Restika Purnawardhani Sri Mangesti Rahayu Amirudin Jauhari

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENAGIHAN AKTIF HUTANG WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA DENPASAR TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK (Studi pada KPP Pratama Malang Selatan Tahun )

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Agustinus Paseleng, A.T. Poputra, S.J. Tangkuman, Efektivitas Penagihan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pendapatan Negara yang cukup potensial untuk dapat

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gilang Destriyatna Nengah Sudjana Dwiatmanto

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

ANALISIS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU DUA

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

ANALYSIS OF THE EFFECTIVENESS OF TAX FORECLOSURE MEASURES AT THE TAX OFFICE OF PRATAMA MANADO

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BEKASI SELATAN

BAB 4 PEMBAHASAN. adalah analisis deskriptif komparatif untuk membandingkan penagihan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BITUNG

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Tindakan Penagihan Pajak Untuk Mencairkan Tunggakan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim, dkk Perpajakan, Jilid 1: Salemba Empat, Jakarta

EVALUASI PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK YANG DILAKUKAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK ( KPP ) PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI SATU

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

TATA CARA PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU

RIFARI WIDYA KUSUMO NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK, KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

Afni Oktavia. Universitas Bina Nusantara Jalan Madrasah 1No.9,Sukabumi Utara kebon Jeruk-Jakarta Barat

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK AKTIF TERHADAP REALISASI PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA TAMAN SARI DUA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA KANTOR PENERIMA PAJAK (KPP) KOTA JAYAPURA

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

Oleh: Devika Korua 1 Harijanto Subijono Robert Lambey. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi 1

Agnes Rosiana Muliady Murtedjo. Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta (021)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK PENGHASILAN MELALUI SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BARABAI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PMK.03/2008 TENTANG

BAB V PENUTUP. bab IV, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PENAGIHAN PAJAK SECARA AKTIF TERHADAP TUNGGAKAN PAJAK PADA KPP PRATAMA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MALANG) Restika Purnawardhani Sri Mangesti Rahayu Amirudin Jauhari PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 0503040000@mail.ub.ac.id ABSTRACT The purposes of this research are to determine the effectiveness of active tax collection on the Reprimand Letter and Forced Letter and their contribution towards optimize the tax revenues at Kantor Pelayanan Madya Malang. Those were conducted on the basis of the presence of the tax which is still owed to the state as shown in the realization of the State Budget fluctuating in three years period from 20 to 203. Those are also apparent in tax revenue at Kantor Pelayanan Madya Malang which doesn t reach the set targets yet. Therefore, the state gives responsibility to the tax authorities to act as a law enforcement agent in the field of taxation, include a tax collection action. With the act of tax collection, especially active tax collection, it is expected that the taxpayer or tax insurer pay of the tax debt, so that the optimal tax revenue can be achieved. As a first step is to implement an active tax collection, Tax Bailiffs convey the Reprimand Letter that can be followed by Forced Letter for increasing taxpayer compliances. Keyword: Effectiveness, Active Tax Collection, Reprimand Letter, Force Letter, Tax Revenue PENDAHULUAN memiliki kontribusi penting bagi negara. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak bersifat memaksa agar Wajib Orang Pribadi/Badan melaksanakan kewajiban perpajakannya, dimana penanggung pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung. Penerimaan pajak tersebut akan dipergunakan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Penerimaan negara dari sektor perpajakan merupakan bagian terpenting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Target penerimaan APBN pada tahun 20 berasal dari penerimaan perpajakan adalah sebesar Rp 850,3 triliun. Target penerimaan APBN tahun 202 berasal dari penerimaan perpajakan adalah sebesar Rp.032,5. Pada tahun 203 penerimaan perpajakan direncanakan dalam APBN mencapai Rp.93,4 triliun, naik sekitar 5,5% dibandingkan dengan target tahun 202. Target penerimaan APBN berasal dari sektor pajak dan realisasinya dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel Target dan Realisasi Penerimaan APBN (dalam triliun rupiah) Persentase Target Realisasi (%) 20 850,3 873,5 02,73 202.032,5 980,5 94,96 203.93,4.072, 89,82 Sumber: Data diolah, 204 Pemerintah berusaha meningkatkan kemampuan negara dalam membiayai berbagai kepentingan seperti pembangunan nasional. Salah satu usaha dilakukan adalah reformasi pajak. Hal tersebut dapat berupa peningkatan administrasi perpajakan dan peraturan berlaku saling berhubungan untuk mencapai penerimaan pajak optimal. Direktorat Jenderal (DJP), melalui Kantor Pelayanan (KPP), ditunjuk oleh negara sebagai penegak hukum untuk memaksa kepatuhan Wajib

