Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Distribusi Temperatur Pada Drum Brakes Standar dan Modifikasi

ANALISIS KESTABILAN KENDARAAN MINI TRUCK SANG SURYA PADA SAAT PENGEREMAN

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak


Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERBUK ALUMINIUM DAN SERBUK KARBON TERHADAP KEKUATAN AUS DAN KEKERASAN KAMPAS REM DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

SISTEM REM PADA SEPEDA MOTOR LISTRIK GENERASI II

KARAKTERISTIK TRAKSI DAN KINERJA TRANSMISI PADA SISTEM GEAR TRANSMISSION DAN GEARLESS TRANSMISSION

SUSTAINABLE PRODUCT DESIGN FOR MOTOR CYCLE CAST WHEEL USING FINITE ELEMENT APPLICATION AND PUGH S CONCEPT SELECTION METHOD

ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua

BAB I PENDAHULUAN. material konvensional yang ada telah berkembang dengan sangat. pesat dan semakin banyaknya tipe, merk, dan jumlah kendaraan

Momentum, Vol. 12, No. 2, Oktober 2016, Hal ISSN

Inovasi Penggunaan Serbuk Kayu Berpenguat Serbuk Kuningan Terhadap Sifat Mekanis Kampas Rem

KINERJA REM TROMOL TERHADAP KINERJA REM CAKRAM KENDARAAN RODA DUA PADA PENGUJIAN STASIONER

Kampus UNP Air Tawar, Padang Diterima: 3 Oktober Disetujui: 21 November Dipublikasikan: 30 Desember 2016

PENGARUH WAKTU TAHAN SINTERING (EKSOTERM) TERHADAP KEAUSAN DAN KEKERASAN KAMPAS NON ASBES DENGAN PENGIKAT RESIN POLYESTER

BAB I PENDAHULUAN. motor mengembangkan kemampuan performa mesin dan teknologi. yang mendukungnya kian pesat. Saat ini perkembangan itu sangat

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN

PERENCANAAN SISTEM PENGEREMAN OTOMATIS SEPEDA MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN AKTUATOR REM TROMOL

Analisis Gaya Pada Rem Tromol (drum brake) Untuk Kendaraan Roda Empat. Ahmad Arifin

ANALISA BEBAN PENGEREMAN TERHADAP KUALITAS KAMPAS REM TROMOL MOBIL DENGAN METODE OGHOSI.

HUBUNGAN KECEPATAN, POSISI GIGI, DAN JENIS BAHAN BAKAR DENGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Year Production Wholesales Export

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

USAHA, ENERGI & DAYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN. Tahap-tahap perancangan yang harus dilakukan adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Wholesales (unit)

PENGEMBANGAN BAHAN KAMPAS REM SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSIT SERAT BAMBU TERHADAP KETAHANAN AUS PADA KONDISI KERING DAN BASAH

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI SERAT SERABUT KELAPA, PLASTIK PET, SERBUK ALUMUNIUM PADA SIFAT FISIK DAN KOEFESIEN GESEK BAHAN KAMPAS REM GESEK

BAB II DASAR TEORI. yang menggerakan roda telah dibebaskan oleh kopling. Agar kendaraan bias. dan dengan jarak yang seminim mungkin.

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Simulasi Performa Konsumsi Energi pada Kendaraan Umum Mohammad Adhitya

UJI KARAKTERISTIK MEKANISME PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK PADA SPEED BUMP DENGAN MEKANISME FLY WHEEL

PERBANDINGAN PENGUJIAN MEKANIS TERHADAP KAMPAS REM ASBES DAN NON-ASBESTOS DENGAN MELAKUKAN UJI KOMPOSISI, UJI KEKERASAN, DAN UJI KEAUSAN

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan

Studi Komparasi Daya Pengereman Antara Piston Singel Dengan Double Pada Sepeda Motor. Abstrak

