OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

OLEH : WIJAYA. FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

STATISTIKA II (BAGIAN

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Nonparametrik:

BAB 2 LANDASAN TEORI

STATISTIK PENDIDIKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent

Skala pengukuran dan Ukuran Pemusatan. Ukuran Pemusatan

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Kuliah Statistika Industri II Regresi & Korelasi Berganda

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

Nanparametrik_Korelasi_M.Jain uri, M.Pd 1

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

PERANCANGAN PERCOBAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang akan menganalisis korelasi antara

Metode Statistika Pertemuan XII. Analisis Korelasi dan Regresi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

TEKNIK ANALISIS KORELASI. Pertemuan 9. Teknik Analisis Korelasi_M. Jainuri, M.Pd 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

Regresi Linier Berganda

Lampiran 1. Tata Letak Wadah Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sutama (2015:43) penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 10 Analisis Korelasi & Regresi (1)

BAB 2 LANDASAN TEORI. regresi adalah sebuah teknik statistik untuk membuat model dan menyelediki

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

PERANCANGAN PERCOBAAN

PERANCANGAN PERCOBAAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa hasil perhitungan statistik yang datanya diperoleh dari responden. Hasil

STATISTIKA. Statistika pengkuantifikasian (pengkuantitatifan) hasil-hasil pengamatan terhadap kejadian, keberadaan, sifat/karakterisitik, tempat, dll.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat

STATISTIKA 2 IT

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

PERANCANGAN PERCOBAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

REGRESI LINIER BERGANDA. Debrina Puspita Andriani /

REGRESI LINEAR SEDERHANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pokok masalah penelitian sangat tergantung pada metode penelitian,

Hubungan antara variabel-variabel dalam contoh tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis yang disebut persamaan regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perubahan nilai suatu variabel dapat disebabkan karena adanya perubahan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi. Antara sampai dengan 0,599 : cukup tinggi

8 Departemen Statistika FMIPA IPB

BAB II LANDASAN TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

Korelasi Pearson. Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis regresi linier sederhana 2. Analisis regresi linier berganda. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

Unit 4. Hubungan Antara Dua Variabel Dengan Statistik Nonparametrik. Dr. Laura F. N. Sudarnoto. Pendahuluan

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton.

BAB 4 HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Terdistribusi Kualitas Sistem Informasi Business

Analisis Korelasi dan Regresi. Dr. Kusman Sadik, M.Si Dept. Statistika IPB

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang akan dipakai pakai, karena dengan hal itu akan mepermudah penelitian,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

Statistik Dasar. 1. Pendahuluan Persamaan Statistika Dalam Penelitian. 2. Penyusunan Data Dan Penyajian Data

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Transkripsi:

ANALISIS KORELASI OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2010

ANALISIS KORELASI

II. ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Korelasi Pearson Koefisien Korelasi Moment Product Korelasi Data Berskala Interval dan Rasio 2. Koefisien Korelasi Spearman Korelasi Data Berskala Ordinal (Rank) 3. Koefisien Kontingensi Korelasi Data yang Disusun dalam Baris - Kolom 4. Koefisien Korelasi Phi Korelasi Data Berskala Nominal

II. ANALISIS KORELASI Analisis Korelasi merupakan studi yang membahas tentang derajat keeratan hubungan antar peubah, yang dinyatakan dengan Koefisien Korelasi. Hubungan antara peubah X dan Y dapat bersifat : a. Positif, artinya jika X naik (turun) maka Y naik (turun). b. Negatif, artinya jika X naik (turun) maka Y turun (naik). c. Bebas, artinya naik turunnya Y tidak dipengaruhi oleh X.

II. ANALISIS KORELASI Positif Negatif Bebas (Nol)

1. KORELASI PEARSON Rumus umum Koefisien Korelasi : r 2 = Koefisien Determinasi (Koefisien Penentu) r = r 2 = Koefisien Korelasi JKG = Jumlah Kuadrat Galat JKT = Jumlah Kuadrat Total JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

Rumus Koefisien Korelasi Pearson : Y = Variabel Terikat (Variabel Tidak Bebas) X = Variabel Bebas (Faktor) Nilai r : 1 r 1. r 2.

