Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Torsi. Pertemuan - 7

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Tegangan Dalam Balok

PUNTIRAN. A. pengertian

Pertemuan IV II. Torsi

TORSI TAK SERAGAM (NON UNIFORM TORSION)

BAB II STUDI PUSTAKA

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

II. LENTURAN. Gambar 2.1. Pembebanan Lentur

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

Kuliah ke-2. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

300 mm 900 mm. ΣF = 0 : Rv 20 kn + 10 kn 40 kn = 0 Rv = 50 kn. δ = P L / A E. Maka δ akan berbeda untuk P, L, A, atau E yang berbeda.

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat-sifat mekanik dari

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

Analisis Tegangan dan Regangan

Dinding Penahan Tanah

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

VII. KOLOM Definisi Kolom Rumus Euler untuk Kolom. P n. [Kolom]

III. TEGANGAN DALAM BALOK

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 5

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II STUDI PUSTAKA

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Resume Mekanika Struktur I

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

TEGANGAN DAN REGANGAN

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

Laporan Praktikum MODUL C UJI PUNTIR

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 2

Pertemuan I,II,III I. Tegangan dan Regangan

DIKTAT MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

bermassa M = 300 kg disisi kanan papan sejauh mungkin tanpa papan terguling.. Jarak beban di letakkan di kanan penumpu adalah a m c m e.

VII ELASTISITAS Benda Elastis dan Benda Plastis

4. PERILAKU TEKUK BAMBU TALI Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Metode Slope-Deflection

Komponen Struktur Tarik

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

Tension, Compression and Shear

TEGANGAN DAN REGANGAN GESER. Tegangan Normal : Intensitas gaya yang bekerja dalam arah yang tegak lurus permukaan bahan

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Analisis Penampang. Pertemuan 4, 5, 6

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

Saat mempelajari gerak melingkar, kita telah membahas hubungan antara kecepatan sudut (ω) dan kecepatan linear (v) suatu benda

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 3

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Rotating Disk

BAB 4 Tegangan dan Regangan pada Balok akibat Lentur, Gaya Normal dan Geser

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

Besarnya defleksi ditunjukan oleh pergeseran jarak y. Besarnya defleksi y pada setiap nilai x sepanjang balok disebut persamaan kurva defleksi balok

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

FISIKA XI SMA 3

BAB IV TEGANGAN, REGANGAN, DAN DEFLEKSI

Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar BAB 2 BEBAN, TEGANGAN DAN FAKTOR KEAMANAN

Tujuan Pembelajaran:

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

STUDI EFECTIVE TORSIONAL CONSTANT UNTUK BERBAGAI PROFIL STUDI KASUS PROFIL GUNUNG GARUDA (254S)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

BAB III LANDASAN TEORI (3.1)

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

IV. DEFLEKSI BALOK ELASTIS: METODE INTEGRASI GANDA

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERHITUNGAN KOLOM DARI ELEMEN TERSUSUN PRISMATIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Profil C merupakan baja profil berbentuk kanal, bertepi bulat canai,

I. TEGANGAN NORMAL DAN TEGANGAN GESER

BAB II LANDASAN TEORI

APLIKASI SIMULASI MONTE CARLO PADA PERHITUNGAN MOMEN MAKSIMUM STRUKTUR PORTAL

PANJANG EFEKTIF UNTUK TEKUK TORSI LATERAL BALOK BAJA DENGAN PENAMPANG I (230S)

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

HHT 232 SIFAT KEKUATAN KAYU. MK: Sifat Mekanis Kayu (HHT 331)

Bab 3 (3.1) Universitas Gadjah Mada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Torsi Pertemuan - 7

TIU : Mahasiswa dapat menghitung besar tegangan dan regangan yang terjadi pada suatu penampang TIK : Mahasiswa dapat menghitung tegangan geser pada penampang akibat momen torsi