dengan melaksanakan tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif (Suandy,2008:73). pajak pasif adalah tindakan dilakukan oleh Kantor Pelayanan dengan cara mengawasi kepatuhan pembayaran pajak terutang dilakukan oleh Wajib dilaksanakan dengan penerbitan Surat Tagihan atau Surat Ketetapan. Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari belum dilunasi, maka 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak aktif. pajak aktif adalah tindakan penagihan pajak di mana Kantor Pelayanan, melalui Juru Sita, berperan aktif dengan langsung menyampaikan penagihan kepada Wajib dan/atau Penanggung untuk menyampaikan Surat Teguran, Surat Paksa, dan diikuti dengan tindakan sita atas barang milik Penanggung dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang dan penjualan barang sitaan di depan umum (Suandy,2008:74). Kantor Pelayanan (KPP) Madya Malang mengadministrasikan Wajib Badan tertentu berdomisili di seluruh wilayah kerja Kanwil DJP Jawa Timur III. Dalam KPP Madya (204:5) disebutkan bahwa wilayah kerja tersebut mencakup 4 (empat belas) Kota/Kabupaten, meliputi Malang, Batu, Pasuruan, Probolinggo, Jember, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, Blitar, Kediri, Tulungagung, Trenggalek, dan Nganjuk. Data di KPP Madya Malang per tanggal Juli 204 menyebutkan bahwa dari total.577 Wajib terdapat 42 Wajib dengan status Non-Efektif, dalam arti Wajib tersebut tidak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut menyebabkan adanya selisih antara target penerimaan pajak dan realisasinya di KPP Madya Malang dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Target dan Realisasi Penerimaan Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Persentase (%) 20 2.486.38.639.736 2.27.485.463. 9,37 202 2.698.47.027.7 2.65.07.667.39 98,24 203 3.907.364.028.002 3.552.427.58.77 90,92 Sumber: Data diolah, 204 Tindakan penagihan pajak merupakan salah satu cara dalam rangka memaksa kepatuhan Wajib, seperti telah disebutkan dalam UU KUP bahwa pajak bersifat memaksa berdasarkan undangundang. Dengan adanya tindakan penagihan pajak, terutama tindakan penagihan pajak aktif, diharapkan agar Wajib atau Penanggung agar melunasi utang pajak, sehingga optimalisasi penerimaan pajak dapat tercapai. Sebagai langkah awal dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak aktif, Juru Sita memberitahukan Surat Teguran, dapat diikuti dengan Surat Paksa untuk memaksa kepatuhan Wajib. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian berjudul Efektivitas Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dalam Upaya Optimalisasi Penerimaan (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Madya Malang) KAJIAN PUSTAKA Efektivitas Rasio efektivitas penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa dihitung dengan menggunakan rumus: Efektivitas penagihan = penagihan dibayar x 00% penagihan diterbitkan Sumber: Nurlan(2006:49) dengan indikator sebagai berikut: Tabel 3 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas Persentase Kriteria >00% 90-00% Efektif 80-90% Cukup 60-80% Kurang <60% Sumber: Nurlan(2006:49) Kontribusi penerimaan pajak tersebut dihitung dengan menggunakan rumus: Rasio Penerimaan Tunggakan = 2

