BAB II TEORI BEHAVIORAL SOSIOLOGI-BURRHUS FREDERIC SKINNER. dan seorang politisi, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

dokumen-dokumen yang mirip
Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

PARADIGMA PERILAKU SOSIAL DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK (Telaah Atas Teori Burrhusm Frederic Skinner)

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

TEORI BELAJAR SKINNER

BAB II. Teori pertukaran George Caspar Homans sebagai Analisa

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

Menyampah' dari Perspektif Psikologi (2) Marselius Sampe Tondok Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB II PERTUKARAN SOSIAL GEORGE CASPAR HOMANS

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

PSIKOLOGI ALIRAN BEHAVIORISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

I. BIOGRAFI B. F. SKINNER Burrhus Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan Willian dan Grace Skinner.

Facebook :

tempat. Teori Atribusi

PANDANGAN HIDUP SISTEM

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB II KERANGKA TEORITIK. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan paradigma definisi sosial sebagai

BAB 6 PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang ditinjau secara

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

KATA PENGANTAR. Saya Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

The Social Learning Theory of Julian B. Rotter

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut harus bekerja. Kerja dan bekerja merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari

PENGENALAN PSIKOLOGI KOGNITIF PENGENALAN

BAB V. PENUTUP. memiliki kondisi yang berbeda-beda pada masing-masing keluarga. Hanya hak anak

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong: 2009) mendefinisikan metode

Kata Kunci : Minat, Hasil Belajar, Variabel, Uji Signifikansi

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

Bagaimana Membentuk Pola Pikir yang Baru

SUSI RACHMAWATI F

MOTIVASI BELAJAR ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH DILTS FOUNDATION

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. Dra. Indriati Susilo, M.Si

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Upaya Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

DAFTAR TABEL. 9. Tanggapan Responden Terhadap Mengenai Diperbolehkan. Memberikan Ide Baru Tanggapan Responden Tentang Manajer Mendukung

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS III SDN 131/VII TEMENGGUNG. Oleh BADARIA ABSTRAK

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Variabel Semangat Kerja dan Indikator Pengukurannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak dipandang sebagai

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membimbing anak serta memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan fisik

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab 1 Kewirausahaan. 1. Kewirausahaan dalam Perspektif Sejarah

METODOLOGI PENELITIAN DAN ETIKA PENELITIAN. Fakultas Teknik Elektro 1

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan masyarakat, masyarakat dengan individu, dan masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Orang Tuamu T. nakmu, Tet. Ajaran dan Nasihat Tuhan.

TINJAUAN HUKUM TENTANG HADLANAH (HAK ASUH ANAK) AKIBAT PERCERAIAN. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta )

Kadang-kadang motivasi itu jelas, tak jelas, tak nampak, atau merupakan gabungan dari beberapa motif. Kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kamus bahasa Mongondow Boli yang berarti utang sedangkan Monomboli adalah

PARADIGMA PENDIDIKAN. Bahan Kuliah S2 Sosiologi Pendidikan dan Perubahan Sosial. Ravik Karsidi 2015

ANAJEMEN KOPERASI PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN DAN ORGANISASI KOPERASI. New Version 2014 PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN PENGERTIAN RGANISASI KOPERASI

Proses dan efek Media

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

Transkripsi:

BAB II TEORI BEHAVIORAL SOSIOLOGI-BURRHUS FREDERIC SKINNER A. Sejarah Hidup Burrhus Frederic Skinner Burrhus Frederic Skinner (B.F. Skinner) lahir di Susquehanna, Pennsylvania, pada tanggal 20 Maret 1904. Ia merupakan anak pertama dari pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara dan seorang politisi, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Skinner tumbuh dalam suasana dan lingkungan yang nyaman, bahagia, dan dengan derajat ekonomi keluarga menengah ke atas. Orang tuanya menerapkan nilai-nilai kesederhanaan, kebaktian, kejujuran, dan kerja keras dalam menjalani kehidupan. Keluarga skinner adalah orang-orang gereja, namun Skinner pernah hampir kehilangan kepercayaan terhadap agama ketika masih duduk di bangku sekolah menengah. dan kemudian ia tidak menjalankan atau mengikuti agama apapun. 1 Ketika berusia 2 setengah tahun, adiknya, Edward yang biasa disapa Ebbie lahir. Skinner merasa bahwa adiknya lebih disayang oleh kedua orang tuanya. Namun, ia tidak merasa kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Pada tahun pertama Skinner di perguruan tinggi, adiknya, Ebbie meninggal dunia. Sejak saat itu kedua orang tuanya menjadi progresif dan sulit memberikan izin kepada Skinner untuk bepergian. Mereka menginginkan Skinner menjadi anak rumahan The Family Boy saja. Dengan sungguh-sungguh kedua orang tuanya 1 Jess Feist and Gregory J. Feist.Theories of Personality. New York: McGraw Hill. Hal 105 29

