KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan aset dan sebagai bagian dari generasi bangsa. Anak

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

Menghilangkan Kecemasan Berlebihan Itu Mudah.. Begini Caranya..

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

yang mendorong terjadinya KDRT dalam masyarakat Minangkabau perkotaan? Apakah Ada Hubungan antara pergeseran peran keluarga luas dan mamak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

LAMPIRAN C ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

Daya Mas Media Komunikasi dan Informasi Hasil Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 September 2016; ISSN :

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB XVIII. Kekerasan terhadap perempuan. Kisah Laura dan Luis. Mengapa laki-laki melakukan kekerasan pada perempuan? Jenis kekerasan pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ibu NN, ibu SS dan ibu HT mendapatkan kekerasan dari suami. lain yaitu kakak kandung dan kakak iparnya.

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL SATUAN TUGAS PENANGANAN MASALAH PEREMPUAN DAN ANAK

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKTIF DENGAN ANAK USIA DINI

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

QuizNona: Apakah Nona Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran?

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kelompok ini memang kehilangan hak-hak kebebasannya khususnya hak

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

BAB 8. KEKERASAN DALAM RUMAHTANGGA DAN TRAFFICKING DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

Bab IX. Perempuan dengan Keterbatasan Fisik. Kepercayaan diri. Pemeliharaan kesehatan. Seksualitas dan kesehatan seksual.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah orang dengan gangguan skizofrenia dewasa ini semakin. terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti indonesia dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

I. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun

Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012

Dampak. terhadap anak-anak Reaksi anak-anak terhadap situasi darurat

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Kalender Doa. Oktober Berdoa Bagi Wanita Yang Menderita Karena Aborsi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Selamat Membaca dan Memahami Materi Rentang Perkembangan Manusia II

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

Bab V. Kepedulian Kesehatan Remaja Putri. Perubahan yang terjadi pada tubuh (pubertas) Perubahan yang membawa kehidupan lebih baik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

KASUS ETIKA PROFESI KASUS ANGELINE. Pembunuhan Berencana Angeline

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

Transkripsi:

KEKERASAN PADA ANAK DITINJAU DARI ASPEK MEDIS Oleh: Putrika P.R. Gharini * Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya, 13-19 September 2004 Kekerasan pada anak dalam artikel ini akan saya singkat sebagai KPA - merupakan topik yang hangat dibicarakan oleh media pada saat ini. Dalam artikel ini akan diuraikan tentang fenomena KPA ditinjau dari segi medis, selain itu apa dan bagaimana bisa terjadi KPA agar kita tahu mengapa kekerasan bisa terjadi. Pesan utama dalam artikel ini adalah tips-tips menghindari kekerasan fisik (dan seksual) terhadap anak yang akan diuraikan dalam bagian terakhir. Batasan istilah Batasan KPA agak sulit untuk bisa didefinisikan dengan jelas. Ada yang menuliskan bahwa kekerasaan pada anak meliputi makian, jeweran dan pukulan terhadap anak. Sedangkan pada artikel yang lain disebutkan bahwa larangan orang tua terhadap suatu aktivitas yang disukai anak sudah termasuk KPA. Karena batasan-batasan tentang KPA tidak jelas, saya akan mencoba untuk mendefinisikan KPA sebagai bentuk pembatasan hak-hak anak yang berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Mengapa saya memberikan batasan tersebut, akan saya uraikan dalam artikel ini. Bentuk, pelaku dan dampak KPA Bentuk KPA yang terjadi banyak macamnya. Ditinjau dari akibat yang terjadi dari segi medis bisa digolongkan dalam dua grup: kekerasan fisik dan kekerasan seksual. Kekerasan paling sering dilakukan oleh anggota keluarga terdekat atau anggota rumah, misal orang tua, saudara, atau paman. Peringkat kedua diduduki oleh pelaku kekerasan di lingkungan anak, misal di sekolah, baik oleh guru atau teman sekolah, teman bermain, tetangga atau kenalan. Pemerintah juga bisa dijadikan sebagai pelaku kekerasan secara tidak langsung, dengan cara pemberlakuan undangundang yang membatasi hak anak, ataupun tidak adanya penyediaan sarana buat anak terutama anak yang cacat (fisik ataupun mental). Dampak kekerasan yang menimpa anak ditinjau dari segi kesehatan misalnya luka yang ringan, luka yang mengakibatkan kecacatan baik cacat fisik maupun cacat secara seksual (misalnya kehilangan kegadisan), bunuh diri akibat depresi, ataupun kematian baik yang disengaja maupun tidak. Alasan-alasan yang mendasari timbulnya KPA Alasan yang paling sering dikemukakan oleh pelaku (terutama orang tua) terhadap tindakannya (kekerasan) terhadap anak adalah dalam rangka mendidik anak. * Staf pengajar bagian Kardiologi, lab. Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Dr. Sardjito/FK-UGM. Saat ini sedang menjalani program doktoral di Heinrich Heine Universität Düsseldorf Jerman

