Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN SISTEM OTOMASI PADA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA DENGAN MENGGUNAKAN CMMI

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB II. LANDASAN TEORI

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

Sistem manajemen mutu Persyaratan

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

Pengukuran Level Kematangan Proses Akademik Politeknik XYZ Menggunakan CMMI For Services (CMMI-SVC)

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ISO/DIS 9001:2015 Pengenalan Revisi dan Transisi

BAB II LANDASAN TEORI

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. PRAKATA...iii-vi. DAFTAR ISI...vii-xiv. DAFTAR LAMPIRAN...xv BAB I PENDAHULUAN Maksud dan Tujuan Penelitian.

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

PEMBUATAN TATA LAKSANA PROYEK PEMBANGUNAN SISTEM INFORMASI DI UNIVERSITAS X BERDASARKAN CMMI

PEMBUATA TATA LAKSA A PROYEK PEMBA GU A SISTEM I FORMASI DI U IVERSITAS X BERDASARKA CMMI

Inititating Process Group

TATA KELOLA PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK DR EAM PADA PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI DENGAN CMMI-DEV

PEMETAAN VORD KE DALAM CMMI UNTUK MENINGKATKAN ANALISIS KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK (STUDI KASUS SISTEM PENJUALAN SUPERMARKET SAKINAH)

PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 7 8)

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

PEMBUATAN PERANGKAT AUDIT PERENCANAAN PROYEK PERANGKAT LUNAK BERDASARKAN CMMI 1.2 PADA PT GRATIKA

Kematangan Industri Perangkat Lunak Indonesia (KIPI v1.0) Dan Capability Maturity Model (CMM)

PENGUKURAN DAMPAK PENERAPAN CAPABILITY MATURITY MODEL INTEGRATION UNTUK PENINGKATAN PROSES PENGEMBANGAN APLIKASI PADA TELKOMSIGMA

Agoeng Bhimasta Yetli Oslan

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

Capability Maturity Model Integration (CMMI)

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

MANAJEMEN PROYEK DALAM PRAKTEK

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Pemanfaatan Capability Maturity Model Integration

MANAJEMEN PROYEK & AKUISISI SISTEM TI PLANNING SCOPE MANAGEMENT : VALIDATING SCOPE AND CONTROLLING SCOPE. Oleh : Utama Andri Arjita

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

REKAYASA PERANGKAT LUNAK

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL

Software Proses. Model Proses Perangkat Lunak. Pengembangan Perangkat Lunak. Framework activities 3/20/2018. System Development Life Cycle (SDLC)

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

COBIT COSO CMMI BS7799 BSI ITSEC/CC Control Objectives for Information and Related Technology

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

PENDEKATAN SISTIM MANAJEMEN MUTU BAGI ORGANISASI

PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN CMMI DAN ISHIKAWA PADA BAGIAN UMUM KANREG I BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA YOGYAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN LAB LECTURE 3. By Djadjat Tisnadjaja, Universitas Nusa Bangsa, Bogor

ANALISIS PENERAPAN ISO TS DALAM PELAKSANAAN AUDIT MUTU INTERNAL PADA PT HONDA LOCK INDONESIA

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

Model Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit Pada Proses Pendidikan Dan Pelatihan Pengguna

PENGUKURAN MANAJEMEN SUMBER DAYA TI DENGAN MENGGUNAKAN METODE COBIT PADA PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

PENILAIAN TINGKAT KEMATANGAN TIGA PROSES AREA LEVEL 2 CMMI VERSI 1.2 PADA SMALL INDEPENDENT SOFTWARE VENDOR DI INDONESIA (STUDI KASUS: INOVASIA)

1 BAB I PENDAHULUAN. penting bagi hampir semua organisasi perusahaan karena dipercaya dapat

BAB II LANDASAN TEORI

Chapter 4 SOFTWARE QUALITY ASSURANCE - REVIEW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pertemuan 11 Manajemen Risiko

AUDIT MANAJEMEN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN COBIT 4.1 PADA SISTEM TRANSAKSI KEUANGAN

I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d. Nama Mata Kuliah : Sistem Manajemen Kualitas

KONTROL KUALITAS PADA PERANGKAT LUNAK

Catatan Kuliah Rekayasa Perangkat Lunak (Software Engineering) Bagian 1

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. produk, perusahaan dapat menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.

HARMONISASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001 DAN ISO DI TAHUN 2015

Manajemen Integrasi Dalam Proyek Chapter 3. Heru Lestiawan, M.Kom

BAB III LANDASAN TEORI

Enterprise Architecture Planning

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

Teknik Informatika S1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Kesesuaian Capability Maturity Model Integration Development V1.2 (CMMI Dev. V1.2) Terhadap ISO 9001 Waniwatining Astuti STMIK MDP Palembang wani@stmik-mdp.net Abstrak: Kesesuaian CMMI Development V1.2 dengan ISO 9001 merupakan suatu gambaran tentang adanya kesenjangan yang harus ditutup dalam penerapan CMMI pada perusahaan pengembang perangkat lunak, apabila perusahaan pengembang perangkat lunak tersebut telah mengimplementasikan Quality Management System dengan mengacu pada ISO 9001. Ada beberapa proses area yang sama sekali belum terpenuhi, atau spesifik praktis dalam proses area tidak terpenuhi secara lengkap, atau proses area yang sudah dapat terpenuhi dengan lengkap. Proses area tersebut perlu ditelaah untuk memastikan bahwa langkah atau rencana yang akan diambil untuk mempersiapkan sertifikasi tingkat kematangan perusahaan pengembang perangkat lunak, tidak salah atau keluar dari apa yang seharusnya dapat dilakukan lebih singkat dan cepat. Kesesuain dan kesenjangan antara CMMI Dev.V1.2 dengan ISO 9001 diuraikan untuk dapat dijadikan dasar dalam memastikan langkah-langkah yang akan diambil oleh perusahaan pengembang perangkat lunak yang telah menerapkan Quality Management System, dan akan meningkatkan performanya dengan mengukur tingkat kematangan melalui sertifikasi CMMI. Kata kunci: CMMI, ISO 9001, KPA, SEI. 1 PENDAHULUAN CMMI Development V1.2 adalah suatu framework untuk mengukur tingkat kematangan suatu perusahaan yang bergerak dibidang pengembang perangkat lunak, sehingga bersifat sangat spesifik. ISO 9001 merupakan suatu standard untuk menerapkan Quality Management System dalam suatu organisasi yang dibuat bersifat sangat generik dan tidak spesifik karena diperuntukan bagi suatu penerapan Quality Management System secara global, dan fleksibel digunakan untuk jenis usaha apapun baik produk jasa maupun non jasa. Perusahaan pengembang perangkat lunak yang telah menerapkan Quality Management System dengan mengikuti Standar ISO 9001 dan ingin meningkatkan performanya dengan sertifikasi tingkat kematangan proses pengembangan perangkat lunak dari Software Engineering Institute, membutuhkan suatu mapping kesesuaian antara CMMI Dev. V1.2 dan ISO 9001. Dalam penyusunan CMMI Develompment versi 1.2 salah satu referensinya adalah ISO 9001:2000 sehingga hampir seluruh klausa ISO 9001:2000 telah terpenuhi dalam CMMI, sedangkan Proses Area dalam CMMI tidak sepenuhnya terpenuhi dalam ISO 9001. Gambar 1: Gap Analysis ISO 9001 dan CMMI Dari mapping antara ISO 9001 : 2000 dan CMMI Dev. V1.2 yang merujuk pada referensi buku Process Improvement with CMMI v1.2 and ISO Standards karangan Boris Mustafelija dan Harvey Stromberg, terdapat satu klausa dalam ISO 9001 yang tidak terpenuhi dalam CMMI, yaitu klausa 7.5.4 mengenai kepemilikan pelanggan (Customer Property), pada klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk menjaga milik pelanggan yang masih menjadi tanggung jawab organisasi. Organisasi harus berhati-hati dengan kepemilikan pelanggan dalam pengendalian organisasi atau dipakai oleh organisasi. Hal - 29