30 sukses menjalankan kewajiban dengan menjaga kestabilan keuangan Skinner, bahkan hingga ia menjadi seorang psikologi terkemuka di Amerika. Pada tahun pertama, Skinner tertarik untuk menjadi seorang penulis profesional, dengan tujuan atau cita-citanya mempublikasikan Walden Two ketika ia mulai berusia 40 tahun. Ketika Skinner tamat dari sekolah menengah, keluarganya pindah ke Scranton, Pennsylvania. Dan hampir dengan seketika Skinner masuk ke Peguruan Tinggi Hamilton, sebuah sekolah kesenian liberal di Clinton, New York. Setelah mendapatkan gelar sarjana muda di Inggris, Skinner menyadari ambisinya untuk menjadi seorang penulis yang kreatif. Skinner memberi tahu ayahnya bahwa ia berkeinginan untuk menghabiskan waktu satu tahun dengan tanpa bekerja di rumah kecuali menulis. Dengan alasan akan kebutuhan untuk membangun/membentuk kehidupan, ayahnya (William Skinner) dengan terpaksa mendukung skinner selama satu tahun ini, dengan kondisi atau alternatif skinner akan mendapatkan pekerjaan yang lain jika karir menulisnya tidak sukses. Namun, datang sebuah surat pemberi harapan dari Robert Frost, dengan suratya ia memberikan harapan kepada Skinner untuk menjadi seorang penulis karena ia telah membaca tulisan-tulisan Skinner. 2 Skinner pun kembali ke rumah orang tuanya di Scranton, belajar di loteng dan mulai menulis dari pagi hari. Namun, usahanya tidak produktif karena ia malah tidak memiliki ide untuk disampaikan dan dituangkan dalam tulisantulisannya. Hingga satu tahun itu disebut sebagai Tahun Kegelapan bagi 2 Ibid. Hal. 155

31 Skinner. Tahun kegelapan tersebut memberikan gambarana akan kuatnya kebimbangan identitas hidup Skinner, dan ini bukanlah kirisis identitas yang terakhir bagi Skinner. Di akhir tahun kegelapannya yang berlangsung selama 18 bulan, Skinner dihadapi dengan permintaan untuk mencari pekerjaan baru. Psikologi pun memberinya isyarat. Setelah membaca beberapa karya Watson dan Pavlov, ia memutuskan untuk menjadi seorang behavioris. Ia pun tidak pernah ragu terhadap keputusannya tersebut dan dengan kesungguhan hati menerjunkan dirinya ke dalam behaviorisme radikal. Meskipun Skinner tidak pernah mengambil pendidikan sarjana psikologi, Harvard menerimanya sebagai mahasiswa lulusan psikologi. Setelah mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1931, Skinner menerima beasiswa dari Dewan Penelitian Nasional untuk melanjutkan penelitian laboratoriumnya di Harvard. Skinner pun menjadi pecaya diri dengan identitasnya sebagai seorang behavioris. Ia juga membuat garis besar cita-cita/tujuannya dalam 30 tahun ke depan. Dalam rencananya, Skinner juga terus mengingatkan dirinya untuk benar-benar taat dan sungguh-sungguh dalam mendalami metodologi behavioristik. Di tahun 1960, Skinner telah berhasil mewujudkan fase terpenting dalam rencananya. 3 Pada tahun, 1936, Skinner mulai mendapatkan posisi atau kedudukan pada pengajaran dan penelitian di Universitas Minnesota. Sesaat setelah pindah ke Minneapolis, ia memiliki seorang kekasih dengan masa pacaran yang pendek dan 3 Ibid. Hal. 156

