menurut Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) adalah Importir terlalu leluasa mengimpor barang; Pengguna barang kurang mementingkan produksi dalam negeri; dan Bea LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 21

35 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih masuk barang jadi sama dengan komponen dan bahan baku. cukup baik. Tetapi APBI tetap mengharapkan peran pemerintah untuk mengatasi impor ban ilegal. APBI mengkonfirmasi masih banyak ban ilegal masuk ke Indonesia menggunakan SNI Wajib yang sebenarnya abal-abal karena ban tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan spesifikasi yang tertera. APBI mengkonfirmasi bahwa ban impor ilegal, yang kebanyakan dari India dan China, lebih diminati oleh konsumen karena dianggap lebih kuat.harga ban impor ilegal juga lebih murah 15 sampai 20 persen dibandingkan ban lokal. Sumber Direktorat Industri Mesin, Ditjen ILMTA Gambar Kinerja Industri Panel dan Gear Ban Ban Sepeda Motor Realisasi produksi ban sepeda motor terus mengalami kondisi yang stagnan. Produksi pada triwulan ini sama dengan triwulan II dan turun 1,63 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi unit. Untuk triwulan ini tingkat konsumsi dalam negeri mengalami peningkatan 1,96 persen dibanding triwulan II, namun turun 7,22 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi juta unit. (Gambar 3.22). Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Ban Sepeda Motor Ban Mobil Realisasi produksi ban mobil triwulan III sebesar 10,67 juta unit. Realisasi produksi pada triwulan ini masih sama dengan triwulan II, dan turun 1,99 persen dibanding triwulan III Rata-rata konsumsi ban mobil dalam negeri dibandingkan dengan realisasi produksi sebesar 32 persen dan sebagian produksi ban diperuntukkan bagi pasar ekspor seperti terlihat pada (Gambar 3.23). Menurut Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI), pertumbuhan industri ban nasional Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Ban Mobil Tepung Terigu Realisasi produksi industri tepung terigu di dalam negeri periode triwulan III bernilai ton. Angka ini turun sedikit sebesar 0,30 persen dibanding triwulan II namun naik 19,60 persen dibanding triwulan III 2009 (Gambar 3.24). Sekitar 82 persen kebutuhan terigu nasional dipasok dari industri dalam negeri sedangkan sisanya dari impor, terutama dari Turki yang memasok sekitar 55 persen dari total impor terigu. Menurut Asosiasi Produsen tepung Terigu Indonesia (APTINDO) konsumsi terigu nasional hingga akhir tahun diperkirakan mencapai 4,4 juta ton atau naik sekitar 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sumber Direktorat Industri Makanan, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Tepung Terigu 22 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

36 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih Barang Jadi Rotan Total nilai produksi barang jadi rotan triwulan III naik sebesar 3,08 persen dibanding periode sebelumnya dan mengalami kenaikan 11,02 persen dibanding periode yang sama tahun 2009 menjadi 986 miliar rupiah. (Gambar 3.25). Sementara itu konsumsi dalam negeri naik 37,72 persen dibanding triwulan II, namun turun 26,18 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton seperti terlihat pada Gambar 3.27 berikut. Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Keramik Tableware Sumber Ditjen IKM Gambar Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Keramik Keramik Tile Realisasi produksi keramik tile mengalami stagnasi. Pada triwulan III ini produksinya sama dengan triwulan sebelumnya dan turun 17,41 persen menjadi ton. Untuk konsumsi dalam negeri mengalami kenaikan sebesar 2,72 persen dari triwulan sebelumnya dan turun 18,01 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton seperti terlihat pada Gambar 3.26 berikut Keramik Sanitary Sama seperti jenis keramik lainnya yang relative mengalami stagnasi, pada triwulan III produksi keramik sanitary juga sama dengan triwulan II, namun turun 11,09 persen dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi ton. Hal yang sebaliknya dialami konsumsi dalam negeri yang naik 7,78 persen dibanding triwulan II, dan naik 7,48 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton seperti terlihat pada Gambar 3.28 berikut. Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Keramik Sanitary Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar Kinerja Industri Keramik Tile Keramik Tableware Realisasi produksi keramik tableware tidak mengalami perubahan. Pada triwulan ini, realisasi produksi sama dengan triwulan II, dan turun 27,56 persen dibanding triwulan III 2009 menjadi ton. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 23

