Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi

Burnout Pada Perawat Puteri RS St. Elizabeth Semarang Ditinjau Dari Dukungan Sosial

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjanjian (Hasibuan, 2007). Sedangkan menurut kamus besar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA DENGAN MOTIVASI KERJA PEGAWAI BAGIAN SEKRETARIAT DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SUMATERA BARAT

HUBUNGAN PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. AGUS JAYA MOJOKERTO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN CV. INA KARYA JAYA KLATEN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAAN KERJA KARYAWAN PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau tehnik dalam mengadakan

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DENGAN KOMITMEN ORGANISASI KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan

Hubungan Work Family Conflict Dengan Quality Of Work Life Pada Karyawan Wanita Perusahaan X

PERCEPTION OF COMPENSATION AND JOB SATISFACTION ON EMPLOYEES OF PT KUDA INTI SAMUDERA, SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

Jones Martogi Pasaribu Fakultas Psikologi Universitas Semarang. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

ANALISIS KINERJA DAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA CILACAP. M u t i a s a r i (ST IE Satri a P u rwokert o )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian pada BPR

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BURNOUT TENAGA PENDIDIK WANITA DITINJAU DARI LINGKUNGAN KERJA PSIKOLOGIS DAN DUKUNGAN SOSIAL

BAB III METODE PENELITIAN. tidak adanya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Penelitian Korelasional

BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN INTENSI MENINGGALKAN ORGANISASI PADA BANK-BANK MILIK NEGARA DI KOTA TEGAL

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila memperoleh kepuasan

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN CV. INA KARYA JAYA KLATEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. SANDANG PANGAN SUKSES MAKMUR NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN BURNOUT SYNDROME PADA KARYAWAN PT. SURYA ALAM PERMAIDI PALEMBANG ABSTRAK

Hubungan Bullying dengan Burnout pada Karyawan

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN HARDINESS DENGAN BURNOUT PADA GURU SEKOLAH DASAR

Volume I No.02, Februari 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan.

Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Bagian Produksi Pabrik Keramik Ken Lila Production Di Jakarta

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT

HUBUNGAN KONFLIK PERAN GANDA DENGAN KEPUASAN BERWIRAUSAHA PADA WIRAUSAHA WANITA SKRIPSI IMAM DAMARA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA PILOT PENERBANGAN ANGKATAN DARAT (PENERBAD) DI SEMARANG DAN JAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga. variabel bebas dengan variabel tergantung.

PENGARUH TEKANAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI : KASUS PT. CENTRAL BANDUNG RAYA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metodemetode

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

Perbedaan Tingkat Kepuasan Kerja Berdasarkan Besar Kompensasi Pada Profesi Guru. Ade Prastya Nugraha. Prof. Dr. A.M.

BAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian (Kerlinger, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

KECEMASAN TERHADAP KETIADAAN HANDPHONE DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL PADA MAHASISWA S1 MANAJEMEN STIE AMA SALATIGA

BAB III METODE PENELITIAN

KOHESIVITAS KELOMPOK DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA FINANCIAL ADVISOR ASURANSI X YOGYAKARTA

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA GURU DI SMP NEGERI 1 NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Syafmarini, Unika Prihatsanti* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Pengaruh Kompensasi, Iklim Organisasional, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Madu Baru Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN BURNOUT DENGAN KINERJA PADA KARYAWAN

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN PO SUMBER ALAM

Hubungan Antara Konflik Kerja dengan Etos Kerja Pegawai di PDAM Kabupaten Malang

Perkembangan Kecerdasan Emosi Dan Iklim Organisasi Pengaruhnya Terhadap Disiplin Kerja (Studi Pada Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis)

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN KOPERASI SENTRAL MAKMUR DI SURABAYA

BAB II URAIAN TEORITIS. Pembahasan mengenai Organizational Citizenship Behavior (OCB)

ABSTRAK Hubungan antara Derajat Stres Kerja dan Kepuasan Kerja pada Perawat Pelaksana Rumah Sakit Jiwa Cimahi Stephen P.