32 tidak menentu. Hingga ia kemudian menikah dengan Yvonne Blue. Skinner mempunyai 2 orang anak, yaitu Julie yang lahir pada tahun 1938 dan Deborah (Debbie) yang lahir pada tahun 1944. Dalam tahun-tahunnya di Minnesota, Skinner menerbitkan buku pertamanya yang berjudul The Behavior of Organisms (1938). Di usiannya yang ke-40 tahun, Skinner masih bergantung kepada bantuan keuangan dari ayahnya untuk berjuang dalam ketidak berhasilannya menulis buku mengenai perilaku lisan (Behavior Verbal). Karena ia tidak sepenuhnya terlepas dari Tahun Kegelapan dalam 20 tahun pertama. Meski Skinner menjadi sukses dan menjadi seorang behavioris terkemuka, ia lamban dalam mengatur dan menghasilkan keuangannya sendiri. Dengan model kekanak-kanakan, ia mengijinkan orang tuanya untuk membayar mobil, liburan, pendidikan anakanaknya di sekolah, bahkan rumah untuk keluarganya. 4 Ketika Skinner masih menuntut ilmu di Universitas Minnesota, ayahnya memberikan penawaran kepada Skinner, bahwa ia akan membayar gaji sekolah musim panasnya jika ia terlebih dahulu mengajar selama musim panas dan membawa istri serta kedua anaknya ke Scranton. Skinner pun menerima tawaran dari ayahnya untuk pindah ke Scranton serta untuk kembali menulis. Namun, buku yang ia tulis masih belum dapat diselesaikan juga hingga beberapa tahun mendatang. 4 Ibid. Hal. 157

33 Pada tahun 1945, Skinner meninggalkan Minnesota untuk mengetuai/mengepalai sebuah Departemen Psikologi di Universitas Indiana, sebuah pilihan yang menjadikannya lebih frustasi karena tugas-tugas administifnya menjemukan, ditambah Skinner belum merasakan pengetahuan dan pengalaman akan psikologi itu sendiri. Namun, istrinya memiliki perasaan atau anggapan yang bertentangan dengan Skinner. Ia beranggapan bahwa meskipun begitu, krisis pribadi Skinner akan segera berkahir dan karir profesionalnya pun akan datang. B. Paradigma Perilaku Sosial Paradigma perilaku sosial dikembangkan oleh B.F. Skiner dengan meminjam pendekatan behaviorisme dari ilmu psikologi. Ia sangat kecewa dengan dua paradigma sebelumnya karena dinilai tidak ilmiah, dan dianggap bernuansa mistis. Menurutnya, obyek studi yang konkret-realistik itu adalah perilaku manusia yang nampak serta kemungkinan perulangannya (behavioral of man and contingencies of reinforcement). Skinner juga berusaha menghilangkan konsep volunterisme Parson dari dalam ilmu sosial, khususnya sosiologi. Yang tergabung dalam paradigma ini adalah Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange. Teori Behavioral Sociology dan Teori Exchange adalah pendukung utama behaviorisme sosial ini. Sosiologi model ini menekuni perilaku individu yang tak terpikirkan. Fokus utamanya pada rewards sebagai stimulus berperilaku yang diinginkan, dan punishment sebagai pencegah perilaku yang tidak diinginkan. Berbeda dengan paradigma fakta sosial yang cenderung menggunakan interview-kuesioner dalam metodologinya, juga definisi sosial dengan observasi,

