Universitas Gadjah Mada

dokumen-dokumen yang mirip
ANGKATAN KERJA PARTISIPASI ANGKATAN KERJA, PENGANGGURAN DAN KESEMPATAN KERJA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB III METODE PENELITIAN. data utama yang digunakan adalah data ketenagakerjaan dan pendapatan regional

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu negara/masyarakat dapat di

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2010

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2008

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2012

Produktivitas Tenaga Kerja Presentation at BAPPENAS Chris Manning and M. Raden Purnagunawan, USAID-SEADI Project Jakarta, June 15, 2012

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN


BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DIY PADA FEBRUARI 2011 SEBESAR 5,47 PERSEN

MAKALAH EKONOMI ANGKATAN KERJA, TENAGA KERJA, KESEMPATAN KERJA, DAN PENGANGGURAN

BERITA RESMI STATISTIK

KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPRI, KEADAAN SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

Katalog BPS No

Indikator dan Teknik Perhitungan Penduduk dan ketenagakerjaan termasuk TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tersembunyi.

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROPINSI KEPRI

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI


BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

PENGANGGURAN DARI PERPEKTIF EKONOMI DAN PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN. Oleh : Drs. H. Suraji, MSi. Dosen PNS dipekerjakan pada STIA ASMI Solo ABSTRAK

KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN NUSA TENGGARA TIMUR AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KETENAGAKERJAAN. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Objek penelitian dalam meramalkan partisipasi angkatan kerja dan tingkat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015


KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PEMANFAATAN TENAGA KERJA DI PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 DAN 2004

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

Transkripsi:

8. KETENAGAKERJAAN 8.1. Konsep dan definisi Dalam perencanaan pembangunan, data mengenal ketenagakerja memegang peranan penting. Tanpa data tersebut tidalah mungkin program pembangunan direncanakan dan diiaksanakan. Semakin iengkap dan tepat data rnengenaiketenagakerjaan yang tertsedia semakin mudah dan tepat rencana pembangunan itu disusun. Yang dimaksud dengan tenaga kerja (Man Power) ialah besarnya bagian dan penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi. Oieh international Labor rganization (ILO) diputuskan bahwa seseorang dapat atau belum dapat dilibatkan dalam kegiatan ekonomi didasarkan pada umur. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman Barat dan negara-negara Eropa yang lain, bagian penduduk yang termasuk usia kerja ialahumur 15-64 tahun. Di indonesia, Badan Pusat Statistik tahun 1998 menentukan batasan usia kerja 15 tahun keatas, yang sebelumnya dengan batasan usi 10 tahun keatas. Secara umum pengukuran kegiatan ekonomi dapat didekati dengan dua cara, yaitu pendekatan kebiasaan (Gainful worker approach) dan pendekatran saat ini (labour force approach). Dalam pendekatan kebiasaan kurang dapat menggambarkan yang tepat antara yang bekerja dan yang sedang mencari pekejan. Kelemahan ini akan dirasakan bila. ingin mengetahui jumlah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan atau penganggur terbuka. Konsep ini cenderung menghasiikan angka penganggur terbuka relatif kecil. Pendekatan lain yang banyak dipergunakan adaiah pendekatan saat ini. Dalam pendekatan ini penduduk kelompok umur tertentu dan dalam kurun waktu seperti sebulan, seminggu yang lalu ditanyakan kegiatan Utama. Dengan demikian pendekataini memberikan batas yang tegas dalam jangka seminggu mi, apa kegiatan utamanya. Oleh karena itu pendekatan saat ini lebih dikenal dengan pendekatan aktivitas kini dengan jangka waktu yang tertentu. Di indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adaiah penduduk yang berumur 15 tahun keatas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi (BPS, 1983). Angkatan kerja terdiri dan penduduk yang bekerja, mernpunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rurnah tangga, pensiun, atau secara fisik

dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Bekerja diartikan sebagal melakukan sesuatu kegiatan urtuk rnenghasilkan atau membentu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang dan atau barang, dalam kurun waktu tertentu. Disayangkan bahwa kurun waktu yang digunakan untuk mendefinisikan apakah seseorang itu bekerja atau tidak, berbeda dan penelitian satu dengan yang lain, sehingga angka yang diperoleh mempunyai kesulitan untuk diperbandingkan. Konsep bekerja dan sensus penduduk 1971 yakni 2 han dalam seminggu dengan korisep bekerja dan sensus penduduk 1980 yakni 1 jam seminggu. Data bekerja 1 jam seminggu ditansformasikan kedalam bekerja 2 hari seminggu dan sebaliknya seperti disajikan oleh BPS (1983) secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Ini membenikan informasi bahwa perbedaan. konsep yang digunakan dalam pengukuran yang berbeda dapat diperbandingkan dan yang lebih penting adalah diberikan catatan tentang perbedaan tersebut. Dengan pendekatan saat ini berarti mereka yang bekerja sekedarnya saja sudah dianggap bekerja dan dengan demikian yang unemployed yang ekuivalen dengan penganggur adalah mereka yang tidak bekerja sama sekali dan aktif mencari pekerjaan. Pengertian ini adalah pengertian penganggur terbuka atau open unemployment (Ananto Sigit,1983). Untuk mengatasi kelemahan dan pendekatan saat ini (Labour Force Approach) oleh para ahli dernografi diantaranya Philip M Hauser, diadakan pendekatan baru yang disebut dengan Labour Utility Aproach pada