Pencairan Tunggakan di KPP x 00% Penerimaan di KPP Sumber: Halim(2004:63) dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 4 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Persentase Kriteria 0,00% - 0% Kurang 0,0% - 20% Kurang 20,0% - 30% Sedang 30,0% - 40% Cukup Baik 40,0% - 50% Baik Di atas 50% Baik Sumber: Halim(2004:63) Aktif Juru Sita merupakan pihak ditunjuk oleh KPP untuk melaksanakan tindakan penagihan aktif. Tindakan tersebut dilakukan langsung kepada Wajib tanpa melalui penyampaian surat melalui bagian umum seperti pada tindakan penagihan pasif. pajak aktif menunjukkan bagaimana Juru SIta berhadapan langsung dengan Wajib untuk menyampaikan teguran, surat paksa, melaksanakan sita dan lelang atas barangbarang milik Wajib atau Penanggung. Surat Teguran Pengertian Surat Teguran diatur dalam Pasal angka 0 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 2000 tentang dengan Surat Paksa. dengan Surat Paksa.Saat melakukan penagihan pasif, KPP menerbitkan Surat Tagihan (STP) atau Surat Ketetapan (SKP). Atas timbulnya STP dan SKP, Penanggung dapat mengajukan permohonan atas kewajiban perpajakannya dengan melakukan pengangsuran atau penundaan. Pada saat terbitnya STP atau SKP, tidak seluruh Wajib secara langsung sadar akan kewajibannya dan segera membayar utang perpajakannya. Terdapat pula Penanggung bahkan tidak memberikan tanggapan untuk segera melunasi utang perpajakannya. Atas tindakan tersebut akan diterbitkan Surat Teguran untuk mengingatkan Wajib dan/atau Penanggung untuk segera melaksanakan kewajiban perpajakannya. Jika dalam waktu telah ditentukan, Wajib tidak segera melunasi utang pajak tertera dalam STP atau SKP, atau tidak mengajukan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran kewajiban perpajakannya, Juru Sita akan menerbitkan dan menyampaikan Surat Teguran kepada Penanggung. Surat Teguran tersebut memiliki batas waktu 4 (empat belas) hari, dimana dapat diberikan Surat Paksa kepada Penanggung 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo pelunasan utang pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Teguran. Surat Paksa Pengertian Surat Paksa diatur dalam Pasal angka 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 2000 tentang dengan Surat Paksa. Surat Paksa disampaikan oleh Juru Sita kepada Wajib dan/atau Penanggung dalam waktu 2 (dua puluh satu) hari sejak diterbitkannya Surat Teguran, jika dalam jangka waktu tersebut, Penanggung tidak segera melunasi utang pajaknya. Surat Paksa berisikan perintah untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Surat Paksa juga diterbitkan kepada Penanggung telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus. Dalam hal terbitnya STP atau SKP, dan Wajib menyampaikan permohonan untuk mengangsur atau menunda pembayaran kewajiban perpajakan, kepada Penanggung tersebut akan diberikan Surat Paksa jika utang pajak tidak dilunasi sebagaimana tercantum dalam permohonan mengangsur dan menunda pembayaran kewajiban perpajakan tersebut. Setelah Surat Paksa dibacakan di hadapan Penanggung, Juru Sita memberikan salinan Surat Paksa kepada Penanggung, dan Surat Paksa asli akan disimpan di kantor pejabat. Pelaksanaan Surat Paksa disertai dengan pembuatan Berita Acara 3

