BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN OBSERVASI 4 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan PMRI di SD IGM Palembang

KONTEKS MEMBAGI ROTI DALAM MEMPELAJARI LUAS SEGITIGA. Navel O. Mangelep.

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 7 PEMBELAJARAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI SD XAVERIUS 1 PALEMBANG

PENUKARAN UANG DI KOPERASI SEKOLAH Oleh:

Pembelajaran Jarak, Waktu, dan Kecepatan Dengan Menggunakan Pendekatan PMRI

MENEMUKAN RUMUS LUAS LAYANG - LAYANG MELALUI KONTEKS PERMAINAN LAYANG - LAYANG Oleh:

MENEMUKAN KONSEP LUAS TRAPESIUM DENGAN PENDEKATAN PERSEGI PANJANG DAN SEGITIGA Oleh:

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 5 SD XAVERIUS 1 PALEMBANG Sabtu, 8 Oktober 2011

BELAJAR SUDUT LEWAT GERAKAN TANGAN. (Laporan Observasi Ke-2)

Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KONTEKS DAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN OPERASI PENGURANGAN BILANGAN CACAH SAMPAI DENGAN 500

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

MENGHITUNG KELIPATAN SAMBIL MENABUNG. (Laporan Observasi Pertama)

RUMAH BILANGAN DAN KANTONG KACANG MERAH DALAM MENENTUKAN NILAI TEMPAT. Ambarsari Kusuma Wardani

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH 6 SD IGM PLUS PALEMBANG Selasa, 25 Oktober 2011

Menemukan Rumus Luas Lingkaran dengan Konteks Bundaran Air Mancur Palembang. Novita Sari

KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL

DESAIN PEMBELAJARAN PENJUMLAHAN BILANGAN 1-29 BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) DI SD NEGERI 117 PALEMBANG

BELAJAR NILAI TEMPAT DENGAN RUMAH BILANGAN

MANAKAH YANG LEBIH BERAT? (Laporaan Observasi Ke-5)

Tujuan dari proses pembelajaran dengan pendekatan PMRI dan menggunakan media jam kertas yaitu:

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin penelitian dari

AYO MENABUNG!! Oleh: Sylvana Novilia S. A. Pendahuluan

JAM SEBAGAI STARTING POINT DALAM PEMBELAJARAN SUDUT DI SEKOLAH DASAR. Oleh Shahibul Ahyan

LAPORAN OBSERVASI KELAS PENGGUNAAN KARTU BERGAMBAR PADA PEMBELAJARAN FPB. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan mata pelajaran yang dipelajari di setiap jenjang

LAPORAN OBSERVASI KEENAM DAN KETUJUH SD NEGERI 117 PALEMBANG

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), gambar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MINIMARKET GURU UNTUK BELAJAR PENGURANGAN. Sri Rejeki

DESAIN KE-4 PEMBELAJARAN PMRI: Belajar Mengurangkan Tiga Bilangan Berturut-turut melalui Aktivitas Bermain Tepuk Bergambar/Ambulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENGGUNAAN ICEBERG DALAM PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI)

5 th Observation Report of Classroom Observation

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPORAN OBSERVASI KELIMA SD NEGERI 117 PALEMBANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

IMPLEMENTASI CTL DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

Menghitung Kelipatan Sambil Menabung. (Observasi Pada Kelas IV A SD Negeri 21 Palembang)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KONTEKSTUAL MELALUI COOPERATIVE LEARNING DI KELAS VIII 1 SMP NEGERI 2 PEDAMARAN OKI

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Arif Firmansyah*

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

PROSIDING ISBN :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

PEMBELAJARAN MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP

Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 55 Kota Bima

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

PEMBELAJARAN KONSEP PERKALIAN MELALUI HYPOTHETICAL LEARNING TRAJECTORY (HLT) DENGAN MERONCE KARET YEYE. Bernadetta Eswindha

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI. PMRI untuk meningkatkan berfikir kritis siswa. Menunjukkan bahwa aktivitas

Desain Pembelajaran PMRI 4: "Jika Kamu Penjahit yang Pintar, Berapa cm Panjang Lingkar. Pinggang Pemesan Baju itu?"

