RANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KARAKTERISTIK RANCANGAN AWAL ROTOR TURBIN ANGIN

PENGEMBANGAN METODE PARAMETER AWAL ROTOR TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS

ANALISA PENGARUH SUDUT PITCH, UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMAL TURBIN ANGIN LPN-SKEA 50 KW PADA BEBERAPA KONDISI KECEPATAN ANGIN

BANCANGAN DAN ANALISIS AERODINAMIKA SUDU TURBIN ANGIN KAPASITAS 300 KW

RANCANG BANGUN ROTOR TURBIN ANGIN 10 KW UNTUK MEMPEROLEH DAYA OPTIMUM PADA VARIASI JUMLAH DAN DIAMETER SUDU

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

ANALISIS RADIUS AMAN AKIBAT KEGAGALAN STRUKTUR SUDU SKEA 50 KW PADA SAAT BEROPERASI

PENGARUH VARIASI SUDUT SERANG SUDU PADA PRESTASI TURBIN ANGIN

EFEK DEFLEKSI PADA SUDU TURBIN ANGIN TERHADAP KELUARAN DAYA

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

Bab IV Analisis dan Pengujian

PENERBITAN ARTIKEL ILMIAH MAHASISWA Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

RANCANGAN DAN ANALISIS STRUKTUR SUDU TURBIN ANGIN LPN E

PENELITIAN DAN RANCANGAN OPTIMAL TURBIN PENGGERAK TEROWONGAN ANGIN SUBSONIK SIRKUIT TERBUKA LAPAN

BAB 4 PENGUJIAN, DATA DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

Sulistyo Atmadi *), Ahmad Jamaludin Fitroh **) *) Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, Lapan **) Peneliti Kepakaran Aerodinamika, Lapan ABSTRACT

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Eksperimental tentang Karakteristik Turbin Angin Sumbu Vertikal Jenis Darrieus-Savonius

SIMULASI DAN PERHITUNGAN SPIN ROKET FOLDED FIN BERDIAMETER 200 mm

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL SAVONIUS DENGAN BLADE TIPE L

ANALISIS KINERJA KINCIR ANGIN SEDERHANA DENGAN DUA SUDU POROS HORIZONTAL

BAB I PENDAHULUAN. tekanan udara. Udara akan bergerak dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju

DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE (DAWT)

PENELITIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA AEROFOIL SUDU SKEA NELAYAN NILA 80

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT PITCH TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN DARRIEUS-H SUMBU VERTIKAL NACA 0012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN AKSIAL SUMBU HORIZONTAL DUA SUDU DENGAN DIAMETER 3,5 METER SUCIPTO

Studi dan Simulasi Getaran pada Turbin Vertikal Aksis Arus Sungai

PEMBUATAN KODE DESAIN DAN ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DARRIEUS TIPE-H

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL TIGA SUDU BERDIAMETER 3,5 METER. Adi Andriyanto

ANALISIS TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL DENGAN 4, 6 DAN 8 SUDU. Muhammad Suprapto

BAB III PERANCANGAN SISTEM

commit to user Gambar 1.1 Profil kecepatan angin yang keluar dari cooling tower

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPERIMEN PENGARUH SUDUT SERANG TERHADAP PERFORMA TURBIN ANGIN SUMBU HORISONTAL NACA 4415

PERANCANGAN TURBIN STRAIGHT BLADE DARRIEUS DENGAN TIGA SUDU

Desain Turbin Angin Sumbu Horizontal

KARAKTERISTIK MODEL TURBIN ANGIN UNTWISTED BLADE DENGAN MENGGUNAKAN TIPE AIRFOIL NREL S833 PADA KECEPATAN ANGIN RENDAH

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

1. Pembuatan Pondasi TAHAPAN PEMASANGAN TURBIN ANGIN LPN-3500-E

BAB III PERANCANGAN ALAT

OPTIMASI DAYA TURBIN ANGIN SAVONIUS DENGAN VARIASI CELAH DAN PERUBAHAN JUMLAH SUDU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin

BAB III METODOLOGI PENGUKURAN

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE ALUMINIUM TIPE FALCON TERHADAP UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbines (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

Analisa Peletakan Multi Horisontal Turbin Secara Bertingkat

KAJI EKSPERIMENTAL TURBIN ANGIN PEMBANGKIT LISTRIK TIPE SAVONIUS JENIS SPLIT S DENGAN SISTEM MAGNETIC LEVITATION SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF

Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB III METODE PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN. yang penulis rancang ditunjukkan pada gambar 3.1. Gambar 3.