2 PROSES AREA YANG TERPENUHI DALAM ISO 9001 2.1 Requirement Management Requirement Management mempunyai tujuan untuk mengelola persyaratan produk dan komponen produk dari proyek, dan untuk mengidentifikasi inkonsistensi antara kebutuhan proyek, rencana proyek dan produk kerja. Proses area ini dapat disesuaikan dengan beberapa klausa ISO 9001 tentang penetapan persyaratan yang berkaitan dengan produk (7.2.1), tinjauan persyaratan berkaitan dengan produk (7.2.2), komunikasi pelanggan (7.2.3), identifikasi dan mampu telusur (7.5.3) dan pemantauan dan pengukuran produk (8.2.4). 2.2 Measurement Analysis Proses area ini mengembangkan dan mempertahankan kemampuan pengukuran yang digunakan untuk mendukung kebutuhan informasi manajemen. Proses area ini dapat disesuaikan dengan klausa 8.2 ISO 9001:2008 tentang Pemantauan dan Pengukuran, dimana pada klausa ini seluruh proses yang dilaksanakan di suatu organisasi harus selalu dipantau dan diukur dengan menggunakan suatu metode pengukuran dan analisa yang ditetapkan sendiri oleh organisasi. Hasil analisa pemantauan dan pengukuran harus dijadikan masukan pada saat review management. Organisasi juga diwajibkan untuk merencanakan dan menerapkan proses-proses pemantauan, pengukuran, analisis dan perbaikan yang diperlukan. 1. Untuk memperagakan kesesuaian produk. 2. Untuk memastikan kesesuaian sistem manajemen mutu. 3. Untuk terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu. 2.3 Organizational Process Performance Proses area ini bertujuan untuk membangun dan mempertahankan pemahaman kuantitatif kinerja organisasi, serangkaian proses standar dalam mendukung kualitas dan tujuan kinerja proses, dan untuk menyediakan data kinerja proses, baselines, dan model untuk mengelola proyek-proyek organisasi. Proses area ini dapat disesuaikan dengan klausa 8.4 ISO 9001 tentang pemantauan dan pengukuran dimana organisasi harus memantau dan mengukur karakteristik produk untuk verifikasi bahwa persyaratan produk dipenuhi. 2.4 Process And Product Quality Assurance Proses Area ini dapat disesuaikan dengan klausa 8.2.2 tentang Audit Internal dimana pada klausa ini organisasi diwajibkan untuk membentuk sekelompok tenaga auditor yang bertugas untuk menjaga tujuan proses dan produk kerja tetap efektif. Selain itu pada klausa ini organisasi juga diwajibkan untuk melakukan audit internal pada selang waktu terencana. Program audit harus direncanakan, dengan mempertimbangkan status dan pentingnya proses dan bidang yang diaudit, seperti juga hasil audit yang lalu. Kriteria, lingkup, frekuensi dan metode audit harus ditetapkan. Pemilihan auditor dan pelaksanaan audit harus memastikan keobjektifan dan tidak berpihaknya proses audit. Auditor tidak boleh melakukan audit pada pekerjaan mereka sendiri. Selain klausa 8.2.2 tentang audit internal juga sesuai dengan klausa 8.2.4 tentang pemantauan dan pengukuran produk. Pada klausa ini Organisasi harus memantau dan mengukur karakteristik produk untuk verifikasi bahwa persyaratan produk telah dipenuhi. Bukti kesesuaian dengan kriteria keberterimaan harus dipelihara. Rekaman harus menunjukkan orang yang berwenang menyerahkan produk. Penyerahan produk atau penyerahan jasa tidak boleh dilanjutkan sampai semua pengaturan terencana, diselesaikan secara memuaskan, kecuali kalau disetujui oleh kewenangan yang relevan. 2.5 Requirement Development Proses area ini menghasilkan dan menganalisis produk, dan komponen produk sesuai persyaratan pelanggan. Area proses ini dapat disesuaikan dengan klausa 7.1 tentang Perencanaan realisasi produk dan 7.2 tentang proses berkaitan dengan pelanggan. Pada klausa ini, organisasi diwajibkan untuk menetapkan : Hal - 30

