BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK"

Transkripsi

1 BAB IV PERHITUNGAN HIDRAULIK.1. Perhitungan Silinder-silinder Hidraulik.1.1. Kecepatan Rata-rata Menurut Audel Pumps dan Compressor Hand Book by Frank D. Graha dan Tara Poreula, kecepatan piston dipilih berdasarkan berat beban yang diterima oleh silinder. Tabel 1. Berat beban (Kg) Kecepatan piston Cm/det , , , ,3 36, , , dari tabel diatas, dipilih kecepatan piston (V) 13,5 cm/det Kecepatan fluida yang melalui silinder, bila perbandingan diameter D D 1 0 1,3 (diperkirakan) D1 Maka : V0 ( ) V1 (. 1) D 0 1,3. 13,5,31 cm/det.1.. Silinder Angkat (Lift Cylinder) Dalam menentukan ukuran silinder angkat ini, pertama-tama harus ditentukan berapa beban maksimum yang harus didukung, kemudian berapa tekanan fluida maximum yang diizinkan. Gaya-gaya yang harus didukung oleh silinder adalah : F W t + F i + F g 38

2 dimana : F gaya total yang harus didukung silinder W t beban yang harus diangkat beserta peralatannya F i gaya inersia yang terjadi akibat adanya percepatan F g gaya gesek yang terjadi Sedangkan tekanan yang direncanakan adalah P 180 Kg/cm Gambar Distribusi Berat Mast Keterangan Gambar : 1. Batang penyangga luar (Outher Mast) W 1 10 Kg. Batang penyangga dalam (Inner Mast) W 15 Kg 3. Silinder angkat (Lift Cylinder) W 3 50 Kg. Batang piston (Rod) W 70 Kg 39

3 5. Garpu (Fork) W 5 60 Kg 6. Peralatan angkat (Vingger bar) W 6 93 Kg Jumlah W t1 538 Kg S 1 9 mm S mm Gambar Langkah Mast Tinggi angkat (Lift) S 0 + S 1 (. ) mm Panjang langkah (Stoke) S 1 95 mm Percepatan terjadi pada saat silinder mulai bergerak sampai pada kecepatan konstan V 1. Tetapi pada akhir langkah akan terjadi perlambatan yang akhirnya akan berhenti. 0

4 V Cm/det t 1 t t 3 V 1 S 1 t det Kg Kg Kg S mm Gambar Analisa Percepatan Beban yang harus didukung oleh lift cylinder : - Batang penyangga dalam ( Inner Mast ) W 15 Kg - Berat beban W Garpu (Fork) W Peralatan pengangkat W 6 93 Kg - Batang piston (Rod) W 70 Jumlah W t 338 Kg Gaya Inersia (lihat persamaan 3. 3) W Fi g t V1 V0 t Bila diketahui : W t beban yang harus diangkat beserta peralatannya 338 Kg 1

5 V 1 kecepatan piston (tabel 1, kecepatan torak) maka : 13,5 cm/dt F i , ,Kg Gaya gesek ( F g ) (lihat persamaan 3. 19) F g F gp + F gbp Dimana : F gp Gaya gesek piston dengan cylinder µ x W µ koeffisien gesek antara piston dengan cylinder 0, ,17 diambil 0,1 F gp 0,1 x Kg 00 N F gbp Gaya gesek batang piston ( diperkirakan 6% dari gaya gesek piston ) 6% x F gp 0,06 x 00 5 N Sehingga gaya gesek total F g F gp + F gbp N Sehingga gaya yang harus didukung oleh lift cylinder adalah : F tot W t + F i + F g N karena memakai dua buah lift cylinder, maka : F F tot (. 3)

6 ,7 N Dimensi Lift Cylinder (lihat persamaan 3. 10) Dimana P F A P tekanan fluida 1,800 N/m F gaya yang harus didukung oleh cylinder lift 3839 N A luas permukaan piston π d p sehingga d p F π P (. ) 3839 π 1,8 0,0051 m 5,1 cm dipilih diameter piston d p 5, cm 5, mm Tebal lift silinder t s P d p σ L 180 5, 78 (. 5) 0,67 cm 6,7 mm Diameter luar lift silinder D LL d p + (. t s ) (. 6) 3

7 5, +. 0,67 6,78 cm 67,8 mm Diameter dalam lift cylinder D dl d p 5, cm 5, mm Diameter batang piston ( rod ) lift cylinder Direncanakan memakai batang piston pejal dengan diameter d bp,5 cm 5 mm Tebal piston t pl d lp - d bp (. 7) 5, -,5 0,9 cm 9, mm Panjang piston L p ( ,5 ) d Lp (. 8) 1,5 x 5, 6,8 cm 68 mm Diameter dalam piston d dp d bp,5 cm 5 mm