Misalnya anak melakukan perbuatan yang dipandang negatif oleh orang tua. Agar anak tidak mengulangi perbuatan, kadang orang tua memaki atau menjewer, dalam beberapa kasus sampai memukul anak. Pada kasus-kasus tersebut jarang terjadi kekerasan fisik pada anak yang mengakibatkan dampak negatif pada anak dalam jangka panjang. Alasan kedua yang sering terjadi adalah pelaku ingin agar anak melakukan apa yang diinginkan oleh pelaku. Yang membedakan alasan kedua dari alasan pertama adalah motivasi pelaku dalam alasan kedua bukan karena pendidikan. Misalnya saja pelaku merasa terganggu karena anak rewel terus. Agar anak menjadi diam, pelaku menjewer anak. Alasan kedua sering menimbulkan dampak terhadap yang lebih parah baik dari segi fisik maupun psikologi terhadap anak daripada alasan pertama. Kekerasan fisik yang dilakukan oleh teman sekolah bisa dimasukkan dalam golongan ini, sementara kekerasan yang dilakukan oleh guru bisa dimasukkan dalam golongan pertama ataupun kedua. Alasan yang ketiga adalah perbuatan kriminal, misalnya pembunuhan (secara disengaja) ataupun kekerasan seksual. Alasan ketiga biasanya menimbulkan akibat yang paling parah, misal kematian. Pola KPA di Indonesia dan di Jerman Pada prinsipnya pola kekerasan pada anak di Indonesia dan di Jerman hampir sama. Kekerasan fisik pada anak sering terjadi pada masyarakat tingkat ekonomi bawah. Penyebab kekerasan fisik lebih sering berkaitan dengan masalah stress ekonomi atau lingkungan yang kurang kondusif, yang biasanya lebih dimiliki oleh masyarakat tingkat ekonomi bawah. Penyebab lain adalah akibat indirek dari kekerasan suami kepada istri (kekerasan dalam rumah tangga, yang sering disingkat sebagai KDRT). KDRT mempunyai akibat langsung kepada istri, dan tidak langsung kepada anak, misalnya 1) suami memukuli istri, suatu saat pukulannya malah mengenai anak akibatnya anak mati, 2) akibat KDRT istri jadi tertekan, dan sebagai pelampiasannya istri memukuli anak, akibatnya anak jadi sakit atau mati, 3) akibat KDRT istri jadi tertekan, si anak (bayi) jadi tak terurus, akibatnya anak/bayi sakit atau mati. Perbedaannya, kekerasan fisik di Indonesia kadang menyebabkan kematian pada anak, sedangkan di Jerman jarang menimbulkan kematian. Suatu pola khusus yang banyak terjadi di Jerman adalah kekerasan seksual pada anak yang berakibat kematian dan kekerasan fisik oleh teman sekelas. Menurut pendapat saya, hal ini lebih banyak dipengaruhi oleh televisi atau permainan komputer. Di Jerman, pengaruh televisi atau permainan komputer saat ini jauh lebih besar daripada di Indonesia. Saya memperkirakan jika di Indonesia pengaruh televisi atau permainan komputer semakin parah, pola kekerasan yang sama bisa terjadi juga di Indonesia. Rasionalisasi pendidikan anak oleh orang tua Untuk menjadi orang tua yang baik memang tidak gampang. Jika terlalu keras dalam mendidik anak, perkembangan anak menjadi negatif. Namun jika anak hanya diberikan kasih sayang, segala keinginan anak dipenuhi, juga bukan solusi yang baik. Ketika anak sudah mulai mengerti hal-hal konsepsual (biasanya ketika anak menginjak umur 3 tahun), pada diri anak mulai muncul paham ego. Anak mulai mengembangkan perasaan memiliki, semua barang yang disekitar anak merasa dimilikinya. Ketika anak melihat suatu barang, anak ingin memiliki dan berusaha untuk memiliki. Pada fase perkembangan berikutnya, baru anak