Pembangkit listrik tenaga angin adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan angin sebagai sumber energi untuk menghasilkan energi listrik.

Pengujian Kincir Angin Horizontal Type di Kawasan Tambak sebagai Energi Listrik Alternatif untuk Penerangan

START STUDI LITERATUR MENGIDENTIFIKASI PERMASALAHAN. PENGUMPULAN DATA : - Kecepatan Angin - Daya yang harus dipenuhi

2. Tinjauan Pustaka. konversi dari energi kinetik angin. Turbin angin awalnya dibuat untuk

ANALISIS TEKANAN STATIK ALIRAN DI PERMUKAAN PITOT STATIK TEROWONGAN ANGIN TRANSONIK LAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pulau Gili Ketapang Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Turbin angin poros vertikal tipe Savonius bertingkat dengan variasi posisi sudut

ANALISA PEMANFAATAN POTENSI ANGIN PESISIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP KERJA TURBIN ANGIN HORISONTAL BERBASIS NACA 4415

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

LAPORAN TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN PROTOTYPE TURBIN ANGIN VERTIKAL DARRIEUS TIPE H

Karakterisasi Turbin Angin Poros Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

PENGARUH VARIASI SUDUT BLADE AIRFOIL CLARK-Y FLAT BOTTOM PADA UNJUK KERJA KINCIR ANGIN Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) DENGAN KAPASITAS 500 WATT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LOKASI KETEBALAN MAKSIMUM AIRFOIL SIMETRIS TERHADAP KOEFISIEN ANGKAT AERODINAMISNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E =Fu... (1) F = ρav(v-u) BAB II TEORI DASAR. 2.1 Energi Angin. Menurut Kadir (1987) bahwa sebagaimana telah banyak diketahui, angin

PENGARUH KETIDAKLURUSAN DAN KETIDAKSIMETRISAN PEMASANGAN SIRIP PADA PRESTASI TERBANG ROKET RX-250-LPN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

RANCANG BANGUN ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SUMBU VERTIKAL DI DESA KLIRONG KLATEN Oleh Bayu Amudra NIM:

PENELITIAN DAN PENGUJIAN KARAKTERISTIK AERODINAMIKA BOM LATIH PERCOBAAN BLP-500 DAN BLP 25

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Plat Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Tipe Savonius Terhadap Performa Turbin

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Energi Angin

BAB I LANDASAN TEORI. 1.1 Fenomena angin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II TEORI DASAR. sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH BLADE PADA PROTOTYPE TURBIN ANGIN VENTURI

PENGGUNAAN BENTUK SUDU SETENGAH SILINDER ELLIPTIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TURBIN SAVONIUS

BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP TORSI DAN PUTARAN TURBIN SAVONIUS TYPE U

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENGARUH LEBAR BLADE TERHADAP KINERJA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Prototipe SKEA Menggunakan Rotor Savonius dan Windside untuk Penerangan Jalan Tol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun

RANCANG BANGUN TURBIN ANGIN SUMBU VERTIKAL TIPE SAVONIUS UNTUK SISTEM PENERANGAN PERAHU NELAYAN

Session 20 Steam Turbine Design. PT. Dian Swastatika Sentosa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MOMEN GAYA. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Mekanik. Disusun Oleh: 1.Heri Kiswanto 2.M Abdul Aziz

BAB IV TURBIN UAP. Secara umum, sebuah turbin uap secara prinsip terdiri dari dua komponen berikut:

Transkripsi:

RANCANGAN SISTEM ORIENTASI EKOR TURBIN ANGIN 50 kw ' Suiistyo Atmadi, Ahmad Jamaludln Fitroh Penelltl Pusat Teknologi Terapan, LAPAN ABSTRACT A fin orientation system for wind turbine with a maximum capacity of 50 kw has been designed. The fin system is designed with for the yawing motion. The method used is based on the moment equilibrium criteria. Eccentricity distance of 10 cm was selected for the design. The location of the fin control is placed at the connection between the generator and the fin bar. The design produces a fin bar of 6m, with the fin area of 25 m 2. The centre of the fin force is located at 3 m from the nose. Whereas the fin angle to the centre of the turbine axis is 21.9 degrees. Keywords : Wind turbin, Fin, Orientation ABSTRAK Telah dilakukan rancangan sistem orientasi ekor untuk turbin angin berkapasitas maksimum 50 kw. Sistem ekor dirancang dengan orientasi arah gerakan horisontal (yaw). Metode yang digunakan adalah kesetimbangan momen. Jarak eksentrisitas dipilih sebesar 10 cm. Pengatur sudut ekor dipilih berada pada posisi sambungan antara generator dan batang ekor. Rancangan menghasilkan batang ekor sepanjang 6 m dengan luas daun ekor 25 m 2, posisi titik tangkap gaya pada daun ekor 3 m dari ujung depan, dan sudut ekor terhadap poros turbin sebesar 21,9 derajat. Kata kunci: Turbin Angin, Ekor, Orientasi 1 PEN DAHULUAN Sebuah turbin angin pada uraumnya terdiri dari 5 komponen utama, yaitu sudu, generator, ekor dan orientasi, menara, dan sistem pengisian. Sudu berfungsi mengubah energi kinetik angin menjadi energi kinetik putar. Generator berfungsi mengubah energi kinetik putar menjadi energi listrik. Ekor dan orientasi berfungsi untuk mengatur arah sumbu rotor. Menara berfungsi sebagai penyangga sudu, generator, dan ekor. Sistem pengisian mengatur pemasukan listrik dari generator ke beban atau penyimpanan energi listrik. Ekor dan orientasi berfungsi sebagai pengatur arah sumbu rotor. Pada umumnya ekor dirancang sedemikian rupa agar sumbu rotor selalu menghadap arah angin. Dengan demikian daya angin yang dapat diserap oleh sudu akan maksimal. Sistem orientasi biasanya dirancang juga sebagai pengaman terhadap terjadinya putaran yang terlalu tinggi [over speed). Pada kondisi kecepatan angin di atas kecepatan angin rancangan [rated), putaran atau RPM sudu dan generator akan melebihi putaran rancangan sehingga terjadi over speed. Kondisi tersebut tidak diinginkan karena dapat merusak sudu dan generator. Dengan demikian sistem orientasi dirancang sedemikian rupa sehingga pada kondisi kecepatan angin di atas kecepatan angin rated, ekor dan orientasi mulai membelok. Pada kondisi tersebut kecepatan angin efektif yang diterima sudu akan berkurang sehingga over speed dapat dihindari. Gerak ekor dan orientasi secara umum dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : Gerakan horisontal (yaw oriented), 113

Gabungan gerakan vertikal dan horisontal (pitch - yaw oriented). Gerakan berbasis yaw oriented berarti ekor bergerak memutar ke kanan dan ke kiri. Perpaduan antara keduanya disebut sebagai pitch-yaw oriented. Ekor dan orientasi berbasis yaw oriented juga dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu dengan dan tanpa pegas atau peredam kejut. Ekor pada sistem orientasi yang menggunakan peredam kejut akan selalu menghadap arah angin. Arah sumbu rotor terhadap arah angin sangat dipengaruhi oleh tekanan dan sudut peredam kejut. Ekor pada sistem orientasi tanpa peredam kejut akan selalu searah dengan sumbu rotor. Arah sumbu rotor terhadap arah angin dipengaruhi oleh jarak eksentrisitas, yaitu jarak antara sumbu menara dan titik berat generator. Kedua tahap tersebut akan menghasilkan jarak eksentrisitas, panjang batang ekor, bentuk dan dimensi ekor yang sama. Yang membedakan adalah sudut ekor. 3 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah kesetimbangan momen dalam arah yaw. Perhatikan sketsa berikut: 2 BATASAN MASALAH Penelitian dilakukan untuk turbin angin kapasitas 50 kw dengan spesifikasi umum, mempunyai 3 buah sudu upwind dengan diameter rotor 15m dan dengan kecepatan angin rancangan 10 m/det. Pada penelitian ini ekor dan orientasi turbin angin 50 kw dirancang untuk yaw oriented. Dengan demikian berat sudu dan ekor tidak diperhitungkan. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu : Dengan mengasumsikan bahwa sudu dapat beroperasi sesuai dengan rancangan, yaitu pada kecepatan angin 10 m/det sudu akan berputar pada 100 RPM dan menghasilkan daya 50 kw, Dengan mengasumsikan bahwa sudu tidak dapat beroperasi dengan baik. Pada kondisi tersebut sudu diasumsikan hanya menghasilkan 20 kw pada kecepatan angin rancangan, yaitu 10 m/det. Pada kondisi tersebut kecepatan putar sudu bersesuaian dengan 60 RPM. (a) tampak atas (b) tampak samping Gambar 3-1: Sketsa turbin angin Pusat kesetimbangan momen dapat dipilih pada sumbu menara. Momen akibat gaya aksial dari sudu dituliskan M = Nz ' (3-1) 114