8 .1.3. Silinder Miring (Tilt Cylinder) Sesuai dengan fungsinya dimana silinder miring ini digunakan untuk menarik batang penyangga dengan sudut tertentu, baik ke depan (forward) maupun belakang (backward). Pada perencanaan ini ditentukan sudut maksimum kedepan θ f 6 0 dan sudut kebelakang maksimum θ r 1 0. Adapun beban terberat yang harus didorong oleh silinder miring (tilt cylinder) adalah pada posisi dimana batang penyangga berada pada posisi θ r 1 0 (pada posisi beban ke belakang). Tekanan fluida yang bekerja adalah P 180 Kg/cm. Gambar kemiringan beban angkat pada forklift 5

9 F i F i F r G Θ r W W sin α θ Q 1 F 1 W F gbp F F i F gp F I F g Q Gambar Tilt Cylinder A. Gaya yang harus diatasi oleh setiap tilt cylinder adalah sebagai berikut : F ½ {( W + W t1 ) sin θ r + F I + F g + F } (. 9) Dimana : W berat beban 3000 Kg W t1 berat mast 538 Kg θ r 1 0 gaya inersia ( W + Wt1 ) V1 V0 g t ( ) 13, N gaya gesek F gp + F gbp F gp µ x W 6

10 0,1 x N F gbp 6% x F gp 0,06 x 00 5 N F g N F P π ( d d bp ) dimana : P tekanan balik (back pressure) 9 Kg/cm d bp diameter batang piston 0,3 x 7,0,6 cm F 9 π (7,0,6) 3,37 Kg/cm sehingga gaya yang bekerja pada Tilt Cylinder adalah : F ½ {( ) sin ,8 +.5, +.3,37 } 869,8 Kg/cm B. Dimensi Tilt Cylinder Diameter luar piston (d lp ) lihat persamaan. : d lp F π P 869,8 π 180,8 cm d lp,8 mm Dipilih untuk diameter luar piston Tilt cylinder d lp 7,0 cm Tebal Tilt Cylinder 7

11 t s P d lp σ l 180 7,0 78 0,87 cm t s 8,7 mm Diameter luar Tilt Cylinder D lt d p + (. t s ) 7,0 + ( x 0,87 ) 8,78 cm D lt 87,8 mm Diameter dalam Tilt Cylinder D dt d lp 7,0 cm D dt 70, mm Diameter batang piston (rod) Tilt Cylinder Direncanakan memakai batang piston pejal dengan diameter d bp 3,0 cm 30 mm Tebal piston Tilt Cylinder T pt d lp - d bp 7,0-3,0,0 cm 0, mm Panjang piston Tilt Cylinder L pt ( ,5 ) d lp 1,5 x 7,0 8,8 cm 88 mm Diameter dalam piston Tilt Cylinder D dp D bp 3,0 cm 8

12 .1.. Silinder Kemudi (Steering Cylinder) Didalam kita mengendarai suatu kendaraan, sangatlah diperlukan adanya suatu mekanisme atau peralatan yang dapat digunakan untuk mengatur arah jalannya kendaraan tersebut. Untuk keperluan tersebut kendaraan dilengkapi dengan sistem kemudi, yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak ke segala arah sesuai dengan kehendak pengendaranya. Jadi fungsi sistem kemudi untuk memungkinkan kendaraan dibelokkan kemana saja, melalui roda-roda belakang dengan cara memutar roda kemudi. Untuk meringankan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya maka digunakan sistem kemudi hidraulik dengan silinder kemudi sebagai penggeraknya. Ujung silinder kemudi satu dihubungkan ke kerangka kendaraan sedangkan yang satunya lagi dihubungkan ke batang relay hubungan kemudi. Dengan prodak gear box kemudi, katup pengarah akan ikut bergerak dan bekerja untuk mengarahkan fluida yang bertekanan ke silinder kemudi. Hasil gerak silinder dibantu dengan draklink ini akan mendesak/menarik center arm yang kemudian akan merubah posisi roda belakang. 9

13 Gambar Steering Cylinder 1. Dimensi Stering Cylinder Diameter luar Steering Cylinder Direncanakan diameter luar Steering Cylinder Dls 5, cm Tebal Steering Cylinder Direncanakan tebal Steering Cylinder ts 0, cm Diameter luar piston (dlp) dlp Dls - (. ts ) 50