Gambar 7.8. Pembagian PendudukUsia Kerja Menurut Kegiatan Ekonomi

dasarnya adalah penyempurnaan dan penyesuaian konsep Labour Force Aproach untuk negara agraris (Suharso, 1983). Penyempurnaan dilakukan pada angkatan kerja. Mereka yang bekerja dibagi menjadi. dua, yaitu fully employed (fully utrilized ) dan under employed (under utilized). Under utilized yang didasarkan pada jumlah jam kerja seminggu yang lalu, dikenal dengan setengah penganggur karena jam kerja yang rendah. Setengah penganggur didasarkan pada upah seminggu yang lalu, dikenal setengah penggur karena upah yang rendah. Setengah penganggur karena pendidikan yang idak sesuai dengan pekerjaan disebut mismatch. Dalam pekembangan berikutnya Badan Pusat Statistik (2000) mengembangkan konsep baru karena jam kerja yang rendah yaltu kurang dan 35 jam seminggu. Setengah penganggur dibedakan dua macam, yaitu setengah penganggur sukarela dan setengah penganggur terpaksa. (Gambar 8.1.) 8.3. Kesempatan Kerja Jumlah angkatan kerja yang bekerja biasanya dipandang sebagai jumlah kesempatan yang tersedia di sutu wilayah. Dalam pengertian kesempatan kerja tidak sama dengan lapangan kerja yang masih terbuka. Yang dimaksud dengan bekerja dalam sensus penduduk 1980 ialah selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau mebantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam dalam sehari. Berbeda dengan definisi sebelumnya, Sensus penduduk 1971 ialah batas waktu yang dipergunakan minimal dua han dalam seminggu dengan bekerja paling sedikit satu jam dalam sehari. 8.3.1. Kesempatan Kerja Menurut Sektor I Lapangan Usaha Menurut Chris Manning (1983) analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitik beratkan pada alokasi angkatan kerja yang bekerja menurut sektor, tren perpindahan, terutama dan sektor pertanian ke sektor lain, dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya. Pembagian angkatan kerja yang bekerja diklasifikasikan menjadi 9 lapangan pekerjaan sejak tahun 2000 mengalami perubahan, yaitu digolongkan menjadi 5 sub sektor pertanian dan 5 sektor lainnya dengan rincian sebagai berikut: 1. Sub sektor pertanian tanaman pangan 2. Sub sektor pekebunan 3. Sub sektor perikanan

4. Sub sektor peternakan 5. Sub sektor pertanian lainnya 6. Sektor industri pengolahan 7. Sektor perdagangan 8. Sektorjasa kemasyarakatan 9. Sektor angkutan 10. Sektor lainnya (bangunan, keuangan, listrik, gas dan air) Pembagian angkatan kerja yang bekerja dan perkembangannya menu rut sektor dianalisis dengan membedakan tiga sektor, yaitu: 1. Sektor A (pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan). 2. Sektor M (pertambangan, manufaktur, pembangunan listrik dan air, pengangkutan, perhubungan dan gas). 3. Sektor S (perdagangan, rumah makan, hotel, keuangan, asuransi, jasa kemasyarakatan, sosial dan pribadi). Pendekatan lain yang banyak digunakan adalah model Sakernas 2000 dengan menggunakan 8 sektor, yaltu: 1. Sektor Pertanian 2. Sektor pengolahan 3. Sektor Bangunan 4. Sektor Perdagangan 5. Sektor Angkutan 6. Sektor Keuangan 7. Sektor Jasa Kemasyarakatan 8. Sektor Lain-lain (pertembangan, Listrik, gas, dan air) 8.2.2. Kesempatan Kerja Menurut Jenis dan Jabatan Pekerjaan Jenis/Jabatan pekerjaan dikelompokkan berdasarkan atas macam pekerjaan yang sedang atau pernah dilakukan termasuk yang bekerja, atau orang-orang yang sedang mencari pekerjaan dan pernah bekerja, Jabatan dalam pekerjaan dikiasifikasikan menjadi 9 macam, yaitu: 1. Pimpinan dan Manajer Senior 2. TenagaAhli 3. Teknisi dan sejenisnya 4. Tenaga produksi dan tenaga terkait 5. Tata usaha dan usaha jasa tingkat lanjutan