Sub Pokok Bahasan : Elastis Linier Torsi Tak Seragam Tabung Berdinding Tipis

Torsi mengandung arti puntir yang terjadi pada batang lurus apabila batang tersebut dibebani momen (atau torsi) yang cenderung menghasilkan rotasi terhadap sumbu longitudinal batang

Suatu batang prismatis berpenampang lingkaran mengalami torsi murni Penampang batang tidak berubah bentuk pada saat berotasi terhadap sumbu longitudinal Akibat torsi T, ujung kanan batang akan berotasi dengan sudut kecil f, yang disebut sudut puntir Garis pq akan menjadi pq, dimana q adalah posisi titik q setelah penampang ujung berotasi sebesar f

Tinjau elemen kecil abcd dari suatu batang dengan beban torsi Elemen memiliki sisi ab dan cd yang semula sejajar sumbu longitudinal Akibat torsi, penampang kanan berotasi terhadap penampang kiri dengan sudut puntir kecil df Titik b dan c masing-masing bergerak ke b dan c. Panjang sisi elemen yang sekarang ab c d tidak berubah, namun sudut bad menjadi berkurang sebesar bb' maks ab

Regangan geser maks dinyatakan dalam radian Karena bb dapat dinyatakan dalam rdf, serta ab = dx, maka persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk : rdf maks dx Besaran df/dx adalah besarnya perubahan sudut puntir f terhadap jarak x yang diukur di sepanjang sumbu batang, dapat disebutkan pula sebagai sudut puntir per panjang satuan atau laju puntiran, q df q dx maks rdf dx rq

Pada umumnya, f dan q bervariasi terhadap x di sepanjang sumbu batang Pada kasus torsi murni, laju puntiran konstan dan sama dengan sudut puntir total f dibagi panjang batang L, sehingga q = fl rf maks rq L Pada sisi dalam penampang, regangan geser dapat dihitung dengan persamaan df q maks dx r

Dari hukum Hooke untuk geser G G adalah Modulus Geser dan adalah regangan geser yang dinyatakan dalam radian Dengan mengingat persamaan untuk maks, maka dapat dituliskan maks Grq Gq r maks maks adalah tegangan geser di permukaan luar batang (jari-jari r), adalah tegangan geser di titik interior (jari-jari ) dan q adalah laju puntiran

Selanjutnya akan ditentukan hubungan antara tegangan geser dan torsi Resultan dari tegangan geser yang bekerja pada suatu penampang secara kontinu, akan membentuk momen yang sama dengan momen torsi T

Untuk menentukan resultan ini, tinjau elemen luas da yang terletak pada jarak radial dari sumbu batang Gaya geser yang bekerja pada elemen sama dengan da Momen dari gaya ini terhadap sumbu batang sama dengan da Dari persamaan untuk sebelumnya, maka diperoleh : maks dm da da r Momen resultan T adalah integral dari persamaan tersebut : T dm r maks da r maks I p

Sehingga nilai tegangan geser maksimum yang timbul akibat torsi T adalah : maks T r I Sehingga persamaan untuk maks dapat dituliskan menjadi : maks 16T d Tegangan geser pada jarak dari pusat batang adalah : r maks 3 p T I p I p adalah momen inersia polar untuk lingkaran I p r d 3 maks = tegangan geser maksimum (MPa) T = momen torsi yang bekerja (N mm) d = diameter penampang lingkaran (mm)

Dari persamaan sebelumnya terdapat hubungan maks = Grq Sehingga dapat diturunkan rumus untuk laju puntiran q : T q G I p Nilai G I p disebut dengan kekakuan torsional (Torsional Rigidity) Untuk torsi murni, sudut puntir total (f) sama dengan laju puntiran dikalikan panjang batang (artinya f = ql), sehingga : f T G L I p