Keterangan: AT = gaya aksial sudu z = jarak eksentrisitas Momen penyeimbang dari ekor dituliskan sebagai berikut : M'=N'(a + b)*sin0 (3-2) Keterangan: N'= gaya aksial terhadap ekor a = panjang batang ekor b = jarak titik gaya ekor 8 <= sudut ekor Gaya aksial terhadap ekor, N' merupakan perkalian antara tekanan dinamik pada ekor, q' dan luas efektif ekor, A'. Secara matematika dituliskan N'=q'A' (3-3) A'=A*sin0 (3-4) (3-5) Kecepatan angin yang menerpa ekor, V merupakan kecepatan angin, V dikurangi slip stream, a. Secara matematika V'=V-2a (3-6) Harga slip stream didapat dari analisis sudu. Pada kondisi setimbang momen akibat gaya aksial sudu harus sama dengan momen dari ekor, sebagai berikut : M=M' (3-7) Berdasarkan uraian metode di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 5 variabel, yaitu : jarak eksentrisitas, z panjang batang ekor, a posisi titik gaya ekor, b luas daun ekor, A sudut ekor, 9 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini semua variabel divariasikan kecuali sudut ekor 6, sehingga harga 9 harus dihitung. Bentuk daun ekor dipilih sama dengan Gambar 3-1. Variasi keempat variabel tersebut adalah: z= 0,05-0,20 m a= 6,00-8,00 m b = 3,00-4,19 m A = 25,0-35,0 m Harga b didapat setelah harga A dipilih atau dihitung. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab Batasan Masalah bahwa penelitian dilakukan dalam 2 tahap, yaitu: Sudu diasumsikan dapat berputar pada kondisi rancangan, yaitu pada kecepatan angin 10 m/det sudu dapat berputar dengan kecepatan 100 RPM. Sudu diasumsikan beroperasi pada kondisi terburuk, yaitu pada kecepatan angin 10 m/det sudu hanya berputar pada kecepatan 60 RPM. Kedua kondisi tersebut menghasilkan gaya aksial sudu Tabel 4-1: GAYA AKSIAL SUDU Besarnya slip stream rata-rata pada kedua kondisi tersebut tentunya juga berbeda, yaitu : Tabel 4-2 SLIP STREAM Semua variabel di atas bersesuaian satu sama lain. Misalnya apabila z, a, b, dan A ditentukan, maka 9 dihitung. 115

Variasi hasil rancangan ekor dan orientasi disajikan dalam tabel berikut: Pada umumnya batang ekor dipilih sependek mungkin dan daun ekor dipilih sekecil mungkin. Hal tersebut dikarenakan supaya batang dan daun ekor menjadi lebih ringan sehingga mempermudah pemasangan. Untuk daya dan sudu rancangan yang sama, pemilihan batang dan daun ekor yang sekecil mungkin akan menghasilkan sudut ekor yang lebih besar, demikian juga sebaliknya. Dalam penelitian ini sudut ekor dipilih tidak lebih dari 25 derajat. Batang ekor dipilih sependek mungkin, yaitu sepanjang 6 m. Kedua batasan tersebut bersesuaian dengan jarak eksentrisitas sebesar 0,10 m, posisi titik gaya ekor berjarak 3,00 m, dan daun ekor seluas 25 m 2. Hasil rancangan tersebut adalah jarak eksentrisitas, z = 0,10 m batang ekor, a = 6,00 m posisi titik gaya, b = 3,00 m luas daun ekor, A = 25 m 2 sudut ekor, 0-21,9 (kondisi rancangan)= 12,4 (kondisi terburuk) Hasil rancangan ekor dan orientasi berupa data di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut (satuan dalam meter) : (a) tampak atas (b) tampak samping Gambar 4-1: Hasil rancangan 116