PERANCANGAN ELECTRIC ENERGY RECOVERY SYSTEM PADA SEPEDA LISTRIK

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

ANALISIS PENGARUH TEKANAN DAN BEBAN PADA BAN TIPE RADIAL TERHADAP ROLLING RESISTANCE KENDARAAN PENUMPANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat. berkembang cepat dan berpengaruh serta berdampak baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. menentunya perekonomian indonesia, maka para produsen otomotif. dapat di jadikan solusi untuk masalah ini, Material komposit dapat

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Analisis dan Pengujian Stabilitas Saat Kondisi Berbelok pada Kendaraan Bermotor Roda Tiga sebagai Alat Bantu Transportasi bagi Penyandang Disabilitas

Kata kunci : Solenoid, ABS, Frekuensi, penggetar

ANALISA PENGARUH VISKOSITAS LUBRICANT PADA BEARING TERHADAP JUMLAH PUTARAN DAN DAYA YANG DITRANSMISIKAN

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING GESEK KENDARAAN

Optimasi Pengaktifan Motor Penggerak pada Prototipe Sepeda Motor Hibrid untuk Menurunkan Konsumsi Bahan Bakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB I PENDAHULUAN. transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar

PENGGUNAAN RESIN EPOXY DAN RESIN POLYESTER SEBAGAI BAHAN MATRIK PEMBUATAN KAMPAS REM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangangan kendaraan bermotor saat ini khususnya kendaraan. untuk mencapai kecepatan maksimum dari posisi keadaan kecepatan 0

Analisis Stabilitas Arah Mobil Toyota Agya G dengan Variasi Jumlah Penumpang, Kecepatan Belok, Sudut Belok dan Kemiringan Melintang Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin banyaknya industri pembuatan produk dari logam. belakangan ini, sehingga berdampak besar menghasilkan limbah serbuk

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN LAPORAN TUGAS AKHIR. 3.1 Rangkaian Rem. Desain alat yang digunakan pada rangkaian rem merupakan desain alat

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif

PENGARUH KOMPOSISI SERAT KELAPA TERHADAP KEKERASAN, KEAUSAN DAN KOEFISIEN GESEK BAHAN KOPLING CLUTCH KENDARAAN PADA KONDISI KERING DAN PEMBASAHAN OLI

Undercarriage and Tyre ( DTAB 2207, 2 SKS)

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan adalah alat trasportasi yang di ciptakan oleh manusia untuk

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

Oleh : Andi Yulanda NRP Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi NIP

MODIFIKASI DAN PEMBUATAN SERTA PENGUJIAN SISTEM HANDBRAKE SEMI OTOMATIS SEBAGAI PERANGKAT SAFETY PADA KENDARAAN

STUDI PENGARUH PENDINGINAN OLI DENGAN SISTEM RADIATOR PADA SEPEDA MOTOR SUZUKI SHOGUN 110 CC

BAB II LANDASAN TEORI

Aifa Naufal Zahron 1, Bayu Wiro K. 2, Tri Andi Setiawan 3.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Perancangan Sistem Kemudi, Sistem Rem, Dan Roda Urban City Car Untuk Kompetisi Urbanconcept Shell Eco-Marathon.

Pemodelan dan Simulasi Sistem Pengereman. Kendaraan GEA Pick Up dengan Variasi Komponen Pengereman yang Ditentukan dari Kendaraan Niaga Jenis Lainnya

Smart Driving - Pedoman Mengemudi Aman dan Efisien

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK...

Pramuko Ilmu Purboputro Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fenomena Parameter Design Pengaruh Tipe Ban dan Kontak Permukaan Jalan Terhadap Transformasi Gaya Dorong Gabungan Tingkatan Transmisi Jalan Datar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

SIMULASI CRASH DEFORMATION PADA BODI PART MODEL KENDARAAN

Pengembangan Bahan Kampas Rem Sepeda Motor dari Komposit Serat Bambu terhadap Ketahanan Aus Pada Kondisi Kering dan Basah

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga

Kinematika Sebuah Partikel

Struktur dari Center Brake


Gesekan. Hoga Saragih. hogasaragih.wordpress.com

Pengembangan Model Regenerative Brake pada Sepeda Listrik untuk Menambah Jarak Tempuh

Transkripsi:

