Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi

dokumen-dokumen yang mirip
Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi

Pedoman Pengelolaan Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi

Program Hibah Air Limbah

Program Hibah Air Minum

Program Hibah Air Minum APBN. Pedoman Pengelolaan. April Pedoman Pengelolaan Program Hibah Air Minum

Konsep Program Hibah Air Minum Perdesaan Sumber Dana APBN Murni TA 2016

Program Hibah Air Minum APBN. Pedoman Pengelolaan. Mei Pedoman Pengelolaan Program Hibah Air Minum

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA. Tata Kelola Program Hibah Air Minum Perkotaan APBN Murni TA 2016

Mekanisme Pelaksanaan Program Hibah Air Minum APBN Tahun Anggaran 2015

PEMERINTAH KOTA CIMAHI

Pedoman Program Hibah Air Limbah Setempat APBN

Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

HIBAH PENINGKATAN KINERJA & PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI PROVINCIAL ROAD IMPROVEMENT & MAINTENANCE (PRIM)

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 RENCANA IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM HIBAH AIR MINUM TA 2016

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB V RENCANA IMPLEMENTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

RENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan

PROGRAM HIBAH AIR MINUM

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI

PROGRAM HIBAH AIR MINUM. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Pembiayaan dan Kapasitas Daerah

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

I 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

BAB III ISU STRATEGIS & TANTANGAN SEKTOR SANITASI KABUPATEN KLATEN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

KOTA TANGERANG SELATAN

KELOMPOK KERJA AIR MINUM & PENYEHATAN LINGKUNGAN (POKJA AMPL) KABUPATEN BANGGAI LAUT

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PERENCANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH MENUJU 100% AIR MINUM. Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas Jakarta, Januari 2015

SOSIALISASI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK 2019 DALAM MENDUKUNG AKSES UNIVERSAL AIR MINUM SANITASI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

PROFIL IPAL KOTA BANDA ACEH

Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan. Perencanaan menyeluruh pengelolaan sistem air limbah skala Kota.

BAB 6 MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

FORMAT USULAN RENCANA KEGIATAN PROPOSAL DAK TA. 2017

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

2013, No

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

DAFTAR ISI PANDUAN WORKSHOP PENYIAPAN DED

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

2 dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 3. Undang-undang Nomor

PELAKSANAAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH UNTUK MENDUKUNG TERWUJUDNYA PERMUKIMAN LAYAK HUNI DAN BERKELANJUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BUPATI TANGERANG PROPINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Tugas Pembantuan. Pembangunan. Pengembangan. Pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG KEPUTUSAN BUPATI BADUNG NOMOR 1193 / 03 / HK / 2013 TENTANG

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PRT/M/2012 TENTANG

BAB I TATA CARA PENYIAPAN KEGIATAN

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

Transkripsi:

Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Pedoman Pengelolaan Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi April 2012

Kata Pengantar Pengelolaan lingkungan dalam bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), khususnya sektor air limbah dan persampahan di kawasan permukiman dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi permukiman yang berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Kawasan permukiman selayaknya dilengkapi dengan sarana dan prasarana sistem pengelolaan air limbah dan persampahan yang layak. Tidak memadainya prasarana bidang PLP di kawasan permukiman akan berpengaruh buruk pada kondisi kesehatan dan lingkungan yang memiliki dampak lanjutan terhadap tingkat perekonomian keluarga. Sampai saat ini Kabupaten/Kota yang sudah mengalokasikan dana untuk pembangunan sarana bidang PLP relatif sedikit. Dengan mengikuti Program Hibah Australia Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi/Australia Indonesia Infrastructure Grants for Sanitation (saiig) ini pemerintah daerah penerima hibah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah dan persampahan. Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya berinisiatif untuk mendorong kabupaten/kota dan provinsi selaku penangggung jawab pembangunan bidang PLP untuk dapat mengembangkan prasarana pengelolaan limbah domestik dan persampahan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan penyediaan prasarana bidang air limbah dan persampahan, serta mendorong pemerintah daerah agar bersedia meningkatkan alokasi dana yang selama ini dirasakan masih kurang kepada sektor tersebut. Melalui programini diharapkan adanya penambahan jumlah masyarakat yang mendapatkan akses terhadap sistem pengelolaan air limbah dan persampahan dan pada akhirnya dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Buku pedoman pelaksanaan program ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para pelaksana yang terkait dengan pengelolaan program ini baik di tingkat pusat maupun daerah. Bila dalam pelaksanaannya terdapat masukan yang bersifat konstruktif, dapat diusulkan untuk penyempurnaan program ini, sehingga program ini dapat diselenggarakan dengan lebih baik. Jakarta, April 2012 Direktur Jenderal Cipta Karya Budi Yuwono P. 3

Daftar Isi KATA PENGANTAR 3 DAFTAR ISI 4 DAFTAR GAMBAR 6 DAFTAR LAMPIRAN 7 SINGKATAN 8 DEFINISI 9 1 GAMBARAN SINGKAT KEGIATAN 1.1 Umum 10 1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan 10 1.3 Lingkup Kegiatan 11 2 KRITERIA DAERAH PENERIMA HIBAH PROGRAM HIBAH AUSTRALIA INDONESIA UNTUK PEMBANGUNAN SANITASI 2.1. Kriteria Pemerintah Daerah Penerima Hibah (Provinsi/Kabupaten/Kota) 12 2.2. Jenis Kegiatan 13 3 BESARAN DANA HIBAH 3.1 Penentuan Besaran Dana Hibah Berdasarkan Kegiatan yang Diusulkan 14 3.2 Pembayaran Hibah Berdasarkan Pelaksanaan Kegiatan 14 4 BANTUAN TEKNIS 4.1 Jenis Bantuan Teknis 15 4.2 Teknis Pelaksanaan 15 5 SYARAT-SYARAT KESIAPAN DAERAH DAN PENCAIRAN DANA 5.1 Syarat Kesiapan Daerah 16 5.2 Syarat Pencairan Dana Hibah 16 6 PERUNTUKAN DANA HIBAH 17 7 ORGANISASI PENGELOLA 7.1 Komite Pemerintah 18 7.2 Central Project Management Unit (CPMU) 18 7.3 Provincial Project Management Unit (PPMU) 19 7.4 Project Implementation Unit (PIU) 20 4