37 Bab 3 : Perkembangan Kinerja Produksi Komoditi Industri terpilih 24 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

38 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih BAB IV INDEKS KINERJA INDUSTRI TERPILIH 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Pupuk menunjukkan kenaikan y on y nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) yaitu sebesar 5,894 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dari sebesar 0,702 menjadi 6,596. Peningkatan ini juga terjadi secara q to q dimana terjadi kenaikan indeks sebesar 3,921. Tabel 4.1. Indeks Kinerja Industri Pupuk Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 0,702 2,675 6,596 0,027 0,038 0,093 0,097 0,090 0,209 0,101 0,385 0,950 0,007 0,021 0,050 0,097 0,058 0,143 Peningkatan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan sebesar 0,849 dari sebesar 0,101 pada triwulan III 2009 menjadi 0,950 pada triwulan III, peningkatan terjadi juga bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II ) yaitu sebanyak 0,565. Kontribusi komoditi industri ini terhadap ekonomi aggregat, baik dalam lingkup domestik (p/pr) maupun internasional (x/x) yang masingmasing pada triwulan III mempunyai indeks sebesar 0,093 dan 0,050. Secara year on year (y on y) kontribusi ke domestik mengalami peningkatan sebesar 0,066 dan juga mengalami peningkatan untuk q to q sebesar 0,055. Sementara dalam lingkup internasional, terjadi peningkatan secara y on y sebesar 0,043, peningkatan juga terjadi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 0,021 pada triwulan II menjadi 0,050 pada triwulan III. Peningkatan q to q terjadi pada kinerja Industri Pupuk juga terjadi dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X). Peningkatan tersebut sebesar 0,119. Secara y on y juga mengalami peningkatan sebesar 0,112 dari sebesar 0,097 pada triwulan III 2009 menjadi 0,209 pada triwulan III. Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr), bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y on y) naik sebesar 0,046, dan bila dibandingkan dengan triwulan II tahun juga mengalami peningkatan sebesar 0,085, dari sebesar 0,058 pada triwulan II tahun menjadi 0,143 pada triwulan III tahun Indeks Kinerja Industri Semen Pada periode triwulan III kinerja Industri Semen menunjukkan peningkatan nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 72,004 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) dari sebesar 5,631 menjadi 77,635. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami penurunan sebesar 7,912 dari sebesar 85,547 pada triwulan II tahun. Tabel 4.2. Indeks Kinerja Industri Semen Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 5,631 85,547 77,635 0,101 0,571 0,515 0,367 0,756 0,649 0,214 3,248 2,947 0,015 0,173 0,154 0,367 0,873 0,792 Peningkatan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan 2,733 dari 0,214 pada triwulan III LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 25