Surat Paksa. Berita Acara tersebut merupakan pernyataan bahwa Surat Paksa telah disampaikan sesuai dengan pelaksanaan penyampaian Surat Paksa dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. METODE PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ditetapkan, jenis penelitian digunakan adalah penelitian deskriptif (Sukmadinata, 2006:72). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan dan menjelaskan tentang suatu fenomena, di mana fenomena tersebut dapat berupa karakteristik, bentuk, aktivitas suatu fenomena (Sukmadinata,2006:72). Dalam hal ini, penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran penagihan pajak aktif di KPP Madya Malang, meliputi tingkat efektivitasnya melalui penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa, serta kontribusinya dalam mengoptimalkan penerimaan pajak. Yang menjadi fokus penelitian adalah:. Efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa 2. Kontribusi penerimaan pencairan tunggakan pajak terhadap keseluruhan penerimaan pajak Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif rasio efektivitas dan rasio kontribusi (Emerson dalam Handayaningrat, 2002:6). HASIL DAN PEMBAHASAN Penyajian Data. Target dan Realisasi Penerimaan Seperti disebutkan dalam bab II, KPP Madya Malang menetapkan target untuk pencapaian penerimaan pajak optimal. Peningkatan penerimaan pajak ke arah lebih optimal, akan menjadi prestasi baik bagi KPP Madya Malang sebagai keikutsertaannya dalam meningkatkan penerimaan negara. Tabel 6 berikut ini berisi target penerimaan pajak ditetapkan oleh KPP Madya Malang beserta realisasi penerimaan pajak dan besarnya tunggakan muncul sebagai akibat dari adanya selisih antara target dan realisasi penerimaan pajak di KPP Madya Malang. Tabel 6 Penerimaan di KPP Madya Malang (dalam rupiah) Target Penerimaan Realisasi Penerimaan Tunggakan 20 2.486.38.639.736 2.27.485.463. 24.653.76.625 202 2.698.47.027.7 2.65.07.667.39 47.399.359.780 203 3.907.364.028.002 3.552.427.58.77 354.936.869.285 Sumber: Seksi PDI KPP Madya Malang, 204 Penerimaan pajak ditargetkan oleh KPP Madya Malang pada tahun 20 adalah sebesar Rp 2.486.38.639.736. keseluruhan target tersebut dapat tercapai mengingat tingkat kepatuhan Wajib berbeda-beda dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut dapat dilihat dari realisasi penerimaan pajak hanya sebesar Rp 2.27.485.463.. sehingga tunggakan pajak muncul dari selisih antara target penerimaan pajak dan realisasinya adalah sebesar Rp 24.653.76.625. Pada tahun 202, penerimaan pajak di KPP Madya Malang mengalami peningkatan. Hanya terdapat tunggakan pajak sebesar Rp 47.399.359.780 berasal dari selisih target penerimaan pajak sebesar Rp 2.698.47.027.7 dan realisasinya mencapai Rp 2.65.07.667.39. Hasil di tahun 202 dengan nilai tunggakan pajak tidak terlalu besar tersebut merupakan hasil pencapaian penerimaan pajak cukup baik dibandingkan dengan tahun 20 dimana terdapat nilai tunggakan pajak lebih dari Rp 200 milyar. Namun penerimaan pajak di tahun 203 mengalami penurunan ketika muncul tunggakan pajak sebesar Rp 354.936.869.285 berasal dari selisih target penerimaan pajak sebesar Rp 3.907.364.028.002 dan realisasinya hanya mencapai Rp 3.552.427.58.77. 2. Target dan Realisasi Penerimaan melalui Aktif dengan Penerbitan Surat Teguran Dari jumlah realisasi penerimaan pajak pada tabel 6, banyaknya Surat Teguran diterbitkan oleh Seksi KPP Madya Malang dapat dilihat dari tabel 7 berikut ini. 4