7.5 SKPD 20 7.6 Tim Konsultan 20 8 SURVEY KESIAPAN, BASELINE dan VERIFIKASI 8.1 Kegiatan analisa usulan program 22 8.2 Baseline Survey 22 8.3 Verifikasi Pelaksanaan Kegiatan 23 9 TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM AUSTRALIA INDONESIA UNTUK PEMBANGUNAN SANITASI 9.1 Mekanisme Hibah 24 9.2 Mekanisme Pengusulan Calon Penerima Hibah 24 9.3 Mekanisme Pelaksanaan 25 9.4 Mekanisme Permintaan Pencairan Dana Hibah 25 9.5 Mekanisme Pencairan Dana Program Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi 25 9.6 Kelengkapan Dokumen yang Harus Dilampirkan 26 10 PELAPORAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI 27 11 PENUTUP 28 5

DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Struktur Organisasi Pengelolaan Program Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi 21 Gambar L2.1 : Sistem Sambungan Rumah 33 Gambar L2.2 : Anaerobic Baffled Reactor 35 Gambar L2.3 : Anaerobic Upflow Filter 35 Gambar L2.4 : Contoh Gambar Typical Bak Kontrol 36 Gambar L2.5 : Contoh Gambar Typical Bak Kontrol Cabang 3 dan 4 37 Gambar L2.6 : Contoh Gambar Potongan Bak Kontrol 38 Gambar L2.7 : Contoh Gambar Jenis Pemasangan Perpipaan 39 6

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran- 1 : Prinsip-prinsip Good Governance 30 Lampiran- 2 : Pedoman Standar Teknis Prasarana Air Limbah dan Persampahan 31 Lampiran- 3 : Kesetaraan Gender 41 Lampiran- 4 : Dampak Lingkungan dan Rencana Mitigasi 44 Lampiran- 5 : Format Surat Minat untuk Mengikuti Program 45 Lampiran- 6 : Format Permintaan Penyaluran Hibah 46 Lampiran- 7 : Surat Ketersediaan untuk Diverifikasi 47 Lampiran- 8 : Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak 48 Lampiran- 9 : Surat Pernyataan dan Jaminan 49 Lampiran- 10 : Surat Rekomendasi 50 Lampiran- 11 : Contoh Format Rencana Komprehensif Kegiatan Hibah 51 Lampiran- 12 : Format Rencana Penggunaan Hibah dan Dana Pendamping 52 Lampiran- 13 : Contoh Format Rencana Tahunan Kegiatan Hibah (saiig) 53 Lampiran- 14 : Draft Format Laporan Tahunan Pelaksanaan (saiig) 54 Lampiran- 15 : Draf Format Rencana Tahunan Pelaksanaan (saiig) 55 Lampiran- 16 : Format Bukti Penerimaan Hibah/Kuitansi 56 7

SINGKATAN AMDAL APBD APBN BLUD CPMU DAK DAU DBH DED DJCK DJPK DPA IPAL IPLT ITF MBR MCK PPH PAD PD PIU PLP PPKD PPMU PPSP RKA RPIJM saiig SK SKPD SP2D SPA SPM SR SSK TA TPA TPST UKL UPL UPTD : Analisa Mengenai Dampak Lingkungan : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Badan Layanan Umum Daerah : Central Project Management Unit : Dana Alokasi Khusus : Dana Alokasi Umum : Dana Bagi Hasil : Detailed Engineering Design : Direktorat Jenderal Cipta Karya (Kementerian Pekerjaan Umum) : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (Kementerian Keuangan) : Dokumen Pelaksanaan Anggaran : Instalasi Pengolahan Air Limbah : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Intermediate Treatment Facility : Masyarakat Berpenghasilan Rendah : Mandi Cuci Kakus : Perjanjian Penerusan Hibah : Pendapatan Asli Daerah : Perusahaan Daerah : Project Implementation Unit : Penyehatan Lingkungan Permukiman : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah : Provincial Project Management Unit : Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman : Rencana Kerja Anggaran : Rencana Program Investasi Jangka Menengah : Australia Indonesia Infrastructure Grant for Sanitation(Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi) : Surat Keputusan : Satuan Kerja Pemerintah Daerah : Surat Perintah Pencairan Dana : Stasiun Peralihan Antara : Surat Perintah Membayar : Sambungan Rumah : Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota : Tahun Anggaran : Tempat Pemrosesan Akhir : Tempat Pengolahan Sampah Terpadu : Upaya Pengelolaan Lingkungan : Upaya Pemantauan Lingkungan : Unit Pelaksana Teknis Daerah 8