14 5, - (. 0, ) 5,0 cm d lp 50 mm Diameter dalam Steering Cylinder D dt d lp 5,0 cm d lp 50 mm Diameter batang piston (rod) Steering Cylinder Direncanakan memakai batang piston pejal dengan diameter d bp,5 cm d lp 5 mm Tebal piston Steering Cylinder T pt d lp - d bp 5,0-,5,5 cm d lp 5 mm Panjang piston Steering Cylinder L pt ( ,5 ) d lp 1,5 x 5,0 6,5 cm d lp 6,5 mm Diameter dalam piston Steering Cylinder D dp D bp,5 cm d lp 5 mm. Pemeriksaan Silinder Hidraulik Terhadap Tekuk Menentukan karakteristik batang piston silinder hidraulik, diasumsikan bahwa silinder hidraulik lebih kaku dibandingkan batang piston, sehingga lendutannya dapat diabaikan. b l P P Gambar 3.9 pemeriksaan tekuk pada lift cylinder L 51

15 Lendutan lateral silinder karena beban tekan Untuk ; x < b (dari gambar diatas) sehingga d d y x y L b pcr π a π b l pcr π b cos a sin p p l l L b p b l cr π π b l π b cos sin l l L b l Didapat persamaan karakteristik batang piston : b l b L π ( l ) Tg( π ) L L L l cr Grafik karakteristik batang piston silinder hidraulik : Gambar 3.10 Grafik Karakteristik Batang Piston..1. Pemeriksaan Tekuk Pada Lift Cylinder d bp,5 cm b b s 95 cm L L 95 cm b 95 0,3 L 95 Dari grafik karakteristik batang piston, didapat : 5

16 l L 0,53 l 0, ,35 cm Momen Inersia : P pr π d bp 6 (. 11) P pr π (,5) 6 0,13 cm Beban kritis π E P P cr l pr (. 1) π,1 10 0,13 P cr 156, ,9 Kg Sedangkan beban terberat yang harus diatasi oleh silinder angkat adalah : F 1919,7 Kg Sehingga P cr > F Jadi silinder angkat (Lift Cylinder) aman terhadap tekuk... Pemeriksaan Tekuk Pada Tilt Cylinder d bp 3,0 cm b b s 7 cm L L 9 cm b 7 0,55 L 9 Dari grafik karakteristik batang piston, didapat : 53

17 l L 0,53 l 0,53 9 5,97 cm Momen Inersia : P pr π d bp 6 (. 11) P pr Beban kritis π (3,0) 6 3,98 cm π E P P cr l pr (. 1) π,1 10 3,98 P cr 5, ,9 Kg 13089, N Sedangkan beban terberat yang harus diatasi oleh silinder miring adalah : F 8698 N Sehingga P cr > F Jadi silinder miring (Tilt Cylinder) aman terhadap tekuk..3. Pemeriksaan Tekuk Pada Steering Cylinder b L d bp,5 cm b s 5 cm L 105 cm b 5 0, L 105 Dari grafik karakteristik batang piston, didapat : l L 0,53 5

18 l 0, ,65 cm Momen Inersia : P pr π d bp 6 (. 11) P pr Beban kritis π (,5) 6 1,9 cm π E P P cr l pr (. 1) π,1 10 1,9 P cr 55, ,7 Kg N Sedangkan beban terberat yang harus diatasi oleh silinder kemudi adalah : F 166,5 N Sehingga P cr > F Jadi silinder kemudi (Steering Cylinder) aman terhadap tekuk.3. Ukuran Pipa Saluran Fluida.3.1. Silinder Angkat (Lift Cylinder) Kapasitas fluida : Q A. V π ( d ) V (. 13) π ( 5, ) 13, 5 31,707 cm 3 /det 18,9 l/min diameter dalam pipa saluran (lihat persamaan 3. 30) d p,6 Q V 55

19 ,6 18,9 3, 11, mm Diameter dalam pipa diambil : d p ¾ inc 19,05 mm Diameter luar pipa diambil : d lp 1 inc 5, mm Diameter dalam sambungan : d s,6 Q V d s,6 18,9 6 8, mm Diameter luar sambungan diambil : Tebal t 3,75 mm Sehingga : d ls ¾ inc 19,05 mm d s d ls -. t 19, ,75 11,55 mm.3.. Silinder Miring (Tilt Cylinder) Kapasitas fluida : Q A. V π ( d ) V π ( 7,0 ) 3, 9 151,81 cm 3 /det 9,11 l/min diameter dalam pipa saluran d p,6 Q V 56