PERBEDAAN KOMITMEN ORGANISASI DITINJAU DARI GENDER KARYAWAN PT. INDOMARCO PRISMATA MEDAN ABSTRAK

Transkripsi:

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex) Imelda Novelina Sihotang Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang Abstract This research meant to examine the correlation between employees perception toward their psychological work environment and burnout, and the difference in burnout level between male and female employees. The proposed hypothesis were (1) there was a negative correlation between employees perception toward their psychological work environment and burnout, and (2) there was difference in burnout level according to sex. The subjects of this research were male and female employees at Human Resources Department of PT Pertamina UP III Plaju, selected using simple random sampling. For the first hypothesis, the data analyzed using Pearson s Product Moment Correlation. Meanwhile, the second hypothesis was analyzed using t-test. Data analysis showed that (1) there was a negative correlation between employees perception toward their psychological work environment and burnout, and (2) there was difference in burnout level according to sex. Keywords: burnout, perception, psychological work environment, sex. Pendahuluan Semakin berkembangnya kemajuan di bidang industri sekarang ini, menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan dan tuntutan pekerjaan pun semakin meningkat. Dunia perusahaan sebagai sebuah organisasi harus mampu mencapai tujuan yang direncanakan untuk dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi harus benarbenar diperhatikan. Hal tersebut biasanya terwujud dalam upaya peningkatan

Vol. 1 No. 1, Juli 2004 kualitas karyawan dan pengaturan manajemen organisasi. Peningkatan kualitas karyawan itu penting karena kemajuan suatu organisasi tidak hanya bergantung dari teknologi mesin tetapi faktor manusia memegang peranan penting di dalamnya. Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan diri individu di dalam menghadapi tuntutan organisasi yang semakin tinggi dan persaingan yang keras di tempat kerja karyawan itu adalah stres. Stres yang berlebihan akan berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan lingkungannya secara normal. Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi akan mengakibatkan individu yang bersangkutan menderita kelelahan, baik fisik ataupun mental. Keadaan seperti ini disebut burnout, yaitu kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stres diderita dalam jangka waktu yang cukup lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi (Leatz & Stolar, dikutip Rosyid & Farhati, 1996). Dalam bekerja, karyawan tidak bisa lepas dari kondisi lingkungan kerjanya. Salah satu faktor munculnya burnout pada karyawan adalah kondisi lingkungan kerja yang kurang baik. Ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan karyawan dengan apa yang diberikan perusahaan terhadap karyawannya, seperti kurangnya dukungan dari atasan dan adanya persaingan yang kurang sehat antara sesama rekan kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja psikologis yang dapat mempengaruhi munculnya burnout dalam diri karyawan. Oleh sebab itu perusahaan harus sedapat mungkin menciptakan suatu lingkungan kerja psikologis yang baik sehingga memunculkan rasa kesetiakawanan, rasa aman, rasa diterima dan dihargai serta perasaan berhasil pada diri karyawan. Menurut La Fellete (dikutip Sumaryani, 1997) mengatakan bahwa lingkungan kerja psikologis tidak nampak tetapi nyata ada dan akan dirasakan oleh seseorang bila memasuki lingkungan kerja suatu organisasi. Untuk mengetahui keadaan tersebut dapat diketahui melalui persepsi individu terhadap lingkungan kerja psikologisnya. Karyawan yang mempunyai penilaian yang positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya berarti karyawan merasa bahwa lingkungan kerja psikologisnya baik, sehingga menimbulkan semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada karyawan. Pada dasarnya burnout dapat terjadi pada semua orang, khususnya karyawan pria dan wanita. Hal tersebut terjadi karena setiap manusia tentu mengalami tekanan-tekanan yang diperoleh dalam kehidupan, khususnya dalam menjalani pekerjaan. Secara umum pria lebih mudah mengalami burnout daripada wanita. Hal ini dikarenakan wanita tidak mengalami peringkat tekanan seperti yang dihadapi oleh seorang pria, yang dapat disebabkan karena adanya perbedaan peran, misalnya dalam hal kerja, bagi seorang pria bekerja adalah Burnout pada Karyawan Ditinaju dari Persepsi 10