PERISTILAHAN Pemerintah Daerah Perjanjian Penerusan Hibah Donor/Lender Program Hibah : Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota : Perjanjian penerusan hibah antara Pemerintah Pusat cq. Menteri Keuangan atau kuasanya dengan Kepala Daerah untuk pelaksanaan kegiatan yang didanai dari pinjaman luar negeri atau hibah luar negeri : Lembaga Multilateral atau Bilateral : Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi 9

1. Gambaran Singkat Kegiatan 1.1 Umum Sampai dengan saat ini, kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan dana untuk pembangunan sarana bidang penyehatan lingkungan permukiman relatif sedikit. Disamping itu anggaran yang dialokasikan di masing-masing kabupaten/kota untuk kegiatan bidang tersebut masih relatif rendah. Sementara itu kebutuhan masyarakat atas sarana tersebut sudah semakin mendesak. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus penyakit yang terjadi akibat tidak sehatnya lingkungan permukiman, akibat dari buruknya sistem pengelolaan air limbah dan persampahan. Pemerintah pusat mempunyai komitmen untuk mendorong pemerintah daerah dalam pembangunan bidang penyehatan lingkungan permukiman yang lebih tinggi di tahun 2010 2014, hal ini tercermin dari meningkatnya alokasi dana yang dianggarkan sebesar hampir tujuh kali dari anggaran yang dialokasikan lima tahun sebelumnya. Pemerintah kabupaten/kota telah mulai memberikan perhatiannya kepada bidang penyehatan lingkungan permukiman, dengan telah dialokasikannya anggaran yang lebih besar untuk beberapa kegiatan terkait sektor air limbah dan persampahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan juga dengan mulai disusunnya dokumen perencanaan bidang sanitasi antara lain dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan/atau dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU Cipta Karya. Salah satu upaya pemerintah pusat dalam mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan sarana bidang penyehatan lingkungan permukiman adalah melalui Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi/Program Australia-Indonesia Infrastructure Grants for Sanitation (saiig). Melalui program ini Pemerintah memberikan dana hibah untuk kabupaten/kota yang telah melaksanakan kegiatan sektor tersebut dengan menggunakan dana APBD pada tahun anggaran berjalan. Pelaksanaan Program Hibah ini akan menggunakan mekanisme penerusan hibah sebagaimana diatur dalam PMK 168/2008 tentang Hibah Daerah dan PMK 169/2008 tentang Tata Cara Penyaluran Hibah Kepada Pemerintah Daerah, atau Peraturan Perundangan-undangan terkait hibah daerah dan tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah. Hibah ini akan diberikan berdasarkan kinerja yang terukur (output based) atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada TA 2012, 2013, dan 2014, yang kemudian akan dilakukan verifikasi oleh Ditjen Cipta Karya. Apabila hasil verifikasi menunjukkan hasil yang sesuai dengan kriteria teknis yang ditetapkan, dana hibah akan dibayarkan sesuai dengan nilai yang telah disepakati. Pedoman ini berisi penjelasan mengenai petunjuk pelaksanaan Program Hibah bagi kabupaten/kota yang mengikuti program tersebut. 1.2 Tujuan dan Sasaran Kegiatan Program ini ditujukan untuk mempercepat pencapaian pembangunan bidang air limbah dan persampahan. Sasaran program ini adalah kabupaten/kota yang telah mempunyai dokumen perencanaan pengelolaan bidang PLP (air limbah dan persampahan) berupa dokumen SSK dan RPIJM Bidang PU Cipta Karya. 10

1.3 Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan program ini adalah penerusan hibah dari Pemerintah Australia melalui Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk membiayai pembangunan sektor air limbah dan persampahan sesuai dengan syarat dan ketentuan teknis dari Direktorat Jenderal Cipta Karya serta persyaratan lainnya terkait penyaluran dana hibah sesuai ketentuan dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan. 11

2. Kriteria Daerah Penerima Hibah Program Hibah Australia Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi Pemerintah Daerah yang berencana mengikuti Program Hibah ini harus memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan pihak donor sebagai dasar dalam menetapkan daerah penerima hibah dan program/kegiatan yang dinilai layak untuk menentukan besaran dana hibah. Kriteria Pemerintah Daerah penerima hibah dan jenis kegiatannya adalah sebagai berikut: 2.1. Kriteria Pemerintah Daerah Penerima Hibah (Provinsi/Kabupaten/Kota) a. Memiliki dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) dan RPIJM Bidang PU Cipta Karya yang disetujui oleh Kepala Daerah masing-masing dan masih berlaku hingga TA 2014; b. Memiliki rencana komprehensif untuk kegiatan fisik pembangunan air limbah dan/atau persampahan Tahun Anggaran 2012 2014; c. Mempunyai dokumen anggaran (DPA) yang dilengkapi dengan dokumen perencanaan untuk kegiatan air limbah dan/atau persampahan pada Tahun Anggaran berjalan sampai dengan berakhirnya program hibah; d. Bersedia mengalokasikan anggaran untuk kegiatan air limbah dan persampahan untuk TA 2012-2014 yang mencakup pembangunan prasarana fisik yang ditunjukkan dalam bentuk surat komitmen kepala daerah yang dirinci dalam program tahunan; e. Pemda bersedia untuk memperluas cakupan pelayanan dan meningkatkan kinerja sektor air limbah dan persampahan; f. Pemda telah menyediakan lahan untuk pembangunan prasarana air limbah dan/atau persampahan yang akan dibangun; g. Pemda menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance); h. Pemda bersedia membiayai kegiatan operasi dan pemeliharaan sistem pengelolaan air limbah dan persampahan yang dibangun yang ditunjukkan dengan surat pernyataan dari kepala daerah (terlampir); i. Pemda bersedia menyusun dan/atau memperbaiki peraturan perundangan terkait sektor air limbah dan persampahan; j. Pemda bersedia melakukan kegiatan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat termasuk kelompok perempuan terkait kesetaraan gender untuk sektor air limbah dan persampahan (penjelasan tentang kesetaraan gender terlampir); k. Sudah dan akan mempunyai institusi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan air limbah dan persampahan yang sesuai dengan ketentuan perangkat peraturan yang ada. 12