Data keuntungan usahatani (Y) pada berbagai luas lahan (X) : No Petani Luas Lahan (X) Keuntungan (Y) 1 0,21 0,50 2 0,50 1,10 3 0,14 0,25 4 1,00 1,80 5 0,21 0,40 6 0,07 0,20 7 0,50 0,90 8 1,00 2,00 9 0,70 1,20 10 0,14 0,35 11 0,35 0,70 12 0,28 0,65

No X Y X 2 Y 2 XY 1 0,21 0,50 0,0441 0,2500 0,1050 2 0,50 1,10 0,2500 1,2100 0,5500 3 0,14 0,25 0,0196 0,0625 0,0350 4 1,00 1,80 1,0000 3,2400 1,8000 5 0,21 0,40 0,0441 0,1600 0,0840 6 0,07 0,20 0,0049 0,0400 0,0140 7 0,50 0,90 0,2500 0,8100 0,4500 8 1,00 2,00 1,0000 4,0000 2,0000 9 0,70 1,20 0,4900 1,4400 0,8400 10 0,14 0,35 0,0196 0,1225 0,0490 11 0,35 0,70 0,1225 0,4900 0,2450 12 0,28 0,65 0,0784 0,4225 0,1820 Jumlah 5,10 10,05 3,3232 12,2475 6,3540 Rata-rata 0,43 0,84 - - - n 12 - - - -

X = 5,10 ; Y = 10,05 ; X 2 = 3,3232 ; Y 2 =12,2475 ; XY = 6,3540 ; n = 12

Nilai r 2 = 97,98 % artinya sebesar 97,98 % variasi besarnya keuntungan (nilai Y) diperngaruhi oleh variasi besarnya luas lahan (nilai X).

Pengujian Koefisien Korelasi Pearson : 1. H 0 r = 0 lawan H 1 r 0 2. Taraf Nyata α = 5 % = 0,05 3. Uji Statistik = Uji- t 4. Wilayah Kritik (Daerah Penolakan H 0 ) : t < t α/2(n-2) atau t > t α/2(n-2) t < t 0,025(10) atau t > t 0,025(10) t < 2,228 atau t > 2,228

5. Perhitungan :

6. Kesimpulan : Karena nilai ( t = 22,052) > ( t 0,025(10) = 2,228) maka disimpulkan untuk menolak H 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara keuntungan usahatani (Y) dengan luas lahan garapan (X)

6. Kesimpulan : Nilai t = 22,052 dan t 0,025(10) = 2,228. Tolak H 0 Tolak H 0 Terima H0 2,228 2,228 22,052

2. KORELASI SPEARMAN 1. Jika tidak ada nilai pengamatan yang sama : 2. Jika ada nilai pengamatan yang sama :

2. KORELASI SPEARMAN

Data Pengalaman Usahatani (X) dan Penerapan Teknologi (Y) dari 12 petani : No X Y 1 12 85 2 10 74 3 10 78 4 13 90 5 11 85 6 14 87 7 13 94 8 14 98 9 11 81 10 14 91 11 10 76 12 8 74 No X Rank 1 8 1 2 10 3 3 10 3 4 10 3 5 11 5,5 6 11 5,5 7 12 7 8 13 8,5 9 13 8,5 10 14 11 11 14 11 12 14 11 No X Rank 1 74 1,5 2 74 1,5 3 76 3 4 78 4 5 81 5 6 85 6,5 7 85 6,5 8 87 8 9 90 9 10 91 10 11 94 11 12 98 12

No X Y Rank-X Rank-Y 2 d i 1 12 85 7 6,5 0,25 2 10 74 3 1,5 2,25 3 10 78 3 4 1,00 4 13 90 8,5 9 0,25 5 11 85 5,5 6,5 1,00 6 14 87 11 8 9,00 7 13 94 8,5 11 6,25 8 14 98 11 12 1,00 9 11 81 5,5 5 0,25 10 14 91 11 10 1,00 11 10 76 3 3 0,00 12 8 74 1 1,5 0,25 Jml 22,50

d i 2 = 22,50 n = 12

RUMUS II : Rank-X t Tx Rank-Y t Ty 3 3 2,0 1,5 2 0,5 5,5 2 0,5 6,5 2 0,5 8,5 2 0,5 11 3 2,0 Jml 5,0 Jml 1,0

