PERSIAPAN MENGAJUKAN GUGATAN KE PENGADILAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

a. Hukum pembuktian bagian hukum acara perdata, diatur dalam:

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D.

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

TINJAUAN YURIDIS TENTANG SYARAT DAN PENERAPAN PENGGUNAAN PERSANGKAAN SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA BOBY PRASETYA / D

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

bertempat tinggal di.., Kabupaten Pinrang, sebagai

yang dibahas dalam makalah singkat ini adalah mengenai alat bukti tertulis.

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

D I S Q U A L I F I C A T O I R

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

P U T U S A N. NOMOR. 433/Pdt/2013/PT.Bdg.

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

RINGKASAN Bagi umat Islam yang mentaati dan melaksanakan ketentuan pembagian warisan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt.

P U T U S A N 37/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

P U T U S A N Nomor 466/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

P U T U S A N Nomor 23/Pdt.G/2014/PTA.Mks

REPLIK DIAJUKAN OLEH PENGGUGAT DITUJUKAN PD MAJELIS HAKIM TIDAK PERLU DITULIS RINCIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

1. Contoh Akta Perdamaian/Putusan Perdamaian :

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori atau Konseptual

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 sehingga perlu diatur ketentuan mengenai Rahasia Dagang;

P U T U S A N Nomor : 0679/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS. Setelah mempelajari duduk perkara No 709/Pdt.G/2006/PA.Bgl dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

P U T U S A N Nomor : 0507/Pdt.G/2011/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1. Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

Bayyinah, yang artinya satu yang menjelaskan. Secara terminologis

PROSES PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN JURUS MENGHINDARI BIAYA PERKARA 1 Oleh: Agus S. Primasta, S.H. 2

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

P E N E T A P A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Penetapan Ahli Waris yang diajukan oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Semua akta adalah otentik karena ditetapkan oleh undang-undang dan juga

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

P U T U S A N Nomor : 0432/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 521/Pdt/2013/PT.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. m e l a w a n

P U T U S A N. Nomor:0230/Pdt.G/2007/PA.Wno BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1732/Pdt.G/2013/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BISMILLAAHIRRAHMANIRRAHIIM

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

P U T U S A N Nomor 0074/Pdt.G/2016/PA.PKP DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Undang Undang Dasar

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.GM

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

PUTUSAN Nomor : 0010/Pdt.G/2014/PA.Pas

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

HUKUM ACARA PERDATA (HAPerd)

PUTUSAN Nomor : 0254/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

P U T U S A N Nomor 0655/Pdt.G/2013/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2015/PA.Ktbm. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor 0387/Pdt.G/2014/PA.Plg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

P U T U S A N Nomor : 19/Pdt.G/2009/PA.Kab.Mn

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Makalah Rakernas MA RI

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

SISTIM HUKUM INDONESIA POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

PUTUSAN Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.slw. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor 420/Pdt.G/2014/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERSIAPAN MENGAJUKAN GUGATAN KE PENGADILAN Oleh Wasis Priyanto Ditulis saat Tugas di PN Sukadana Kab Lampung Timur Setiap ada masalah tentu yang dicari adalah solusinya. Begitu juga dengan permasalahan orang dengan orang lain dalam lingkup urusan hukum privat. Solusi yang terbaik dalam setiap masalah adalah kita pecahkan dengan bermuisyawarah untuk bermufakat mencari titik jalan temu. Ketika diselesaikan secara baik-baik tidak bisa, apa boleh buat, diambil langkah melalui jalur hukum, bukan dengan main hakim sendiri (eigenrechting). Namun dalam menempuh jalur hukum yang ada yang harus dipersiapkan, agar jangan sampai saat hendak mengajukan gugatan tersebut hanya karena kurang teliti, gugatan yang kita ajukan terkendala masalah legal formal nya; Posisi sudah benar, namun dalam merumuskan sebuah gugatan di pengadilan tidak sesuai dengan syarat formal gugatan, bisa mengakibatkan putusan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini ada beberapa Tips atau panduan sebelum mengajukan gugatan ke kantor Pengadilan yaitu sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah ini adalah untuk menentutkan apakah ini adalah perkara pidana atau perkara perdata, atau memang perkara yang ada sisi perkara pidana dan perkara yang ada segi perdatanya. Contohnya seperti Penipuan dan Wanprestasi/Ingkar janji. Penipuan adalah dalam ranah perkara pidana dan wanprestasi Hal 1 dari 8 Halaman