20 ,6 9,11 3, 7,76 mm Diameter dalam pipa diambil : d p ¼ inc 6,35 mm Diameter luar pipa diambil : d lp ½ inc 1,7 mm Diameter dalam sambungan : d s,6 Q V d s,6 9,11 6 5,7 mm Diameter dalam sambungan diambil : Tebal t 3,75 mm Sehingga : d ls ½ inc 1,7 mm d s d ls +. t 1,7 +. 3,75 0, mm.3.3. Silinder Kemudi (Steering Cylinder) Kapasitas fluida : Q A. V π ( d ) V π ( 5,0 ) 3, 5 68,7 cm 3 /det,1 l/min diameter dalam pipa saluran d p,6 Q V 57

21 ,6,1 3, 5, mm Diameter dalam pipa diambil : d p ¼ inc 6,35 mm Diameter luar pipa diambil : d lp ½ inc 1,7 mm Diameter dalam sambungan : d s,6 Q V d s,6,1 6 3,81 mm Diameter dalam sambungan diambil : Tebal t 3,75 mm Sehingga : d ls ½ inc 1,7 mm d s d ls +. t 1,7 +. 3,75 0, mm.. Perhitungan Pompa Hidraulik Kapasitas Pompa Yang Dibutuhkan Q p Q max + Q bocor + Q drain (. 1) Dimana : Q max kapasitas aliran maximum pada silinder. Q sil.lift +. Q sil.tilt (. 15) Q sil.lift A L x V L (. 16) π ( d ) VL (. 17) 58

22 π ( 5, ) 13, 5 31,7 cm 3 /det 18,9 l/min jadi : Q drain Q sil.tilt A t x V t π ( d ) Vt π ( 7,0 ) 3, 9 151,81 cm 3 /det 9,1 l/min Q max. Q sil.lift +. Q sil.tilt ( x 18,9 ) + ( x 9,1 ) 56 l/min jumlah kapasitas aliran yang kembali ke tangki dari katup relief dan yang berada dalam pipa, diasumsikan 7%. Q max 0, ,1 l/min Q bocor jumlah kapasitas aliran yang bocor dari silinder, diasumsikan 1% Q max 0, ,56 l/min Sehingga kapasitas pompa Q p ,1 + 0,56 71,68 l/min Diambil kapasitas pompa Q p 7 l/min Diameter saluran pompa (lihat persamaan 3. 30) d sp,6,6 Q V 7 3, 1,8 mm 59

23 Dari ukuran standart diambil : - Inlet d sp 1 in 5, mm d p 1,5 in 38,1 mm - outlet d sp ¾ in 19,05 mm d p 1 in 5, mm Dimensi Pompa Dari Oil Hydraulik Power and Its Industrial Aplication, untuk kapasitas pompa : Q p < 75,7 l/min atau Q p 0 gpm Maka : modulnya m putaran n rpm Pada perencanaan ini dipilih : m 5 z 1 (jumlah gigi) n 100 rpm Diameter pitch (d pc ) : d pc m x z (. 18) 5 x 1 60 mm persamaan : Q p π x d pc x. m x b x n x ,5 π x 60 x. 5 x b x 100 x 10-6 b 53,6 mm Lebar roda gigi diambil (b) 50 mm Tinggi puncak gigi (addendum) : h k1 m 5 mm Tinggi alas gigi (dedendum) : h k m 60

24 5 mm Diameter addendum : D a d pc +. h k1 (. 19) mm Diameter dedendum : D d d pc -. h k1 (. 0) mm Daya pompa yang diperlukan Diketahui : Tekanan keluar pompa P p 180 Kg/cm Kapasitas aliran Q p 7 l/min Diperekirakan effesiensi volumetric η v 85% Effesiensi mekanis η m 90% Maka effesiensi total (lihat persamaan 3. 3) η tot η v x η m 0,85 x 0,90 0,765 Daya output pompa adalah (lihat persamaan 3. 33): Dimana : Maka : N p P Q 55,6 (HP) N p daya output pompa Q kapasitas aliran (HP) (l/min) P p tekanan pompa (Kg/cm ) N p ,6 8,5 HP 61

25 Daya input yang diperlukan (lihat persamaan 3. 3) : N N p η t 8,5 0,765 37,18 HP Poros pompa hidraulik - Daya pompa N 37,18 HP - Putaran n 100 rpm - Diameter Pitch d pc 60 mm - Lebar roda gigi b 50 mm Momen puntir : M t 716 N n 37, (. 1) Gaya tangensial : P h,18 Kgm 1,8 Nm 180 Nmm Gaya radial : Resultan gaya : M t (. ) d / / 739,7 Kg 739,7 N P v P h x tg 0 0 (. 3) 739,7 x tg ,5 N p h p v p + (. ) 6