2.2. Jenis Kegiatan Program/kegiatan yang dinilai layak untuk menentukan besaran dana hibah Program Hibah tersebut adalah kegiatan bidang air limbah dan/atau persampahan yang didanai melalui APBD (PAD, DAU dan DBH) untuk TA 2012-2014. Jenis kegiatan yang dapat digantikan oleh dana hibah: a. Sektor Air Limbah (i) Pembangunan sistem pengolahan air limbah terpusat skala lingkungan untuk 200-400 KK. Pekerjaan ini harus menghasilkan sistem yang lengkap, terdiri dari: sambungan rumah, pipa air limbah, bak kontrol dan instalasi pengolahan; (ii) Pembangunan jaringan air limbah terpusat skala lingkungan untuk minimal 50 KK yang akan dihubungkan dengan sistem air limbah terpusat yang sudah ada (skala kota); (iii) Detail kegiatan dapat dilihat pada lampiran L2. b. Sektor Persampahan (i) Pembangunan Transfer Station (SPA) yang terdiri dari: - Hanggar*) - Luas minimal 20.000 m 2 *) - Pagar - Bak pengendap untuk lindi*) - Sumur resapan*) - Area parkir*) - Mesin pemadat*) Keterangan: *) komponen minimal yang harus dibangun (ii) Detail kegiatan dapat dilihat pada lampiran L2. 13

3. Besaran Dana Hibah Dana hibah Program Hibah tersebut telah ditetapkan besaran serta mekanisme pembayaran oleh Pemerintah Pusat beserta pihak donor. Penjelasan mengenai penentuan besaran dana hibah berdasarkan kegiatan yang diusulkan dan pembayaran hibah berdasarkan pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut: 3.1 Penentuan Besaran Dana Hibah Berdasarkan Kegiatan yang Diusulkan a. Besaran dana hibah yang akan digantikan untuk pembangunan SPA adalah 50% yang telah disetujui oleh Appraisal Consultant secara tahunan dari total biaya pembangunan. b. Besaran dana hibah yang akan digantikan untuk sektor air limbah: (i) Pembangunan sistem pengolahan air limbah terpusat skala lingkungan adalah Rp 4.000.000/Sambungan Rumah; (ii) Pembangunan jaringan air limbah terpusat skala lingkungan yang akan dihubungkan dengan sistem air limbah terpusat yang sudah ada (skala kota) adalah Rp 3.000.000/Sambungan Rumah. Kegiatan yang dibiayai dari DAK dan dana pendamping kegiatan yang bersumber dari hibah luar negeri/apbn tidak dapat digantikan oleh dana hibah. 3.2 Pembayaran Hibah Berdasarkan Pelaksanaan Kegiatan Jumlah hibah akan dibayarkan berdasarkan hasil verifikasi atas program yang telah disetujui pada tahun berjalan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jumlah yang hibah akan dibayarkan maksimum sebesar jumlah hibah yang telah ditetapkan dalam PPH; b. Untuk Sektor Persampahan, jumlah hibah yang akan dibayarkan adalah sebesar 50% yang telah disetujui oleh Konsultan Apraisal secara tahunan dari nilai prasarana yang telah selesai dibangun dan berfungsi serta dinilai layak. Bila penyelesaian kegiatan tidak sesuai dengan perencanaan (volume/unit lebih kecil), maka kegiatan tersebut dinilai tidak layak untuk dibayar (kecuali perubahan tersebut sudah diajukan dan disetujui dalam APBD-P, dan nilainya tidak melebihi jumlah PPH yang sudah ditetapkan); c. Untuk Sektor Air Limbah, jumlah hibah yang akan dibayarkan dihitung berdasarkan jumlah Sambungan Rumah (SR) baru yang telah dibangun dan berfungsi; d. Untuk setiap akhir tahun anggaran akan dilaksanaan evaluasi terhadap kinerja prasarana yang dibangun tahun berjalan yang menjadi dasar dalam penentuan program dan jumlah hibah yang akan dibayarkan tahun berikutnya; e. Hasil evaluasi menjadi pertimbangan untuk mengalihkan dana hibah yang tidak diserap kepada Pemerintah Daerah lainnya yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. 14

4. Bantuan Teknis Bantuan teknis akan diberikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang didukung oleh Donor kepada Pemerintah Daerah peserta Program Hibah. Penjelasan mengenai jenis bantuan teknis dan teknis pelaksanaan adalah sebagai berikut : 4.1 Jenis Bantuan Teknis a. Kegiatan Appraisal pelaksanaan program/kegiatan; (i) Pendampingan dalam penyusunan DED; (ii) Review atas DED yang sudah disusun oleh daerah. b. Kegiatan baseline survey; c. Verifikasi pelaksanaan kegiatan. 4.2 Teknis Pelaksanaan Teknis pelaksanaan pemberian bantuan teknis kepada Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap daerah dalam bentuk pendampingan tenaga ahli. 15