suatu hal mutlak untuk menghidupi keluarganya, namun tidaklah demikian bagi seorang wanita, wanita boleh bekerja atau tidak, jadi bukan merupakan suatu keharusan (Gibson, dkk., 1987). Sebaliknya dengan pendapat di atas, penelitian lain menyimpulkan bahwa ternyata wanita memperlihatkan frekuensi lebih besar untuk mengalami burnout daripada pria, yang disebabkan karena seringnya wanita merasakan kelelahan emosional (Schultz & Schultz, 1994). Hal ini disebabkan karena pria dan wanita berbeda bukan saja secara fisik, tetapi juga sosial dan psikologisnya dan mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi masalahnya. Tinjauan Pustaka Burnout pada Karyawan Burnout merupakan kelelahan fisik, mental, dan emosional yang terjadi karena stres yang diderita dalam jangka waktu yang lama, di dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Bernardin (dikutip Rosyid, 1996,) menggambarkan burnout sebagai suatu keadaan yang mencerminkan reaksi emosional pada individu yang bekerja pada bidang kemanusiaan (human service), atau bekerja erat dengan masyarakat. Penderitanya banyak dijumpai pada perawat di rumah sakit, pekerja sosial, guru dan para anggota polisi. Menurut Kreitner dan Kinicki (1992) burnout adalah akibat dari stres yang berkepanjangan dan terjadi ketika seseorang mulai mempertanyakan nilai-nilai pribadinya. Dari pengertian tentang burnout oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah keadaan stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dan dengan intensitas yang cukup tinggi, ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional, serta rendahnya pengahargaan terhadap diri sendiri yang mengakibatkan individu merasa terpisah dari lingkungannya. Burnout mempunyai lima dimensi utama, yaitu: 1) kelelahan fisik, ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurangnya nafsu makan, dan individu merasakan adanya anggota badan yang sakit; 2) kelelahan emosional, ditandai dengan depresi, merasa terperangkap di dalam pekerjaannya, mudah marah, dan cepat tersinggung; 3) kelelahan mental, ditandai dengan bersikap sinis terhadap orang lain, bersikap negatif, cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan, maupun organisasi; 4) rendahnya penghargaan terhadap diri, ditandai dengan individu tidak pernah merasa puas dengan hasil kerja sendiri, dan merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain; dan

Vol. 1 No. 1, Juli 2004 5) depersonalisasi, ditandai dengan menjauhnya individu dari lingkungan sosial, apatis, dan tidak peduli dengan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Kelima dimensi inilah yang diperlakukan sebagai aspek-aspek untuk menyusun angket dalam mengungkap burnout. Selanjutnya, ada dua faktor yang dipandang mempengaruhi munculnya burnout, yaitu: 1) faktor eksternal meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton, dan 2) faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, dan karakteristik kepribadian. Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Gibson & Ivancevich (1990) menyatakan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja dalam lingkungan organisasi dan mempunyai peranan yang besar dalam mempengaruhi tingkah laku karyawan. Pendapat di atas didukung oleh Steers (1985) yang membatasi persepsi terhadap lingkungan kerja sebagai hal-hal karakteristik yang dipersepsikan individu dalam organisasi dan merupakan hasil dari tindakan yang dilakukan oleh organisasi baik secara sadar maupun tidak, serta dapat mempengaruhi tingkah laku individu dalam organisasi. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis adalah pandangan atau penilaian karyawan terhadap kondisi psikologis yang ada dalam suatu lingkungan organisasi atau perusahaan, dan semua hal yang dipersepsikan karyawan tersebut akan mempengaruhi tingkah laku karyawan. Ada lima aspek persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis, yang mempengaruhi perilaku karyawan. Kelima aspek tersebut meliputi: 1) struktur kerja, yakni sejauhmana pekerja merasakan bahwa pekerjaan yang diberikan kepadanya memiliki struktur kerja dan organisasi yang baik; 2) tanggung jawab kerja, yakni sejauhmana pekerja merasakan bahwa pekerja mengerti tanggung jawab mereka serta bertanggung jawab atas tindakan mereka; 3) perhatian dan dukungan pimpinan, yakni sejauhmana karyawan merasakan bahwa pimpinan sering memberikan pengarahan, keyakinan, perhatian serta menghargai mereka; 4) kerjasama kelompok kerja, yakni sejauhmana karyawan merasakan ada kerjasama yang baik di antara kelompok kerja yang ada; dan Burnout pada Karyawan Ditinaju dari Persepsi 12

