EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EDISI 8 NO 1 AGUSTUS 2016 ITEKS ISSN Intuisi Teknologi Dan Seni"

Transkripsi

1 ANALISA MEKANIK BRAKE SHOE TIPE T-360 DAN TIPE T-359 KK DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana 1), Alim Sya bani 2) 1,2) Teknik Mesin STT Wiworotomo ABSTRAK Dalam sistem pengereman ini, blok rem (brake shoe) merupakan salah satu komponen terpenting. Kontruksi brake shoe yang dipakai memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah keberadaan center groove akan membuat ketahanan blok rem komposit terhadap beban bending menjadi rendah. Pada penelitian ini dilakukan analisis mekanik dari blok rem komposit tipe T-360 dan tipe T-359 KK dengan menggunakan perangkat lunak ansys 12.0 pada 3 perlakuan yaitu 3 kasus yang terjadi pada saat pengereman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tegangan maksimal yang dapat diterima dari material blok rem komposit. Data hasil simulasi dianalisa berdasarkan teori faktor keamanan (sf) yang ditampilkan dalam tabel dan grafik. Hasil kajian kegagalan terjadi pada blok rem komposit tipe T 359 KK pada perlakuan 2 dengan pembebanan 5551 N yaitu kondisi dimana radius holder lebih besar dibanding radius punggung blok rem, sehingga menyebabkan terjadinya beban bending. Hasil terbaik diperoleh pada blok rem komposit tanpa center groove (tipe T-360) karena pada hasil simulasi untuk semua perlakuan dikatakan aman dan mempunyai kekuatan bending yang jauh lebih baik dari pada desain blok rem dengan center groove (tipe T-359 KK). Kata kunci : Analisa, rem, ansys 1. PENDAHULUAN Di dalam visi dan misi PT.Kereta Api Indonesia (PT. KAI) terdapat 4 pilar yaitu Keselamatan, Pelayanan, tepat waktu, dan kenyamanan, dan oleh karena keselamatan adalah menjadi syarat utama dalam suatu alat transportasi, maka sistem pengereman juga menjadi syarat utama pada kereta api. Dalam sistem pengereman ini, blok rem (brake shoe) merupakan salah satu komponen terpenting. rem yang digunakan pada kereta api memerlukan penggantian secara rutin karena memiliki umur pakai yang terbatas. Selama ini kebutuhan blok rem kereta api di Indonesia dipenuhi dari blok rem metalik produk dalam negeri dan produk rem komposit impor. Pramono (2010) menyatakan menurut desainnya blok rem komposit yang dipakai PT.KAI diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. rem tanpa center groove (Type T-360) 2. rem dengan center groove (Type T- 359KK) Pada desain blok rem komposit yang dinginkan konsumen dalam hal ini PT. KAI, terdapat beberapa kelemahan yang cukup menonjol. Salah satunya adalah adanya center groove. Menurut PT. KAI center groove ini 18 berfungsi untuk membuang geram dan sebagai pendingin konveksi, akan tetapi dalam beberapa kasus keberadaan center groove ini mempunyai kelemahan yang dapat mengakibatkan patah atau kegagalan dari fungsi blok rem tersebut. Dengan tingkat keausan blok rem komposit yang sangat rendah, fungsi center groove sebagai tempat pembuangan geram tersebut dirasa kurang tepat. Pembuangan geram tidak perlu melewati center groove. Keberadaan center groove pada blok rem komposit akan mengakibatkan berkurangnya luas permukaan kontak antara blok rem dengan roda kereta api. Dengan berkurangnya luas permukaan kontak blok rem, maka berkurang juga kemampuan rem untuk menyerap panas yang dihasilkan dari gesekan saat pengereman. Dengan demikian, temperatur akan menjadi lebih tinggi dibanding dengan blok rem yang tidak menggunakan center groove. Selain itu, keberadaan center groove juga akan membuat ketahanan blok rem komposit terhadap beban bending menjadi rendah, hal ini disebabkan oleh karena adanya konsentrasi tegangan yang terjadi di center groove. Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk menganalisa kekuatan dan tegangan maksimal dari blok rem komposit tipe T-359 kk dan Tipe T-

2 360 berdasarkan pada beberapa kasus yang terjadi pada saat proses pengereman kereta api dengan menggunakan simulasi perangkat lunak (ANSYS 12.0). Dengan tujuan untuk mendapatkan nilai tegangan maksimal dan faktor keamanan dari masing-masing blok rem tersebut. 2. KAJIAN LITERATUR Pramono (2010) Untuk mendukung fungsi pengereman harus ada bahan yang didesain untuk aus untuk meneruskan gaya yang dibangkitkan dari sistem rem udara tekan dan berkontak langsung dengan bidang jalan roda. Benda tersebut adalah blok rem (dalam bahasa Reglemen sering disebut Bidur abar), dan menurut Kamus Istilah Perkeretaapian Indonesia disebut Brake shoe = blok rem, begitu pula dalam katalog pergudangan dan dalam sistem akuntansi baru disebut blok rem tidak / bukan rem blok atau bidur abar. 1. Jenis Rem Dilihat dari bahan dasarnya blok rem dibedakan menjadi 2 yaitu : a. rem besi cor kelabu. b. rem komposit (non logam), yang dapat dibagi lagi atas blok rem dengan center groove seperti pada Gambar 1 dan blok rem tanpa center groove. Gambar 1. Desain rem Dilihat dari jenis katalog dalam pergudangan dibedakan menjadi 3 jenis seperti pada Gambar 2 yaitu : a. Jenis T 360 : untuk lokomotif, kereta dan gerbong b. Jenis T 359 KK : untuk kereta dan gerbong c. Jenis T : untuk gerbong bergandar 2 19 Jika dilihat dari bahan kedua jenis blok rem tersebut masing masing blok rem mempunyai spesifikasi teknik yang berbeda dan masingmasing mempunyai keunggulan. Keunggulan blok rem komposit dibanding blok rem metalik adalah sebagai berikut : a. Massa lebih ringan (1/5 berat blok rem metalik) sehingga proses penggan-tian lebih praktis. b. Usia pakai lebih lama (5 kali usia pakai blok rem metalik). c. Tingkat keausan lebih rendah. d. Pada saat proses pengereman tidak menimbulkan suara derit (noise). Rasio antara harga dan usia pakai lebih baik dari blok rem metalik. (a) T 360 (b) T 364 (c) T 359 KK Gambar 2. Jenis blok rem 2. Perhitungan Gaya Tekan Per Rem Subyanto (1981) Perlambatan yang dialami oleh kereta saat pengereman pada lintasan datar dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berhubungan, yaitu gaya gesek akibat pengereman (f) dan gaya tahanan akibat rolling roda (f R ). Variabel f didapat dari hasil penjumlahan kombinasi total koefisien gesek masing-masing blok rem dikalikan dengan gaya tekan per blok rem (p) seperti pada Persamaan 2.1. f = p (n x µ)...(2.1) Keterangan : p = gaya tekanan per blok rem (N) n = jumlah jenis blok rem yang digunakan µ = Koefisien gesek Gaya tekan per blok rem (p) dipengaruhi oleh gaya tekan piston (F k ) pada kereta maka untuk mencari gaya tekan piston (F k ) diperlihatkan seperti pada Persamaan 2.2. F k = A e x P maks F f...(2.2) dengan Ae = Π x Dengan adanya gaya pada silinder maka dapat dihitung gaya tekan per blok rem pada kereta penumpang kelas ekonomi seperti pada Persamaan 2.3 dibawah ini: n.p x b = F k x a...(2.3)

3 Keterangan : F k = Gaya tekan piston (N) Ae = Luas penampang piston (cm 2 ) Pmax = Tekanan udara maksimum (kg/cm 2 ) Ff = Gaya lawan pegas (kg) d = Diameter silinder rem (cm) a,b = Panjang batang penghubung (cm). 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini peralatan yang digunakan untuk simulasi menggunakan hardware dan software menggunakan Ansys versi Bahan yang akan disimulasikan adalah blok rem komposit pada kereta api. Tempat penelitian PT. KAI dan di Laboratorium Komputer STT Wiworotomo Purwokerto Data-data yang diperoleh dari hasil survei tersebut adalah sebagai berikut: a. Berat jenis (gr/mm 2 ) = 0,015 0,024 b. Koefisien Gesek = 0,14 0,27 (low friction type) c. Kekerasan (HRR) = d. Crush strength (N/mm 2 ) = minimum 25 e. Cross breaking strengt (N/mm 2 ) = 4,8-15 f. Shear strength (N/mm 2 ) = g. Modulus of elasticity (N/mm 2 ) = h. Specific Heat (kj/kg.k) = 0,17 0,98 i. Thermal conductivity (W/m.K) = 0,12-0,8 j. Poisson s ratio (v) = 0,3 k. Ketahanan panas operasional = s.d 500 o C serta s.d 250 o C (Untuk operasi terus menerus) (Sumber : Spesifikasi teknik blok rem komposit, 2006), pada Gambar 3. Gambar 3. Dimensi Rem Komposit 20 Berikut ini adalah diagram alir yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian : Perlakuan 1 Mulai Kajian Pustaka Persiapan Alat dan Bahan Perlakuan 2 Perlakuan 3 Analisa dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 4. Diagram alur penelitian 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada desain blok rem komposit yang dinginkan konsumen dalam hal ini PT. KAI, terdapat beberapa kelemahan yang cukup menonjol. Salah satunya adalah blok rem komposit tipe T-359 KK karena adanya center groove. Dari penelitian dan pengujian lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa tingkat keausan blok rem komposit sangat rendah. Dengan tingkat keausan yang sangat rendah, fungsi center groove sebagai tempat pembuangan geram tersebut dirasa kurang tepat. Pembuangan geram tidak perlu melewati center groove. Keberadaan center groove pada blok rem komposit akan mengakibatkan berkurangnya luas permukaan kontak antara blok rem dengan roda kereta api. Dengan berkurangnya luas permukaan kontak blok rem, maka berkurang juga kemampuan rem untuk menyerap panas yang dihasilkan dari gesekan saat pengereman. Dengan demikian, temperatur akan menjadi lebih tinggi dibanding dengan blok rem yang tidak menggunakan center groove. Selain itu keberadaan center groove juga akan membuat ketahanan blok rem komposit terhadap beban bending menjadi rendah. Hal ini disebabkan oleh

4 karena adanya konsentrasi tegangan yang terjadi di center groove. Analisa gaya pada blok rem komposit yang dilakukan adalah dengan membandingkan blok rem tipe T-359 KK dengan blok rem T-360. Hal ini dilakukan karena pada blok rem tanpa center groove yaitu tipe T-360 luas permukaan kontak dari blok rem terhadap roda kereta menjadi lebih besar sehingga temperatur pada saat pengereman akan lebih rendah dibandingkan dengan blok rem tipe T-359 KK karena adanya desain center groove. Berikut adalah penjelasan dari 3 kasus yang terjadi pada proses pengereman yang akan diaplikasikan kedalam simulasi. 1. Pada Gambar 5 dapat lihat kondisi pengereman normal, dimana gaya yang didistribusikan dari batang penghubung ke sepatu rem (holder) merata di 3 titik pada keseluruhan bagian belakang blok rem. Sepatu Rem Gambar 5. Kasus pengereman normal 2. Pada Gambar 6 merupakan kondisi pengereman dimana radius holder lebih besar dibanding radius punggung blok rem dan blok rem digunakan pada roda dengan dimensi lebih besar atau radius blok rem lebih kecil, akibatnya gaya yang didistribusikan dari holder hanya berpusat pada 1 titik dibagian key bridge/tengah. Gambar 6. Kasus kesalahan pemasangan blok rem 3. Pada Gambar 7 adalah aplikasi pengereman pada saat terjadi perubahan letak sepatu rem, hal ini diakibatkan karena baut stut kendor sedangkan gaya yang didistribusikan berpusat pada 1 titik dibagian back guide/ujung. Gambar 7. perubahan letak sepatu rem Pada masing-masing titik akan diberikan beban dari aplikasi pengereman tidak penuh, pengereman penuh, asumsi nilai pembebanan sampai diperoleh tegangan maksimal yang dapat diterima blok rem. Untuk menentukan beban /gaya tekan masingmasing blok rem dibutuhkan beberapa data (informasi). Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data teknis kereta penumpang kelas ekonomi Data Awal SI Massa Kereta (m) kg Cylinder pressure 3,8 0,3724 (P cyl ) kg/cm 2 Mpa Diameter brake 30 cm cylinder (D cyl ) Gaya Pegas penahan (F f ) 140 kg 1372 N Panjang batang-batang penghubung a 475 mm b 355 mm Dari tabel 1 diperoleh data sebagai berikut : Ae = Π x = 3,14 x = cm2 Maka besarnya gaya pada silinder (Fk) adalah : F k = A e x P maks F f F k = x 3,8 140 F k = 2544,7 kg = 24938,06 N Pada setiap bogie kereta penumpang kelas ekonomi terdapat 8 blok rem sehingga total gaya pengereman yang diperlukan adalah 8 x p. Dengan adanya batang penghubung a,b maka untuk mencari p digunakan persamaan momen. 8p x b = F k x a 21

5 p = x F k p = x 24938,06 p = 4170,98 N (425,6 kg) Untuk pengereman tidak penuh kita asumsikan nilai P cyl = 2,8 kg/cm 2, dengan cara yang sama seperti perhitungan diatas maka p = 3013 N, untuk kondisi dimana radius holder lebih besar dari pada radius blok rem kita asumsikan gaya pengereman masing-masing blok rem sebesar 5551N. Keluaran yang diambil dari hasil simulasi adalah tegangan maksimal, struktur dianalisis kekuatannya dari segi material, apakah masih dalam batas aman atau tidak. Gaya tekan permodelan masing-masing blok rem yaitu 3013 N, 4171 N, 5551 N sesuai dengan perhitungan diatas. 1. Perlakuan 1 Salah satu hasil yang didapatkan dari pemodelan menggunakan software ansys 12.0 untuk blok rem komposit tipe T- 360 dengan gaya tekan permodelan 3013 N adalah sebagai berikut : Max : 1,199 Gambar 8. Hasil simulasi kondisi 1a Letak node 202 sedikit. Definisi dari gradiasi warna ini juga berlaku untuk semua hasil simulasi. 2. Perlakuan 2 Pemodelan menggunakan software ansys 12.0 untuk blok rem komposit tipe T-359 KK dengan gaya tekan permodelan 4171N adalah sebagai berikut : Gambar 10. Hasil simulasi kondisi 2d Gambar 11. Node distribusi tegangan Dari hasil simulasi diperoleh tegangan maksimum terletak disekitar node 214 dengan nilai sebesar 4,43 N/mm 2 seperti pada Gambar 10 dan Gambar Perlakuan 3 Max : 4,43 Letak node 214 Pemodelan menggunakan software ansys 12.0 untuk blok rem komposit tipe T- 360 dengan gaya tekan permodelan 5551 N adalah sebagai berikut : Max : 2,473 Gambar 9. Node distribusi tegangan Dari hasil simulasi diperoleh tegangan maksimum terletak disekitar node 202 dengan nilai sebesar 1,199 N/mm 2 seperti diperlihatkan pada Gambar 10. Besarnya tegangan yang terjadi adalah sesuai dengan penunjukan warnanya, bagian yang paling merah warnanya adalah yang menerima beban paling banyak. Yang paling biru adalah yang bebannya paling Gambar 12. Hasil simulasi kondisi 3e 22

6 Dari hasil simulasi diperoleh tegangan maksimum terletak disekitar node 68 dengan nilai sebesar 2,473 N/mm 2 seperti pada Gambar 11 dan Gambar 13. (Mpa) Tegangan Maksimum Beban (N) Gambar 13. Grafik hasil simulasi kondisi 1 Gambar 13. Node distribusi tegangan 4.1 Pembahasan Ketiga kasus yang dibebankan pada masingmasing blok rem komposit memberikan nilai tegangan maksimal yang berbeda, untuk pembahasan hasil perhitungan simulasi blok rem tipe T-360 dan T- 359 KK diperlihatkan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Tegangan maksimum hasil simulasi pada blok rem tipe T-360 Tegangan Maksimum (N/mm 2 ) Beban Kondisi Kondisi Kondisi 3 (N) ,199 1,671 1, ,659 2,314 1, ,208 3,079 2,473 Tabel 3. Tegangan maksimum hasil simulasi pada blok rem tipe T-359 KK Beban (N) Gambar 14. Grafik hasil simulasi kondisi 2 Tegangan Maksimum (Mpa) Tegangan Maksimum (Mpa) Beban (N) KK Gambar 15. Grafik hasil simulasi kondisi KK Tegangan Maksimum (N/mm 2 ) Beban Kondisi Kondisi Kondisi 3 (N) ,553 1,848 2, ,62 4,43 2, ,5 6,65 3,698 Hasil simulasi juga ditampilkan dalam bentuk grafik pada setiap kondisi dari perlakuan masingmasing blok rem komposit didalam simulasi seperti pada Gambar 13 - Gambar Dari pemodelan pembebanan blok rem komposit dengan menggunakan software ansys 12.0 diatas didapatkan nilai tegangan maksimum, dari tegangan maksimum tersebut dapat dicari faktor keamanan (sf) dari blok rem komposit tersebut berdasarkan pada Persamaan 2.8. Dari spesifikasi teknik blok rem komposit telah diketahui bahwa cross bending strength minimum yang diperbolehkan untuk digunakan di kereta api adalah 4,8 N/mm 2 atau 4,8 MPa. Dari literatur tersebut, dapat ditentukan faktor keamanan dari blok rem pada saat pengereman penuh. Dari pemodelan pada kasus 1a diperoleh tegangan maksimum sebesar 1,199 N/mm 2, maka faktor kemanan yang didapat adalah :

7 sf = sf =,, = 4,003 Area Kritis Rem Dengan cara yang sama seperti pada pembahasan diatas maka faktor keamanan masing-masing blok rem komposit untuk setiap perlakuan pada pemodelan dapat dilihat seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5 sebagai berikut : Tabel 4. Nilai sf blok rem tipe 360 Faktor keamanan Beban Kondisi Kondisi Kondisi (N) ,003 2,9 3, ,89 2,1 2, ,17 1,56 1,94 Tabel 5. Nilai sf blok rem tipe 359 KK Faktor keamanan Beban Kondisi Kondisi Kondisi (N) ,09 2,6 2, ,8 1,08 1, ,37 0,72 1,3 Agar material tidak terjadi kegagalan maka faktor keamanan yang diperoleh tidak boleh kurang dari 1,0. Hasil pemodelan blok rem komposit tipe T-360 dapat dilihat nilai faktor keamanan untuk semua kasus adalah diatas 1,0 maka pada blok rem tipe T-360 pada semua kondisi dikatakan aman. Pada pemodelan blok rem komposit tipe T-359 KK diperoleh faktor keamanan pada perlakuan 2 dengan beban 5551 N sebesar 0,72, dari faktor keamanan tersebut maka rem akan mengalami kegagalan jika blok rem menerima beban pengereman pada kasus ini, tegangan maksimal terletak disekitar node 214 seperti pada Gambar 16. Hal ini disebabkan karena blok rem mengalami beban bending dan luas permukaan kontak yang lebih kecil karena adanya center groove. Dengan kata lain pada kondisi 2 ini sangat mempengaruhi defleksi atau perubahan mekanik yang terjadi. Gambar 16. letak area kritis blok rem dari hasil simulasi 5. KESIMPULAN a. Pada hasil simulasi terlihat blok rem komposit tanpa center groove (tipe T-360) mempunyai kekuatan bending yang jauh lebih baik. b. Dari perhitungan teori faktor keamanan diketahui bahwa blok rem komposit tipe T- 360 untuk semua kondisi dikatakan aman karena nilai faktor keamanan yang didapat diatas 1.0. c. Berdasarkan hasil simulasi area kritis blok rem komposit terletak pada daerah disekitar key bridge. 24

8 REFERENSI Biyanto Nur, Supriyana N, 2012, Analisa Kegagalan Poros As Roda Menggunakan Pengujian Bahan, Simulasi Ansys Dan Perhitungan MEH STTW, Purwokerto Girsang, CA., 2008, Analisis Kegagalan Rem Komposit Kereta Api Yang Digunakan Pada Gerbong Kkbw 50 Ton, Tugas akhir Teknik Mesin, ITB, Bandung. Hartono, AS. Ir. MM., 2004, Lokomotif Dan Kereta Rel Diesel, Bandung. Pramono, S., 2010, Diklat Tentang Rem Udara Tekan Pada Kereta Dan Gerbong, BPTT Yogyakarta. Sembiring, HD., 2008, Studi Analisis Pengaruh Kekuatan Backing Plate Dan Temperatur Pengereman Terhadap Modus Kegagalan Rem Komposit Pada Kereta Dan Gerbong, Tugas akhir Teknik Mesin, ITB, Bandung. Siregar, ABI., 2010, Analisis Simulasi Elemen Hingga Kekuatan Backing plate pada blok rem kereta api Menggunakan perangkat lunak Berbasis sumber terbuka, Tugas akhir Teknik Mesin, USU, Medan. Stolarski, TA., Nakasone, Y. & Yoshimoto, S., 2006, Engineering Analysis With Ansys Software, Elsevier Butterworth- Heinemann, Oxford. Suarjana, M. Ir. Dr., 1999, Mekanika Rekayasa, ITB, Bandung. Subyanto, M. Drs.,1981, Dinamika Kendaraan Rel II, Bandung. 25

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga

Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Analisa Mekanik Brake Shoe Tipe T-360 Dan Tipe T-359 KK Dengan Metode Elemen Hingga Nana Supriyana 1, Alim Sya bani 2 1,2 Progam Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Email: Nana.sttw@gmail.com 1,Alim7pato@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MATERIAL DAN DESAIN BLOK REM KOMPOSIT Analisis dilakukan dengan membandingkan parameter komposisi modifikasi material terhadap kekuatan mekanik dari spesimen serta koefisien

Lebih terperinci

DATAR PUSTAKA 1. Ashby, Michael., Materials Selection in Mechanical Design: Third Edition. Butterworth Heinemann, Oxford. 2005. 2. Budiarko, Andriadi, "Pengembangan Desain dan Material Komposit Partikulat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API

MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API MODIFIKASI PIN ON DISK TEST UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN GESEK BLOK REM KOMPOSIT KERETA API Agus Triono 1,2, IGN Wiratmaja Puja 2, Satryo Soemantri B. 2 1 Jurusan Teknik Mesin Universitas Jember, Jl. Slamet

Lebih terperinci

ANALISA TEGANGAN POROS RODA GERBONG KERETA API DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA TEGANGAN POROS RODA GERBONG KERETA API DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA TEGANGAN POROS RODA GERBONG KERETA API DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Nana Supriyana Program Studi Teknik Mesin STT Wiworotomo Purwokerto Email: Nana.sttw@gmail.com Akhmad Kholidin Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat memberi pengaruh yang baik serta manfaat yang besar bagi manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kereta Api di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kereta Api di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu bagian terpenting dari kehidupan adalah transportasi. Hal ini dikarenakan setiap individu manusia memiliki mobilitas tersendiri. Mobilitas tersebut membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT

BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT BAB III KARAKTERISTIK MATERIAL BLOK REM KOMPOSIT III.1 Karakteristik Blok Rem Komposit Sub bab ini akan membahas karakteristik material komposit dari blok rem yang dipakai pada kereta api di Indonesia.

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER

PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER PERENCANAAN MEKANISME PADA MESIN POWER HAMMER Oleh: Ichros Sofil Mubarot (2111 030 066) Dosen Pembimbing : 1. Ir. Eddy Widiyono, MSc. NIP. 19601025 198701 1 001 2. Hendro Nurhadi, Dipl.-lng.,Ph.D NIP.

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi umur pakai sebuah mesin adalah adanya gesekan satu sama lain yang terjadi bila komponen-komponen dalam permesinan saling kontak,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT) Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT) Roby Tri Hardianto 1*, Wahyudi 2, dan Dhika Aditya P. 3 ¹Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

Sidang Tugas Akhir (TM091486) Sidang Tugas Akhir (TM091486) Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Soeharto, DEA Oleh : Budi Darmawan NRP 2105 100 160 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif

Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-911 Studi Eksperimen dan Analisa Laju Keausan Material Alternatif pada Sepatu Rem Lokomotif Eskaridho Gultom dan Yusuf Kaelani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Ilmu mekanika kontak merupakan bagian dari ilmu tribologi yang membahas mengenai deformasi dan tegangan dua benda yang bersinggungan satu sama lain. Kontak yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rem merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk menurunkan kecepatan atau menghentikan sebuah benda atau kendaraan yang bergerak. Salah satu jenis rem yaitu rem gesek

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF TUGAS SARJANA PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF Diajukan Sebagai salah satu tugas dan syarat untuk memperoleh gelar Strata

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pencacah rumput ini adalah sumber tenaga motor listrik di transmisikan ke poros melalui pulley dan v-belt. Sehingga pisau

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin pembuat es krim dari awal sampai akhir ditunjukan seperti Gambar 3.1. Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik Oleh : Moch. Wahyu Kurniawan 219172 Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT TUGAS SARJANA PROSES PEMOTONGAN LOGAM VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT OLEH: LILIK SULAIMANSYAH NIM : 020401007 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN DAN ANALISA PERHITUNGAN BEBAN ANGKAT MAKSIMUM PADA VARIASI JARAK LENGAN TOWER CRANE KAPASITAS ANGKAT 3,2 TON TINGGI ANGKAT 40 METER DAN RADIUS LENGAN 70 METER SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL 1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Mengetahui prinsip pembebanan yang bekerja pada struktur jalan

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK

OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK Didi Widya Utama Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: didiu@ft.untar.ac.id Abstrak Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUN PUSTAKA

BAB III TINJAUN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUN PUSTAKA 3.1 Perawatan (Maintenance) Perawatan atau maintenance adalah aktivitas agar suatu komponen atau sistem yang rusak dikembalikan atau diperbaiki dalam suatu kondisi tertentu pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

Analisis Gaya Pada Rem Tromol (drum brake) Untuk Kendaraan Roda Empat. Ahmad Arifin

Analisis Gaya Pada Rem Tromol (drum brake) Untuk Kendaraan Roda Empat. Ahmad Arifin Analisis Gaya Pada Rem Tromol (drum brake) Untuk Kendaraan Roda Empat Ahmad Arifin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya 100 Depok Jawa Barat INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan konstruksi mesin pengupas serabut kelapa ini terlihat pada Gambar 3.1. Mulai Survei alat yang sudah ada dipasaran

Lebih terperinci

Nana Supriyana 1, Nur Biyanto 2, 1,2

Nana Supriyana 1, Nur Biyanto 2, 1,2 Analisa Tegangan Pada Poros Roda Menggunakan Metode Elemen Hingga Nana Supriyana 1, Nur Biyanto 2, 1,2 Program Studi Teknik Mesin, STT Wiworotomo Purwokerto email: nana.sttw@gmail.com 1, nurbiyanto.sttw@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 16 BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN REM TROMOL 3.1 Definisi Rem Rem adalah elemen mesin untuk memperlambat atau menghentikan putaran poros, dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Efek pengereman

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS

Lebih terperinci

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk

METODOLOGI PERANCANGAN. Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA. 1. Daya maksimum (N) : 109 dk METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Spesifikasi TOYOTA YARIS Dari data yang di peroleh di lapangan ( pada brosur ),motor TOYOTA YARIS memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya maksimum (N) : 109 dk. Putaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perkenalan Perkembangan dunia transportasi telah menjadi salah satu sorotan utama masyarakat dunia pada dewasa ini. Untuk mendukung keterlanjutan akan perkembangan tersebut, dibutuhkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI PERANCANGAN MESIN PROSES REKAYASA PERANCANGAN SUATU MESIN BERDASARKAN KEBUTUHAN ATAU PERMINTAAN TERTENTU YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENELITIAN ATAU DARI PELANGGAN LANGSUNG

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM PERANCANGAN TROLLEY DAN SPREADER GANTRY CRANE KAPASITAS ANGKAT 40 TON TINGGI ANGKAT 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN INTERNATIONAL CONTAINER TERMINAL (BICT) SKRIPSI Skripsi

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT IV.1 Pemilihan Material Penyusun Dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan kesimpulan bahwa material penyusun dari rem komposit

Lebih terperinci

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA

ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISIS TEGANGAN, DEFLEKSI, DAN FAKTOR KEAMANAN PADA PEMODELAN FOOTSTEP HOLDER SEPEDA MOTOR Y BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Slamet

Lebih terperinci

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015

STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK INVENTOR 2015 TURBO Vol. 6 No. 1. 2017 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo STRESS ANALYSIS PISTON SEPEDA MOTOR MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

Perhitungan Pneumatik

Perhitungan Pneumatik Perhitungan Pneumatik A. Penentuan Kondisi Kerja 1. Tekanan kerja P = 6kgf. Masa gerak silinder t s =0s, t d =0 s 3. Arah pemasangan Vertikal dengan sudut kemiringan = 78 0 4. Koefisien friksi = 1 5. Frekuensi

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS KEKUATAN COMPRESIVE NATURAL GAS (CNG) CYLINDERS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Khoirul Huda 1), Luchyto Chandra Permadi 2) 1),2) Pendidikan Teknik Mesin Jl. Semarang 6 Malang Email :khoirul9huda@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data Data Awal Analisa Tegangan Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini, baik perhitungan analisa tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Pada penelitian ini digunakan jenis pendekatan eksperimen desain dengan menggunakan bantuan software yang dapt mensimulasikan pengujian analisis beban statis

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy

Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Rancang Bangun Alat Uji Impak Metode Charpy Amud Jumadi 1, Budi Hartono 1, Gatot Eka Pramono 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor Corresponding author : Amudjumadi91@gmail.com

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK...

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK... RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PROGRAM KEAHLIAN SMK... Mata Pelajaran : Motor otomotif Kelas/Semester : XI/2 Pertemuan Ke- : 1,2,3,4,5,6,7,8. Alokasi Waktu : 32 x 45 menit Standar Kompetensi : Perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA. Tugas Akhir

STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA. Tugas Akhir STUDI PEMODELAN OPTIMASI TUAS HANDLE REM DEPAN SEPEDA MOTOR YAMAHA V-IXION BERBASIS SIMULASI ELEMEN HINGGA Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB III. Tugas Akhir Analisa Sistem Pengereman Udara Pada Rangkaian Kereta Penumpang. III.1 Data-Data yang Dibutuhkan.

BAB III. Tugas Akhir Analisa Sistem Pengereman Udara Pada Rangkaian Kereta Penumpang. III.1 Data-Data yang Dibutuhkan. BAB III PERHITUNGAN III.1 Data-Data yang Dibutuhkan. Untuk dapat menghitung sistem pengereman pada gerbong kereta ini maka data yang di butuhkan adalah sebagai berikut : V = 40,60,80,100 km/jam (Kecepatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan

Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Tugas Akhir Analisa Kekuatan Material Velg Sepeda Motor Jenis Casting Wheel Terhadap Tumbukan dengan Variasi Kecepatan Oleh : Aldila Ningtyas 2108 100 003 Dosen Pembimbing : Ir. J. Lubi Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak abad ke 18 kereta api sudah digunakan untuk mengangkut berbagai jenis barang. Perkembangan paling pesat terjadi pada saat Revolusi Industri abad ke 19. Kereta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 EBTA-SMK-06-01 Sebatang kawat baja mempunyai luas penampang 2,20 mm 2, dan panjangnya 37,55 mm. Besarnya volume kawat baja tersebut A. 80,875 mm 3 B.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN BAB III PERANCANGAN SISTEM REM DAN PERHITUNGAN DATA PEGUJIAN 3.1 METODE PERANCANGAN sistematis. Metode perancangan yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode 34 Gambar 3.1 Tahap tahap perancangan

Lebih terperinci

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA KEKUATAN CRANKSHAFT DUA-SILINDER KAPASITAS 650 CC DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Skuter Skuter adalah kendaraan roda 2 yang diameter rodanya tidak lebih dari 16 inchi dan memiliki mesin yang berada di bawah jok. Skuter memiliki ciri - ciri rangka sepeda

Lebih terperinci

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON OLEH : RAMCES SITORUS NIM : 070421006 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan

11 Firlya Rosa, dkk;perhitungan Diameter Minimum Dan Maksimum Poros Mobil Listrik Tarsius X3 Berdasarkan Analisa Tegangan Geser Dan Faktor Keamanan Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. No. 1, Januari 2017 ISSN : 2502-2040 PERHITUNGAN DIAMETER MINIMUM DAN MAKSIMUM POROS MOBIL LISTRIK TARSIUS X BERDASARKAN ANALISA TEGANGAN GESER DAN FAKTOR KEAMANAN Firlya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Perencanaan Rangka Mesin Peniris Minyak Proses pembuatan mesin peniris minyak dilakukan mulai dari proses perancangan hingga finishing. Mesin peniris minyak dirancang

Lebih terperinci

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN Bab 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Spesifikasi New Mazda 2 Dari data yang diperoleh di lapangan (pada brosur), mobil New Mazda 2 memiliki spesifikasi sebagai berikut : 1. Daya Maksimum (N) : 103 PS 2. Putaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE BAB IV ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN DAN SIMULASI SOFTWARE 4.1 Momen Lentur Akibat Ledakan Dalam Ruang Bakar Sebuah poros engkol motor bakar yang sedang melakukan kerja akan mendapatkan pembebanan berupa

Lebih terperinci

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL

ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL ANALISIS KEAUSAN PADA DINDING SILINDER MESIN DIESEL Tri Tjahjono Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Pabelan Tromol Pos Kartasura Surakarta 57102 Email : ttjahjono@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2

ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN. Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim 2 Analisa Keausan Kampas Rem (Ahmad Taufik, dkk) ANALISA KEAUSAN KAMPAS REM PADA DISC BRAKE DENGAN VARIASI KECEPATAN Ahmad Taufik 1*, Darmanto 2 dan Imam Syafa at 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISA STRUKTUR PARKING BUMPER MATERIAL KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK MENGGUNAKAN ANSYS REL. 5.4 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

Oleh: Bayu Wijaya Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA

Oleh: Bayu Wijaya Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA Oleh: Bayu Wijaya 2108100707 Pembimbing: Dr. Ir. Agus Sigit Pramono, DEA Latar Belakang Perumusan Masalah Bentuk, ukuran, dan material dari dudukan winch agar aman saat menarik beban. Bentuk, ukuran, dan

Lebih terperinci

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem

Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem Perancangan Kampas Rem Beralur dalam Usaha Meningkatkan Kinerja serta Umur dari Kampas Rem L u b i Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Abstrak Kendaraan adalah merupakan salah satu media atau sarana

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang

Lebih terperinci

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Pengujian Bantalan Beton untuk Track Jalan Kereta Api (Dwi Purwanto) PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Dwi Purwanto Abstract This paper discuss

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015

ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 ELEMEN MESIN II REM Disusun oleh : Swardi L. Sibarani 13320001 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN 2015 Defenisi Rem REM merupakan salah satu elemen paling dalam kendaraan

Lebih terperinci

ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012

ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012 ANALISA GAYA SISTEM REM DEPAN DAIHATSU XENIA TIPE R TAHUN 2012 Qomaruddin 1, Taufiq Hidayat 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus

Lebih terperinci