39 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih 2009 menjadi 2,947 pada triwulan III, tetapi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami penurunan sebesar 0,301. Sementara itu, sumbangannya terhadap ekonomi aggregat dalam lingkup internasional (x/x) yakni sebesar 0,154, dan dalam lingkup domestik (p/pr) sebesar 0,515. Dalam lingkup internasional (x/x), bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) mengalami peningkatan sebesar 0,139, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami penurunan sebesar 0,019. Sedangkan dalam lingkup domestik (p/pr) mengalami peningkatan sebesar 0,414 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun sebesar 0,056. Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun dalam ekspor (MHT/X), besarnya kinerja masing-masing mencapai angka indeks 0,792 dan 0,649. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y on y) yaitu naik 0,425, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun sebesar 0,081. Sementara dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor juga mengalami peningkatan sebesar 0,282 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) tetapi turun sebesar 0,107 dibanding triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Minyak Goreng menunjukkan peningkatan untuk nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) yaitu sebesar 1,914 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) dari sebesar 5,722 pada triwulan III 2009 menjadi 7,636 pada triwulan III, tetapi tetap bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Peningkatan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan dari 3,946 pada triwulan III 2009 menjadi 5,265 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) tidak mengalami perubahan. Sementara sumbangan komoditi industri ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) menunjukkan penurunan sebesar 0,084 dari 0,166 pada triwulan III 2009 menjadi 0,082 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan II tahun juga tidak mengalami perubahan. Pada lingkup internasional (x/x) terjadi penurunan kinerja sebesar 0,004 secara year on year, dan juga turun sebesar 0,005 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) menjadi 0,275 pada triwulan III tahun. Tabel 4.3. Indeks Kinerja Industri Minyak Goreng Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 5,722 7,636 7,636 0,166 0,082 0,082 0,603 1,225 1,160 3,946 5,265 5,265 0,279 0,280 0,275 0,603 0,126 0,126 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun dalam ekspor (MHT/X), besarnya kinerja mencapai angka indeks masing-masing 0,126 dan 1,160. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi mengalami penurunan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y on y) yaitu sebesar 0,477, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) tidak terjadi perubahan indeks. Sementara dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor mengalami kenaikan sebesar 0,557 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) dan tetapi turun sebesar 0,065 dibanding triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Baja Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Baja menunjukkan peningkatan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 0,525 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), tetapi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun 26 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

40 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih ) sebesar 0,111 menjadi 1,385 pada triwulan III. Peningkatan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan sebesar 0,144 menjadi 0,381 pada triwulan III, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ), nilai indeksnya turun sebesar 0,031. Penurunan indeks terjadi pada sumbangan Industri Baja terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) secara y on y dari 0,056 pada triwulan III 2009 menjadi 0,033 pada triwulan III. Untuk perubahan q to q juga terjadi penurunan sebesar 0,003. Dalam lingkup internasional (x/x), indeks kinerjanya adalah Peningkatan terjadi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (y on y) sebesar 0,003 dari sebesar 0,017 pada tiwulan III 2009 menjadi 0,020 pada triwulan III dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun sebesar 0,002. Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun pada ekspor (MHT/X), nilai indeksnya masing-masing mencapai angka 0,051 dan 0,084 pada triwulan III. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) menurun sebesar 0,153 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan turun 0,004 bila dibandingkan triwulan II tahun. Sementara untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X) turun sebesar 0,120 (y on y), dan turun sebesar 0,012 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Tabel 4.4. Indeks Kinerja Industri Baja Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 0,860 1,496 1,385 0,056 0,036 0,033 0,204 0,096 0,084 0,237 0,412 0,381 0,017 0,022 0,020 0,204 0,055 0, Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Kendaraan Bermotor menunjukkan penurunan untuk indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 4,038 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) naik dari nilai indeks sebesar 1,310 menjadi sebesar 1,380 pada triwulan III. Penurunan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami penurunan indeks 0,441 menjadi 0,150 pada triwulan III, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) naik sebesar 0,007. Dalam hal sumbangan komoditi industrinya terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) juga menunjukkan penurunan sebesar 0,074 (year on year), namun naik sebesar 0,001 bila dibandingkan triwulan II tahun. Dalam lingkup internasional (x/x) juga terjadi penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) yaitu turun 0,034, namun tidak terjadi perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II ). Tabel 4.5. Indeks Kinerja Industri Kendaraan Bermotor Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 5,418 1,310 1,380 0,082 0,007 0,008 0,298 0,033 0,033 0,591 0,143 0,150 0,042 0,008 0,008 0,298 0,011 0,012 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun pada ekspor (MHT/X), dimana kedua nilai indeksnya mencapai masing-masing angka indeks 0,012 dan 0,033 pada triwulan III. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) turun 0,286 bila LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 27