5. Syarat-Syarat Kesiapan Daerah dan Pencairan Dana Agar Pemerintah Daerah dapat mengikuti dan mendapatkan dana hibah Program Hibah tersebut, Pemerintah Daerah disyaratkan memenuhi syarat kesiapan daerah dan syarat pencairan dana hibah. Penjelasan mengenai syarat kesiapan daerah dan syarat pencairan dana hibah adalah sebagai berikut: 5.1 Syarat Kesiapan Daerah: a. Proyek/kegiatan yang diusulkan tercantum dalam RPIJM Bidang PU Cipta Karya dan Memorandum Program yang mengacu ke SSK. Dokumen SSK menjadi acuan penyusunan Rencana Komprehensif dan Rencana Tahunan; b. Untuk daerah yang sudah memiliki program sanitasi untuk tahun 2012 bisa mengikuti program hibah ini de ngan syarat program/kegiatan tersebut sudah memiliki DED, dan dokumen lingkungan sesuai dengan penjelasan terlampir; c. Pemda sudah menyiapkan lembaga yang akan mengelola fasilitas/prasarana yang dibangun (misalnya dinas, UPTD, BLU, PD atau kelompok masyarakat); d. Surat pernyataan ketersediaan lahan dari kepala daerah untuk seluruh kegiatan yang diusulkan; e. Pemerintah Daerah bersedia mengalokasikan dana APBD (yang bersumber dari PAD, DBH dan DAU) untuk membiayai pelaksanaan proyek/kegiatan hingga selesai yang akan diajukan untuk diganti dengan dana hibah pada TA berikutnya. 5.2 Syarat Pencairan Dana Hibah Pencairan dana hibah dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Realisasi pelaksanaan proyek/kegiatan pada tahun anggaran yang diajukan untuk mendapatkan penggantian hibah telah diverifikasi dan mendapatkan rekomendasi dari CPMU untuk mengajukan permintaan pembayaran hibah; b. Daerah mengajukan surat permintaan penyaluran dana hibah kepada Ditjen Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan dengan dilengkapi dokumen sebagaimana dipersyaratkan dalam PMK 169/2008 dan peraturan lainnya terkait pencairan dana hibah. 16

6. Peruntukan Dana Hibah Dana hibah merupakan penggantian atas pelaksanaan pembangunan fisik prasarana air limbah dan/atau persampahan yang telah selesai dibangun. Dana hibah tersebut harus digunakan kembali untuk pengembangan sektor air limbah dan/atau persampahan tahun selanjutnya. 17

7. Organisasi Pengelola Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi ini akan dikelola secara berjenjang dari tingkat Pusat, Provinsi hingga Kab/Kota, dengan struktur organisasi sebagai berikut: 7.1 Komite Pemerintah Atas nama Pemerintah, Komite Pemerintah dibentuk melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya untuk mengelola kegiatan. Komite Pemerintah terdiri atas Tim Pengarah yang beranggotakan unsur eselon 1 dan 2 dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Keuangan, dan Bappenas, serta Team for Counterparts of Planning for IndII Stage 2 yang beranggotakan unsur eselon 3 dan 4 dari Kementerian Pekerjaan Umum dan instansi terkait pelaksanaan Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi. a. Tim Pengarah bertugas untuk: Memberikan arahan mengenai kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan program hibah secara keseluruhan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Pengarah dibantu sepenuhnya oleh Team for Counterparts of Planning for IndII Stage 2 (Tim Teknis). b. Team for Counterparts of Planning for IndII Stage 2 bertugas untuk: (i) Melakukan sosialisasi rencana program hibah kepada provinsi dan/atau kab/kota; (ii) Menyusun Dokumen Pedoman Pelaksanaan Program termasuk kriteria Pemerintah Daerah dan kriteria penilaian; (iii) Melakukan penilaian Pemda yang memenuhi kriteria program hibah; (iv) Memberikan pembinaan teknis kepada Pemda penerima hibah terhadap hal-hal terkait pelaksanaan kegiatan di provinsi/kab/kota; (v) Memberikan laporan kepada Tim Pengarah mengenai progress pelaksanaan program hibah. Program Hibah akan dilaksanakan oleh provinsi/kabupaten/kota dengan berpedoman pada Pedoman Pengelolaan Program Hibah. Organisasi pengelola program ini terdiri dari CPMU di tingkat pusat, PPMU di tingkat provinsi dan PIU ditingkat kabupaten/kota. 7.2 Central Project Management Unit (CPMU) Central Project Management Unit (CPMU) ditetapkan berdasarkan SK Direktur Jenderal Cipta Karya. Tugas ketua CPMU adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan program dan proyek lintas intansi dan tingkat pusat dan kabupaten/kota pada pelaksanaan Program Hibah; b. Berkoordinasi dengan wakil ketua CPMU untuk pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program; c. Menyampaikan laporan triwulan tingkat kemajuan pelaksanaan Program untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal Cipta Karya dan instansi pusat terkait; d. Memberikan rekomendasi kelayakan pencairan dana hibah masing-masing kabupaten/kota kepada Kementerian Keuangan berdasarkan hasil verifikasi yang dilaporkan oleh Wakil Ketua CPMU; e. Melaksanakan kegiatan verifikasi, monitoring dan evaluasi tahunan; 18