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem L u b i Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Abstrak Kendaraan adalah merupakan salah satu media atau sarana transportasi bagi manusia dan barang. Keamanan merupakan faktor terpenting bagi keselamatan penumpang, dimana pengereman adalah salah satu hal yang mendukung keamanan pengendara. Kampas rem sebagai salah satu komponen dalam sistem rem secara keseluruhan.memegangperanan penting, hal ini disebabkan kampas rem itulah yang secara langsung bergesekan dengan bagian yang berputar dalam hal ini drum (dalam sistem tromol) atau disk (dalam sistem cakram). Secara umum, kampas rem yang ada di pasaran tidak diberikan alur. Sehingga studi ini dilakukan untuk melihat pengaruh penambahan alur pada kampas rem 'brake shoe' (sistem tromol), dimana penambahan alur tersebut dimaksudkan agar permukaan perpindahan panas menjadi bertambah (sebagai 'fins ) disamping memungkinkan adanya aliran udara melalui alur. Metode yang dipakai adalah uji 'comparative', dimana hasil pengamatan unluk kampas polos dibandingkan dengan hasil pengamatan kampas modifilkasi. Sedangkan pengujian dilakukan berdasarkan prosedur SAE J 108a. Basilpengamatan menunjukkan bahwa kampas modifikasi mempunyai beberapa kelebihan, yaitu pendinginan kampas lebih baik; kampas tidak cepat mengalami fading' dan kemampuan pengereman dalam kondisi basah lebih baik. Kata Kunci : Kampas Beralur, Kampas Modifikasi, 'Fading'. Pendahuluan Kendaraan merupakan alat angkut barang dan manusia. Keamanan bagi pengendara merupakan hal yang sangat penting, dimana pengereman bagi kendaraan merupakan salah satu bagian kendaraan yang mempengaruhi keamanan. Meskipun pengereman dikendalikan oleh pengendara, sistem pengereman juga akan mempengaruhi dan membantu pengendara untuk mengurangi resiko kecelakaan karena sistem rem tidak berfungsi dengan baik. Sifat-sifat pengereman dipengaruhi oleh beberapa hal seperti : kondisi jalan; koefisien gesek ban dan jalan; koefisien gesek kampas serta besar gaya pengereman. Karakteristik dari kampas rem dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu temperatur dan kondisi kampas itu sendiri dimana pada temperatur yang cukup tinggi, kampas rem dapat mengalami penurunan dalam hal kemampuan pengereman yang disebabkan oleh temperatur atau yang lebih dikenal dengan istilah fade (pudar) dan hal ini tidak diharapkan terjadi, untuk itu terlihat adanya peluang untuk memodifikasi salah satu elemen sistem pengereman pada kendaraan, dalam hal ini kampas rem pada sepeda motor, yang mana salah satunya adalah dengan menambahkan alur pada permukaan kampas dengan harapan adanya peningkatan. minimal mencakup dua kriteria, yaitu ; Kemampuan untuk menyerap energi menjadi panas. Kemampuan untuk membuang/melepas panas tersebut. Sehingga dari studi ini diharapkan adanya peningkatan dalam hal kemampuan pengereman dan kemampuan untuk membuang panas hasil gesekan antara drum dengan kampas rem, yang tercermin dari kenaikan temperatur kampas. Karakteristik Pengereman Material Kampas Persyaratan bahan untuk kampas rem, baik untuk drum ataupun disk sangatlah sulit. 21