26 739, ,5 Momen lentur : 7869,3 N P L b M L ( ) (. 5) 786, ( ) Momen equivalent : M eq a 1 (konstanta) 885,96 Kgmm 8859,6 Nmm Diameter poros : a M L + ( M t ) (. 6) 8859, Nmm 180,1 Ncm d p,17 3 ( 1 180) M eq B (. 7) b B 1 untuk poros pejal Bahan poros diambil sesuai dengan bahan roda gigi maka : b Kg/cm 1801, d p, ,6 cm Diameter poros dipilih (d p ) 30 mm.5. Perhitungan Kerugian-kerugian Tekanan.5.1 Kerugian-kerugian Pada Pipa Masuk Pompa (Suction Line) Bila diameter dalam pipa : d p 3 cm 63

27 A p d p π π 3 7,0 cm Q pompa 7 l/min V f Q 7000/ cm 3 /det pompa A p v 5 cst 0,5 cm /det ,73 cm/det 7,07 bilangan Reynold (lihat persamaan 3. 31) R e V f d v 169,73 3 0,5 9,9 sehingga koeffisien gesek (3. 3) f 6 R e 6 9,9 0,068 panjang equifalen : panjang pipa masuk L e1 130 cm rugi-rugi masuk k 0,5 L e k d f 0,5 3 0,068,06 cm panjang equifalen L e 130 +,06 15,06 cm rugi-rugi tekanan (3. 33) : 6

28 P f f Le d V f g γ 15,06 169,73 3 P f 0,068 (10 0,8595) ,0 Kg/cm.5. Kerugian-kerugian Tekanan Pada Pipa Keluar Pompa (Discharge Line) Bila diameter dalam pipa : d p,3 cm A p d p π π,3,16 cm Q pompa 7 l/min V f Q 7000/ cm 3 /det pompa A p v 5 cst 0,5 cm /det ,73 cm/det 7,07 bilangan Reynold (lihat persamaan 3. 31) R e V f d v 169,73,3 0,5 7,9 sehingga koeffisien gesek (3. 3) f 6 R e 6 7,9 0,089 panjang equifalen : panjang pipa masuk L e1 300 cm katup relief k 16,5 65

29 L e k d f 16,5, 3 0,089 6,1 cm panjang equifalen L e 300 +,1 7,1 cm rugi-rugi tekanan (3. 33) : P f f Le d V f g γ 7,1 169,73 3 P f 0,089 (10 0,8595), ,35 Kg/cm.5.3 Kerugian-kerugian Tekanan Pada Silinder Angkat (Lift Cylinder) Bila diameter dalam pipa : d p 1,905 cm A p d p π π 1,905,85 cm Q 18,9 l/min 18900/ cm 3 /det V f Q ,53 cm/det, 85 A p v 5 cst 0,5 cm /det bilangan Reynold (lihat persamaan 3. 31) R e V f d v 110,53 1,905 0,5 389,93 66

30 sehingga koeffisien gesek (3. 3) f 6 R e 6 389,93 0,16 panjang equifalen : panjang pipa masuk L e1 150 cm katup flow control k 16,5 L e k d f 16,5 1, 905 0,16 191,66 cm panjang equifalen L e ,66 31,66 cm rugi-rugi tekanan (3. 33) : P f f Le d V f g γ 31,66 110,53 3 P f 0,16 (10 0,8595) 1, ,157 Kg/cm.5. Kerugian-kerugian tekanan Pada Silinder Miring (Tilt Cylinder) L 3 L d p 0,635 cm Q 1 Q L 1 L 67

31 Bila diameter dalam pipa : d p 0,635 cm A p d p π π 0,635 0,3 cm Q 1 9,11 l/min 9110/60 151,83 cm 3 /det Q Q 1 151,83 cm 3 /det V f1 Q 151,83 0, 3 A p 7,7 cm/det V f V f1 7,7 cm/det v 1 5 cst 0,5 cm /det bilangan Reynold (lihat persamaan 3. 31) R e V f d v ( V f 1 + V f ) d v 7,7 0,911 0,5 1600,89 sehingga koeffisien gesek (3. 3) f 6 R e ,89 0,0 panjang equifalen : panjang pipa masuk sampai sambungan T L e1 15 cm katup back pressure k 16,5 L e 58 cm buah sambungan T, k 1,5 L e3 3 cm L e 06 cm 68