adalah ranah hukum perdata. Penipuan banyak sekali modusnya dan salah satu diawali atau dibungkus dengan sebuah perjanjian. Contohnya A telah bersepakat dengan B melakukan perjanjian jual beli Garmen, dimana A sebagai pembeli dan B sebagai penjual, setiap transaksi disepakati melalui system transfer melalui bank. Setelah berjalan 5 bulan bisnis berjalan A mulai mengalami kesusuahan ekonomi, dan akhirnya transaksi juga dengan B, tetapi A tahu tidak bisa membayar, makanya dia membayar dengan Bilyet Giro (BG) sebesar Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) padahal A tidak mempunyai uang sebesar itu di rekeningnya, dan form BG adalah sisa sebelumnya yang diterima dari bank. Tentunya si B tidak bisa mencairkan BG yang diterima dari A, dan B dirugikan. Dari kejadian ini, apakah si A dapat dilaporkan mengenai penipuan atau tetap digugat wanprestasi karena tidak bayar, atau kedua cara tersebut ditempuh. Perkara Perdata pun tidak hanya masalah ingkar janji (wanprestasi) tetapi ada masalah lain yaitu Perbuatan melawan hukum (Onrecht matigedaad). Perbuatan melawan hukum ini adalah perbuatan yang bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, melanggar hak subyektif orang lain, Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, bertentangan dengan kesusilaan, dan Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, dan kehati-hatian yang dapat menimbulkan kerugian kepada orang lain. Lihat ilustrasi contoh kasus sebagai berikut: A membeli tanah sawah kepada si B, seluas 3 hektar, dan tanah tersebut oleh A telah diusahakan ditanami padi, setelah waktu 2 tahun berjalan, tiba-tiba datang C yang mengaku sebagai adik dari B menguasai tanah dan langsung menggarap tanah tersebut. Hal 2 dari 8 Halaman

Padahal saat perjanjian jual beli antara A dan B ada kewajiban B yaitu menanggung bahwa tanah yang dijual tidak pernah ada sengketa dengan orang lain, dan tanah tersebut adalah milik B tidak pernah ada bersangkutan dengan orang lain. A mencoba menemui B tentang permasalahan ini, tetapi B berkilah karena saat penyerahan tidak ada masalah, A menemui si C, tetapi C tetap bersikukuh tanah ini adalah miliknya; A merasa dirugikan, siapa yang akan digugat, Apakah B karena wanprestasi karena Tanah yang dijual ternyata ada hak orang lain, Atau C karena telah menyerobot tanah A dengan perbuatan melawan hukum Apabila ada sengketa keperdataan yang tergantung adanya Unsur Tindak pidana, alangkah lebih bagusnya diselesaikan dahulu perkara pidananya. Dan semua dokumen dari perkara pidana tersebut dapat digunakan untuk mendukung dalam mengajukan tuntutan dalam perkara perdata; 2. Menentukan Para Pihak dan Kedudukan Hukum Para Pihak Pihak yang terlibat dalam suatu kasus ini harus diinventarisir, dan dari inventarisir orang-orang yang terlibat ditentukan status atau kedudukan hukumnya. Apakah orang tersebut sebagai pihak Tergugat, atau sebagai saksi dalam perkara ini; Banyak yang tidak siap ketika masuk ke persidangan, saat sidang sudah dalam pembuktian, saksi yang diajukan ternyata tidak berkompetem dan bahkan asal-asalan. Penentuan kedudukan sebagai saksi ini akan menentukan pula kompetensi orang tersebut dalam memberikan keterangan; Penentuan Kedudukan para Pihak yaitu untuk mementukan pihak Tergugat ini menentukan pula kompetensi atau kewenangan Hal 3 dari 8 Halaman