1. persyaratan yang ditentukan oleh pelanggan, termasuk persyaratan untuk penyerahan dan kegiatan pasca penyerahan, 2. persyaratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan tetapi perlu untuk pemakaian yang ditentukan atau yang dimaksudkan, bila diketahui, 3. persyaratan undang-undang dan peraturan yang berkaitan dengan produk, 4. persyaratan tambahan apa pun yang ditentukan oleh organisasi. 2.6 Technical Solution Proses area ini merancang, mengembangkan, dan menerapkan solusi untuk persyaratan. Solusi, desain, dan implementasi meliputi produk, komponen produk, dan produk yang berhubungan dengan proses keseluruhan, baik sendiri-sendiri atau dalam kombinasi yang sesuai. Area proses ini dapat disesuikan dengan klausa 7.3 tentang perancangan dan pengembangan, dimana pada klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk merencanakan dan mengendalikan perancangan dan pengembangan produk. Selama perencanaan perancangan dan pengembangan, organisasi harus menetapkan: 1. tahapan perancangan dan pengembangan, 2. tinjauan, verifikasi dan pembenaran yang sesuai bagi tiap tahap perancangan dan pengembangan, dan, 3. tanggung jawab dan wewenang untuk perancangan dan pengembangan, 4. Keluaran perencanaan harus dimutakhirkan, jika sesuai, selagi perancangan dan pengembangan berlangsung. 2.7 Organizational Process Fokus Proses area ini merencanakan, menerapkan, dan mendistribusikan proses perbaikan organisasi didasarkan pada pemahaman menyeluruh terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi proses dan aset. Untuk kegiatan distribusi proses maupun dokumen dapat disesuaikan dengan klausa 4.1 tentang persyaratan umum dari suatu organisasi yang menerapkan Quality Management System, sedangkan untuk perbaikan proses organisasi dapat disesuaikan dengan klausa tentang kebijakan mutu, tujuan mutu, komunikasi intern dan tinjauan manajemen. Langkah perbaikan organisasi harus ditetapkan berdasarkan hasil pemantauan dan pengukuran. 2.8 Organizational Training Proses area ini mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dari karyawan perusahaan agar mereka dapat menjalankan peran mereka secara efektif dan efisien. Proses area ini dapat disesuikan dengan klausa 6.2.2 tentang kompetensi, kesadaran dan pelatihan. Pada klausa ini organisasi diwajibkan untuk memantau, meningkatkan dan mengevaluasi kompetensi, kesadaran dan pelatihan dari karyawannya. Organisasi juga harus menjamin bahwa personel yang melakukan pekerjaan yang mempengaruhi mutu produk harus berkemampuan atas dasar pendidikan, pelatihan, ketrampilan dan pengalaman yang sesuai. 2.9 Product Integration Proses area ini memastikan bahwa komponen dari produk telah terintegrasi dan berfungsi dengan benar. Proses area ini dapat disesuikan dengan klausa 7.5 tentang proses produksi dimana pada klausa ini organisasi diwajibkan untuk merencanakan dan melaksanakan produksi dan penyediaan jasa dalam keadaan terkendali. Keadaan terkendali harus mencakup, jika berlaku: 1. tersedianya informasi yang menguraikan karakteristik produk, 2. tersedianya instruksi kerja, jika perlu, 3. pemakaian peralatan yang sesuai, 4. tersedianya dan pemakaian sarana pemantauan dan pengukuran, 5. penerapan pemantauan dan pengukuran, dan 6. penerapan kegiatan-kegiatan pelepasan, penyerahan dan pasca penyerahan. Selain itu organisasi juga harus melakukan Pembenaran untuk memperagakan kemampuan proses untuk mencapai hasil yang direncanakan. Hal - 31