41 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan turun 0,001 bila dibandingkan triwulan II tahun. Sedangkan untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor (MHT/X) turun sebesar 0,265 (y on y) dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga menunjukkan peningkatan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 0,004 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan peningkatan terjadi bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) sebesar 0,002 dari 0,117 pada triwulan II tahun menjadi sebesar 0,119 pada triwulan III. Tabel 4.6. Indeks Kinerja Industri Peralatan Listrik Rumah Tangga Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 0,115 0,117 0,119 0,004 0,001 0,001 0,014 0,021 0,020 0,087 0,089 0,090 0,006 0,005 0,005 0,014 0,002 0,002 Peningkatan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai indeks ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan 0,003, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) naik 0,001 dari 0,089 pada triwulan II menjadi 0,090 pada triwulan III. Dalam hal kontribusi komoditi ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr), secara year on year menunjukkan penurunan 0,003, dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II ). Demikian halnya dalam lingkup internasional (x/x) juga terjadi penurunan 0,001 (y on y) dari 0,006 pada triwulan III 2009 menjadi 0,005 pada triwulan III, dan tetap bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun pada ekspor (MHT/X), kedua nilai indeksnya mencapai angka indeks 0,002 dan 0,020 pada triwulan III. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi turun 0,012 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sementara untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor naik sebesar 0,006 (year on year) namun turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (T.P.T) Pada periode triwulan III tahun kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menunjukkan penurunan nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 3,535 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya mengalami penurunan indeks 0,052 dari sebesar 2,557 pada triwulan II tahun menjadi sebesar 2,505 pada triwulan III. Tabel 4.7. Indeks Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 6,040 2,557 2,505 0,155 0,024 0,024 0,562 0,331 0,307 3,365 1,425 1,396 0,238 0,076 0,073 0,562 0,037 0,036 Penurunan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami penurunan indeks sebesar 1,969 dari 3, LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

42 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih pada triwulan III 2009 menjadi 1,396 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun sebesar 0,029. Sementara itu, sumbangan komoditi ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) menunjukkan penurunan 0,131 dari 0,155 pada triwulan III 2009 menjadi 0,024 pada triwulan III, dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Hal yang sama juga terjadi dalam lingkup internasional (x/x) dimana penurunan terjadi secara year on year yaitu sebesar 0,165, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) juga turun 0,003 dari 0,076 pada triwulan II menjadi 0,073 triwulan III. Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) maupun pada ekspor (MHT/X), kedua nilai indeksnya mencapai angka indeks 0,036 dan 0,307 pada triwulan III. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) menurun 0,526 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sedangkan dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X) turun sebesar 0,255 secara year on year dan juga turun 0,024 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Pulp Dan Kertas Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Pulp dan Kertas menunjukkan peningkatan untuk indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) yaitu sebesar 15,186 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009). Demikian halnya bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami peningkatan indeks sebesar 1,035 dari sebesar 31,761 pada triwulan II tahun menjadi 32,796 pada triwulan III. Peningkatan indeks nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan 3,259 menjadi 7,039 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) juga naik 0,222. Hal yang berbeda terjadi pada sumbangan Industri Pulp dan Kertas terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) yang menunjukkan penurunan indeks sebesar 0,098 dari 0,315 pada triwulan III 2009 menjadi 0,217 pada triwulan III, namun naik 0,006 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sementara dalam lingkup internasional (x/x) terjadi peningkatan secara year on year yaitu naik 0,100, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) naik 0,004 dari 0,363 pada triwulan II menjadi 0,367 pada triwulan III. Tabel 4.8. Indeks Kinerja Industri Pulp dan Kertas Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 17,610 31,761 32,796 0,315 0,211 0,217 1,144 1,586 1,551 3,780 6,817 7,039 0,267 0,363 0,367 1,144 0,323 0,333 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mencapai angka indeks 0,333 pada periode triwulan III atau menurun sebesar 0,811 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), namun naik sebesar 0,010 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sementara untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor (MHT/X) mencapai 1,551 pada triwulan III, naik sebesar 0,407 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), namun turun 0,035 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Mesin Listrik menunjukkan penurunan untuk indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) yaitu turun 0,250 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dari sebesar 0,269 pada periode triwulan III 2009 menjadi sebesar 0,219 pada periode triwulan III, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) indeks adalah tetap. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 29