34 paradigma perilaku sosial menggunakan metode eksperimen.ada dua teori yang masuk dalam behaviorisme sosial, yakni; sociology behavioral, dan teori pertukaran. 5 Ketiga paradigma di atas memang menjadi dominan dalam kajian sosiologi. Tapi, untuk mempermudah bayangan kita tentang mana pendekatan yang utama maka di sini akan dibahas analisis Habermas dalam membagi paradigma ilmu-ilmu sosial, termasuk juga kategori sosiologis. Pertama, paradigma instrumental. Dalam paradigma instrumental ini, pengetahuan lebih dimaksudkan untuk menaklukkan dan mendominasi obyeknya. Paradigma ini sesungguhnya adalah paradigma positivisme, atau dekat dengan paradigma fungsional. Positivisme adalah aliran filsafat dalam ilmu sosial yang mengambil cara kerja ilmu alam dalam menguasai benda, dengan kepercayaan pada universalisme dan generalisasi. Untuk itulah, positivisme mensyaratkan pemisahan fakta dengan nilai (value) agar didapati suatu pemahaman yang obyektif atas realitas sosial. Kedua, paradigma intepretatif. Dasar dalam paradigma ini adalah fenomenologi dan herme neutik, yaitu tradisi filsafat yang lebih menekankan pada minat yang besar untuk memahami. Semboyannya adalah biarkan fakta berbicara atas nama dirinya sendiri. Yang ingin dicapai hanya memahami secara sungguh-sungguh, tapi tidak sampai pada upaya untuk melakukan pembebasan. Prinsipnya tetapi bebas nilai, 5 George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 70

35 walaupun kelompok paradigma ini kontra dengan positivisme. Ketiga, paradigma kritik. Paradigma ini lebih dipahami sebagai proses katalisasi untuk membebaskan manusia dari segenap ketidakadilan. Prinsipnya sudah tidak lagi bebas nilai, dan melihat realitas sosial menurut perspektif kesejarahan (historisitas). Paradigma ini menempatkan rakyat atau manusia sebagai subyek utama yang perlu dicermati dan diperjuangkan. Menurut paradigm perilaku social, pemikiran yang memutuskan perhatian pada system atau setruktur social, seperti yang berlangsung dalam paradigma Fakta Social, dapat mengalihkan perhatian kita dari tingkah laku sebenarnya manusia. Sebab system atau setruktur itu adalah sesuatu yang jauh dari realitas social. Begitu juga pengagungan individu-individu manusia dengan menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari kreatifitas yang bersumber dari diri manusia, seperti yang disodorkan oleh paradigm Definisi Sosial, merupakan pandangan yang bersifat subyektif dan aspeknya sangant psikologis, sehingga menjauhkan sosiologi dari dunua empiris. Jadi kedua paradigm ini menjauhkan sosiologi dari tingkah laku atau perilaku yang diimbulkan oleh interaksi social yang terdapat dalam lingkungan pergaulan masyarakat. Menurut paradigma Perilaku Social, interaksi social menduduki posisi yang sangat penting dalam suatu komunitas karena selalu menimbulkan perilaku dan perubahan perilaku berikutnya. Tetapi secara konseptual perilaku di sini harus dibedakan dengan perilaku menurut paradigma Definisi Sosial yang memposisikan manusia sebagai actor yang mempunyai kekuatan kreatif. 6 6 Ibid. Hal. 72

36 Dalam paradigma Perilaku Social, individu kurang memiliki kebebasan dalam tingkah laku. Tingkah lakunya itu di tentukan oleh stimulus dari luar dirinya. Jadi dibandingkan dengan pandangan paradigma Definisi Sosial, tingkah laku manusia menurut paradigma ini lebih bersifat mekanik. Mengenai pandangan paradigm Fakta Social bahwa tindakan manusia ditentukan oleh system atau setruktur social di luar diri manusia, paradigm Perilaku Social mengakui adanya penagruh itu tetapi tidak dominan. Yang penting sejauh mana pengaruh itu tetapi menimbulkan perilaku berikutnya. Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas 7 a) Bermacam-macam obyek sosial. b) Bermacam-macam obyek non sosial Prinsip yang mengasai antar hubungan indifidu dengan obyek sosial adalah sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan obyek non sosial. Secara singkat pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. C. Reinforcement 7 Ritzer, George. 2013. Sosiologi ilmu berparadigma ganda. Jakarta: Rajawali pers. Hal 73