2.10 Validasi Dan Verifikasi Kedua proses area ini menunjukkan bahwa suatu produk atau komponen produk memenuhi tujuan penggunaannya ketika ditempatkan di lingkungan yang dimaksudkan, dan untuk memastikan bahwa produk kerja yang dipilih memenuhi persyaratan yang ditentukan. Dua proses area ini dapat disesuikan dengan klausa 7.3.5 tentang Verifikasi perancangan dan pengembangan dan 7.5.2. tentang pembenaran proses untuk produksi dan penyediaan jasa. Pada klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk selalu melakukan pembenaran dan harus memperagakan kemampuan proses untuk mencapai hasil yang direncanakan. 2.11 Configuration Management Proses area ini membangun dan mempertahankan manajemen konfigurasi dan perubahan sistem manajemen untuk mengendalikan produk kerja dan mengidentifikasi item konfigurasi, komponen, dan pekerjaan yang berkaitan dengan produk. Proses area ini dapat disesuaikan dengan klausa 7.3.7 tentang pengendalian perubahan perancangan dan pengembangan, dimana dalam klausa ini jika terdapat suatu perubahan perancangan dan pengembangan maka organisasi harus dapat menunjukan perubahan tersebut dan dokumen perubahan disimpan dan dipelihara. Perubahan harus ditinjau, diverifikasi dan dibenarkan, jika sesuai dan disetujui sebelum diterapkan. Tinjauan perubahan perancangan dan pengembangan harus mencakup penilaian pengaruh perubahan pada bagian produk dan produk yang telah diserahkan. 2.12 Causal Analysis And Resolution Proses area ini dapat disesuaikan dengan klausa 8.4 dan 8.5 tentang analisis data dan perbaikan. Klausa ini mewajibkan suatu organisasi harus menetapkan, menghimpun dan menganalisis data untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk menilai di mana perbaikan berlanjut sistem manajemen mutu dapat dilakukan, mencakup data yang dihasilkan dari pemantauan dan pengukuran dan dari sumber relevan lain. Selain itu organisasi harus melakukan tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian untuk mencegah terulangnya kembali ketidaksesuaian yang sama. Tindakan koreksi harus sesuai dengan pengaruh ketidaksesuaian yang dihadapi. 3 PROSES AREA YANG MEMPUNYAI SPESIFIK PRAKTIS YANG TIDAK TERPENUHI DALAM ISO 9001 3.1 Organizational Process Definition (OPD) Proses area ini untuk membangun dan mempertahankan serangkaian aset proses organisasi dan standar lingkungan kerja yang digunakan. Proses area ini dapat disesuaikan dengan klausa 4.1, 4.2.1, dan 4.2.2 tentang Quality Management System dan sebagian klausa 5.4.2 tentang perencanaan Quality Management System Pada klausa-klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk membuat, menetapkan dan memelihara serangkaian proses kerja dan catatan hasil kerja yang terdokumentasi. Spesific Goal (SG) dari OPD adalah Establish Organizational Process Assets dengan 5 Spesific Practices (SP). Terdapat 2 SP dari 5 SP yang tidak terpenuhi yaitu SP 1.4 Establish the organization s Measurement Repository dan SP 1.5 Establish the organization s asset Library. 3.2 Integrated Project Management Proses area ini untuk membangun dan mengelola proyek dan keterlibatan stakeholder yang relevan, sesuai dengan yang didefinisikan secara terpadu dan proses yang disesuaikan dari organisasi untuk menetapkan proses standar. Terdapat 2 SP dari 13 SP yang tidak terpenuhi yaitu SP 1.2 tentang penggunaan proses organisasi dan pengukuran aset repositori untuk memperkirakan dan merencanakan kegiatankegiatan proyek, SP 1.5 tentang pengelolaan proyek dengan menggunakan rencana proyek, rencana lain yang mempengaruhi proyek. Hal - 32