43 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih Penurunan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami penurunan 0,280 dari sebesar 0,301 pada triwulan III 2009 menjadi 0,021 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun 0,001. Kontribusi komoditi industri terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) juga mengalami penurunan secara year on year. Penurunan y on y sebesar 0,006, sedangkan tidak ada perubahan secara q to q. Dalam lingkup internasional (x/x), dimana terjadi penurunan secara year on year, sebesar 0,020, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II ) maka indeks adalah tetap. Tabel 4.9. Indeks Kinerja Industri Mesin Listrik trw 3 trw 2 trw 3 Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin 0,269 0,019 0,019 0,006 0,000 0,000 0,020 0,005 0,005 0,301 0,022 0,021 0,021 0,001 0,001 0,020 0,000 0,000 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mencapai angka indeks 0,000 pada periode triwulan III atau turun 0,020 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan tetap bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sedangkan untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor (MHT/X) mengalami penurunan 0,015 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009) dari sebesar 0,020 pada triwulan III tahun 2009 menjadi pada triwulan III, dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Ban Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Ban menunjukkan penurunan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) 0,954 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami penurunan 0,027 dari sebesar 0,563 pada triwulan II menjadi sebesar 0,536 pada triwulan III. Penurunan nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami penurunan 0,703 dari 1,098 pada triwulan III 2009 menjadi 0,395 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) turun sebesar 0,020. Sementara itu, sumbangan komoditi industri ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) menunjukkan penurunan 0,038 dari 0,044 pada triwulan III 2009 menjadi 0,006 pada triwulan III, namun tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Dalam lingkup internasional (x/x), secara year on year juga terjadi penurunan sebesar 0,057 dari sebesar 0,078 pada triwulan III 2009 menjadi 0,021 pada triwulan III tahun, dan turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Tabel Indeks Kinerja Industri Ban Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 1,490 0,563 0,536 0,044 0,006 0,006 0,159 0,097 0,087 1,098 0,415 0,395 0,078 0,022 0,021 0,159 0,009 0,009 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mencapai angka indeks 0,009 pada triwulan III atau turun 0,150 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Sedangkan untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam ekspor (MHT/X) mencapai 0,087 pada triwulan III atau turun 0,072 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan turun 0,010 bila dibandingkan 30 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

44 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Tepung Terigu menunjukkan penurunan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 0,005 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) juga turun sebesar dari 1,225 menjadi 1,222 pada triwulan III. Sedangkan nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) juga mengalami peningkatan y on y sebesar 0,039 bila dibandingkan dengan triwulan III 2009, dan naik 0,011 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) yaitu dengan nilai indeks 0,049. Tabel Indeks Kinerja Industri Tepung Terigu Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 1,227 1,225 1,222 0,017 0,005 0,005 0,061 0,009 0,011 0,010 0,038 0,049 0,001 0,002 0,003 0,061 0,007 0,007 Sementara itu, kontribusi komoditi industri ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) menunjukkan penurunan 0,012 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) yaitu dengan nilai indeks 0,005. Sedangkan sumbangannya terhadap ekonomi dalam lingkup internasional (x/x) mencapai angka indeks 0,003. Secara year on year, dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mengalami penurunan 0,054 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dengan nilai indeks 0,007. Sedangkan untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X) mengalami penurunan y on y sebesar 0,050, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) naik 0,002 dari 0,009 pada triwulan II menjadi 0,011 pada triwulan III Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Barang Jadi Rotan menunjukkan penurunan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) secara y on y sebesar 0,135, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) juga mengalami penurunan 0,011 dari sebesar 0,117 pada triwulan II tahun menjadi sebesar 0,106 pada triwulan III. Penurunan indeks nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami penurunan 0,079 dari sebesar 0,142 pada triwulan III 2009 menjadi sebesar 0,063 pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) juga turun sebesar 0,006. Tabel Indeks Kinerja Industri Barang Jadi Rotan Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 0,241 0,117 0,106 0,005 0,001 0,001 0,018 0,016 0,014 0,142 0,069 0,063 0,010 0,004 0,003 0,018 0,001 0,001 Sementara itu, secara year on year, kontribusi komoditi industri ini terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) nilai indeksnya turun sebesar pada triwulan III, dan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) adalah tetap yaitu dengan nilai indeks 0,001. Untuk kontribusinya terhadap ekonomi dalam lingkup internasional LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 31