Perlu ditekankan kembali bahwa sudut ekor sebesar 21,9 derajat merupakan sudut ekor rancangan. Apabila kecepatan putar sudu kurang dari rancangan, maka sudut ekor harus dikurangi. Misalnya pada kondisi kecepatan angin 10 m/det dan kecepatan putar sudu hanya 60 RPM, maka sudut ekor harus dikurangi menjadi 12,4 derajat. 5 ANALI8I8 HASIL PENBLITIAN Pada kondisi rancangan sudu dapat berputar dengan kecepatan 100 RPM. Apabila prestasi sudu tidak sesuai dengan rancangan atau kondisi operasional sudu tidak sesuai dengan kondisi operasional generator, maka putaran sudu akan lebih lam bat dari rancangan. Untuk kecepatan angin yang sama, semakin lambat putaran sudu maka kecepatan relatif sudu juga akan semakin kecil. Pada kondisi kcefisien gaya angkat, c: yang tidak jauh berbeda, kecepatan relatif sudu yang lebih kecil menyebabkan gaya angkat yang dibangkitkan oleh aerofoil sebagai penampang sudu akan semakin kecil. Pada akhirnya secara tidak langsung menyebabkan gaya aerodinamika dalam arah aksial dari sudu juga semakin kecil. Semakin kecil gaya aksial sudu, maka untuk panjang batang ekor dan luas daun ekor yang sama dibutuhkan sudut ekor yang lebih kecil. Bentuk dan dimensi ekor mempengaruhi luas dan titik gaya ekor. Untuk luas daun ekor yang sama, semakin ke belakang penempatan titik gaya aerodinamika akan menyebabkan ekor menjadi lebih stabil. Dalam turbin angin batang ekor berfungsi sebagai lengan momen ekor. Dengan luas daun ekor dan sudut ekor yang sama, maka penambahan panjang batang ekor akan menghasilkan momen ekor yang lebih besar. Dengan kata lain untuk luas daun ekor dan momen ekor yang sama, maka penambahan panjang batang ekor akan menyebabkan sudut ekor yang dibutuhkan menjadi lebih kecil. Jarak eksentrisitas sangat raempengaruhi kestabilan orientasi. Perkaliaii antara gaya aksial sudu dan jarak eksentrisitas menghasilkan momen sumbu rotor. Semakin besar momen sumbu rotor, maka sudut ekor yang diperlukan untuk kesetimbangan juga semakin besar. 6 KKSIMPULAN Untuk sistem orientasi dan ekor yang sederhana seperti yaw oriented tanpa pegas atau peredam kejut dapat digunakan pada turbin angin 50 kw, dengan jarak eksentrisitas dipilih sebesar 10 cm. Pengatur sudut ekor dipilih berada pada posisi sambungan antara generator dan batang ekor. Rancangan menghasilkan batang ekor sepanjang 6 m dengan luas daun ekor 25 m 2, posisi titik tangkap gaya pada daun ekor 3 m dari ujung depan, dan sudut ekor terhadap poros turbin sebesar 21,9 derajat. Untuk menambah kestabilan orientasi, dapat ditambahkan peredam kejut, yang dapat pula memperkecil daun ekor serta memperpendek batang ekor. Untuk sistem orientasi yang optimal dapat dilakukan dengan sistem orientasi berbasis pitch - yaiv oriented, yang juga memperhitungkan berat batang dan daun ekor. DAFT A R RUJUKAN Anderson, John D., 1985. Fundamentals of Aerodynamics, McGraw Hill Company, Singapore. De Renzo, D. J., 1979. Wind Power [Recent Development^, Noyes Data Corporation, Park Ridge, New Jersey, U.S.A. Desire Le Gourieres, 1982. Wind Power Plants, Theory and Design, Pergamon Press. L.L. Freris, 1990. Wind Energy Conversion System, Prentice Hall, UK. Tony Burton, et. al. 2001. Wind Energy Hand Book, John Wiley & Sons. 117