3.3 Project Monitoring Control Proses area ini memberikan pemahaman tentang kemajuan proyek sehingga tindakan koreksi yang tepat dapat diambil ketika kinerja proyek menyimpang secara signifikan dari rencana. Dalam proses area ini terdapat 2 Spesifik Praktis dari 10 spesifik parktis yang tidak terpenuhi yaitu, SP 1.3 monitor resiko proyek dan SP 1.4 tentang monitor manajemen data. 3.4 Project Planning Proses area ini membangun dan mempertahankan rencana yang mendefinisikan kegiatan proyek. Area proses ini dapat disesuaikan dengan klausa 7.1 tentang perencanaan realisasi produk, dimana pada klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk merencanakan dan mengembangkan proses yang diperlukan untuk realisasi produk. Perencanaan realisasi produk harus taat asas dengan persyaratan proses-proses lain dari sistem manajemen mutu (lihat klausa 4.1). Dalam merencanakan realisasi produk, organisasi harus menetapkan : 1. tujuan dan persyaratan mutu bagi produk, 2. kebutuhan untuk menetapkan proses, dokumen, dan penyediaan sumber daya yang khas bagi produk itu, 3. kegiatan verifikasi, pembenaran, pemantauan, inspeksi dan uji yang khas bagi produk dan kriteria keberterimaan produk, rekaman yang diperlukan untuk memberikan bukti bahwa proses realisasi dan produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan (lihat 4.2.4). Dalam proses area ini terdapat 3 SP dari 14 SP yang tidak terpenuhi yaitu SP 3.1 tentang tinjauan rencana yang mempengaruhi proyek, SP 3.2 tentang menyelaraskan rencana proyek dan kemampuan sumber daya, dan SP 3.3 tentang rencana mendapatkan komitmen. 3.5 Supplier Agreement Management Untuk mengelola akuisisi produk dari pemasok. Area proses ini dapat disesuaikan dengan klausa 7.4 tentang pembelian, dimana pada klausa ini suatu organisasi diwajibkan untuk memastikan bahwa produk yang dibeli sesuai dengan persyaratan pembelian yang ditentukan. Jenis dan jangkauan pengendalian pada pemasok dan produk yang dibeli harus bergantung pada pengaruh produk yang dibeli pada realisasi produk berikutnya atau produk akhir. Organisasi harus menilai dan memilih pemasok berdasarkan kemampuannya memasok produk sesuai dengan persyaratan organisasi. Kriteria pemilihan, penilaian dan penilaian ulang harus ditetapkan. Rekaman hasil penilaian dan tindakan apa pun yang perlu yang timbul dari penilaian itu harus dipelihara (lihat 4.2.4) Dalam Proses Area ini terdapat 1 SP dari 7 SP yang tidak terpenuhi yaitu SP 2.4 tentang transisi produk. 4 PROSES AREA YANG TIDAK TERPENUHI DALAM ISO 9001 Terdapat 3 Process Area dalam CMMI Development V1.2 yang tidak dapat dipenuhi dalam ISO 9001, proses area yang tidak terpenuhi dalam klausa-klausa ISO 9001 terdapat pada level 5 dan 3 dalam CMMI. 1. Organizational Innovation and Deployment Proses area ini tidak terpenuhi karena pada area ini mempunyai tujuan untuk selalu mengembangkan dan memilih inovasi proses dan teknologi untuk mendukung perbaikan kualitas organisasi dan tujuan proses kinerja yang sesuai dengan tujuan bisnis organisasi. ISO 9001 tidak mewajibkan untuk selalu mengikuti teknologi terbaru atau mengikuti inovasi teknologi. Pemilihan inovasi proses dan teknologi merupakan salah satu komitmen dari top management. Sehingga jika top management merasa tidak memerlukan suatu inovasi dan pengalihan ke teknologi baru maka proses dan teknologi yang masih digunakan tetap masih bisa digunakan dalam organisasi tersebut. Standard ISO tidak mengakomodasi kepentingan inovasi teknologi. 2. Risk Management Proses area ini untuk mengidentifikasi potensi masalah sebelum terjadi sehingga kegiatan Hal - 33