32 rugi-rugi tekanan (3. 33) : P f f Le d V f g γ 06 98,9 3 P f 0,0 (10 0,8595) 0, ,09 Kg/cm.5.5 Kerugian-kerugian Tekanan Pada Silinder Kemudi (Steering Cylinder) Bila diameter dalam pipa : d p 0,635 cm A p d p π π 0,635 0,317 cm Q,1 l/min 10/60 68,7 cm 3 /det V f Q 68,7 0, 317 A p 16,7 cm/det v 5 cst 0,5 cm /det bilangan Reynold (lihat persamaan 3. 31) R e V f d v 16,7 0,635 0,5 8,85 sehingga koeffisien gesek (3. 3) f 6 R e 6 8,85 0,5 69

33 panjang equifalen : panjang pipa masuk L e1 150 cm katup relief valve k 16,5 L e k d f 16,5 0, 635 0,5 6,57 cm panjang equifalen L e ,57 196,57 cm rugi-rugi tekanan (3. 33) : P f f Le d V f g γ 196,57 16,7 3 P f 0,5 (10 0,8595) 0, ,33 Kg/cm.6 Daya Untuk Menggerakan Kendaraan Forklift Dalam perencanaan ini, pompa roda gigi yang digunakan untuk menggerakan sistem hidraulik selalu berputar, baik kendaraan itu berhenti maupun waktu berjalan. Disesuaikan dengan keperluannya, maka dapat dipilih jenis mesin yang direncanakan sebagai penggerak utama dari forklift ini adalah : Jenis mesin : Diesel Rated Output/r.p.m : 38,3 Kw/500 r.p.m Maximum Torque/r.p.m : 153,9 N.m/1800 r.p.m Number of Cylinder : cylinders Displacement : 369 cc Minimum Speed : 15 r.p.m 70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin inilah yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Kerja Sistem Hidroulik Pada Forklift Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK 4.1 Perhitungan Beban Operasi System Gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat movable bridge kapasitas 100 ton yang akan diangkat oleh dua buah silinder hidraulik kanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT 11 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM HIDROULIK PADA FORKLIFT Sebagai motor penggerak utama Forklift ini digunakan mesin diesel 115 PS, dengan putaran mesin 1500 rpm dan putaran dari mesin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30. Universitas Mercubuana

TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30. Universitas Mercubuana TUGAS AKHIR SISTEM HIDROLIK PADA FORKLIFT FD 30 Di susun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Sarjana S-1 Di Jurusan teknik mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana Disusun Oleh : Nama : Ali

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM HIDRAULIK PADA BACKHOE LOADER TYPE 428E Disusun oleh Nama : Wiwi Widodo Nim : 41305010007 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

Proses Kerja Hidrolik Pada Mast Toyota Forklift Series 8

Proses Kerja Hidrolik Pada Mast Toyota Forklift Series 8 Proses Kerja Hidrolik Pada Mast Toyota Forklift Series 8 NAMA : Rezha Andhika Pratama NPM : 28411231 PEMBIMBING : Irwansyah, ST., MT JURUSAN : TEKNIK MESIN FAKULTAS : TEKNOLOGI INDUSTRI Latar Belakang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker. BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini perkembangan teknologi begitu pesat yang umumnya muatan pada pelabuhan sudah dikemas dalam bentuk unitisasi sehingga penangananya dibutuhkan

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda Universitas Gunadarma Depok 2014 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENULISAN ILMIAH PROSES KERJA SISTEM HYDRAULIC PADA FORKLIFT TIPE DIESEL 115 PS DI PT. TRAKTOR NUSANTARA Nama : Rachmad Hidayat NPM : 29411104 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT Pada pembahasan dalam bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan dan perakitan alat, gaya-gaya yang terjadi dan gaya yang dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 103 kw (138 HP) pada putaran 5600 rpm. Pada mobil Opel Blazer DOHC dan direncanakan menggunakan roda

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK

PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK PROS ID I NG 0 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN MOTORCYCLE LIFT DENGAN SISTEM MEKANIK Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Diagram Alur Perencanaan Proses perencanaan pembuatan mesin pengupas serabut kelapa dapat dilihat pada diagram alur di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram alur perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Power Steering Dalam mengemudikan kendaraan roda empat, terkadang kita menemukan kendaraan yang mudah untuk dikendarai dan ada juga yang sulit. Salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN PROSES PEMBUATAN ALAT PENYANGGA TENGAH OTOMATIS PADA SEPEDA MOTOR YANG MENGGUNAKAN SISTEM HIDROLIK 4.1 Membuat Desain Sirkuit Sistem Hidrolik Penyangga Tengah dan Cara Kerjanya