6. Tata usaha dan usaha jasa tingkat pertama 7. Pekerja produksi dan angkutan tingkat menengah 8. Tata usaha, penjualan dan jasa tingkat rendah 9. Pekerja kasar dan pekerja terkait. Penggolongan jenis/jabatan dapat dilihat secara rind kedalam satu digit, dua digit, tiga digit dan empat digit seperti yang disajikan oleh BPS (2000) dalam buku Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) yang dan tahun ke tahun terus disempurnakan. 8.2.3.Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Status pekerjaan dikelompokkan berdasarkan atas melakukan usaha yang sedang dilakukan. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan disuatu unit usaha. Status pekerjaan dibedakan : 1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, yang termasuk kelompok ini a. Tukang becak yang membawa becak atas resiko sendiri b. Sopir taxi yang membawa mobil atas resiko sendiri c. Kuli-kuli di pasar, stasiun yang tidak mempunyai majikan. 2. Berusaha dengan dibantu oleh anggota rumah tangga, buruh tidak tetap termasuk dalam kelompok ini. a. pengusaha warung yang dibantu keluarga atau dibantu buruh tidak dan tidak dibayar b. Penjaja kelliling dengan dibantu keluarga atau dibantu buruh tidak tetap c. Petani yang mengusahakan tanah sendiri dengan dibantu anggota keluarga atau sewaktu-waktu menggunakan buruh tidak tetap. 3. Berusaha dengan buruh tetap; pengusaha yang mempekerjakan buruh tetap dibayar tanpa memperhatikan ada pekerjaan tau tidak. 4. Buruh karyawan; seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi dengan menerima upah berupa uang dan atau barang. 5. Pekerja; tanpa menerima upah, anak membantu ibu berjualan, pekerja keluarga, pekerja bukan keluarga tetapi tidak dibayar. 8.3. Ukuran Dasar Ketenagakerjaan Ukuran dasar angkatan kerja yang sering digunakan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan tingkat pengangguran (pengangguran terbuka). Kedua ukuran tersebut biasanya dianalisis menurut umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, serta perbedaan antara desa dan kota.

8.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK adalah angka yang menunjukkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Secara umum TPAK dapat dirurnuskan: TPAK = Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja TPAK dapat digunakan sebagai ukuran dasar untuk mengetahui penduduk yang aktif bekerja dan mencari pekerjaan. Bilamana TPAK kecil dapat diduga bahwa penduduk usia kerja banyak yang tergolong bukan angkatan kerja, baik tang sekolah maupun yang mengurus rumah tangga dan Iainnya. Untuk menghitung TPAK menurut gotongan umur dan pendidikan digunakan rumus sebagai berikut: TPAK (Gol.Umur) = Angkatan Kerja (Gol.Umur) Penduduk Usia Kerja (Gol.Umur) TPAK (T. Pendidikan) = 8.3.2. Tingkat Pengangguran Angkatan Kerja (T.Pendidikan) Penduduk Usia Kerja (T.Pendidikan) Munurut Effendi (1987) konsep pengangguran sangat sutit diterapkan di Indonesia, karena konsep yang dipergunakan baik dalam sensus mauoun survei adatah konsep yang sesuai untuk negara maju. Di negara maju para penganggur dicatat di kantor sosial sebagai pencari kerja dan apabita memenuhi syarat yang ditentukan oleh pemerintah mereka akan mendapat tunjangan pengangguran. Di negara berkembang termasuk Indonesia pengangguran tidak mendapat tunjangan, sehingga sedikit sekali yang mau menganggur, kecuali ada orang yang mau menanggung biaya hidupnya. adatah: Menurut sensus tahun 1980, 1990, dan 2000 yang digolongkan mencari kerja 1. Mereka yang betum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan antau mencari kerja baru. 2. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja lama. 3. Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau pencari kerja lama. Berdasarkan angka jam kerja maka dapat didefinisikan mereka yang tergotong setengah penganggur adatah mereka yang bekerja kurang dari jam kerja normal

(kurang dari 35 jam per minggu). Setengah penganggur kritis adalah mereka yang bekerja kurang dari 15 jam seminggu. Menurut sebab terjadinya pengangur dapat dibedakan menjadi tiga: 1. Pengangguran fniksional, pengangguran yang tenjadi kerena kesulitan yang bersifat temporer daam menentukán pencari kerja dengan lowongan kerja. 2. Pengangguran Struktural, pengangguran yang terjadi karenaa adanya perubahan dalam struktur perekonomian. 3. Pengangguran musiman, dalah pengangguran yang terjadi karenaa pengaruh musim. Tingkat pengangguran adalah angka yang menunjukkan persentase yang sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja. Secara umum dapat dirumuskan: Sedang mencari kerja TP = Angkatan kerja Tingkat penganggurann itu biasanya dianalisis menurut umur, pendidikan, dan perbedaan menurut jenis kelamin atau desa-kota TP (Gol.Umur) = Sedang mencari kerja (gol umur) Angkatan kerja (gol umur) Sedang mencari kerja (T. Pend) TP (T. Pend) = Angkatan kerja (T. Pend) 8.3.3. Tingkat Setengah Penganggur Beberapa ukuran setengah penganggur adalah sebagai berikut: Tingkat Setengah Penganggur biasanya dinyatakan dalam persentase setahun. Tingkat Setengah Penganggur (TSP)

Tingkat Setengah Penganggur Sukarela Sejak tahun 1998, Badan Pusat Statistik telah mengembangkan metode baru dalam mengukur tingjkat pengangguran (TP) karena angka tingkat pengangguran ini terlalu rendah tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Angka pengangguran terbuka cukup disebut pengangguran.