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. observasi terhadap pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru di kelas V.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENGURANGAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DI SDN 05 BIRUGO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

Anggraini, Gandung Sugita Kata Kunci: Tutor Sebaya, Penguasaan mahasiswa, Struktur Aljabar I

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Malia 1, Dodik Mulyono², Reny Wahyuni³ STKIP-PGRI Lubuklinggau

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

Transkripsi:

BELAJAR KONSEP PEMBAGIAN MELALUI PERMAINAN MEMBAGI PERMEN DENGAN DADU Navel O. Mangelep Email : navelmangelep@gmail.com A. PENDAHULUAN Matematika sebagai cabang ilmu yang terstruktur dan terorganisir secara sistematis, disadari mempunyai peran dalam mengoptimalkan kemampuan berpikir manusia. Sebagaimana yang dinyatakan Plato (Gredler, 1986) dalam ajarannya yang menyatakan bahwa untuk mengembangkan pikiran, pelajari matematika. Kesadaran tersebut juga tampak dalam rumusan kebijakan pendidikan matematika di Indonesia. Menurut Depdiknas (2003), salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Oleh karena itu, pembelajaran matematika diharapkan dapat menjadi wahana yang benar dalam pembentukan kemampuan berpikir manusia. Pembentukan kemampuan berpikir manusia melalui matematika adalah hal yang mutlak dan wajib bagi setiap manusia terlebih khusus bagi para siswa. Untuk itu penguasaan operasi-operasi aritmatika dalam matematika seperti penjumlahan (+), perkalian (x), pengurangan (-), dan pembagian (:), adalah wajib bagi siswa. Namun, proses pembelajaran di sekolah saat ini cenderung menggunakan hafalan dalam mempelajari operasi-operasi hitung ini, terutama untuk operasi perkalian dan pembagian, sehinga kebanyakan siswa hanya menghafal hasil operasi-operasi tersebut tanpa mengetahui konsep dasar dari operasi tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya desain pembelajaran terpadu yang dekat dengan siswa dan terutama menyenangkan bagi siswa. Pendekatan pembelajaran yang paling tepat untuk itu adalah pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan masalahmasalah kontekstual (contextual problems) sebagai langkah awal. Berdasarkan hasil penelitian di beberapa negara, Freudenthal (Tim MKPBM 2001) mengungkapkan bahwa PMRI sangat menguntungkan karena (1) dapat membuat matematika lebih menarik, relevan dan bermakna, tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak; (2)

dapat mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa; (3) menekankan belajar matematika pada learning by doing ; (4) dapat memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian (algoritma) yang baku; dan (5) menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika. Pada tulisan ini dipaparkan hasil desain riset tentang pembelajaran Pembagian di SD IGM Palembang dengan menggunakan pendekatan PMRI dalam hal ini menggunakan konteks permen, dimana konteks tersebut sangatlah umum dan dekat dengan siswa. Selain itu, pada desain riset ini juga siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep pembagian sebagai pengurangan berulang dengan menerapkan permainan Membagi Permen dengan Dadu dan diharapkan siswa dapat mengetahui konsep pembagian sebagai pengurangan berulang melalui permainan ini dan juga siswa mampu melakukan operasi pembagian tanpa sisa dan dengan sisa. B. DESIGN RESEARCH 1. Preliminary Design Pada tahap preliminary design, pendesainan aktivitas pembelajaran dan pengembangan perangkat pembelajaran merupakan bagian yang penting untuk menjadi acuan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk itu, pada tahap ini dilakukan suatu kajian literatur serta analisis materi yang disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tentang materi pembagian, diskusi bersama guru mata pelajaran, mendesain perangkat pembelajaran termasuk alat dan bahan yang akan digunakan, serta bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas nantinya. Berikut ini tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk materi pembagian.