Tegangan geser pada batang lingkaran solid akibat momen torsi akan mencapai maksimum di tepi luar penampang dan berharga nol di pusat Dengan demikian sebagian besar bahan pada batang solid mengalami tegangan yang jauh lebih kecil daripada maks ( maks terjadi pada permukaan terluar batang) Oleh karena hal tersebut maka dalam mendisain penampang yang memikul beban momen torsi, akan lebih efisien apabila digunakan batang lingkaran berlubang I p I p r d 3 r 1 d 1

Untuk penampang berupa lingkaran berlubang, rumusan untuk inersia polar dapat dinyatakan dalam ketebalan dinding penampang, t 3 3 d t I p r t Dalam mendisain tabung lingkaran untuk menyalurkan momen torsi, tebal t harus cukup besar untuk mencegah terjadinya tekuk pada dinding tabung Sebagai contoh, harga maksimum rasio jari-jari terhadap tebal dapat ditetapkan misal (r /t) maks = 10 0.

Contoh 1 Sebuah batang baja pejal dengan penampang lingkaran berdiameter d = 0 mm, panjang L = 1, m, dan Modulus Elastisitas Geser, G = 80 GPa. Batang ini mengalami torsi T yang bekerja di ujung-ujungnya. a. Jika T = 30 N m, hitung maks yang timbul b. Jika ijin adalah 0 Mpa dan f ijin adalah,5 o, berapa torsi ijin maksimum Jawab : 3 16T 16 30 10 a. maks = 7,07 MPa 3 3 d 0 3 3 d ijin 0 0 b. ijin 0MPa T 1 = 50.00 Nmm 16 16 3 o G I f 80 10 51.00,5 o p ijin f,5 180 ijin T = 66.006 N L 100 d 0 I p 51.00mm 3 3

Contoh Sebuah batang baja akan dibuat entah dengan penampang lingkaran solid atau lingkaran berlubang. Batang ini harus menyalurkan momen torsi sebesar 100 N m tanpa melebihi tegangan geser ijin sebesar 0 MPa dan laju puntir ijin 0,75 o /m. Jika G baja = 78 GPa, tentukan : a. Diameter d o untuk batang pejal b. Diameter luar d untuk batang berlubang, jika ditentukan t = 1/10 dari diameter luar

Jawab : a. Batang solid : 3 16T 16(1.00) 6 ijin 0MPa do 15,8 10 do 53, 5mm (0MPa) ijin o 3T 3(1.00) 6 f ijin 0,75 /m do 11,97 10 do 58, 8mm Gq 78 ( /180)(0,75) ijin Jadi digunakan d o = 58,8 mm 60 mm b. Diameter dalam, d 1 = d t = d (0,1d ) = 0,8d T r T( d / ) ijin 0MPa d = 63,7 mm I 0,05796d p I p d 3 T T o q 0,75 / ijin m d GI G(0,05796d ) 180 = 67,1 mm p Jadi digunakan d = 67,1 mm 70 mm, dan d 1 = 0,8d = 56 mm. d1 0, 05796 d

Torsi Tak Seragam Pada kasus torsi murni, beban momen torsi yang konstan bekerja pada suatu batang yang prismatis Pada beberapa kasus beban momen torsi yang berbeda-beda dapat terjadi di sepanjang batang, terkadang pula batang bukan merupakan batang yang prismatis. Kasus demikian dinamakan sebagai torsi tak seragam (non uniform torsion) Ada 3 macam kasus yang dapat terjadi : a. Batang yang mengandung segmen-segmen prismatis dengan torsi konstan di tiap segmen b. Batang dengan penampang yang berubah secara kontinu dan mengalami torsi konstan c. Batang dengan penampang yang bervariasi secara kontinu dan mengalami torsi yang bervariasi secara kontinu pula

Torsi Tak Seragam (kasus 1) Untuk keperluan analisis, maka dapat dibuat diagram badan bebas di tiap segmen, kemudian ditentukan besarnya torsi internal yang bekerja Torsi internal bertanda positif jika vektornya berarah meninggalkan potongan dan negatif jika vektornya berarah menuju potongan!! T CD = T 1 T + T 3 T BC = T 1 T T AB = T 1 f n i1 f i n i1 Ti G i L I i pi