Pengujian Koefisien Korelasi Spearman : 1. H 0 r s = 0 lawan H 1 r s 0 2. Taraf Nyata α = 5 % = 0,05 3. Uji Statistik = Uji- t 4. Wilayah Kritik (Daerah Penolakan H 0 ) : t < t α/2(n-1) atau t > t α/2(n-1) t < t 0,025(10) atau t > t 0,025(10) t < 2,228 atau t > 2,228

5. Perhitungan :

6. Kesimpulan : Karena nilai ( t = 7,409) > ( t 0,025(10) = 2,228) maka disimpulkan untuk menolak H 0, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman usahatani (X) dengan penerapan teknologi (Y)

3. KORELASI PHI Koefisien korelasi phi rφ merupakan ukuran derajat keeratan hubungan antara dua variabel dengan skala nominal yang bersifat dikotomi (dipisahduakan). Kolom Jumlah Baris A B (A+B) C D (C+D) Jumlah (A+C) (B+D) N

Uji signifikansi r φ dengan statistik χ 2 Pearson : Atau dengan rumus : Derajat Bebas χ 2 = (b 1)(k 1)

Contoh : Data banyaknya petani tebu berdasarkan penggunaan jenis pupuk dan cara tanam. Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Jumlah Tanam Awal 5 9 14 Keprasan 9 7 16 Jumlah 14 16 30 Tentukan nilai Koefisien Korelasinya dan Ujilah pada taraf nyata 1% apakah penggunaan jenis pupuk tergantung dari cara tanamnya?

Jawab : Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Jumlah Tanam Awal 5 9 14 Keprasan 9 7 16 Jumlah 14 16 30

Uji Koefisien Korelasi phi : 1. H 0 r φ = 0 lawan H 1 r φ 0 2. Taraf Nyata α = 5 % = 0,05 3. Uji Statistik = Uji- X 2 4. Wilayah Kritik (Daerah Penolakan H 0 ) : X 2 > X 2 0,05(1) atau X 2 > 3,841 5. Perhitungan :

Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Jumlah o i e i o i e i Tanam Awal 5 6,53 9 7,47 14 Keprasan 9 7,47 7 8,53 16 Jumlah 14 16 30

6. Kesimpulan Karena nilai (X 2 =0,571)<(X 2 0,05(1) = 6,635) maka H 0 diterima artinya penggunaan jenis pupuk tidak tergantung pada cara tanam.

Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Jumlah Tanam Awal 5 9 14 Keprasan 9 7 16 Jumlah 14 16 30

4. KORELASI CRAMER Pupuk Tunggal Pupuk Majemuk Jumlah Tanam Awal 5 9 14 Keprasan 9 7 16 Jumlah 14 16 30

4. KORELASI KONTINGENSI Koefisien kontingensi C merupakan ukuran korelasi antara dua variabel kategori yang disusun dalam tabel kontingensi berukuran ( b x k ). Pengujian koefisien kontingensi C digunakan sebagai Uji Kebebasan (Uji Independensi) antara dua variabel. Jadi apabila hipotesis nol dinyatakan sebagai C = 0 diterima, berarti kedua variabel tersebut bersifat bebas.