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift

MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift MAKALAH PNEUMATIK HIDROLIK ( PH ) Forklift Poniman / TAB / 0420120068 Yulius Anggi Setiawan / TAB / 0420120075 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta Utara 14330, Telp.0216519555,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Perhitungan Roda Gigi Transmisi

Perhitungan Roda Gigi Transmisi Perhitungan Roda Gigi Transmisi 3. Menentukan Ukuran Roda Gigi Untuk merancang roda gigi yang mampu mentransmisikan daya maksimum sebesar 03 kw pada putaran 6300 rpm. Pada mobil Honda New Civic.8L MT dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR. Dwi Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA FLOCCULATOR Dwi Cahyo Prabowo 22410181 Jurusan Teknik Mesin Pembimbing: Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. LATAR BELAKANG Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak

Lebih terperinci

Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan

Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 5, No. 1, Mei 2002: 16 21 Karateristik Perolehan Gaya Dorong Power Steering Pada Sistem Kemudi Kendaraan Joni Dewanto Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram BAB III PERANCANGAN 3.. Perencanaan Kapasitas Perajangan Kapasitas Perencanaan Putaran motor iameter piringan ( 3 ) iameter puli motor ( ) Tebal permukaan ( t ) Jumlah pisau pada piringan ( I ) iameter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL 3.1 Metode Perancangan Pada Analisa Impeller Didalam melakukan dibutuhkan metode perancangan yang digunakan untuk menentukan proses penelitian guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat. Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada 59 BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Perancangan Desain dan Alat Hasil desain dan perancangan alat pemadat sampah plastik dapat dilihat pada gambar dibawah ini : - Desain dan hasil perancangan alat :

Lebih terperinci

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah LAMPIRAN 84 85 Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah 1. Aliran Massa Serasah Tebu 3 a. Bulk Density serasah tebu di lahan, ρ lahan = 7.71 kg/m b. Kecepatan maju mesin, Vmesin = 0.3 m/s c. Luas penampang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM :

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM : PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK MEMOMPAKAN CAIRAN LATEKS DARI TANGKI MOBIL KE TANGKI PENAMPUNGAN DENGAN KAPASITAS 56 TON/HARI PADA PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM ANGKAT FORKLIFT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON

PERANCANGAN SISTEM ANGKAT FORKLIFT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON PERANCANGAN SISTEM ANGKAT FORKLIFT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON Jimmy 1), Frans Yusuf Daywin 2) dan Soeharsono 3) 1) Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 2) Teknik Pertanian

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis

Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis Bab 4 Perancangan Perangkat Gerak Otomatis 4. 1 Perancangan Mekanisme Sistem Penggerak Arah Deklinasi Komponen penggerak yang dipilih yaitu ball, karena dapat mengkonversi gerakan putaran (rotasi) yang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Rancang Bangun Furrower Pembuat Guludan Rancang bangun furrower yang digunakan untuk Traktor Cultivator Te 550n dilakukan dengan merubah pisau dan sayap furrower. Pada furrower

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

UNIVERSITAS NEGERI PADANG MAKALAH TEKNIK ALAT BERAT prinsip kerja sistem hidrolik pada forklift DIBUAT OLEH Suyitno 53044/2010 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang. Forklift alat bantu

Lebih terperinci

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK

PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK PERENCANAAN POWER PACK MESIN PRESS HIDROLIK SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.T) Pada Program Studi TEKNIK MESIN UN PGRI Kediri

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana. Teori Dasar Rodagigi Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito

Oleh : Endiarto Satriyo Laksono Maryanto Sasmito Oleh : Endiarto Satriyo Laksono 2108039006 Maryanto Sasmito 2108039014 Dosen Pembimbing : Ir. Syamsul Hadi, MT Instruktur Pembimbing Menot Suharsono, S.Pd ABSTRAK Dalam industri rumah untuk membuat peralatan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG IV PERHITUNGN KOMPONEN UTM ELEVTOR RNG 4.1 Perhitungan obot Pengimbang. obot pengimbang berfungsi meringkankan kerja mesin hoist pada saat mengangkat box. obot pengimbang yang akan kita buat disini adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gokart Gokart merupakan salah satu produk yang sarat dengan teknologi dan perkembangan. Ditnjau dari segi komponen, Gokart mempunyai beragam komponen didalamnya, namun secara