Torsi Tak Seragam (kasus ) Untuk momen torsi yang konstan, maka tegangan geser maksimum akan selalu terjadi di penampang yang mempunyai diameter terkecil Sudut puntir, dicari dengan meninjau elemen yang panjangnya dx pada jarak x dari salah satu ujung batang. Sudut rotasi diferensial df untuk elemen ini adalah : df Sudut puntir total adalah : f L 0 df L 0 T dx G I p x T dx G I p x

Torsi Tak Seragam (kasus 3) Sudut puntir untuk batang dapat dianalisis seperti halnya kasus, perbedaannya adalah bahwa torsi dan momen inersia polar juga bervariasi sepanjang sumbu Sehingga persamaan untuk sudut puntir menjadi : f L 0 df L 0 T G xdx I x p Integral ini dapat dihitung secara analitis untuk beberapa kasus, namun biasanya harus dihitung secara numerik

Contoh 3 Sebuah batang baja solid ABCDE memiliki diameter d = 30 mm berputar dengan bebas di ujung A dan E. Batang ini digerakkan dengan gigi di C, yang menerapkan torsi T = 50 Nm. Gigi di B dan D digerakkan oleh batang tersebut dan mempunyai torsi penahan T 1 = 75 Nm dan T 3 = 175 Nm yang bekerja berlawanan dengan T. Segmen BC dan CD masing-masing mempunyai panjang L 1 = 500 mm dan L = 00 mm. Nilai G = 80 GPa. Tentukan tegangan geser maksimum di tiap bagian batang dan sudut puntir antara gigi B dan D!

Jawab : T CD = T T 1 = 50 75 = 175 Nm T BC = T 1 = 75 Nm BC CD 16 d T BC 3 16 d T CD 3 16 75 3 (30) = 51,9 MPa 16 175 = 33,0 MPa 3 (30) (30) I d p = 79.50 mm 3 3 f BC 500 (80) 79.50 TBC L1 75 GI p TCDL GI 175500 79.50 = -0,016 rad f CD = 0,0110 rad p (80) Soal 3.1 3.13 f BD = f BC + f CD = - 0,0106 rad = - 0,61 o

Tabung Berdinding Tipis Penampang tabung berdinding tipis diberi beban momen torsi T Tegangan geser yang timbul dihitung dengan menggunakan persamaan : T ta m = tegangan geser (MPa) T = momen torsi yang bekerja (N mm) t = tebal penampang batang (mm) A m = luas yang dibatasi garis median T/A m = f, disebut dengan aliran geser (shear flow)

Tabung Berdinding Tipis Penampang tabung berdinding tipis diberi beban momen torsi T Tegangan geser dan sudut puntir yang timbul dihitung dengan persamaan : T ta m f TL GJ ta J L m m = tegangan geser (MPa) T = momen torsi yang bekerja (N mm) t = tebal penampang batang (mm) A m = luas yang dibatasi garis median T/A m = f, disebut dengan aliran geser (shear flow) L = panjang batang (mm) J = konstanta torsi (mm )

Tabung Berdinding Tipis J T r r t 3 t vert horz T t bh 1 T t bh J b bt 1 h t1t ht

Contoh Sebuah tabung lingkaran berlubang yang mempunyai diameter dalam 50 mm dan tebal dinding 5 mm, memikul momen torsi sebesar T = 135 kn m. Tentukan tegangan geser maksimum di tabung dengan menggunakan : a.teori pendekatan tabung berdinding tipis b.teori torsi eksak Jawab : a. 6 T 13510 ta m 5 15 1,5 = 5,8 MPa 5 mm 50 mm b. T r I p 6 13510 (300/ ) 9,1 MPa 300 50 3 Soal 3.1 3.18