45 Bab 4 : Indeks Kinerja Industri Terpilih (x/x), secara year on year turun 0,007, dan turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mencapai angka indeks pada periode triwulan III atau turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dan tidak mengalami perubahan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) dengan nilai indeks 0,001. Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X) mencapai indeks 0,014 pada triwulan III atau turun sebesar 0,004 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, dan juga turun 0,002 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari sebesar 0,016 pada triwulan II menjadi 0,014 pada triwulan III Indeks Kinerja Industri Keramik Pada periode triwulan III tahun kinerja industri Keramik menunjukkan peningkatan indeks nilai tambah domestik per kapita (MVA/C) sebesar 0,915 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ) mengalami penurunan 0,100 dari sebesar 2,363 pada triwulan II tahun menjadi sebesar 2,263 pada triwulan III. Peningkatan indeks nilai tambah domestik per kapita secara year on year, juga diikuti nilai ekspor manufaktur per kapita (X/C) yang mengalami peningkatan sebesar 0,177, namun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya turun sebesar 0,019 dari nilai indeks 0,457 pada triwulan II menjadi 0,438 pada triwulan III. Sementara itu, kontribusi komoditi industri terhadap ekonomi dalam lingkup domestik (p/pr) menunjukkan penurunan y on y sebesar 0,009, dan turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 0,016 pada triwulan II tahun menjadi 0,015 pada triwulan III. Sedangkan kontribusi komoditi industri terhadap ekonomi dalam lingkup internasional (x/x), secara year on year terjadi peningkatan sebesar 0,005, namun secara q to q turun sebesar 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ), dari 0,024 pada triwulan II menjadi 0,023 pada triwulan III. Tabel Indeks Kinerja Industri Keramik Uraian MVA/C : Indeks nilai tambah domestik per kapita p/pr : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup domestik MHT/X : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi pada ekspor X/C : Nilai ekspor manufaktur per kapita x/x : Kontribusi komoditi industri terpilih lingkup internasional MHT/Pr : Penggunaan teknologi menengah/ tinggi dalam produksi Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin trw trw 2 trw 3 1,348 2,363 2,263 0,024 0,016 0,015 0,089 0,106 0,096 0,261 0,457 0,438 0,018 0,024 0,023 0,089 0,024 0,023 Dalam hal penggunaan teknologi menengah/tinggi dalam produksi (MHT/Pr) mencapai angka indeks 0,023 pada periode triwulan III atau turun 0,066 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, juga turun 0,001 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). Untuk penggunaan teknologi menengah/tinggi pada ekspor (MHT/X) mencapai indeks 0,096 pada triwulan III atau naik 0,007 bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (triwulan III 2009), namun turun 0,010 bila dibandingkan triwulan sebelumnya (triwulan II tahun ). 32 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