22 Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Mei 2001 Disamping agar dapat memberikan koefisien gesek yang tinggi, juga diharapkan tidak terpengaruh oleh temperatur; tekanan; kecepatan gesek; air; oli dan secara mekanis harus mampu di keling atau di lem pada sepatunya, tidak menimbulkan suara (noise) akibat pengereman, berharga murah dan mempunyai umur pakai yang lama. Bahan dasar kampas secara umum adalah asbestos, dilengkapi dengan bahan inorganik seperti: logam oksida; sulphat; dan silikat. Semuanya dilekatkan bersama dengan berbagai resin organik, karet dan lain-lain. Namun saat ini banyak digunakan material sintetis dimana semua bahan dicampur jadi satu termasuk asbestos fibres; kawat seng dan kuningan dengan menambahkan resin bahan pengikat. Sehingga dengan demikian lebih mudah untuk ditambahkan bahan lain guna meningkatkan kemampuan dari kampas rem, yang kemudian dikenal dengan tipe cetak (moulded tjpe). Perilaku kampas rem terhadap temperatur dapat menunjukkan kemampuan dari kampas rem itu sendiri dan harga koefisien gesek (g) yang stabil pada rentang temperatur kerjanya merupakan suatu hal yang ideal. Penurunan yang besar dari harga koefisien gesek (g) pada temperatur tinggi dapat mengakibatkan fade (pudar) dan ini dapat menurunkan daya pengereman. Dibawah ini dapat dilihat hubungan antara koefisien gesek dengan temperatur kampas saat pengereman, juga hubungan antara temperatur dengan laju keausan. Sebagaimana tampak pada gambar 1 Kenaikan temperatur kampas Pengereman merupakan salah satu bentuk perubahan energi kinetik menjadi energi panas yang tercemin dari adanya kenaikan temperatur, baik pada kampas maupun pada drum. Pada proses pengereman terjadi gesekan antara kampas rem dan drum karena kedua elemen tersebut berada pada putaran yang berbeda, energi yang diserap dalam bentuk panas menyebabkan adanya kenaikan temperatur baik pada kampas atau pada drum. Sebuah obyek yang mempunyai temperatur T 1 mengalami pendinginan oleh udara sekeliling yang mempunyai temperatur T a, maka akan mengikuti hubungan suatu fungsi eksponensial sebagai berikut: Ta-Ti = (Ta-Ti). e Ta-Ti = (Ta-Ti). e AU t mc AU t mc ( 1 ) + Ta ( 2 ) Gambar 1. Hubungan Koefisien gesek dan temperatur saat pengereman Gambar 2. Hubungan laju keausan dengan temeperatur Pada gambar 3 dapat dilihat kurva yang menggambarkan efek pengereman terhadap kenaikan temperatur, dimana pada saat t A, dengan temperatur T a mengalami kenaikan menjadi T 1 akibat pengereman. Walaupun kenaikan temperatur memerlukan selang waktu tertentu, namun hal tersebut diasumsikan terjadi secara singkat. Temperatur kemudian turun mengikuti garis ABC jika rem dilepas kecuali diikuti kembali oleh pengereman yang berikutnya, sehingga pada pengereman yang kedua pada saat t = t B temperatur kembali mengalami kenaikan

Lubi, Perancangan Kampas Rem 23 menjadi T 2 dan kembali akan menurun secara eksponensial seperti sebelumnya jika tidak dilakukan pengereman kembali. Efisiensi pengereman Untuk mengetahui karakteristik dari kemampuan pengereman pada kendaraan, seringkali digunakan perhitungan efisiensi pengereman. Efisiensi pengereman (breaking efficiency) η b adalah didefinisikan sebagai perbandingan dari perlambatan maksimum yang dapat dicapai dalam unit gravitasi g sebelum terjadinya lock pada ban dengan koefisien adhesi dari jalan µ, dan dirumuskan sebagai berikut η b = a / g (3) µ Efisiensi pengereman mengindentifikasikan tingkat sampai sejauh mana kendaraan tersebut memanfaatkan koefisien adhesi jalan yang tersedia selama pengereman. sebagai berikut: (4) Dikarenakan pada saat pengereman dilakukan. kecenderungan pengendara adalah menginjak kopling sehingga kopling menjadi netral maka harga γ b yang dapat didekati dengan harga γ m yang secara umum untuk kendaraan otomotif konvensional didekati dengan harga 1,04. Persamaan 4 diatas dapat diintegrasikan untuk menghitung stopping distance S dari kecepatan awal V 1, hingga kecepatan V 2 yang menghasilkan persamaan dibawah ini : (5) Dengan mensubtitusikan persamaan 3 ke persamaan 5 diatas dan mengabaikan transmition resistance, sehingga didapat : (6) Dengan mengganti R a dengan C ac,v 2, maka akan didapatkan ; (7) Gambar 3. Pengaruh pengereman terhadap kenaikan temperatur Stopping distance Stopping distance adalah salah satu parameter lain yang digunakan secara luas untuk mengevaluasi kemampuan pengereman secara keseluruhan dari kendaraan. Untuk memperkirakan stopping distance, digunakan prinsip-prinsip dasar dalam dinamika. Perumusan yang menghubungkan antara stopping distance, gaya pengereman, massa kendaraan dan kecepatan kendaraan, dalam bentuk persamaan differensial adalah dan untuk kecepatan akhir V 2 = 0, maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi : (8) Dimana dalam hal ini torsi pengereman yang dihasilkan oleh sistem, rem sudah mencakup bagian-bagian yang berputar yang dihubungkan terhadap roda, sehingga pengereman maksimum yang terjadi pada bidang kontak antara ban dan jalan digunakan

