KONSEP PENATAAN KEMBALI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

Pertemuan I ARSITEKTUR LANSEKAP (TR 438)

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Bappeda Yogyakarta Laporan Akhir Pekerjaan Penyusunan Revitalisasi Sungai Winongo Kota Yogyakarta.

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Hotel Resor dan Fasilitas Wisata Mangrove di Pantai Jenu, Tuban

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Optimalisasi ruang terbuka hijau untuk remaja: studi kasus empat ruang terbuka hijau di DKI Jakarta Anggraini Hendrawan

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

Canopy: Journal of Architecture

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Universitas Sumatera Utara

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pemberdayaan Masyarakat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. CATATAN DOSEN PEMBIMBING... iii. LEMBAR PERNYATAAN... iv. MOTTO... v. KATA PENGANTAR...

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

Konsep Penataan Ruang Terbuka Hijau di Kota Ponorogo. Dirthasia G. Putri

MALL DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN KONSEP CITY WALK

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA TA 123 PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

Matrik Cascading Kinerja Dinas Tata Bangunan dan Kebersihan tahun 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

Green Urban Vertical Container House 73

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan antara lain adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT INFORMASI DAN PELAYANAN TERPADU ANAK USIA DINI DI YOGYAKARTA

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

KONSEP PERENCANAAN LANSKAP PERMUKIMAN TRADISIONAL

Transkripsi:

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Jurnal Perspektif Arsitektur KONSEP PENATAAN KEMBALI RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA Herwin Sutrisno, ST., MT 1 Abstrak Kawasan Flamboyan Bawah merupakan salah satu permukiman yang terletak di tepi Sungai Kahayan di Kota Palangka Raya. Dalam perkembangannya kawasan ini menjadi kawasan permukiman padat yang cenderung kumuh. Kualitas ruang-ruang terbuka hijau yang ada di kawasan ini sangat buruk karena perilaku masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai menyebabkan kualitas lingkungan permukiman mengalami penurunan. Konsep perencanaan yang berwawasan lingkungan merupakan pendekatan perencanaan yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas ruang permukiman. Salah satu caranya adalah dengan menata kembali ruang terbuka hijau yang ada pada Kawasan Flamboyan Bawah sehingga akan tercipta suatu ruang terbuka hijau yang mampu menjadi wadah interaksi sosial masyarakat sekaligus menjadi identitas kawasan. Kata Kunci : Konsep penataan, Ruang terbuka hijau, Berwawasan lingkungan. PENDAHULUAN Perkembangan kota terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta interaksinya dengan kota lain di daerah sekitar. Secara fisik perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang makin bertambah, bangunanbangunan yang semakin rapat dan padat dan wilayah terbangun terutama permukiman yang cenderung luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial ekonomi kota (Branch, 1996). Ruang terbuka hijau memiliki fungsi utama sebagai penunjang ekologis kota juga berperan sebagai pendukung nilai kualitas lingkungan dan budaya suatu kawasan. Keberadaan ruang terbuka hijau sangatlah diperlukan dalam mengendalikan dan memelihara intergritas dan kualitas lingkungan selain itu keberadaan suatu ruang terbuka hijau sebagai ruang terbuka yang bebas dan dilengkapi dengan elemen-elemen hijau seperti pepohonan dapat meningkatkan kesehatan warga kota, baik secara jasmani/fisik maupun rohani/jiwa (Prasetijaningsih, 2012). Konsep perencanaan yang berwawasan lingkungan merupakan pendekatan perencanaan yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas ruang permukiman. Salah satu caranya adalah dengan menata kembali lingkungan permukiman sehingga akan tercipta ruang-ruang terbuka hijau. Pada akhirnya ruang-ruang terbuka hijau yang tercipta tidak saja meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan tetapi juga membentuk suatu kawasan menjadi lebih baik, jauh dari kesan kumuh, dan masyarakat yang perduli terhadap keberlanjutan permukimannya sendiri. Kawasan Flamboyan Bawah merupakan salah satu permukiman yang terletak di tepian Sungai Kahayan. Kawasan permukiman ini masuk kedalam daerah administrasi Kelurahan Langkai, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. di kawasan ini berupa rumah panggung yang sifatnya permanen karena kontruksi pondasinya ditancap ke lapisan tanah bawah air. Tinggi 1 Staff Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Palangka Raya ISSN 1907-8536 1

Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 7 / No.2, Desember 2012 pondasi rumah disesuaikan dengan tinggi air pada saat air sungai pasang. Pada tanggal 30 Maret 1998, terjadi kebakaran pada kawasan permukiman ini. Peristiwa kebakaran ini merupakan bencana kebakaran permukiman penduduk terbesar sepanjang sejarah Provinsi Kalimantan Tengah. Pada tahun 2000, Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya mengambil kebijakan untuk menampung kembali penduduk eks-kebakaran dalam bentuk kawasan permukiman terbatas. Dalam perkembangannya kawasan ini berkembang menjadi kawasan permukiman padat dan cenderung kumuh. Kualitas ruang-ruang terbuka hijau yang ada di kawasan ini sangat buruk karena perilaku masyarakat yang membuang sampah langsung ke sungai menyebabkan kualitas lingkungan permukiman mengalami penurunan. Untuk memperbaiki kualitas lingkungan permukiman tersebut diperlukan penataan kembali terhadap ruang-ruang terbuka hijau yang ada di Kawasan Flamboyan Bawah sehingga akan tercipta ruang terbuka hijau yang sehat, indah, bersih dan nyaman sehingga dalam perkembangannya akan membuat kualitas lingkungan menjadi lebih baik serta menjadi sarana interaksi sosial masyarakat dan identitas kawasan tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Pengolahan hasil kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik statistik deskriptif. Analisis lain yang digunakan adalah analisis deskriftif terhadap data kualitatif mengenai persepsi masyatakat terhadap kualitas dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang berwawasan lingkungan. KONSEP PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU A. Konsep Letak Ruang Terbuka Hijau Konsep penataan dilakukan dengan menata kembali lingkungan permukiman dengan menggunakan sistem konsolidasi tanah maupun dengan cara-cara standar lainnya berdasarkan situasi dan kondisi kawasan setempat sehingga akan tercipta ruang-ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau menggunakan aturan dimana 30% dari luas wilayah yang ada merupakan ruang terbuka hijau. ruang terbuka hijau ini akan diletakan di tengah-tengah lingkungan permukiman sehingga langsung sebagai pusat orientasi/view serta interaksi antar warga permukiman sekitar. Melalui konsep terpusat akan terjalin suatu keakraban antar warga lingkungan permukiman misalnya ruang terbuka menjadi tempat berkumpul, bermain, memancing, memasang jaring dan sebagainya. 6.177,5m 2 lahan yang siap bangun 4.987,5m 2 (30%) luas ruang terbuka hijau dari total luas wilayah ditata pada satu lokasi agar terpusatnya ruang interaksi antar warga. Gambar 1. Konsep Letak Ruang Terbuka Hijau Sumber : Hasil Analisa, 2012 2 ISSN 1907-8536

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Jurnal Perspektif Arsitektur B. Konsep Vegetasi Vegetasi yang ditanam di lokasi ruang terbuka hijau menggunakan vegetasi yang bisa hidup di daerah rawa Kalimantan Tengah sekaligus vegetasi yang memiliki nilai jual/tambah misalnya : pohon sagu (dalam bahasa Dayak hambie ), pohon enau, pohon pidada dan tanaman bakung. a. pohon sagu b. pohon enau c. pohon pidada d. tanaman bakung Gambar 3. Konsep Penataan Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau Gambar 2.Vegetasi Pada Ruang Terbuka Hijau Sumber : Dokumentasi Pribadi;google_tumbuhan rawa Tanamanbakung C. Konsep Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Konsep Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Kondisi Pasang Pada kondisi pasang RTH dapat dimanfaatkan sebagai tempat memancing, keramba sementara, rekreasi dan lain sebagainya. Gambar 4. Konsep Pemanfaatan Ruang Terbuka HijauPadaKondisiPasang ISSN 1907-8536 3

Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 7 / No.2, Desember 2012 Konsep Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Kondisi Surut Pada kondisi surut ruang terbuka hijau juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana olahraga dan sebagainya. Gambar 5. Konsep Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Pada Kondisi Surut D. Konsep Fasilitas Pendukung Ruang Terbuka Hijau Konsep Tempat Sampah Perlu disediakannya tempat pembuangan sampah dengan jarak yang tidak terlalu jauh agar memberi kemudahan warga untuk membuang sampah pada tempatnya dimana selanjutnya sampah dibawa dengan menggunakan gerobak sampah menuju tempat pembuangan sampah sementara baru dibawa oleh truk sampah (tim kebersihan kota) menuju tempat pembuangan akhir. Sampah basah dan sampah kering bila disatukan akan menimbulkan bau yang tidaknyaman sehingga tempat sampah didesain dengan warna yang berbeda. Pemberian warna ini bertujuan untuk membedakan antara sampah basah dan sampah kering. Tanaman Bakung Tempat sampah Gambar 6. Konsep Peletakan Tempat Sampah Gambar 7. Konsep Desain Tempat Sampah 4 ISSN 1907-8536

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Jurnal Perspektif Arsitektur Konsep Penerangan Pada lokasi penelitian tidak ada lampu penerangan jalan lingkungan pada malam hari sehingga diperlukan konsep peletakan penerangan jalan. Tanamanbakung Gambar 8. Konsep Peletakan Titik Penerangan Titik lampu Desain lampu menggunakan cahaya omni (kesemua arah) agar penyebaran cahaya merata Menggunakan ornament khas ukiran dayak sebagai penambah nilai estetika pada lampu penerangan Gambar 9. Konsep Desain Lampu Penerangan Konsep Sarana Tempat Duduk Konsep kursi/tempat duduk yang dapat digunakan warga sekitar sebagai prasarana tempat bersantai.supaya peletakan kursi/tempat duduk ini tidak mempersempit ruang jalan maka pada jalan ditambah bahu jalan sebagai tempat peletakan kursi/tempat duduk. Tanaman bakung ` Titik tempat duduk Gambar 10. Konsep Letak Titik Tempat Duduk ISSN 1907-8536 5

Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 7 / No.2, Desember 2012 Pelebaran bahu jalan dilakukan guna mendapatkan ruang sebagai sarana duduk Gambar 11. Konsep Desain Tempat Dududk Konsep Tangga Titian Untuk menghubungkan masyarakat dengan ruang terbuka hijau digunakan tangga yang terbuat dari kayu. Pada beberapa titik di jalan lingkungan dibuat bahu jalan sebagai ruang transisi bagi masyarakat yang ingin turun atau naik. Tanaman bakung Titik tangga titian Gambar 12. Konsep Peletakan Tangga Akses tangga sebagai penghubung antara RTH dengan warga sekitar Gambar 13. Konsep Desain Tangga 6 ISSN 1907-8536

Volume 7 / No.2, Desember 2012 Jurnal Perspektif Arsitektur KESIMPULAN Setelah diadakan penataan terhadap ruang terbuka hijau pada kawasan penelitian akan terjadi perbaikan serta peningkatan kualitas ruang terbuka hijau sebagai berikut : Tabel 1. Kualitas Ruang Terbuka Hijau Parameter Sebelum Penataan Sesudah Penataan Luas ideal ruang terbuka hijau minimal 30% sudah terpenuhi. 1. Luas ruang terbuka hijau. Luas ideal ruang terbuka hijau minimal 30% sudah terpenuhi. 2. Pemanfaatan RTH Vegetasi yang ada Pengembangan keanekaragam vegetasi dikembangkan berupa tumbuhan eceng pada ruang terbuka hijau berupa pohon dengan mengisi gondok, rumput, semaksemak sagu, pohon enau, pohon pidada dan berbagai macam yang tidak tanaman bakung yang dapat memberikan vegetasi memiliki nilai manfaat nilai tambah secara ekonomi bagi bagi masyarakat. masyarakat. 3. Fungsi ekologis RTH. Hanya tumbuhan perdu. Vegetasi bisa hidup di daerah rawa dan 4. Fungsi tambahan RTH a. Sosial b. Ekonomi c. Estetika FasilitasPendukung RTH a. Ada b. Tidakada c. Tidakada memiliki nilai jual/tambah. a. Menjadi tempat interaksi antara warga masyarakat misalnya pada saat saat pasang dapat digunakan untuk mencari ikan sedangkan pada saat surut dapat digunakan untuk bermain dan lain sebagainya. b. Sumber produk yang bias dijual dari vegetasi berupa pohon sagu, pohon enau,pohon pidada serta tanaman bakung yang sehari-hari dimanfaatkan masyarakat Dayak untuk menjadi menu makanan sayuran. c. Terciptanya suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun. 1. Sistem pengelolaan Tidakada Tersedianya tempat pembuangan sampah. sampah 2. Jaringan Listrik Tidakada Tersedianya lampu jalan lingkungan. 3. Sarana duduk Tidakada Tersedianya kursi sebagai sarana duduk. 4. Tangga titian Tidakada Adanya tangga sebagai akses penghubung RTH dengan masyarakat sekitar. 5. Jalan lingkungan Ada tetapi sebagian Terhubungnya/terkoneksi jalan lingkungan terputus. membentuk pola grid. 6. Air Kotor Tidakada Disalurkan dan ditampung di septictank ISSN 1907-8536 7

Jurnal Perspektif Arsitektur Volume 7 / No.2, Desember 2012 DAFTAR PUSTAKA Branch, MC. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan Penjelasan. Penterjemah: BambangHariWibisono. Penyunting: Ahmad Djunaedi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. De Chiara, Joseph and Koppelman, Lee E. 1978.Site Planning Standards. New York: McGraw Hill Book Company Hakim, Rustam. 2004. ArsitekturLansekap, Manusia, AlamdanLingkungan. Jakarta: FALTL UniversitasTrisakti. Maria S.W. Sumardjono. 2001. Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta : Buku Kompas. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen Dalam Negeri. Prasetijaningsih, Chris D. 2012. Ruang Terbuka Hijau Dalam Kota Yang Sehat. Buletin Online Tata Ruang. Edisi Januari-Februari. Diakses melalui http://bulletin.penataanruang.net. Purnomohadi, Ning. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota. Jakarta: Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan Umum Sujarweni, V Wiratna. 2008. Belajar Mudah SPSS untuk Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi dan Umum. Yogyakarta : Global Media Informasi. Supranto, J. 2000. Teknik Sampling Untuk Survei Dan Eksperimen. Jakarta : Rineka Cipta. Trancik, Roger, 1989. Finding Lost Space. New York : Van Nostrand Reinhold Company. Zand, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu. Yogyakarta : Kanisius. 8 ISSN 1907-8536