Pengadilan Negeri yang akan memeriksa perkara aquo. Karena perbedaan tempat tinggal tergugat tentutnya beda kompetensi, namun jika Tergugat lebih dari satu bisa memilih salah satu tempat tinggal; Ada yang tidak kalah pentingnya untuk menarik pihak yang diharapkan untuk tunduk pada putusan yang akan di jatuhkan oleh Majelis Hakim. Pihak ini biasa disebut sebagai Turut Tergugat; 3. Menentukan kasus posisi Kasus Posisi berisi uraian tentang pihak-pihak yang terkait peristiwa hukum atau perbuatan hukum atau hubungan hukum yang terjadi yang akan kita uraikan dalam surat gugatan; dalam menguraikan kasus posisi ini dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menguraikan secara gambling, jelas kasus yang terjadi, hubungan antara kejadian yang satu dengan yang lain tersaji runtut, dan tuntutan yang diajukan ke pihak Tergugat sangat jelas; 4. Melihat Obyek sengketa Penggugat harus mengerti dan paham apa yang dijadikan sengketa di Pengadilan. Permasalahan ingkar janji (wanprestasi), Perbuatan Melawan Hukum, Permasalahan pembagian waris, atau sengketa kepemilikan tanah; Apabila Sengketa ini cidera janji atau perbuatan melawan hukum yang nilai kerugian materiilnya kurang dari Rp 200 Juta dilakukan melalui gugatan sederhana (lihat Perma no 2 tahun 2015); Dalam sengketa tanah, Pihak Penggugat harus mengetahui dimana letak tanah tersebut dan bagaimana batas-batas dari tanah yang menjadi sengketa serta siapa yang menguasai tanah obyek sengketa tersebut. Berdasarkan SEMA No. 7 tahun 2001 untuk memperoleh kejelasan atas obyek perkara, Majelis Hakim diperintahkan untuk Hal 4 dari 8 Halaman

melakukan pemeriksaan setempat. Dengan mengetahui secara detail mengenai obyek sengketa, akan mempermudah dalam pemeriksaan setempat sehingga tidak terjadi kesalahan mengenai obyek sengketa; 5. Menelusuri Teori dan Landasan hukum Yang tidak kalah penting Penggugat harus mengetahui apa yang dasar hukum dan landasan teori dalam mengajukan gugatan. Walaupun pada saat putusan Majelis Hakim akan mengemukan apa dasar teori dan landasaan hukum saat menjatuhkan putusan; Dituangkannya teori dan landasan hukum dalam pembuatan gugatan, juga membantu Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan. Dan apabila putusan tidak sesuai dengan gugatan, teori dan landasan hukum dapat menjadi dasar atau hal yang digunakan dalam mengajukan upaya hukum; 6. Mempersiapkan Alat Bukti Alat bukti adalah segala sesuatu yang oleh undang-undang ditetapkan dapat dipakai membuktikan sesuatu. Alat bukti disampaikan dalam persidangan pemeriksaan perkara dalam tahap pembuktian. Pembuktian adalah upaya yang dilakukan para pihak dalam berperkara untuk menguatkan dan membuktikan dalil-dalil yang diajukan agar dapat meyakinkan hakim yang memeriksa perkara. Perhatikan ketentuan (Pasal 164 HIR/Pasal 284 RBg/Pasal 1866 BW) mengenai alat bukti yang diajukan dipersidangan perkara perdata yaitu a) Bukti surat. b) Bukti saksi. c) Persangkaan. d) Pengakuan. Hal 5 dari 8 Halaman