Standar Kompetensi Bilangan 1. Memahami dan menggunakan sifatsifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar 1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung 1.2 Mengurutkan bilangan 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian 1.4 Melakukan operasi hitung campuran 1.5 Melakukan penaksiran dan pembulatan 1.6 Memecahkan masalah yang melibatkan uang Tabel 1. Kurikulum pembelajaran Bilangan (Materi Pembagian) Dari tahap ini diharapkan dapat dibentuk suatu konjektur / dugaan / hipotesa dari kemungkinan-kemungkinan strategi pemikiran siswa dalam menyelesaikan masalahmasalah kontekstual yang diberikan nanti pada saat pembelajaran berlangsung. Konjektur ini akan nantinya menjadi acuan dan pedoman untuk mengantisipasi dan mengakomodir strategi dan pemikiran siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Konjektur ini bersifat dinamis sehingga dapat diatur dan direvisi selama proses pembelajaran (teaching experiment). Dari hasil diskusi dengan guru mata pelajaran maka dirancang beberapa aktivitas siswa dan konjektur-konjektur pemikiran siswa pada materi pembagian sebagai berikut: Aktivitas I : Membagi Permen Tujuan dari aktivitas ini adalah memperkenalkan dan menggiring siswa kedalam konteks riil dimana tanpa mereka sadari konteks ini sudah pernah mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, di harapkan siswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan membagi adil, sehingga siswa dibawah pada kondisi informal pada konteks membagi permen yang akan menjadi titik awal dalam mereka mempelajari topik pembagian dengan sisa dan tanpa sisa. Deskripsi aktivitas : Pada aktivitas ini, guru akan memanggil seorang siswa dan meminta siswa tersebut memanggil beberapa teman yang lain dan memintanya membagikan sejumlah permen kepada temannya secara adil, dalam hal ini terdapat 12 permen. Jika siswa

dapat membagi secara adil (tanpa sisa), maka guru memanggil beberapa siswa lagi sebagai tambahan untuk mendapatkan permen, sehingga ada permen yang tidak habis dibagi (ada sisa). Konjektur pemikiran siswa : Siswa bisa saja membagi permen tersebut dengan cara membagikan satu persatu permen kepada temannya (mencacah). Siswa mungkin saja membagikan permen dengan cara mengelompokkan permen terlebih dahulu baru membagikan kepada temannya. Siswa mungkin saja tidak bisa membagi permen tersebut secara adil. Siswa mungkin saja menyuruh salah satu temannya untuk duduk sehingga jumlah permen yang ada padanya bisa cukup untuk dibagikan kepada teman-temannya secara adil. Siswa akan berusaha membagikan permen kepada teman-temannya dengan adil sekalipun permen tersebut tidak habis dibagi atau memiliki sisa. Namun, pada tahap ini siswa belum mengetahui bahwa siswa permen yang tidak habis dibagi itu merupakan sisa pembagian. Aktivitas II : Permainan Membagi Permen dengan Dadu Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menanamkan konsep pembagian sebagai pengurangan berulang dengan menggunakan permainan. Dari permainan membagi permen dengan dadu ini diharapkan terjadinya aktivitas antara siswa dengan siswa sehingga mereka dapat mengalami sendiri bagaimana yang dimaksud pembagian. Dalam aktivitas ini juga diharapkan siswa dapat mengidentfikasi mana pembagian yang memiliki sisa dan tanpa sisa. Deskripsi aktivitas : Pada tahap ini siswa dibimbing untuk mengerjakan masalah kontekstual yang terdapat didalam LKS berdasarkan permainan Pembagian Permen dengan Dadu. Siswa diminta melemparkan dadu dan jika muncul misalnya angka 6, maka siswa

harus mengambil 6 permen dan memasukkannya satu per satu kedalam 6 piring. Kemudian mengampil 6 permen lagi dan memasukkannya satu persatu, dan seterusnya hinga permen tersebut habis, dimana jumlah permen yang terdapat didalam kantung sebanyak 15 permen. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 3 kali. Kemudian, siswa dituntun untuk menjawab pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan permainan Pembagian Permen dengan Dadu tersebut. Konjektur pemikiran siswa : Siswa bisa melakukan permainan sesuai dengan petunjuk yang diberikan dimana siswa melempar dadu dan membagikan permen sesuai jumlah mata dadu yang muncul. Siswa mungkin saja tidak bisa membagi secara adil, dimana jumlah permen yang terdapat didalam piring tidak sama banyak. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memahami konsep pembagian. Untuk itu guru bisa bertanya kepada siswa jika kita ingin membuat jumlah permen yang ada didalam piring sama banyak, kira-kira langkah apa yang harus kita lakukan?. Ketika jumlah mata dadu yang muncul tidak bisa habis dibagi, siswa mungkin saja membiarkan permen didalam kantung sebagai sisa pembagian. Tapi dalam hal ini siswa belum bisa menyebutkan itu sebagai sisa pembagian.