Tabel 7 Penerbitan Surat Teguran Diterbitkan Nominal Lembar 20 308 27.062.64.952 3.646.848.3 202 742 9.697.609.354 933.79.552 203 494.848.005.335.509.704.983 Sumber: Seksi KPP Madya Malang, 204 Surat Teguran diterbitkan oleh KPP Madya Malang adalah sejumlah 308 lembar dengan nilai Rp 27.062.64.952 pada tahun 20, 742 lembar dengan nilai Rp 9.697.609.354 pada tahun 202, dan 494 lembar dengan nilai Rp.848.005.335 pada tahun 203. penagihan dibayar pada tahun 20 adalah Rp 3.646.848.3, pada tahun 202 sebesar Rp 933.79.552, dan pada tahun 203 sebesar Rp.509.704.983. 3. Target dan Realisasi Penerimaan melalui Aktif dengan Penerbitan Surat Paksa Setelah menerbitkan Surat Teguran, proses selanjutnya dalam penagihan pajak aktif adalah dengan penerbitan Surat Paksa untuk memaksa Wajib dan/atau Penanggung untuk membayar utang pajak beserta biaya penagihan telah dibebankan kepadanya. Dalam tabel 8 berikut ini, berisi jumlah Surat Paksa diterbitkan oleh KPP Madya Malang. Tabel 8 Penerbitan Surat Paksa Diterbitkan Nominal Lembar 20 49 46.495.24.230 2.736.79.684 202 46 4.759.466.844 2.962.932.388 203 45 7.98.467.857 4.07.68.879 Sumber: Seksi KPP Madya Malang, 204 Surat Paksa diterbitkan oleh KPP Madya Malang adalah sejumlah 49 lembar dengan nilai Rp 46.495.24.230 pada tahun 20, 46 lembar dengan nilai Rp 4.795.466.844 pada tahun 202, dan 45 lembar dengan nilai Rp 7.98.467.857 pada tahun 203. penagihan dibayar atas penerbitan Surat Paksa tersebut pada tahun 20 adalah sebesar Rp 2.736.79.684, pada tahun 202 sebesar Rp 2.962.932.388, dan pada tahun 203 sebesar Rp 4.07.68.879. Analisis Data. Efektivitas Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Sebagaimana disebutkan dalam bab II, rumus digunakan untuk menghitung tingkat efektivitas adalah dengan membandingkan jumlah penagihan diterbitkan, dengan Surat Teguran dan Surat Paksa, dan menggunakan kriteria pengukuran menurut Nurlan (2006:49). Berikut ini akan disampaikan hasil perhitungan tingkat efektivitas dari upaya KPP Madya Malang dalam meningkatkan penerimaan pajak melalui penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa. a. Efektivitas Aktif dengan Surat Teguran Tabel 9 berikut ini merupakan hasil pengukuran tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran diterbitkan oleh KPP Madya Malang dengan menggunakan rumus dan kriteria pengukuran efektivitas menurut Nurlan (2006:49). Tabel 9 Efektivitas Aktif dengan Surat Teguran Diterbitkan Efektivitas 20 27.062.64.952 3.646.848.3 3,48% 202 9.697.609.354 933.79.552 9,63% 203.848.005.335.509.704.983 2,74% Kriteria Sumber: Data diolah, 204 Seperti telah dijelaskan bahwa penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dapat dikatakan jika mencapai angka 90%. Namun, penerbitan Surat Teguran oleh KPP Madya Malang sebagaimana tertera pada tabel 7, termasuk dalam kriteria tidak karena hasil perhitungan tingkat efektivitas masih di bawah 60% dan dapat dilihat pada tabel 9. KPP Madya telah menerbitkan Surat Paksa dengan nilai penagihan pada tahun 5