f. Melakukan koordinasi pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program di provinsi dan kab/kota bersama dengan wakil ketua CPMU, PPMU dan PIU; g. Dalam melaksanakan tugasnya Ketua CPMU akan dibantu oleh wakil ketua CPMU masing-masing bidang dan Tim Konsultan independen yang akan bekerjasama dengan PPMU untuk pelaksanaan baseline survey dan verifikasi. Tugas dari Wakil Ketua CPMU adalah sebagai berikut: (i) Membantu ketua CPMU dalam mendukung perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan pada masing-masing bidang; (ii) Menyampaikan rencana kegiatan tahunan masing-masing kab./kota kepada Ketua CPMU; (iii) Membantu ketua CPMU dalam berkoordinasi dengan PPMU untuk melakukan monitoring pengelolaan program di masing-masing kab./kota sesuai dengan bidangnya masing-masing; (iv) Membantu ketua CPMU dalam melakukan monitoring progress pelaksanaan fisik dan keuangan Program Hibah Bantuan Pemerintah Australia secara nasional di masing-masing bidang; (v) Membantu ketua CPMU dalam menyusun laporan progress pelaksanaan Program Hibah Bantuan Pemerintah Australia untuk disampaikan kepada Team for Counterparts of Planning for IndII Stage 2; (vi) Membantu ketua CPMU dalam menyiapkan laporan verifikasi terhadap usulan pencairan dana hibah dari masing-masing kabupaten/kota; h. Dalam pelaksanaan tugasnya CPMU dibantu oleh Tim Konsultan Manajemen dan Tecnical Advisory selama periode program hibah yang dikontrak secara multi tahun. 7.3 Provincial Project Management Unit (PPMU) PPMU ditetapkan berdasarkan SK Direktur Jenderal Cipta Karya dan bertugas untuk: a. Berkoordinasi dengan PIU di masing-masing kab./kota dalam pengelolaan program termasuk penyusunan rencana kegiatan tahunan, penganggaran, kegiatan baseline, verifikasi dan fasillitasi audit; b. Melakukan monitoring progress pelaksanaan fisik dan keuangan Program Hibah di tingkat provinsi; c. Menyusun laporan progres pelaksanaan triwulan Program Hibah untuk disampaikan kepada wakil ketua CPMU; d. Melaksanakan verifikasi sebagai dasar penyusunan rekomendasi kelayakan pembayaran hibah untuk dilaporkan kepada wakil ketua CPMU; e. PPMU dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tim konsultan. 7.4 Project Implementation Unit (PIU) Project Implementation Unit (PIU) adalah Pejabat yang ditetapkan berdasarkan SK Kepala Daerah dan bertugas untuk membantu Kepala Daerah melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam pelaksanaan Program Hibah ini, antara lain: a. Mengirimkan rencana komprehensif dan rencana tahunan Program Hibah; b. Menyiapkan dan menyampaikan kepada PPMU surat permintaan verifikasi serta dokumen yang dibutuhkan untuk proses pencairan dana hibah; c. Menyusun dan mengirimkan laporan progres triwulan kepada PPMU, CPMU, dan Kementerian Keuangan cq. 19

DJPK yang terdiri dari laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan laporan realisasi dana; d. Menyusun laporan akhir pelaksanaan program; e. Berkoordinasi dengan Pokja AMPL kabupaten/kota untuk menyampaikan progres pelaksanaan program hibah ke dalam National Water Supply and Sanitation Information Services (NAWASIS). 7.5 SKPD SKPD merupakan institusi yang akan melaksanakan kegiatan Program di kab./kota, dengan tugas sebagai berikut : a. Menyusun rencana komprehensif 2012-2015 (sampai berakhirnya program hibah) dan rencana tahunan pelaksanaan kegiatan program hibah untuk disampaikan kepada PIU; b. Melaksanakan kegiatan pembangunan infrastruktur sesuai dengan kriteria sebagaimana tercantum pada Bab 2 di atas; c. Fasilitasi pelaksanaan verifikasi; d. Menyusun laporan progres fisik dan keuangan bulanan atas pelaksanaan Program; e. Setelah tahapan pekerjaan selesai dilaksanakan, menyampaikan laporan pekerjaan selesai tersebut kepada PIU untuk dilakukan verifikasi; f. Membuat laporan akhir penyelesaian Program Hibah. 7.6 Tim Konsultan Tim konsultan dalam rangka mendukung program ini terdiri dari: a. Tim konsultan Assessment, Baseline Survey dan Verifikasi yang dibiayai oleh Donor (i) Konsultan Assessment bertugas membantu CPMU untuk analisa usulan program, pendampingan penyusunan dan review DED; (ii) Konsultan baseline bertugas melaksanakan baseline survey; (iii) Konsultan verifikasi bertugas melaksanakan verifikasi pelaksanaan pembangunan dan menyampaikan hasil verifikasi kepada PPMU dan CPMU. b. Tim konsultan manajemen dan technical advisory Konsultan ini bertugas untuk mendampingi CPMU dalam melaksanakan tugas- tugasnya. 20

Struktur organisasi pengelolaan program adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 1 berikut ini : DJPK KOMITE PEMERINTAH DJCK Dir. PPLP Dir. BP Ketua CPMU Pusat Wakil Ketua CPMU Tim Konsultan Provinsi Kepala Dinas PU Cipta Karya Provinsi PPMU Kepala Daerah (Penerima Hibah) PIU Kab/Kota Keterangan : Garis Koordinasi Garis Pelaporan SKPD Gambar 1. Struktur Organisasi Pengelolaan Program Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi 21