24 Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Mei 2001 untuk memperlambat/menghambat efek inersia dalam arah translasi. Maka faktor massa γ b berharga 1 dan stopping distance minimum S min, dapat dirumuskan : (9) Prosedur Dan Hasil Pengujian Kampas rem uji Pengujian ini dilakukan baik terhadap kampas standar (polos) maupun kampas modifikasi, dimana dalam hal ini dicobakan 4 buah modifikasi sebagai mana tampak pada gambar 3. Adapun kampas rem standar dan modifikasi ini mempunyai spesifikasi yang sama, dalam artian bahwa kampas tersebut berasal dari pabrik yang sama. Pada kampas modifikasi mempunyai luasan yang lebih besar atau dengan kata lain alur dapat dianggap sebagai fin yang sekaligus dapat memberikan kontribusi berupa memungkinkannya aliran udara melewati permukaan kampas melalui alur tersebut, dimana hal ini dapat menaikkan kemampuan membuang panas sehingga kenaikan temperatur kampas akibat pengereman relatif lebih kecil. Hal ini dapat tercermin dari hasil pengamatan yang tersajikan pada gambar - gambar dan grafik. Prosedur percobaan dan hasil pengujian Dengan mengacu pada prosedur standar pengujian berdasarkan SAE J 108a yang secara umum bertujuan untuk menguji kemampuan sistem pengereman, disamping untuk melihat : 1. Hubungan antara perlambatan atau stopping dengan gaya input akibat kecepatan kendaman, temperatur kampas clan pemakaian. 2. Karakteristik kampas rem. 3. Karakteristik drum. Gambar 3. Modifikasi kampas rem

Lubi, Perancangan Kampas Rem 25 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ini antara lain, adalah bahwa pada setiap langkah pengujian (diaplikasikannya gaya input pada pedal rem), kopling harus netral atau tidak terhubungkan dengan mesin (disengaged). Parameter yang dicatat di dalam pengukuran adalah: Temperatur akhir kampas setiap pegamatan. Waktu henti setiap pengamatan. Temperatur udara sekeliling. Jarak henti atau stopping distance Modifikasi 2 Adapun urutan pengujian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Uji efektivitas pertama Pada langkah ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara gaya input dengan perlambatan atau stopping distance pada masing-masing kecepatan awal, dimana kondisinya adalah Kecepatan awal: 30; 40; 50; 60;70 km/jam. Temperatur awal kampas 37 0-80 0 C b) model modifikasi Gambar 4. Hasil uji efektifitas pertama, kecepatan awal versus perlambatan a) model polos 2. Uji kikis Pada uji kikis dilakukan dengan pembebanan yang konstan dan dilakukan hingga 100 kali, dimana dalam hal ini pencatatan dilakukan setiap 10 kali yang yang meliputi : Stopping distance. Temperatur awal kampas rem Kecepatan awal pada uji ini 50 km/jam dengan gaya input pada pedal rem sebesar 8 kg. Modifikasi 1

26 Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Mei 2001 3. Uji efektivitas kedua Pada uji ini prosedurnya sama dengan uji efektivitas pertama sehingga hal ini merupakan pengulangan dari uji efektivitas pertama. 4. Uji pudar dan pulih pertama Pada uji pudar ini bertujuan untuk melihat adanya penurunan efektivitas pengereman sementara akibat kenaikan temperatur pada kampas rem, dimana pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali dengan kondisi sebagai berikut: Kecepatan awal 70 km/jam. Temperatur awal kampas (pengamatan 1) : 650C. Gaya input (untuk memberikan a = 4,5 m/det2.) : 9 kg. Setelah melakukan uji pudar diatas kemudian kendaraan dipakai sejauh 1,6 km. Untuk pendinginan, yang kemudian dilanjutkan dengan uji pulih. Pada uji pulih ini, kondisi pengujian sama dengan uji pudar. Hanya pengamatan dilakukan sebanyak 12 kali dan parameter yang diamati sama, yaitu : stopping distance dan temperatur akhir pada setiap henti. Disamping itu juga dicatat temperatur udara sekeliling dan waktu henti setiap pengamatan. Gambar 6. Hasil perbandingan uji pudar pertama Gambar 5. Grafik uji kikis Gambar 7. Grafik perbandingan hasil uji pulih pertama

Lubi, Perancangan Kampas Rem 27 5. Uji kikis ulang pertama Pada uji kikis ulang pertama ini kondisi pengujian sama dengan uji kikis, tetapi jumlah pengamatan yang dilakukan sebanyak 35 kali dan parameter yang diamati sama dengan uji kikis. Gambar 8. Hasil perbandingan uji pudar kedua Gambar 9. Hasil perbandingan uji pulih kedua 6. Uji pudar dan pulih kedua Pada uji ini kondisi pengujian sama dengan uji pudar dan uji pulih pertama. 7. Uji Kikis ulang kedua Kondisi pengujian sama dengan uji kikis ulang pertama. 8. Uji efektifitas akhir Kondisi pengujian sama dengan uji efektifitas pertama dan kedua Gambar 10. Perbandingan Perlambatan yang dihasilkan

28 Jurnal Teknik Mesin, Volume 1, Nomor 1, Mei 2001 9. Uji pulih air Pada uji pulih air ini bertujuan untuk mengamati efektivitas pengereman pada saat kampas rem basah, dimana terlebih dahulu rem dibasahi dengan air kemudian dilakukan pengamatan dengan kondisi sebagai berikut : Jumlah pengamatan : 15 kali Kecepatan awal :40 km/jam Gaya input (untuk memberikan a =2,5 m/dee.) : 7 kg Referensi [1] SAE Handbook, 1979, Society of Automotive Engineers Inc. 400 Commonwealth Drive, Warrendale, Pa. 15096. [2] Giles, J.G. Vehicle Equipment, Automotive Technology Series, Vol.5. [3] Wong LY, Theory of Ground Vehicle, A.Willey Interscience Publication, John Willey & Sons. [4] Robinson, John, 1994, Motorcycle Tuning : Casis, Second Edition, British Library Cataloguing in Publication Data. [5] Shigley, Joseph Edward, 1997, Mechanical Engineering Design, First Edition Mc. Graw-Hill Book Company. [6] Deutschman, Aaron D, 1975, Machine Design Theory and Practice, Macmillan Publishing Co. Inc., New York. Gambar 11. Perbandingan hasil uji pulih air 5. Kesimpulan Dari hasil pengamatan dari beberapa Pengamatan diperoleh bahwa: 1. Penambahan alur pada kampas rem mempunyai pengarufl yang lebih baik terhadap karakteristik kampas, terutama pada uji pudar dan uji pulih air, dan terjadi penurunan pada uji efektivitas. 2. Kenaikan temperatur kampas modifikasi relatif lebih rendah dibanding kampas polos (standar). 3. Pada uji modifikasi 3 dan modifikasi 4 mempunyai perbedaan yang cukup berarti, sedangkan pada uji pulih air semua modifikasi mengalami kenaikan dimana modifikasi 4 mengalami kenaikan terbesar.