20 sebesar Rp 27.062.64.952, pada tahun 202 sebesar Rp 9.697.609.354, dan pada tahun 203 sebesar Rp.848.005.335. Namun dapat direalisasikan hanya sebagian kecil dari target tersebut dengan jumlah penagihan dibayar pada tahun 20 sebesar Rp 3.646.848.3, pada tahun 202 sebesar Rp 933.79.552, dan pada tahun 203 sebesar Rp.509.704.983. Sehingga tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Teguran pada tahun 20 mencapai persentase hanya sebesar 3,48%, pada tahun 202 sebesar 9,63%, dan tahun 203 sebesar 2,74%, dimana ketiganya tergolong dalam kriteria tidak. b. Efektivitas Aktif dengan Surat Paksa Dapat dilihat dari tabel 9 mengenai efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran menunjukkan bahwa masih terdapat tunggakan oleh Wajib setelah diterbitkan Surat Teguran. Oleh karena itu, KPP Madya Malang menyampaikan Surat Paksa kepada Wajib dan dalam tabel 0 berikut ini merupakan hasil pengukuran efektivitas penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Paksa di KPP Madya Malang dengan menggunakan rumus dan kriteria efektivitas menurut Nurlan (2006:49). Tabel 0 Efektivitas Aktif dengan Surat Paksa Diterbitkan Efektivitas 20 46.495.24.230 2.736.79.684 5,89% 202 4.759.466.844 2.962.932.388 62,25% 203 7.98.467.857 4.07.68.879 55,8% Kriteria Kurang Sumber: Data diolah, 204 Seperti telah dijelaskan bahwa penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran dapat dikatakan jika mencapai angka 90%. Namun, penerbitan Surat Paksa oleh KPP Madya Malang sebagaimana tertera pada tabel 8, belum dapat dikatakan karena hasil perhitungan tingkat efektivitas belum mencapai persentase tersebut dan dapat dilihat pada tabel 0. KPP Madya Malang telah menerbitkan Surat Paksa kepada Wajib dengan nilai penagihan pada tahun 20 sebesar Rp 46.495.24.230, pada tahun 202 sebesar Rp 4.759.466.844, dan pada tahun 203 sebesar Rp 7.98.467.857. namun dapat direalisasikan hanya sebagian dari target tersebut dengan jumlah penagihan dibayar pada tahun 20 sebesar Rp 2.736.79.684, pada tahun 202 sebesar 2.962.932.388, dan pada tahun 203 sebesar Rp 4.07.68.879. sehingga tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Paksa pada tahun 20 sebesar 5,89% tergolong tidak, pada tahun 202 sebesar 62,25% tergolong, dan pada tahun 203 sebesar 55,8% tergolong tidak. 2. Kontribusi Penerimaan Pencairan Tunggakan terhadap Penerimaan a. Kontribusi Penerimaan Pencairan Tunggakan melalui Penerbitan Surat Teguran terhadap Penerimaan Tabel Kontribusi Penerimaan melalui Penerbitan Surat Teguran Tahu n 20 202 203 3.646.848.3 933.79.552.509.704.98 3 Total Penerimaan 2.27.485.463. 2.65.07.667.39 3.552.427.58.7 7 Kontribus i 0,6% 0,04% 0,04% Kriteri a Sumber: Data diolah, 204 Berdasarkan total penerimaan pajak pada tabel 6 dan jumlah penagihan dibayar dengan penerbitan Surat Teguran pada tabel 7, besarnya penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Teguran tidak memiliki kontribusi cukup besar dan tergolong dalam kriteria sangat yaitu di bawah 0% pada klasifikasi kriteria kontribusi menurut Halim (2004:63). Pada tahun 20, melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,6% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 202, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,04% dan tergolong dalam 6

kriteria sangat. Pada tahun 203, melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,04% dan tergolong dalam kriteria sangat. Hal tersebut disebabkan karena jumlah tunggakan pajak oleh Wajib tidak terlalu besar, sehingga hasil pencairan tunggakan atas penerbitan Surat Teguran tidak sebanding dan memiliki kontribusi cukup besar. b. Kontribusi Penerimaan Pencairan Tunggakan melalui Penerbitan Surat Paksa terhadap Penerimaan Tabel 2 Kontribusi Penerimaan melalui Penerbitan Surat Paksa Tahu n 20 202 203 2.736.79.68 4 2.962.932.38 8 4.07.68.87 9 Total Penerimaan 2.27.485.463. 2.65.07.667.39 3.552.427.58.7 7 Kontribus i 0,2% 0,% 0,% Kriteri a Sumber: Data diolah, 204 Berdasarkan total penerimaan pajak pada tabel 6 dan jumlah penagihan dibayar dengan penerbitan Surat Paksa pada tabel 8, besarnya penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Paksa tidak memiliki kontribusi cukup besar dan tergolong dalam kriteria sangat yaitu di bawah 0% pada klasifikasi kriteria kontribusi menurut Halim (2004:63). Pada tahun 20, melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,2% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 202, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 203, melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,% dan tergolong dalam kriteria sangat. Hal tersebut disebabkan karena jumlah tunggakan pajak oleh Wajib tidak terlalu besar. Sehingga hasil pencairan tunggakan atas penerbitan Surat Paksa tidak sebanding dan memiliki kontribusi cukup besar. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan dapat diambil dari penelitian ini adalah:. Realisasi penerimaan pajak di KPP Madya Malang belum mencapai target telah ditetapkan dengan adanya tunggakan pajak sebesar Rp 24.653.76.625 pada tahun 20, Rp 47.399.359.780 pada tahun 202, dan Rp 354.936.869.285 pada tahun 203. 2. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Teguran pada tahun 20-203 berturut-turut adalah 3,48%, 9,63%, dan 2,74%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Teguran belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak. 3. Tingkat efektivitas penagihan pajak aktif dengan Surat Paksa pada tahun 20-203 berturut-turut adalah 5,89%, 62,25%, dan 55,8%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penagihan pajak aktif dengan penerbitan Surat Paksa belum dapat mengoptimalkan penerimaan pajak. 4. Pada tahun 20, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,6% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 202, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,04% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 203, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Teguran sebesar 0,04% dan tergolong dalam kriteria sangat. 5. Pada tahun 20, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,2% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 202, diperoleh kontribusi penerimaan pajak melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,% dan tergolong dalam kriteria sangat. Pada tahun 203, melalui penerbitan Surat Paksa sebesar 0,% dan tergolong dalam kriteria sangat. 7

Saran Saran diberikan dalam penelitian ini adalah:. Memberikan sosialisasi mengenai tindakan penagihan pajak untuk menambah wawasan dan meningkatkan kepatuhan Wajib. 2. Pendataan lebih jelas dan rinci dengan cara mencantumkan alamat tempat tinggal dan/atau tempat kedudukan Wajib dan/atau Penanggung dengan lengkap dan informasi pribadi seperti e-mail atau telepon, serta secara berkala memeriksa dan melakukan pembaharuan pada data Wajib agar Surat Teguran dan Surat Paksa dapat sampai kepada Wajib. 3. Meningkatkan kualitas pengadministrasian data-data penagihan pajak dengan penggunaan Sistem Informasi DJP (SIDJP) ditingkatkan secara berkala sesuai dengan kebutuhan dalam memonitoring data Wajib untuk memudahkan penelitian dan memperlancar proses penagihan pajak. 4. Pengoptimalan penerimaan perpajakan dengan melanjutkan proses penagihan pajak aktif selanjutnya dengan menjamin barang milik Wajib sebagai tindakan penyitaan dan dapat diteruskan dengan pelelangan barang sitaan jika Wajib tidak melunasi utang pajaknya. Suandy, E. 2008. Hukum. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat Sukmadinata, NS. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 2000 tentang dengan Surat Paksa DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN Handayaningrat, Soewarno. 2002. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung Materi Profil Kantor Pelayanan Madya Malang 204. Reviewed. Kantor Pelayanan Madya Malang Nurlan, Darise. 2006. Pengelolaan Keuangan Daerah. Bandung: PT Indeks IKAPI 8

9