8. Survei Kesiapan, Baseline dan Verifikasi Penilaian kelayakan Pemerintah Daerah dalam mengikuti Program Hibah akan dilakukan berdasarkan survei kesiapan serta baseline survey. Sedangkan kelayakan bagi peserta Program Hibah dalam mendapatkan pencairan dana hibah akan dilakukan proses verifikasi. Penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut: 8.1 Kegiatan analisa usulan program Program Hibah ini menggunakan Output Based, sehingga diperlukan analisa kesiapan daerah sebelum dilaksanakannya program tersebut. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan dokumen perencanaan dan dokumen anggaran yang sesuai dengan SSK atau RPIJM Bidang PU Cipta Karya yang siap untuk dilaksanakan. Kegiatan analisa kesiapan ini akan dilakukan Team Appraisal Consultant dari Donor, berkoordinasi dengan CPMU bekerja sama dengan konsultan Management dan Technical Advisory. 8.2 Baseline survey Kegiatan baseline bertujuan untuk mengetahui kondisi awal dari masyarakat penerima manfaat sebelum intervensi program dilakukan. Informasi awal yang akan dikumpulkan meliputi praktek sanitasi dan higiene saat ini serta kondisi sosial ekonomi masyarakat penerima manfaat. Selain itu, kegiatan baseline juga bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam pembangunan sektor sanitasi yang mencakup aspek perencanaan, penganggaran dan tata pemerintahan yang baik (good governance). Kedua kondisi dasar (baseline) ini, baik di tingkat penerima manfaat maupun Pemerintah Daerah, akan digunakan sebagai dasar bagi monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Hibah. Kegiatan baseline akan dilakukan setelah persetujuan program tahunan diperoleh. Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh Tim Konsultan yang didanai oleh Donor, berkoordinasi dengan CPMU dan PPMU. Tim Konsultan Baseline akan bekerja sama dengan Tim Konsultan Penilaian Kesiapan Daerah khususnya dalam pengumpulan data baseline yang terkait dengan kinerja Pemerintah Daerah. Adapun lingkup tugas Tim konsultan Baseline adalah: a. Mengumpulkan data dan informasi tentang tingkat kinerja Pemerintah Daerah peserta program dalam pembangunan sektor sanitasi, termasuk di dalamnya adalah data-data yang dapat digunakan untuk pengukuran indikator good governance seperti transparansi, akuntabilitas, pelibatan partisipasi publik; b. Mengumpulkan data dan informasi dari penerima manfaat di setiap lokasi kegiatan yang telah disetujui dengan metode survei yang relevan. Data yang akan dikumpulkan meliputi komposisi dan ukuran rumah tangga, kondisi sosial ekonomi/tingkat kemiskinan, praktek sanitasi dan higiene, serta tingkat partisipasi perempuan dalam pembangunan sanitasi; c. Membuat database yang terintegrasi untuk memudahkan kegiatan verifikasi dan evaluasi program; d. Menyusun laporan baseline survey. 22

8.3 Verifikasi Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan Verifikasi akan dilaksanakan oleh PPMU setiap tahun anggaran dibantu oleh Tim Konsultan Verifikasi yang meliputi: a. Melakukan verifikasi atau penilaian atas proyek/kegiatan sektor air limbah dan persampahan yang diusulkan oleh pemerintah daerah untuk mendapatkan penggantian hibah melalui Program Hibah; b. Verifikasi bahwa rencana pelaksanaan kegiatan/proyek sektorail limbah dan persampahan untuk TA 2012-2014 telah dianggarkan dalam APBD 2012, 2013, dan 2014 dan tercantum dalam RKA-SKPD atau DPA-SKPD TA 2012, 2013, dan 2014; c. Penilaian kelayakan prasarana yang telah dibangun menggunakan APBD TA 2012, 2013, dan 2014 yaitu pemenuhan standar teknis pembangunan dan sesuai dengan DPA tahun berjalan; d. Verifikasi bahwa prasarana/fasilitas yang dibangun telah difungsikan dan dikelola dengan baik; e. Penyusunan laporan kondisi prasarana yang telah dibangun dan memberikan rekomendasi kepada PPMU mengenai kelayakan pembayaran dana hibah yang akan dicairkan. 23

9. Tata Cara Pelaksanaan Program Australia Indonesia Untuk Pembangunan Sanitasi Tata cara pelaksanaan Program Hibah mulai dari mekanisme hibah, pengusulan calon penerima hibah, pelaksanaan program, permintaan pencairan dana hibah, pencairan dana hibah hingga kelengkapan dokumen yang harus dilampirkan untuk pencairan dana hibah akan dijelaskan sebagai berikut: 9.1 Mekanisme Hibah a. Identifikasi awal dan sosialisasi program; b. Persetujuan program pembangunan sarana sanitasi pertahun; c. Penyusunan rencana komprehensif pemda ; d. Penerbitan Surat Persetujuan Penerusan Hibah oleh DJPK, Kemenkeu; e. Penandatanganan PPH (Perjanjian Penerusan Hibah); f. Baseline Survey; g. Pelaksanaan konstruksi yang didanai APBD; h. Oversite pelaksanaan kegiatan; i. Verifikasi pelaksanaan kegiatan; j. Rekomendasi CPMU; k. Pengajuan pencairan dana hibah oleh Pemda; l. Pembayaran dana hibah. 9.2 Mekanisme Pengusulan Calon Penerima Hibah a. DJCK menyiapkan kriteria calon penerima hibah; b. DJCK melakukan pendataan pemerintah daerah calon penerima hibah; c. DJCK melakukan sosialisasi rencana program hibah kepada kab/kota; d. DJCK menerima surat minat dan kesanggupan dari Pemerintah provinsi/kab./kota untuk mengikuti Program Australia Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi; e. DJCK dibantu oleh konsultan menilai dokumen usulan kegiatan dari masing-masing pemerintah daerah; f. DJCK menyiapkan daftar calon penerima hibah; g. DJCK merekomendasikan daftar calon penerima hibah kepada Kementerian Keuangan c.q. DJPK; h. DJPK melakukan penilaian terhadap kesiapan dan kelayakan masing-masing calon penerima hibah dan menyiapkan rekomendasi penetapan penerima hibah kepada Menteri Keuangan; i. Menteri Keuangan menerbitkan Surat Persetujuan Penerusan Hibah (SPPH); j. DJPK menyiapkan konsep dokumen PPH; k. Menteri Keuangan dan Kepala Daerah penerima hibah melakukan penandatanganan PPH. 24