4. KORELASI KONTINGENSI

Contoh : Ada anggapan bahwa pelayanan bank swasta terhadap para nasabahnya lebih memuaskan dari pada bank pemerintah. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan wawancara terhadap nasabah bank swasta dan bank pemerintah masing-masing sebanyak 40 orang. Hasil wawancara yang tercatat adalah : Swasta Pemerintah Tidak Puas 16 10 Netral 9 5 Puas 15 25

Pengujian Hipotesis : 1. H 0 C = 0 lawan H 1 C 0 2. Taraf Nyata α = 5 % = 0,05 3. Uji Statistik = Uji- X 2 4. Wilayah Kritik (Daerah Penolakan H 0 ) : X 2 > X 2 0,05(2) atau X 2 > 5,991 5. Perhitungan :

Pengujian Hipotesis : Swasta Pemerintah o i e i o i e i Jumlah Tidak Puas 16 13 10 13 26 Netral 9 7 5 7 14 Puas 15 20 25 20 40 Jumlah 40 40 80

6. Kesimpulan : Karena nilai (X 2 = 5,027) < (X 2 0,05(2) = 5,991) maka H 0 diterima artinya hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat tidak nyata (tingkat kepuasan nasabah terhadap pelayanan bank swasta tidak berbeda nyata dengan bank pemerintah).

5. KORELASI BISERI Koefisien korelasi biseri merupakan ukuran derajat keeratan hubungan antara Y yang kontinu (kuantitatif) dengan X yang diskrit bersifat dikotomi.

5. KORELASI BISERI r b Y 1 Y 2 p q u S y = Koefisien Korelasi Biseri = Rata-rata Variabel Y untuk kategori ke-1 = Rata-rata Variabel Y untuk kategori ke-2 = Proporsi kategori ke-1 = 1 p = Tinggi ordinat kurva z dengan peluang p dan q = Simpangan Baku Variabel Y

Data berikut merupakan hasil nilai ujian statistika dari 145 mahasiswa yang belajar dan tidak belajar. Nilai Ujian Jumlah Mahasiswa Belajar Tidak Belajar Total 55 59 1 31 32 60 64 0 27 27 65 69 1 30 31 70 74 2 16 18 75 79 5 12 17 80 84 6 3 9 85 89 6 5 11 Total 21 124 145

Interval Y 1 F FY 1 Y 2 F FY 2 55 59 57 1 57 57 31 1767 60 64 62 0 0 62 27 1674 65 69 67 1 67 67 30 2010 70 74 72 2 144 72 16 1152 75 79 77 5 385 77 12 924 80 84 82 6 492 82 3 246 85 89 87 6 522 87 5 435 Jumlah 21 1667 124 8208 Rata-rata 79,38 66,19

6. KORELASI LINEAR GANDA DAN PARSIAL 1. Korelasi Linear Ganda Untuk regresi linier ganda Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + +b k X k, maka koefisien korelasi ganda dihitung dari Koefsisien Determinasi dengan rumus :

1. Korelasi Linear Ganda JKR JKT = Jumlah Kuadrat Regresi = Jumlah Kuadrat Total

Skor tes (X1) Frek. Bolos (X2) Nilai Ujian (Y) 65 1 85 50 7 74 55 5 76 65 2 90 55 6 85 70 3 87 65 2 94 70 5 98 55 4 81 70 3 91 50 1 76 55 4 74 X 1 = 725 X 2 = 43 X 2 1 = 44.475 X 2 2 = 195 X 1 X 2 = 2.540 Y = 1.011 X 1 Y = 61.685 X 2 Y = 3.581

Regresi Dugaan : Y = b 0 +b 1 X 1 +b 2 X 2. Kemudian persamaan normal yang dapat dibentuk yaitu : Y = b 0 n + b 1 X 1 + b 2 X 2 X 1 Y = b 0 X 1 + b 1 X 1 2 + b 2 X 1 X 2 X 2 Y = b 0 X 2 + b 1 X 1 X 2 + b 2 X 2 2 Matrik dari persamaan normal diatas : n X 1 X 2 b 0 Y X 1 X 1 2 X 1 X 2 b 1 = X 1 Y X 2 X 1 X 2 X 2 2 b 2 X 2 Y

Nilai b 0,b 1 dan b 2 dapat dihitung melalui : 1. Matriks : a. Determinan Matriks, b. Invers Matriks 2. Substitusi, dan (b) Eliminasi Melalui salah satu cara diatas diperoleh nilai b 0 = 27,254 b 1 = 0,922 b 2 = 0,284