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 4.1 Pengujian Pompa Reciprocating Pengujian kinerja pompa ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja pompa setelah proses modifikasi, yang meliputi ketangguhan sistem

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Biomassa Tanaman Kangkung di Laboratorium. a. Biomassa Tanaman Hari ke-15 Sebelum Dikeringkan

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Biomassa Tanaman Kangkung di Laboratorium. a. Biomassa Tanaman Hari ke-15 Sebelum Dikeringkan Lampiran 1. Hasil Perhitungan Biomassa Kangkung di Laboratorium a. Biomassa Hari ke-15 Sebelum Dikeringkan Tabel Biomassa pada Alat Hari ke-15 Sebelum Dikeringkan Pot tanpa akar Panjang Akar Jumlah Daun

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA

TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA POMPA SENTRIFUGAL UNTUK MEMOMPAKAN CAIRAN LATEKS DARI TANGKI MOBIL KE TANGKI PENAMPUNGAN DENGAN KAPASITAS 56 TON/HARI PADA SUATU PABRIK KARET Oleh : BOBY AZWARDINATA NIM

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi 1. Dua bola bermassa m 1 = 2 kg dan m 2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa seperti pada gambar.

Dinamika Rotasi 1. Dua bola bermassa m 1 = 2 kg dan m 2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa seperti pada gambar. 1. Dua bola bermassa m 1 = 2 kg dan m 2 = 3 kg dihubungkan dengan batang ringan tak bermassa seperti pada gambar. 3. Perhatikan gambar berikut. Jika sistem bola diputar pada sumbu di titik a, maka besar

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 19 BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 31 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pengupas serabut kelapa seperti terlihat pada diagram alir berikut ini: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN T u g a s A k h i r BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Observasi Study pustaka Pemilihan bahan dan alat Prosedur pambongkaran alat 1.Pengenalan Excavator Halla HE 280. 2.Pengenalan

Lebih terperinci

STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU

STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 10, Nomor 2, Juli - Desember 2012 STUDI STARTING UDARA TEKAN DENGAN MOTOR PNEUMATIK PADA MESIN INDUK KMP.BONTOHARU Abd. Latief Had, M. Rusydi Alwi & Andi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III ETODOLOGI PEELITIA Dalam bab ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengkaji teoritis kekuatan gear box hand tractor. 3.1 etode Penyelesaian asalah Dalam mengkaji teoritis

Lebih terperinci

Jumlah serasah di lapangan

Jumlah serasah di lapangan Lampiran 1 Perhitungan jumlah serasah di lapangan. Jumlah serasah di lapangan Dengan ketinggian serasah tebu di lapangan 40 cm, lebar alur 60 cm, bulk density 7.7 kg/m 3 dan kecepatan maju traktor 0.3

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 PERANCANGAN POMPA SUBMERSIBEL UNTUK KEPERLUAN PENYEDIAAN AIR DI ISTANA BUSINESS CENTER MEDAN BERKAPASITAS 19,5 M 3 /JAM DENGAN HEAD TOTAL 42 M SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perancangan Modifikasi Pompa Reciprocating Guna Meningkatkan Volume Alir ( Debit ) BAB II TEORI DASAR

Tugas Akhir Perancangan Modifikasi Pompa Reciprocating Guna Meningkatkan Volume Alir ( Debit ) BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Wireline Terminologi atau istilah wireline secara umum berarti suatu bentuk teknik pengerjaan yang dalam pengoperasiannya menggunakan wire / kabel yang dilakukan oleh para operator

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

TRANSMISI RANTAI ROL

TRANSMISI RANTAI ROL TRANSMISI RANTAI ROL Penggunaan: transmisi sabuk > jarak poros > transmisi roda gigi Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip perbandingan putaran tetap Keuntungan: Mampu meneruskan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR 4.1 Perencanaan Pulley dan V-Belt 1 4.1.1 Penetapan Diameter Pulley 1 1. Penetapan diameter pulley V-belt

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM ANALISIS DAN SIMULASI VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS YANG DIHASILKAN TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT

ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t) BAB III PERANCANGAN 3.1. Perencanaan Kapasitas Penghancuran Kapasitas Perencanaan : 100 kg/jam PutaranMotor : 1400 Rpm Diameter Gerinda (D3) : 200 mm Diameter Puli Motor (D1) : 50,8 mm Tebal Permukaan

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8)

METODE PENELITIAN. Simulasi putaran/mekanisme pisau pemotong tebu (n:500 rpm, v:0.5 m/s, k: 8) III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Pelaksanaan penelitian terbagi

Lebih terperinci