Berikut ini rancangan Iceberg Pembelajaran Pembagian : Gambar 1 : Rancangan Iceberg Pembelajaran Pembagian 2. Teaching Experiment 2.1.Tahap Pemberian Masalah Kontekstual Dalam kegiatan ini, pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran dengan melakukan tanya jawab dengan siswa menggunakan konteks membagi permen. Guru menanyakan kepada siswa siapakah yang pernah makan permen dan bagaimana rasanya, kemudian meminta siswa menceritakan pengalamannya makan permen. Kemudian guru menanyakan lagi kepada siswa apakah mereka pernah membagikan permen kepada teman-temannya yang lain. Sebelum pembelajaran dilanjutkan, guru mengingatkan kembali pelajaran sebelumnya yang dikaitkan dengan konteks permen. Pada tahap ini siswa sangat antusias karena pada awal pembelajaran guru menanyakan hal yang kontekstual dan sangat dekat dengan mereka. Kemudian guru meminta 1 orang siswa (Shasa) membagikan sejumlah permen (12 butir) kepada 4 orang temannya. Dengan mudah Shasa membagikan permen kepada ke

empat temannya tadi dimana setiap orang mendapatkan 3 butir permen. Selanjutnya guru memanggil 1 orang siswa lagi dan meminta Shasa membagikan lagi permen 12 butir tadi. Tampak Shasha sedikit bingung membagikannya dimana pada pembagian pertama dia membagikan 3 permen tiap orang, tetapi ada 1 orang yang tidak mendapat permen. Kemudian dia mengumpulkan lagi permen yang ada dan membaginya satu per satu kepada temannya, hasilnya setiap temannya hanya mendapat 2 permen dan masih ada 2 permen yang tertinggal di tangannya. Hal ini dimaksudkan untuk memperkenalkan siswa tentang konsep pembagian tanpa sisa dan dengan sisa melalui masalah kontekstual yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Gambar 2. Shasha membagikan permen kepada teman-temannya Selanjutnya, guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 4 orang untuk melakukan permainan Membagi Permen dengan Dadu. Berikut ini langkah-langkah proses pembelajaran pembagian dengan melalui permainan Membagi Permen dengan Dadu : (i) Setiap kelompok diberikan 6 piring kertas dan 1 gelas plastik berisi 15 butir permen mainan (terbuat dari batu dan dibungkus kertas warna-warni supaya menarik) (ii) Salah satu anggota kelompok melempar dadu. Misalkan mata dadu yang muncul adalah 3 maka siswa mengambil 3 permen dari gelas plastik dan memasukkannya satu per satu ke dalam 3 piring kertas. Kemudian mengambil 3 lagi dan memasukkannya satu per satu, dan seterusnya hingga permen habis.