mengembangkan perasaan superego, dimana anak mulai mengenali norma-norma kehidupan (apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan). Jika fase ini gagal, maka anak tidak pernah mengenal rasa bersalah atau rasa takut jika anak melakukan suatu kesalahan. Disini anak mempunyai potensial untuk berkembang menjadi anak nakal yang selalu melanggar norma agama, masyarakat atau peraturan negara. Untuk itu orang tua harus membantu dalam proses perkembangan anak. Orang tua harus memperkenalkan anak tentang norma-norma dan peraturan, dengan cara mendidik anak. Hanya dengan cara demikian, anak bisa tumbuh menjadi orang yang baik. Dalam mendidik anak, orang tua harus memberikan pengertian dan nasihat kepada anak. Seringkali pengertian dan nasihat orang tua tidak cukup. Jika anak tetap melakukan kesalahan yang sama yang berulang-ulang, tidak ada pilihan bagi orang tua untuk memberikan hukuman. Bukankah orang dewasa juga dihukum jika melanggar peraturan? Anak seharusnya diperkenalkan bahwa dia melakukan kesalahan maka anak bisa dihukum. Cara menghindari KPA: 1. Pemberian hukuman fisik yang tidak membahayakan anak Jika anda sebagai orang tua merasa bahwa anak sering melakukan kesalahan yang sama, dan segala macam nasihat maupun hukuman secara psikis tidak mempan, dan anak perlu diberikan hukuman fisik, ada beberapa hal yang perlu anda perhatikan: a. Umur anak. Bayi tidak boleh sedikitpun diberikan kekerasan fisik, apapun alasannya. Segala macam kekerasan fisik pada bayi hanya akan menimbulkan akibat buruk kepada bayi, dan sudah termasuk kejahatan. Seperti yang disebutkan di paragraf atas, hukuman fisik hanya dapat diberikan jika alternatif pendidikan yang lain sudah tidak mempan. Sampai umur 4-5 tahun sebaiknya anak tidak diberikan hukuman fisik. Pelaku hukuman pun sebaiknya dibatasi kepada pendidik langsung anak (misalnya hanya orang tua saja). Frekuensinya pun tidak boleh berlebihan. Biasanya dengan 1 atau maksimal 2 kali jeweran anak sudah cukup jera. Hukuman fisik pun hanya boleh dilakukan jika anak belum beranjak dewasa/puber. Pada taraf tersebut hukuman fisik tidak mempan lagi. Nasihat atau komunikasi biasanya lebih bermakna. b. Hukuman fisik apa tidak boleh diberikan? Anggota badan yang sama sekali tidak boleh menerima kekerasan fisik adalah kepala (yang berakibat pada gangguan otak, organ terpenting pada manusia). Selain itu sebaiknya dihindari kekerasan pada dada karena didalam dada terdapat 2 organ penting: jantung dan paru-paru. Terutama paru-paru amat rentan terhadap benturan yang bisa mengakibatkan gangguan pernafasan. Yang juga dihindari adalah kekerasan pada bagian perut, karena didalamnya terdapat organ pencernaan, hati, limpa, pankreas, ginjal dan saluran kencing, serta organ peranakan pada wanita (ovarium dan uterus). Yang perlu diingat adalah, tidak seperti dada, perut tidak memiliki tulang yang bisa melindungi organ-organ didalamnya, sehingga perut cukup rentan juga terhadap benturan. Organ lain yang juga cukup penting adalah tangan dan kaki. Hukuman fisik dalam taraf sedang pun bisa mengakibatkan kecacatan pada anak walau biasanya tidak membahayakan jiwa.