37 Behavioral sociology di bangun dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teroi ini memusatkan perhatiaannya kepada hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku aktor. Akibat-akibat tingkah laku diperlakukan sebagai variabel independen. Ini berarti bahwa teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang terjadi itu melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. Jadi nyata secara metafisik ia mencoba menerangkan tingkah laku yang terjadi di masa sekarang melalui kemungkinan akibatnya yang terjadi di masa yang akan datang. Yang menarik perhatian behavioral sociology adalah hubungan historis antara akibat tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan aktor dengan tingkah laku yang terjadi sekarang. Akibat dari tingkah laku yang terjadi di masa lalu mempengaruhi tingkah laku yang terjadi di masa sekarang. Dengan mengetahui apa yang di peroleh dari suatu tingkah laku nyata di masa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang aktor akan bertingkah laku yang sama(mengulanginya) dalam situasi sekarang. Konsep dasar Behavior sosiology yang menjadi pemahamannya adalah reinforcement yang dapat diartikan sebagai ganjaran. Tidak ada sesuatu yang melekat dalam obyek yang dapat menimbulkan ganjaran. Perulangan tingkah laku tidak dapat dirumuskan terlepas dari efeknya terhadap perilaku itu sendiri. Perulangan dirumuskan dalam pengertiannya terhadap aktor. Sesuatu ganjaran yang tidak membawa pengaruh terhadap aktor tidak akan diulang. 8 Contoh yang sederhana adalah tentang makanan. Makanan dapat dinyatakan sebagai ganjaran yang umum dalam masyarakat yang umum. Tapi bila 8 Ibid. Hal. 74

38 seseorang sedang tidak lapar maka makan tidak akan di ulang. Lalu apakah sebenarnya yang menentukan: apakah ganjaran yang akan diperoleh itu yang menyebabkan perulangan tingkah laku? Bila aktor telah kehabisan makan, maka ia akan lapar adan makanan akan berfungsi sebagai pemaksa. Sebaliknya bila ia baru saja makan, tingkat kerugiannya menurun sehingga makanan tidak lagi menjadi pemaksa yang efektif terhadap perulangan tingkah laku. D. Tingkah Laku Manusia Dipengaruhi Oleh Lingkungannya Filsafat Behaviourisme Skinner ini bersifat saintifik, sekalipun sering disebut saintifik radikal. Dia ingin menemukan pola-pola hubungan antara kelaskelas kejadian yang dapat diamati sehingga pola sebab-musabab bisa dipastikan. Dalam karya beyond freedomand dignity, skinner memperlihatkan dirinya bukan saja sebagai seorang ahli sains yang cemerlang, dan sebagai pengikut suatu aliran tertentu dalam mencetak karya-karya ilmiah, namun dia juga memperlihatkan kebolehannya sebagai seorang ahli filsafat yang sangat kualifaid dibidang pengetahuan mengenai manusia. Ini tidaklah mengherankan karena tema-tema yang diutarakannya adalah hal-hal yang diperolehnya di laboratorium psikologi. Menurut skinner, analisis tingkah laku secara eksperimental tidak memungkinkan kita mengutarakan kejadian-kejadian internal. Sebaliknya, kita ketahui bahwa tingkahlaku dikendalikan oleh keadaan-keadaan lingkungan. Konsep-konsep kebebasan mungkin lebih dipahami dalam arti penentuan lingkungan ketimbang dalam arti pernyataan sesuatu yang secara internal bersifat otonom. Manusia terus hidup sebagai satu jenis dan sebagai seorang individu. tingkahlakunya tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang datang dari dalam. Ia

39 dilihat sebagai fungsi dari keadaan-keadaan lingkungannya. Dalam hal ini Skinner berkata 9 : Ia sesungguhnya ditentukan oleh lingkungan sekitarnya, tetapi kita perlu mengingat bahwa lingkungan itu adalah lingkungan ciptaannya sendiri. Evolusi budaya adalah satu latihan raksasa mengenai kontrol diri. Kita belum melihat apa yang dapat diperlukan oleh manusia atas manusia sendiri. Di antara bidang-bidang psikologi sosial yang sangat dipengaruhi oleh skinner sekarang ini adalah bidang kepercayaan dan sikap. Sekilas terlihat bahwa pendekatan behaviorisme seolah-olah tidak memiliki tempat di sini. Sikap selalu dilihat dalam kerangka psikologi kognitif. Dan tidak dapat dilihat dari sudut behaviorisme. Soalnya adalah bagaimana sikap itu dipelajari? Bukankah melalui pengukuhan sosial? Dan seorang ahli behaviourisme ini akan mempertahankannya dengan menjelaskan bahwa perubahan dapat dilihat dari sudut sosiologi. 9 James A. Schellenberg.1997. tokoh-tokoh psikologi sosial. Jakarta:BUMI AKSARA. Hal 99