5) kelancaran komunikasi, yakni sejauhmana karyawan merasakan adanya komunikasi yang baik, terbuka dan lancar, baik antara teman sekerja ataupun dengan pimpinan. Jenis Kelamin Pengetahuan bahwa saya seorang pria atau saya seorang wanita merupakan salah satu bagian inti dari identitas pribadi, dan di dalam benak kita sudah tertanam siapa itu pria dan siapa itu wanita. Demikian pula tentang pemikiran apa kekhasan perilaku seorang pria dan seorang wanita. Pria dan wanita tidak hanya berbeda secara fisik saja, tetapi berbeda pula dari segi psikologis dan sosiologisnya. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dikemukakan di atas maka hipotesis yang diajukan adalah: 1) Ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout dan ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin; 2) karyawan wanita mengalami burnout lebih besar dibandingkan karyawan pria. Metode Penelitian Variabel-Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini meliputi variabel bebasnya adalah persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dan jenis kelamin, kemudian variabel tergantungnya adalah burnout. Subjek Populasi penelitian ini dilakukan di PT. PERTAMINA UP III Plaju, Palembang. Subjek penelitian ini terdiri dari 80 orang, yang terdiri dari 40 orang pria dan 40 orang wanita, yang diambil dari populasi dengan menggunakan teknik simple random sampling. Alat Ukur Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan angket. Data tentang persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dikumpulkan dengan Angket Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis, yang memuat lima aspek, yaitu: struktur kerja, tanggung jawab kerja, perhatian dan dukungan pimpinan, kerjasama kelompok, dan kelancaran komunikasi. Data tentang burnout dikumpulkan dengan Angket Burnout, yang menggunakan dimensi kelelahan fisik, dimensi kelelahan emosional, dimensi

Vol. 1 No. 1, Juli 2004 kelelahan mental, dimensi rendahnya penghargaan terhadap diri, dan dimensi depersonalisasi. Untuk mencari validitas alat ukur dengan menggunakan rumus Product Moment dan untuk mencari reliabilitas ini digunakan teknik koefisien Alpha Cronbach. Teknik analisis statistik yang dipakai untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan adalah teknik korelasi Product Moment untuk hipotesis pertama dan teknik Uji-t untuk hipotesis yang kedua. Hasil Melalui teknik Korelasi Product Moment untuk hipotesis pertama, diperoleh nilai rxy= -0,2518 dengan p = 0,012 (p < 0,05). Dengan demikian hipotesis pertama yang berbunyi ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout, dapt diterima. Selanjutnya, dengan teknik uji-t diperoleh nilai t = 2,82 dengan p = 0,003 (p < 0,01). Oleh karena itu, hipotesis kedua yang berbunyi ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami burnout lebih tinggi dibandingkan karyawan pria, dapat diterima. Pembahasan Berdasarkan pengujian terhadap kedua hipotesis penelitian diperoleh hasil bahwa kedua hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan burnout. Hal ini berarti bahwa semakin baik persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya maka akan semakin rendah gejala burnout yang diperlihatkan oleh karyawan. Dengan demikian, kondisi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik seperti komunikasi yang tidak baik antara karyawan dengan rekan sekerja atau pun dengan pimpinan, akan mendukung dan mempertahankan timbulnya kelelahan psikis dalam kerja, sehingga ada kemungkinan karyawan akan mudah jengkel, cemas, dan tidak berkonsentrasi pada saat melaksanakan tugas (Nitisemito, 1980). Selanjutnya, Rosyid (1996) mengatakan bahwa burnout muncul akibat kondisi internal seseorang yang ditunjang oleh faktor-faktor lingkungan berupa tekanan yang berlarut-larut. Karyawan merasakan burnout karena kondisi lingkungan kerja yang menyiratkan bahwa apa yang telah karyawan kerjakan itu sia-sia, tidak berguna, dan tidak dihargai serta adanya prosedur atau aturanaturan yang kaku, tidak fleksibel sehingga karyawan merasa terjebak dalam Burnout pada Karyawan Ditinaju dari Persepsi 14

sistem yang tidak adil. Keadaan seperti ini dapat diketahui melalui persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya. Karyawan yang mempunyai penilaian positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya berarti karyawan tersebut merasa bahwa lingkungan kerja psikologisnya baik, sehingga dapat memandang kerja sebagai usaha untuk memperoleh kemajuan dan kerja keras dipandang sebagai sesuatu yang baik dan karyawan akan memiliki semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada karyawan. Hal ini perlu diperhatikan melihat bahwa sumber daya manusia membuat sumber daya lain dalam suatu perusahaan dapat berjalan, sehingga dibutuhkan penanganan secara serius mengenai tenaga kerja ini, sebab tenaga kerja akan turut menentukan produktivitas demi tercapainya kesuksesan dan tujuan perusahaan. Kemudian, hipotesis ke dua menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami burnout lebih tinggi dari pada karyawan pria. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa dinamika terjadinya burnout tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor individual atau faktor dari dalam, seperti usia, jenis kelamin, suku, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, minat, dan kepribadian (Rosyid, 1996). Schultz & Schultz (1994) mengungkapkan bahwa wanita memperlihatkan frekuensi lebih besar untuk mengalami burnout daripada pria, disebabkan karena seringnya wanita mengalami kelelahan emosional. Di samping itu Davidson & Klevens juga mengatakan bahwa wanita lebih menunjukkan tingkat burnout yang tinggi secara signifikan dengan memperhatikan konflik antara karir dan keluarga dibandingkan dengan pria (dikutip Schultz & Schultz, 1994). Data yang terkumpul diperoleh juga bahwa untuk burnout diperoleh mean empirik sebesar 100,15 mean hipotetik sebesar 112,5 dan SD = 24, 89; hal ini menunjukkan bahwa burnout pada karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju berada pada taraf sedang, sedangkan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya diperoleh mean empirik sebesar 129,04, mean hipotetik sebesar 100 dan SD = 11,09. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju tergolong dalam taraf sangat baik. Sumbangan efektif persepsi terhadap burnout adalah sebesar 6,34%, sedangkan sisanya yang berkisar 93,66% adalah sumbangan dari faktor-faktor lain yang tidak menjadi sasaran penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain di luar persepsi yang juga mempunyai hubungan dengan burnout, yaitu faktor eksternal meliputi kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak memenuhi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton dan faktor internal meliputi usia, harga diri, dan karakteristik kepribadian.