Gambar 3. Alat dan Bahan Permainan Membagi Permen dengan Dadu 2.2.Tahap Diskusi dan Pemecahan Masalah. Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk melakukan permainan pembagian dengan dadu berdasarkan soal yang ada pada LKS. Berbeda dengan LKS lain, LKS yang disediakan dibuat seperti komik memiliki gambar sehingga menarik minat siswa dalam belajar. Pada awal diskusi ada beberapa kelompok yang bingung dalam memasukkan permen kedalam piring. Dalam 1 kali pengambilan mereka langsung memasukkannya pada 1 piring sehingga piring lain tidak kebagian permen. Guru pun menanyakan kepada kelompok tersebut mengapa mereka melakukan demikian. Ternyata hal ini terjadi karena mereka tidak membaca dengan teliti petunjuk kegiatan yang diberikan. Disinilah peran guru untuk membantu siswa yang memgalami kesulitan. Siswa yang dapat menyelesaikan kegiatannya dengan cepat diberikan reward berupa gambar smile sebagai bentuk motivasi kepada siswa. Mereka sangat senang dan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cepat agar dapat mengumpulkan reward sebanyak-banyaknya. Selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil didskusi mereka di depan kelas. Disini mereka sangat antusias mengancungkan tangan untuk menyampaikan pendapat mereka tentang pekerjaan dari kelompok lain. Meskipun ada siswa yang melakukan kesalahan sebagai fasilitator guru tidak langsung mengatakan itu salah, tetapi meminta siswa lain untuk menanggapi sehingga mereka menyadari sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memperkuat jawaban siswa, sesekali kami memberikan penegasan pada jawaban-jawaban yang dikemukakan siswa sehingga mereka dapat mengetahui dengan pasti jawaban yang benar.

Gambar 4. Siswa melakukan permainan dengan dadu dan menuliskan jawaban mereka LKS 2.3.Tahap Refleksi Pada tahap ini, guru mengaitkan permainan pembagian dengan dadu dengan konsep pembagian sebagai pengurangan berulang. Dalam hal ini siswa sudah bisa menerjemahkan permen yang masih ada di gelas sebagai sisa (mereka menyebutnya dengan menggunakan bahasa Palembang ado siso) dan jika tidak ada lagi permen yang tertinggal sebagai tanpa sisa. Selanjutnya guru menuntun siswa untuk menemukan bentuk formal dari pembagian. 2.4. Tahap Akhir Pada tahap ini guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan konsep pembagian yang mereka telah ketahui dalam memecahkan masalah dengan memberikan soal latihan tentang pembagian dengan sisa dan tanpa sisa.

Berikut ini adalah iceberg pembelajaran materi pembagian yang telah dilaksanakan: Gambar 5. Iceberg pembelajaran pembagian 3. Retrospective Analysis Data yang dianalisis pada pelaksanaan desain riset ini diambil pada siswa-siswa kelas 4B SD Plus IGM Palembangyang berjumlah 22 orang yang bekerja secara kelompok yang terdiri dari 3-4 orang. Dalam pengamatan kali ini, ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain; siswa asyik melakukan permainan namun tidak memperhatikan petunjuk yang diberikan oleh guru, dan mengakibatkan mereka melakukan kesalahan dalam mengisi LKS yang diberikan. Selain itu, masih ada siswa yang malu untuk mengemukakan pendapat dan tidak mau kalau pekerjaan mereka dilihat oleh teman lain. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena mereka belum terbiasa bekerja sama dalam kelompok dan mengemukakan pendapat. Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa setelah pelajaran berakhir, siswa menyatakan bahwa mereka jarang melaksanakan pembelajaran berkelompok. Untuk mengantisipasi hal tersebut, guru memberikan hadiah dalam bentuk stiker bergambar

Gambar 6. Hasil Diskusi Kelompok 3 dan 4 Gambar diatas merupakan hasil pekerjaan dari kelompok 4 (Dienan, Raihan, dan Riski) dan kelompok 3 (Tasya, Shasha, dan Suriana) ketika dadu dilempar dan mata dadu yang muncul adalah 3. Ketika kelompok 4 selesai menuliskan jawaban mereka dan menanyakan alasan kenapa seperti itu, Risky mengatakan bahwa permennya digambar 1 saja karena sama jenisnya. Jawaban ini langsung ditanggapi oleh kelompok lain sehingga guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang memiliki jawaban berbeda. Dari jawaban siswa ini dapat diketahui bahwa kelompok Risky tidak memahami soal pada LKS sehingga mereka hanya memperhatikan jenis permen tanpa mengitung jumlahnya pada setiap piring. Guru kemudian meminta Shasha menjelaskan jawabannya dan Tasya mengatakan bahwa mereka menggambar masing-masing 5 permen tiap piring karena mata dadu yang muncul 3 dan mereka mengambil permen dari kantung sebanyak 5 kali sehingga setiap piring mendapatkan masing-masing 3 senyum kepada siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya meskipun salah. Hal ini bertujuan untuk merangsang siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya dan syukur, hal itu berdampak positif. Meskipun ada 1-2 orang yang masih malu. Dalam proses diskusi, proses pertukaran pengetahuan dari sesama siswa, ini terjadi ketika sekelompok 4 (Dienan, Raihan, dan Riski) mempresentasikan hasil diskusi mereka. Seperti yang terlihat di bawah ini:

permen. Mendengar jawaban seperti itu Risky dan teman-temannya menyadari kekeliruan mereka. Selain itu, ada hal menarik lain yang ditemui pada LKS siswa dimana mereka mampu menggambar permen pada pembagian tanpa sisa dan dengan sisa seperti berikut ini : Gambar 7. LKS ; Pembagian Dengan Sisa dan Tanpa Sisa Dari gambar di atas menunjukkan dengan jelas, bahwa siswa dapat membedakan mana pembagian dengan sisa dan tanpa sisa. Ketika mata dadu yang muncul adalah 6, maka siswa melakukan pembagian dengan membagi satu per satu permen ke dalam 6 piring sebanyak 2 kali, sehingga setiap piring mendapatkan 2 permen dan ada 3 permen yang tidak dimasukkan ke dalam piring. Mereka menggambar 3 permen tersebut di luar, yang merupakan sisa pembagian dari 15:6. Dari eksperimen ini, tampak bahwa siswa mampu memahami operasi pembagian dengan sisa dan tanpa sisa. Namun, berdasarkan analisis hasil LKS siswa, terdapat perbedaan persentasi keberhasilan dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Dimana sebanyak 71,43% siswa mampu menyelesaikan soal yang diberikan dan hanya 28,57% siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini mengindikasikan bahwa lebih dari separuh siswa sudah bisa mengetahui konsep pembagian sebagai penjumlahan berulang dan dapat melakukan operasi pembagian.

Restropektif: Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, guru dan observer berdiskusi untuk merefleksikan sejauhmana hasil implementasi dari desain pembelajaran yang telah dilaksanakan. Observer dan guru pun sepakat pada pembelajaran selanjutnya siswa perlu dibiasakan untuk melaksanakan pembelajaran berkelompok dan membuat suasana belajar lebih menarik lagi sehingga siswa dapat lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran karena dalam proses pembelajaran kali ini masih ada siswa yang malu dan tidak berani mengemukakan pendapatnya. Selain itu, perlunya kesiapan untuk merekam suatu ide dan strategi siswa yang muncul secara tiba-tiba, karena terkadang siswa tidak mau mengulangi jawaban ataupun paparan idenya untuk kedua kalinya. Hal ini disebabkan, siswa merasa takut dan tidak percaya diri atas ide dan strateginya. Namun, secara keseluruhan proses pembelajaran kali ini boleh dikatakan berhasil dan dimana dapat menanamkan konsep pembagian kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dan dekat dengan siswa. C. PENUTUP 1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari kegiatan pembelajaran ini, yaitu: Siswa mampu memahami konsep pembagian sebagai pengurangan berulang melalui permainan pembagian dengan dadu. Siswa mampu melakukan operasi pembagian dengan sisa dan tanpa sisa. Siswa tampak antusias selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Saran Pengaturan kelas perlu ditata dengan baik khususnya pada diskusi kelas. Perlunya kesiapan untuk merekam suatu ide dan strategi siswa yang muncul secara tiba-tiba, karena terkadang siswa tidak mau mengulangi jawaban ataupun paparan idenya untuk kedua kalinya. Hal ini disebabkan, siswa merasa takut dan tidak percaya diri atas ide dan strateginya. Disarankan untuk menambah observer untuk merekam kegiatan siswa pada masingmasing kelompok

Bagi guru untuk menerapakan pendekatan PMRI dalam mengajarkan topik pembagian. D. REFERENSI Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Depdiknas : Jakarta Gredler, M.E.B. 1991. Belajar dan Membelajarkan (Learning and Instruction Theory Into Practice). Terjemahan oleh Munandir. Jakarta : Rajawali TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.