e) Sumpah. Dengan mempersiapakan sejak awal alat bukti yang akan diajukan, juga akan dimengerti alat bukti tersebut akan digunakan untuk membuktikan apa; Acara Pembuktian adalah setelah proses jawab-jinawab, yang mempunyai maksud dari proses jawab-jinawab tersebut akan menegaskan apa yang harus dibuktikan oleh para pihak; Yang harus dibuktikan dalam persidangan adalah segala sesuatu yang didalilkan disangkal atau dibantah oleh pihak lawan. Yang tidak perlu dibuktikan adalah segala sesuatu yang diakui, dibenarkan, tidak dibantah pihak lawan, segala sesuatu yang dilihat oleh Hakim, dan segala sesuatu yang merupakan kebenaran yang bersifat umum. Jadi Apabila sudah dibenarkan oleh pihak lawan, Alat bukti yang sekiranya hendak diajukan tidak perlu diajukan kedepan persidangan; Dalam hukum acara perdata penyebutan alat bukti tertulis (surat) merupakan alat bukti yang utama, karena surat justru dibuat untuk membuktikan suatu keadaan, atau kejadian yang telah terjadi atau perbuatan hukum yang harus dilakukan oleh seseorang nantinya Bukti surat adalah bukti yang berupa tulisan yang berisi keterangan tentang suatu peristiwa, keadaan, atau hal-hal tertentu. macam surat sebagai berikut: Pertama, Surat biasa, yaitu surat yang dibuat tidak dengan maksud untuk dijadikan alat bukti. Seandainya surat biasa dijadikan bukti maka hanya suatu kebetulan saja. Yang termasuk surat biasa adalah surat cinta, surat-surat yang berhubungan dengan korespondensi, dan lain-lain. Hal 6 dari 8 Halaman

Kedua, Akta otentik, yaitu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang. Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna sepanjang tidak dapat dibuktikan lain. Akta otentik misalnya Kutipan Akta Nikah, Akta Kelahiran, Akta Cerai, dan lain-lain. Ketiga, Akta di bawah tangan, yaitu akta yang tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang berwenang. Kekuatan pembuktian akta di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna apabila isi dan tanda tangan diakui oleh para pihak, apabila isi dan tanda tangan yang ada tidak diakui maka pihak yang mengajukan bukti harus menambah dengan bukti lain misalnya saksi. Saksi adalah orang yang melihat, mendengar, mengetahui, dan mengalami sendiri suatu peristiwa. Saksi biasanya dengan sengaja diminta sebagai saksi untuk menyaksikan suatu peristiwa dan ada pula saksi yang kebetulan dan tidak sengaja menyaksikan suatu peristiwa. Dalam mengajukan saksi perlu diperhatikan apa yang kesaksian yang akan diberikan, jangan sampai saksi yang diajukan hanya mendengar keterangan dari orang lain (testuminium de auditu) karena nilai pembuktiannya sangat lemah. Selain Itu saat mengajukan saksi perlu diperhatikan mengenai larangan menjadi saksi, jangan sampai sudah datang disidang namun ternyata tidak bisa menjadi saksi karena adanya suatu larangan untuk menjadi saksi; 7. Mengukur Kemampuan Diri dan Kemampuan Finansial Hal 7 dari 8 Halaman

Beracara dipersidangan membutuhkan waktu dan biaya. Proses beracara memakan waktu karena tahap persidangan tidak bisa dilakukan sehari selesai, bahkan selain itu ada upaya hukum yang tentunya butuh kesabaran untuk mengikuti proses tersebut; Prinsip beracara adalah menggunakan biaya. Jadi disipakan juga anggaran untuk panjar biaya perkara, pemeriksaan setempat, legalisasi alat buktim dan transportasi kantor Pengadilan, Seperti yang disebutkan diatas apabila perkara sederhana (lihat perma no 2 tahun 2015) mungkin bisa dilakukan sendiri, dan waktu yang relative cepat, tapi jika perkaranya rumit mungkin perlu memakai jasa advokat; Dalam menggunakan jasa advokat tentu dipikirkan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk membayar honor advokat, sebanding tidak dengan nilai obyek sengketa; Demikian sedikit uraian yang bisa dibuat, semoga bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum mengajukan gugatan ke Pengadilan; terima kasih Hal 8 dari 8 Halaman