46 Bab 5 : Penutup BAB V PENUTUP Kementerian Perindustrian telah memilih 13 komoditi industri terpilih yang sifatnya strategis. Pemilihan tersebut berdasarkan beberapa alasan, (1) komoditi tersebut tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) -2014, (2) dampaknya cukup besar mempengaruhi tingkat penyerapan tenaga kerja dan devisa, (3) dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Subkomoditi industri terpilih mengalami peningkatan ekspor pada triwulan III dibandingkan dengan triwulan II adalah pupuk mineral/kimia mengandung phospat; minyak goreng sawit; hot rolled plate; kendaraan bermotor roda empat; televisi hitam putih; refrigerators rumah tangga; serat; kain; kain tenun ikat; pulp; kertas industri; KWH meter; tepung terigu; rotan setengah jadi dan keramik, sedangkan subkomoditi terpilih yang mengalami penurunan ekspor dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (triwulan II ) adalah pupuk urea; pupuk lainnya; semen; hot rolled coiled; kendaraan bermotor roda dua; televisi berwarna; refrigerators non rumah tangga; benang; kain tenun sutera; kain tule dan jala lainnya; kertas budaya; kertas tissue; motor listrik; ban luar sepeda motor; ban dalam mobil; ban luar mobil; barang anyaman dari rotan dan meubel rotan. ini, diperlukan peningkatan investasi yang disertai dengan penguatan daya saing. Investasi yang meningkat haruslah disertai dengan perbaikan infrastruktur dan suplai energi yang memadai, jika terpenuhi maka akan tercipta peningkatan daya saing produk industri nasional. Patut dicatat bahwa dengan perjanjian perdagangan Indonesia dengan negara lain (misalnya ASEAN-China FTA) memaksa industri dalam negeri untuk lebih efisien dan kompetitif. Dengan kebijakan Kementerian Perindustrian mendorong sektor industri prioritas, diharapkan hal ini mampu menjadi motor pertumbuhan industri secara keseluruhan menjadi lebih meningkat pada triwulan berikutnya bahkan beberapa tahun ke depan, tentunya dengan perbaikan infrastruktur, energi, ketenagakerjaan, dan penciptaan regulasi bersama dengan instansi lainnya.. Berdasarkan kondisi makro triwulan III, hal-hal yang patut dicatat adalah kinerja ekspor yang menguat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi global yang terus membaik. Investasi juga terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan, hal ini diperjelas pula dengan impor yang menguat. Konsumsi juga terus meningkat akibat optimisme rumah tangga dan pelaku pasar akan membaiknya ekonomi domestik dan global. Konsumsi yang tinggi ini dibarengi dengan inflasi yang tinggi yang bersumber dari kelompok volatile food. Konsumsi juga mendorong industri pengolahan meningkatkan produksi. Pertumbuhan industri yang positif belumlah cukup, karena yang diinginkan adalah pertumbuhan yang disertai percepatan, artinya yang diinginkan adalah peningkatan pertumbuhan industri. Untuk mengakselerasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 33

47 Bab 5 : Penutup 34 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN

48 Lampiran Tabel 1.1. Tinjauan Perekonomian Dunia Sumber: World Economic Outlook, IMF Oktober. LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN III TAHUN 35

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan II Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 1 2 LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN 28 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 24-29

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur merupakan sektor strategis di dalam perekonomian nasional. Hal itu ditegaskan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA. KINERJA Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III - 2017 triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA KINERJA Pagu Anggaran SEKTOR Ditjen IKTA S.D IKTATRIWULAN Tahun 2017III

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,36 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -0,72 PERSEN 26/05/94/Th.X,

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta) Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Februari 2017 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Perkembangan Sektor Industri di Awal 2008 Oleh: Didik Kurniawan Hadi*

Perkembangan Sektor Industri di Awal 2008 Oleh: Didik Kurniawan Hadi* Perkembangan Sektor Industri di Awal 2008 Oleh: Didik Kurniawan Hadi* Harus diakui, di masa pemerintahan SBY-JK, ketidakstabilan makroekonomi dan ketidakpastian kebijakan ekonomi makro sudah jauh menurun

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 41/11/31/Th. X, 17 November 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015. BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.09/02/32/Th.XVIII, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$2,15 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI No.20/32/Th.XVIII, 01 April A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$ 1,97 MILYAR Nilai

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci