KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin

dokumen-dokumen yang mirip
4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Diagram TS

POLA DISTRIBUSI SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai SUHU DAN SALINITAS. Oleh. Nama : NIM :

Variabilitas Suhu dan Salinitas Perairan Selatan Jawa Timur Riska Candra Arisandi a, M. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

POKOK BAHASAN : ANGIN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Geografi. Kelas X ATMOSFER III KTSP & K-13. G. Kelembapan Udara. 1. Asal Uap Air. 2. Macam-Macam Kelembapan Udara

Horizontal. Kedalaman. Laut. Lintang. Permukaan. Suhu. Temperatur. Vertikal

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

2. KONDISI OSEANOGRAFI LAUT CINA SELATAN PERAIRAN INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.4

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

ANALISIS CURAH HUJAN DASARIAN III MEI 2017 DI PROVINSI NTB

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

I. INFORMASI METEOROLOGI

Physics Communication

V. HASIL. clan di mulut utara Selat Bali berkisar

Geografi. Kelas X ATMOSFER IV KTSP & K-13. I. Angin 1. Proses Terjadinya Angin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. INFORMASI METEOROLOGI

Kajian Elevasi Muka Air Laut di Perairan Indonesia Pada Kondisi El Nino dan La Nina

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

VARIABILITAS SUHU DAN SALINITAS DI PERAIRAN BARAT SUMATERA DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGIN MUSON DAN IODM (INDIAN OCEAN DIPOLE MODE)

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Suhu rata rata permukaan laut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suhu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.2

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

Rochmady Staf Pengajar STP - Wuna, Raha, ABSTRAK

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis Model Laut

MATERI IPS KELAS VIII SMP KONDISI FISIK WILAYAH DAN PENDUDUK

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PERTEMUAN KE-5 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN SIRKULASI MASSA AIR (Bagian 2) ASEP HAMZAH

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

METEOROLOGI LAUT. Sirkulasi Umum Atmosfer dan Angin. M. Arif Zainul Fuad

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Arus Tiap Lapisan Kedalaman di Selat Makassar Fluktuasi Arus dalam Ranah Waktu di Lokasi Mooring Stasiun 1

SMP kelas 9 - GEOGRAFI BAB 1. Lokasi Strategis Indonesia Berkait Dengan Kegiatan PendudukLATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

Transkripsi:

KONDISI OSEANOGRAFIS SELAT MAKASAR By: muhammad yusuf awaluddin Umum Perairan Indonesia memiliki keadaan alam yang unik, yaitu topografinya yang beragam. Karena merupakan penghubung dua system samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, maka sifat dan kondisinya dipengaruhi oleh kedua samudera tersebut, khususnya samudera pasifik. Pengaruh ini terlihat antara lain pada sebaran massa air, arus, pasang surut dan kesuburan perairan. Selain pengaruh kedua kedua samudera tersebut, keadaan musim juga mempengaruhi sifat dan kondisi perairan disini, misalnya perairan Selat Makasar, Laut Banda, Laut Flores dan Laut Sulawesi (Wyrtki, 1961) Pergantian angin muson yang berubah secara beraturan ditandai dengan bertiupnya angin muson secara bergantian menimbulkan dampak langsung terhadap perubahan-perubahan sifat-sifat fisika air laut. Secara umum angin muson tidak hanya berpengaruh terhadap wilayah perairan Indonesia, melainkan juga di Asia Tenggara. Angin yang bertiup di atas Asia Tenggara ternyata mempunyai pengaruh yang besar terhadap pergerakan massa air di perairan Indonesia, khususnya di Selat Makasar bagian selatan, Laut Jawa dan Laut Flores. Karena angin muson berbalik arah dua kali dalam satu tahun, maka demikian juga keadaannya bagi edaran air laut di Indonesia, sedikitnya di lapisan bagian atas termoklin (Wyrtki, 1961) Menurut Illahude (1970), selama musim barat lapisan homogen dapat mencapai kedalaman 100 meter yang dimulai dari permukaan suhu berkisar antara 27-28oC, salinitas berkisar antara 32,5-33,5 dan sigma-t berkisar antara 21,0 22,0. Di bawah lapisan homogen akan dijumpai lapisan termoklin yang dimulai dari 100 meter sampai 260 meter dengan suhu berkisar antara 34,0 34,5 dan sigma-t berkisar 26,0 gram/cm3. Pada musim timur,lapisan homogen dapat mencapai lapisan yang tipis yakni sekitar 50 meter yang dimulai dari lapisan permukaan (0 meter). Suhu berkisar antara 26-27 oc, salinitas antara 34,0-34,5 dan sigma-t berkisar antara 22,0 23,00 gram/cm3. Di bawah lapisan homogen, diumpai lapisan termoklin yang dimulai dari kedalaman 50-400 m. Suhu berkisar antara 23,0 26,0 gram/cm3. Lapisan dalam dimulai dari kedalaman 400m terus ke bawah dengan suhu, salinitas dan sigma-t yang lebih kurang sama dengan waktu musim barat. Kandungan zat hara diperairan Asia Tenggara menunjukan dsitribusi yang sama dengan sifat perairan tropik. Pada lapisan permukaan miskin akan zat hara dengan kandungan fosfat kurang dari 0,2 µg-at. P/L Pada lapisan termoklin kandungan fosfat bertambah hingga mencapai 1,5 µg-at.p/l. Pada lapisan pertengahan dan lapisan dalam kandungan fosfat berkisar antara 2,5-3,0 µg-at.p/l (Wyrtki, 1961) Selat Makasar Angin Muson

Angin yang berhembus di perairan Selat Makasar terutama adalah angin muson yang dalam setahun terjadi pembalikan arah dan dikenal sebagai muson barat dan angin muson timur. Perubahan arah dan pergerakan angin muson berhubungan erat dengan terjadinya perbedaan tekanan udara tinggi dan tekanan udara rendah di atas benua Asian dan Australia. Antara bulan Desember sampai Februari bertiup angin muson barat dan pada bulan Juni sampai Agusrus bertiup angin Muson Timur (Wyrtki, 1961) Sirkulasi kedua angin ini ternyata begitu mantap dan tetap di atas perairan Selat Makasar. Keadaan mantap ini sering dijumpai selama bulan Januari-Februari dab bulan Juli- September. Namun demikian, sifat angin muson sepanjang tahun tidaklah tetap sama, baik arah maupun keceapatannya. Oleh karena itu perubahan cuaca yang ditimbulkannya juga akan berlainan, misal ada tahun-tahun yang memiliki musim kemarau lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya (Wyrtki, 1961) Pergantian angin muson barat menjadi angin muson timur menimbuklan berbagai macam pengaruh terhadap sifat perairan Selat Makasar. Selama angin muson barat berhembus, maka curah hujan akan meningkat dan air sungai akan banyak yang masuk ke laut, sehingga mengakibatkan pengenceran terhadap air laut. Sebaliknya selama angin kuson timur, terjadi peningkatan salinitas akibat penguapan yang besar, ditambah dengan masuknya massa air yang mempunyai salinitas tinggi dari Samudera Pasifik melalui Laut Sulawesi dan masuk ke perairan Selat Makasar. Hembusan angin yang kuat menimbulkan suatu proses pengangkatan besar-besaran terhadap massa air laut sehingga bila disertai proses penaikan massa air dapat mengangkat unsur-unsur hara yang sangat diperlukan sebagai sumber makanan hayati ke permukaan (Wyrtki, 1961) ARUS DAN SIRKULASI AIR Sirkulasi air pada lapisanpermukaan sangat dipengeruhi oleh angin muson, sehingga pola sirkulasi mengalami perubahan sesuai dengan pola angin. Selama muson barat arus permukaan di Indonesia bergerak dengan arah utama dari barat ke timur dan pada musim timur terjadi sebaliknya (Wyrtki, 1961) Posisi geografis juga mempengaruhi pergerakan arus permukaan di perairan Selat Makasar. Pada daerah pertemuan antara massa air Laut Jawa, laut Flores dan Selat Makasar bagian selatan terjadi perubahan arus permukaan yang sesuai dengan pergerakan angin muson (Wyrtki, 1961) Dari pola arus yang berhasil dipetakan terlihat bahwa Samudera Pasifik menyumbang lebih banyak massa air ke perairan Selat Makasar dibanding Samudera Hindia. Di Selat Makasar arus mengalir secara tetap sepanjang tahun menuju ke selatan dan dengan kecepatan yang cukup. Kecepatan terendah terjadi pada bulan Desember, Januari dan Mei. Sedangkan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan Februari, Maret dan dari Juli sampai September (Wyrtki, 1961). Selama muson timur massa air dari Laut Flores bertemu dengan massa air yang keluar dari Selat Makasar dan mengalir bersama ke Laut Jawa. Dalam kondisi demikian, banyak massa air pada lapisan paras akan terangkat dan bergerak ke barat. Akibatnya timbul ruang kosong di permukaan yang memungkinkan massa air lapisan bawah muncul untuk mengisinya. Namun demikian karena kecepatan menegaknya relatif kecil yaitu 5 x 10-4 sm/detik, maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa penaikan massa air (Up wlling) di daerah ini tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap sistem sirkulasi air (Illahude, 1970)

SUHU DAN KERAPATAN Seperti keadaan laut pada umumnya, suhu permukaan Selat Makasar juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca antara lain curah hujan, penguapan, kelembaban udara, kecepatan angin dan penyinaran matahari. Oleh karena itu keadaan suhu selalu berpola musiman. Pada musim barat posisi matahari terhadap bumi menyebabkan proses penyinaran dan pemanasan lebih banyak berada di belahan bumi selatan, sehingga suhu permukaan berkisar antara 29-37oC dan di bagian utara khatulistiwa suhu berkisar antara 27-28oC. Sebaliknya pada musim timur terjadi pergeseran wilayah pemanasan yang berlebihan ke arah utara sehingga suhu perairan Indonesia bagian utara akan naik menjadi 28-30oC dan suhu permukaan di perairan Indonesia sebelah selatan akan turun menjadi 27-28oC (Wyrtki, 1961) Berdasarkan posisinya, perairan Indonesia, khususnya perairan Selat Makasar menunjukkan suhu yang cukup tinggi terutama pada lapisam permukaan. Karena pengaruh angin, maka lapisan teratas sampai kedalaman tertentu, yakni kedalaman 50 100 meter terjadi pengadukan dan pencampuran, sehingga suhu pada lapisan 0-100 meter menjadi homogen. Dengan adanya pergerakan massa air danpergantian angin musim, maka lapisan homogen ini dapat bervariasi kedalamannya antara 0-100 meter pada musim barat dan 0-50 meter pada musim timur (Wyrtki, 1961) SALINITAS Berbeda dengan keadaan sebaran suhu yang relatif kecil variasinya, asalinitas air laut dapat berbeda secara geografis akibat pengaruh curah hujan lokal, banyaknya air sungai yang masuk ke laut, penguapan dan edaran massa air. Di Indonesianilai rata-rata yang terendah sering dijumpai di perairan Indonesia nilai rata-rata yang terendah sering dijimpai di perairan Indonesia barat dan semakin ke timur nilairata-rata tahunannya semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena masuknya massa air yang mempunyai salinitas lebih tinggi dari Samudera Pasifik sepanjang tahun. Berdasarkan pada pola sebaran permukaan yang telah dipetakan oleh Wyrtki (1961) dapat dilihat bahwa massa air dari Samudera Pasifik bergerak terus mencapai Laut Sulu, Laut Sulawesi dan melewati Selat Makasar sampai jauh ke selatan.namun massa air Samudera Hindia tamkpaknya tidak banyak mempengaruhi perairan Selat Makasar, karena massa air di sebelah selatan Jawa, Bali-Lombok-Sumbawa diangkut oleh arus Khatulistiwa Selatan ke arah barat. Di Selat Lombok dan di selat-selat lainnya di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB), arah arus sebagian besar menuju ke Samudera Hindia. Sebagai akibat dari keadaan ini, maka salinitas rata-rata Laut Jawa adalah 32,5, Laut Flores 33,5, Selat Makasar 34,0, Laut Banda dan Laut Sulawesi 34 (Nontji, 1987) Sebaran salinitas diperairan Selat Makasar dipengaruhi oleh edaran angin muson. Pada saat musim timur, massa air dari Laut Flores akan memasuki perairan ini sehingga dapat meningkatkan nilai salinitas di perairan ini. Di samping itu terdapat kantong-kantong air dengan salinitas tinggi pada pantai Selat Makasar yang hanya dapat dijelaskan dengan proses penaikan massa air karena pada daerah yang berdekatan justru bersalinitas rendah. Selama proses penaikan air berlangsung pada musim timur, salinitas dapat mencapai nilai 34,0 34,5. Sebaliknya pada musim barat, massa air dari Laut Jawa yang bersalinitas rendah akan memasuki perairan Selat Makasar, sehingga dapat menurunkan salinitas

permukaan ini. Ditambah lagi dengan curah hujan yang tinggi dan banyaknya air sungai yang masuk sehingga menimbulkan lapisan campuran yang bersalinitas rendah (Illahude, 1970). LAPISAN HOMOGEN DAN PEGAT Lapisan homogen merupakan lapisan air laut mulai dari permukaan sampai pada kedalaman tertentui, masih mendapat pengaruh langsung dan nyata dari perubahanperubahan yang terjadi di permukaan. Apabila massa air pada lapisan atas teraduk secara baik oleh angin, arus dan pasang surut sehingga variasi sifat-sifat fisika secara vertikal, khususnya suhu, sangat kecil atau tidak sama sekali, maka komdisi ini dikenal sebagai lapisan homogen dan sering kali mencapai kedalaman 100 meter. Segala kejadian di permukaan akan memberikan pengaruh terhadap beberapa parameter oseanografi pada seluruh kolom lapisan homogen, seperti suhu dan salinitas yang akan diikuti oleh perubahan sigma-t sebagai fungsi suhu dan salinitas. Pada umumnya suhu permukaan laut Indonesia cukup tinggi sesuai dengan letaknya di daerah tropis. Dengan curah hujan yang relatif tinggi, maka salinitas rendah sering dijumpai dan diikuti denga penurunan nilai sigma-t pada lapisan ini. Pada daerah yang sering terjadi penaikan air, ketebalan lapisan homogen selalu berubah. Biasanya pada awal penaikan, tebal lapisan homogen selalu berubah. Biasanya pada awal penaikan, tebal lapisan homogen lebih besar jika dibandingkan denga akhir penaikan air. Sebagai contoh di Laut Banda dan Laut Arafusu, kedalaman lapisan homogen sekitar 100 meter pada awal penaikan dan berkurang menjadi 30 50 meter pada akhir penaikan (Illahude, 1978) Kedalaman lapisan homogen selalu erat kaitannya dengan sistem arus yang terjadi di perairan tertentu. Pada perairan dalam, lapisan homogen mampu mencapai lapisan yang lebih dalam lagi, yakni lebih dari 1000 meter. Sedangkan pada perairan dangkal seringkali mencapai dasar permukaan. Lapisan massa air yang dengan laju kenaikan sigma-t tertinggi dikenal dengan lapisan pegat (discontinuity layer). Letak dan kedalaman lapisan ini dapat dilihat pada sebaran kurva menegak suhu dari batas bawah dari lapisan homogen sampai kedalaman sekitar 400 meter. Secara umum lapisan di perairan Indonesia dan sekitarnya mempunyai suhu 12-25 oc dengan masing-masing sebagai suhu batas atas dan batas bawah lapisan. Biasanya tebal lapisan pegat untuk perairan Indonesia relatif seragam yakni 300-400 meter. Sebenarnya tebal lapisan pegat sangat diopengaruhi oleh proses-proses dinamika. Proses dinamika yang tinggi sering dijumpai pada daerah arus arus atau sirkulasi massa air dan olakan. Di daerah daerah demikian massa air permukaan yang panas dapat menyerap ke bawah sehingga menyebabkan batas bawah lapisan homogen menjadi tebal dan letak lapisan pegat menjadi lebih dalam dan tipis. Secara umum perairan Selat Makasar bagian selatan merupakan daerah yang ideal bagi proses terjadinya penaikan air, karena daerah ini merupakan daerah pertemuan arus, yaitu arus Laut Jawa, arus Laut Flores dan arus Selat Makasar. Pada musim timur, arah tekanan angin berlawanan dengan arah arus permukaan Selat Makasar sehingga akan menimbulkan efek stagnansi pada massa air lapisan atas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa massa air lapisan tengah relatif lebih aktif dibandingkan dengan lapisan massa air di atasnya. Dalam kondisi demikian akan muncul penaikan massa air sebagai usaha mencapai suatu keadaan yang setimbang, yakni kesetimbangan hidrostatis. Sebaliknya pada musim barat arah tekanan angin sejajr dengan arah arus permukaan Selat

Makasar sehingga pergerakan di lapisan atas bertambah cepat. Dengan demikian keadaan stagnansi akan dijumpai pada lapisan tengah. Dalam kondisi ini penenggelaman massa air (down welling) akan terjadi sebagai usaha mencapai keadaan kesetimbangan hodrostatik, keadaan ini berlangsung bergantian sepanjang tahun dan terjadi secara teratur.