Seringkali kita mendengar atau membaca di media tentang hukuman fisik yang dilakukan dengan suatu alat, misalnya dengan tongkat atau sabuk. Pemberian hukuman tidak boleh dilakukan dengan menggunakan alat bantu, karena kwalitas benturan dengan alat bantu lebih parah daripada dengan tangan kosong. c. Hukuman yang boleh: jeweran pada pantat, paha, lengan atau telinga. Jeweran pada pantat, paha, lengan atau telinga sudah cukup menimbulkan rasa sakit, namun tidak menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan kesehatan anak. Dengan hukuman tersebut, biasanya anak sudah cukup jera. Frekuensi yang diberikan pun hanya boleh 1-2 kali saja, tidak boleh sering, dan jangan memberikan jeweran yang terlalu dalam karena bisa mengenai syaraf yang bisa berakibat fatal. Jika anda memperhatikan bahwa anak tidak jera setelah diberikan jeweran, dan anda sudah terlalu sering memberikan hukuman, berarti makna hukuman fisik sudah tidak mempan, maka anda seharusnya pergi ke psikolog atau ke pemuka agama untuk mendapatkan saran-saran dalam mendidik anak. Misalnya anak sudah kecanduan obat-obatan, melakukan tindakan kriminal kecil-kecilan, dimana hukuman fisik ringan tidak bisa lagi menyelesaikan masalah, maka hukuman fisik berat juga tidak akan membantu menyelesaikan masalah. 2. Menghindari kekerasan seksual pada anak Kekerasan seksual pada anak seringkali dilakukan tidak hanya oleh pelaku asing, namun juga bisa oleh kerabat dekat, misalnya paman, kakek atau bahkan guru sekolah. Kekerasan seksual sering menimpa anak perempuan walau tidak jarang anak laki-laki pun bisa terkena. Kadang kita tidak menyadarinya karena anak tidak pernah bercerita. Sementara anak tidak mengerti bahwa perbuatan meraba-raba alat kelamin yang dilakukan si pelaku adalah terlarang karena biasanya pelaku akan membujuk si anak. Lalu apa tindakan kita untuk mencegah hal tersebut? Pertama-tama kita harus memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak secara dini. Si anak mulai diajarkan untuk mengenali alat kelaminnya. Jika anak sudah mulai mengenal, maka anak bisa mengerti apakah seseorang berlaku kurang sopan terhadapnya atau tidak. Kedua: jika kita terpaksa menitipkan anak kita kepada seseorang, lebih baik titipkan anak kepada kenalan perempuan, misalnya ibu teman anak anda. Biasanya perempuan jarang melakukan kekerasan seksual. Ketiga: Rangsang anak anda untuk bercerita tentang aktivitas sehari-hari, baik di sekitar rumah dengan temantemannya maupun di sekolah. Jika memang pelaku melakukan perbuatannya, kadang si anak terceplos ketika dia bercerita kepada ibunya. Keempat: pada saat anda memandikan anak anda, berikan juga perhatian kepada daerah sekitar alat kelamin. Jika ada lebam atau memar atau anak meringis kesakitan jika anda menyentuh daerah tersebut, anda harus periksa lebih teliti dan jika perlu bawa ke dokter. 3. Menghindari kekerasan dari lingkungan. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kekerasan tidak selalu muncul dari keluarga, namun juga dari lingkungan, misalnya lingkungan bermain anak atau sekolah. Pelakunya bisa dari tetangga, teman atau guru. Biasanya anak tidak berani bercerita kepada orang tua karena takut ancaman dari pelaku. Satu hal yang bisa membantu dalam menghindarinya adalah rangsang anak untuk bercerita tentang pengalamannya (atau apa saja yang dia lakukan) pada hari itu bersama temannya atau disekolahnya. Dengarkan apa yang diceritakan tanpa

memberikan suatu komentar, sehingga anak mempunyai keberanian untuk bercerita tanpa rasa takut. Jika anak bercerita bahwa dia baru saja dipukul oleh teman atau gurunya, jangan telan mentah-mentah dan hal tersebut harus ditangani dengan kepala dingin. Cek dengan seksama cerita anak tersebut (bisa saja lho anak anda yang berbohong). Jika hal tersebut dilakukan oleh teman anda, anda bisa memperhatikan ketika anak bergaul dengan temannya. Jika itu dilakukan oleh guru, mungkin anda bisa mengecek dengan cara bertanya kepada teman anak anda yang mungkin melihat peristiwa tersebut. Jika hal tersebut benar adanya, baru anda boleh bertindak. Kesimpulan dan Penutup Secara singkat saya coba membuat kesimpulan dari isi makalah ini. Bentuk kekerasan pada anak (KPA) dilihat dari sisi medis dapat digolongkan terutama ke dalam kekerasan fisik dan seksual. Ditinjau dari pelaku kekerasan bisa dari orang tua sendiri, kerabat, orang yang sehari-dekat dengan anak maupun orang lain yang tidak dikenal. Alasan perlakuan kekerasan bisa karena unsur ketaksengajaan yang biasanya berlatar belakang upaya untuk mendidik anak-, kecelakaan maupun unsur sengaja yang mengarah kepada kriminal. Dampak kekerasan pada anak bisa terjadi pada jangka pendek maupun panjang, dari luka ringan hingga depresi mental maupun kematian. Pengetahuan mengenai upaya-upaya untuk menghindari KPA amat diperlukan agar anak dapat menjalani masa perkembangannya dengan baik. Akhir kata, tak ada gading yang tak retak. Makalah ini hanya mengupas bagian amat sedikit dari bentuk-bentuk KPA ditinjau dari segi medis. Semoga bisa membantu para orang tua agar lebih arif dalam mendidik dan menjaga putra-putrinya. SELAMAT BERDISKUSI.