Vol. 1 No. 1, Juli 2004 Berdasarkan hasil penelitian pada karyawan Bagian Sumber Daya Manusia Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) UP III Plaju, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap lingkungan kerja psikologis dengan burnout dan ada perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, karyawan wanita mengalami burnout lebih tinggi dibandingkan pria. Sumbangan efektif persepsi terhadap burnout sebesar 6,34 %, hal ini menunjukkan bahwa ada faktor-faktor lain di luar persepsi yang juga mempunyai hubungan dengan burnout. Hasil tambahan dari penelitian ini juga diperoleh bahwa burnout pada karyawan Bagian SDM PT. PERTAMINA UP III Plaju berada pada tingkat sedang dan persepsi karyawan terhadap lingkungan kerja psikologisnya berada pada tingkat sangat baik. Melalui telaah yang dilakukan, saran yang dapat dikemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi pihak perusahaan. Diharapkan agar tetap dapat mempertahankan persepsi karyawan yang positif terhadap lingkungan kerja psikologisnya dengan cara lebih memperhatikan struktur kerja karyawan, tanggung jawab kerja karyawan, kerjasama kelompok, kelancaran komunikasi antar karyawan dan terhadap pimpinan, juga pimpinan lebih memberikan perhatian dan dukungan kepada karyawan, sehingga dapat memperkecil timbulnya burnout pada karyawan. 2) Bagi peneliti selanjutnya Untuk peneliti yang tertarik mengetahui lebih jauh mengenai burnout, agar mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya burnout, yaitu faktor eksternal meliputi kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diterima tidak memenuhi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton, dan faktor internal meliputi usia, harga diri, dan karakteristik kepribadian. Daftar Pustaka Baron, R.A., Greenberg, J. 1995. Behavior in Organization: Understanding and Managing The Human Side of Work. (5 th Ed). New Jersey : Prentice- Hall, inc Englewood Cliffs Gibson, J.L., Ivancevich, J.M. 1990. Organisasi dan Manajemen (Terjemahan: Djoerban Wahid). Jakarta. Burnout pada Karyawan Ditinaju dari Persepsi 16

Gibson, J.L., Ivancevich, J.M. and Donnely, J.H., JR. 1987. Manajemen Organisasi Perilaku-Struktur-Proses. Jakarta: Erlangga. Kreitner, R., Kinicki, A. 1992. Organizational Behavior (2 nd ed.) Boston: Richard, D. Irwin, Inc. Nitisemito, Alex, S. 1980. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Rosyid, H.F. 1996. Burnout: Penghambat Produktivitas Yang Perlu Dicermati. Bulletin Psikologi. IV (1): 19-25. Rosyid, H.F., Farhati, F. 1996. Karakteristik Pekerjaan, Dukungan Sosial dan Tingkat Burnout Pada Non Human Service Corporation. Jurnal Psikologi. 1:1-12. Schultz, D.P., Schultz, S.E. 1994. Psychology anda Work Today: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology (6 th Ed.). New York: MacMillan Publishing Company. Steers, R.M. 1985. Organizational Effectiveness A Behavioral View (Terjemahan: Dra. Magdalena Jamin). Jakarta: Erlangga. Sumaryani. 1997. Persepsi Karyawan Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dalam Hubungannya dengan Penampilan Kerja Pada Karyawan PT. Kayu Lapis Indonesia. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.