penanganan risiko dapat direncanakan dan dijalankan sebagaimana diperlukan diaktifitas proyek untuk mengurangi dampak buruk pada pencapaian tujuan. Dalam ISO 9001 terdapat klausa 8.5.3 tentang tindakan pencegahan yang menjadi bagian dari klausa 8 tentang perbaikan. Tindakan pencegahan di ISO 9001:2008 lebih dititik beratkan pada kesalahan yang telah terjadi, diperbaiki dan dicegah supaya tidak terulang lagi. Manajemen Resiko untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk tidak diwajibkan untuk ditetapkan dan dikelola lebih dini sebagai upaya tindak pencegahan secara keseluruhan. 3. Decision Analysis and Resolution Proses area ini untuk menganalisis keputusan dengan menggunakan proses evaluasi formal yang mengidentifikasi semua kriteria. Proses area ini tidak terpenuhi karena dalam ISO 9001 tidak diharuskan untuk melakukan evaluasi formal di semua kriteria, hanya kriteria-kriteria tertentu saja yang mempengaruhi proses produk dan mempengaruhi hasil akhir yang harus ditinjau. 5 KESIMPULAN Dari 22 proses area yang harus dipenuhi dalam CMMI oleh suatu perusahaan pengembang perangkat lunak yang telah menerapkan Quality Management System dengan mengacu pada ISO 9001, maka terdapat beberapa kesenjangan sebagai berikut: 1. Tiga (3) proses area yang tidak terpenuhi. 2. Dua belas (12) proses area yang telah terpenuhi. 3. Tujuh (7) proses area yang sebagian spesifik praktisnya tidak terpenuhi. Kesenjangan dapat ditutup dengan cara mendahulukan proses area yang harus dipenuhi mulai dari tingkat kematangan terendah. direncanakan untuk dipenuhi pada urutan terakhir. Sedangkan untuk Proses Area Risk Management dan Decision Analysis and Resolution yang juga sama sekali tidak terpenuhi karena terletak di level 3, harus diprioritaskan untuk mulai dibangun bersamaan dengan pemenuhan spesifik praktis yang tidak lengkap pada proses area yang lain. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahern, Dennis M., Clouse, Aaron & Turner, Richard, 2008. CMMI Distilled : A Practical Introduction to Integrated Process Improvement, 3rd Edition, USA: Pearson Education, Inc. [2] Jawadekar, Waman S, 2008. Software Engineering Principles and Practice, New Delhi: McGraw-Hill. [3] Mustafelija, Boris & Stromberg, Harvey, 2008. Process Improvement with CMMI v1.2 and ISO Standards, New York: Taylor and Francis Group, Boca Raton. [4] Persse, James R., 2007. Project Management Success with CMMI : Seven CMMI Process Areas, USA: Pearson Education, Inc. [5] Pressman, Roger S., 2002. Rekayasa Perangkat Lunak, McGraw-Hill Book.Co, Yogyakarta: Penerbit Andi. [6] Sommerville, Ian, 2004. Software Engineering, USA: Addison-Wesley. [7] Stromberg, Harvey & Mustafelija, Boris, 2003. Systematic Process Improvement Using ISO 9001:2000 and CMMI, London: Artech House Boston. Proses area Organizational Innovation and Deployment yang merupakan proses area yang sama sekali tidak terpenuhi terletak pada tingkat kematangan tertinggi (level5), sehingga dapat Hal - 34