X 1 = 725 X 12 = 44.475 Y = 1.011 X 2 = 43 X 22 = 195 X 1 X 2 = 2.540 X 1 Y = 61.685 X 2 Y = 3.581 Y 2 = 85.905 Analisis Ragam : FK = ( Y) 2 / n = (1,011) 2 / 12 = 85.176,75 JKT = Y 2 FK = 85.905 85,175,75 = 728,25 JKR = b 1 [ ( X 1 Y ( X 1 )( Y)/n ] + b 2 [ ( X 2 Y ( X 2 )( Y)/n] = 0,922 [ (61.685 (725)(1.011)/12 ] + 0,284 [ (3.581 (43)(1.011)/12 ] = 556,463 11.867 = 544,596

Analisis Ragam : JKG = JKT JKR = 728,25 544,596 = 183,654 No Variasi DB JK KT F F 5% 1 Regresi 2 544,596 272,298 13,344 4,256 2 Galat 9 183,654 20,406 Total 11 728,250

Pengujian Korelasi Ganda :

F 0,05(2 ; 9) = 4,2565 Karena nilai ( F = 13,343) > ( F 0,05(2 ; 9) = 4,2565) artinya koefisien korelasi ganda tersebut bersifat nyata.

2. Koefisien Korelasi Parsial : A. Korelasi X 1 dengan Y jika X 2 tetap : B. Korelasi X 2 dengan Y jika X 1 tetap :

2. Koefisien Korelasi Parsial :

2. Koefisien Korelasi Parsial : r y1 = 0,862 ; r y12 = 0,743 ; r y2 = 0,242 r Y22 = 0,059 ; r 12 = 0,349 ; r 122 = 0,122 A. Korelasi X 1 dengan Y jika X 2 tetap :

B. Korelasi X 2 dengan Y jika X 1 tetap : r y1 = 0,862 ; r y12 = 0,743 ; r y2 = 0,242 r Y22 = 0,059 ; r 12 = 0,349 ; r 122 = 0,122

Pengujian Koefisien Korelasi Parsial : A. Korelasi X 1 dengan Y jika X 2 tetap (r y1/2 ): B. Korelasi X 2 dengan Y jika X 1 tetap (r y2/1 ):

A. Korelasi X 1 dengan Y jika X 2 tetap (r y1/2 ): r y1/2 = 0,855 ; r y1/22 = 0,731 ; r y2/1 = 0,124 ; r Y2/12 = 0,015 t 0,025(9) = 2,262 Korelasi Signifikan

B. Korelasi X 2 dengan Y jika X 1 tetap (r y2/1 ): r y1/2 = 0,855 ; r y1/22 = 0,731 ; r y2/1 = 0,124 ; r Y2/12 = 0,015 t 0,025(9) = 2,262 Korelasi Tidak Signifikan

7. KORELASI DATA DIKELOMPOKKAN Atau :

Pendapatan (X) dan Pengeluaran (Y) Bulanan (ribu rupiah) karyawan sebuah pabrik : In Put (X) Out Put (Y) 1 20 21 40 41 60 61 80 81 100 Jml (fy ) 1 20 1 2 1 4 21 40 4 3 2 9 41 60 1 5 7 2 15 61 80 2 3 3 8 81 100 1 2 4 7 Jml (fx) 1 7 12 14 9 n = 43

Y X 10,5 30,5 50,5 70,5 90,5 Cy.Cx 2 1 0 1 2 fy fy.cy fy.cy 2 f i CxCy 10,5 2 1 2 1 4 8 16 8 30,5 1 4 3 2 9 9 9 2 50,5 0 1 5 7 2 15 0 0 0 70,5 1 2 3 3 8 8 8 9 90,5 2 1 2 4 7 14 28 20 fx 1 7 12 14 9 43 5 61 39 fx.cx 2 7 0 14 18 23 fx.cx 2 4 7 0 14 36 61 fi Cx.Cy 4 8 0 5 22 39

Mencari f i C x.c y = 8 pada titik tengah (X) = 30,5 adalah : 8 = (2)( 2)( 1) + (4)( 1)( 1) + (1)(0)( 1)