9.3 Mekanisme Pelaksanaan a. Setelah Pemerintah Daerah menyampaikan surat minat dan menyiapkan RKA-SKPD atau DPA-SKPD TA 2012 2014 yang memuat usulan kegiatan yang akan digantikan dengan menggunakan dana hibah, Ditjen Cipta Karya dan Donor akan menilai kegiatan yang diusulkan; b. Daerah menetapkan kegiatan-kegiatan yang diusulkan untuk diganti dengan dana hibah, menyiapkan dana APBD (PAD, DAU, DBH) untuk membiayai pelaksanaannya, mengalokasikan kegiatan tersebut dalam APBD tahun bersangkutan termasuk penyiapan dokumen perencanaannya; c. DJCK akan melakukan penilaian terhadap usulan kegiatan, apabila usulan kegiatan sesuai dengan persyaratan DJCK akan merekomendasikan Pemda untuk mendapatkan hibah kepada Kementerian Keuangan (DJPK); d. DJPK akan menerbitkan Surat Persetujuan Penerusan Hibah (SPPH) dan Perjanjian Penerusan Hibah (PPH); e. Setelah penerbitan PPH, Kepala Daerah sebagai Penerima Hibah menetapkan unit kerja yang akan melaksanakan kegiatan; f. Daerah melaksanakan kegiatan/program yang disebut dalam butir b di atas dan yang tercantum dalam RKA-SKPD atau DPA-SKPD TA 2012-2014, yang pelaksanaannya akan dimonitor oleh DJCK; g. Ditjen Cipta Karya (CPMU) akan melakukan baseline survey untuk menilai kesiapan pelaksanaan kegiatan; h. Ditjen Cipta Karya (CPMU) akan mengeluarkan persetujuan pelaksanaan kegiatan yang disepakati untuk digantikan dana hibah sebagai dasar pelaksanaan pembangunan prasarana. 9.4 Mekanisme Permintaan Pencairan Dana Hibah Pencairan dana hibah dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: a. DCJK menetapkan jadwal verifikasi dan menugaskan konsultan independen untuk melakukan verifikasi; b. Dilakukan verifikasi terhadap pekerjaan yang dibiayai dari dana APBD TA 2012, 2013, dan 2014 yang telah selesai dilaksanakan; c. Verifikasi selanjutnya dilakukan setiap akhir tahun anggaran atas pelaksanaan proyek/kegiatan yang diusulkan; d. Hasil verifikasi digunakan sebagai bahan rekomendasi DJCK untuk pencairan dana hibah melalui Kementerian Keuangan kepada Pemerintah Daerah; e. CPMU selanjutnya atas nama DJCK akan menerbitkan surat kepada DJPK menyampaikan rekomendasi pencairan dana hibah kepada kab/kota. 9.5 Mekanisme Pencairan Dana Program Hibah Tata cara pencairan dana Program Hibah dilakukan melalui mekanisme yang diatur lebih lanjut dalam PPH, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait hibah daerah dan tata cara penyaluran hibah kepada 25

pemerintah daerah. 9.6 Kelengkapan Dokumen yang Harus Dilampirkan Setiap permintaan pencairan dana hibah dari penerima hibah, harus dilampiri dokumen sebagai berikut: a. Rangkuman mengenai pelaksanaan kegiatan tahun berjalan, yang meliputi: (i) Copy SPM; (ii) Copy SP2D. b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Kepala Daerah mengenai penggantian dana hibah (sesuai format terlampir); c. Copy DPA SKPD TA berjalan; d. Rencana pengunaan dana hibah di tahun berjalan; e. Surat Rekomendasi dari DJCK mengenai hasil verifikasi pelaksanaan kegiatan pada setiap tahun anggaran; f. Dokumen pendukung lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang terkait. 26

10. Pelaporan, Pemantauan, dan Evaluasi Pelaporan dilaksanakan oleh setiap unit di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana diuraikan dalam bab 7 tersebut di atas. Pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh PPMU dibantu oleh tim konsultan yang ditunjuk. Kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dilakukan PPMU (perprovinsi) dan CPMU (nasional) mencakup: 1. Kemajuan pekerjaan dan kualitas hasil pekerjaan sesuai skema Program Hibah; 2. Evaluasi kegiatan pada akhir tahun, untuk melihat kesesuaian pelaksanaan kegiatan TA 2012, 2013, dan 2014 dengan program; 3. Evaluasi kegiatan pada akhir tahun, untuk melihat kesesuaian pelaksanaan kegiatan TA 2012, 2013, dan 2014 dengan rencana program dan untuk menilai keberlanjutan prasarana sanitasi yang dibangun melalui Program Hibah. 27

11. Penutup Sumber dana Program Hibah berasal dari dana hibah Pemerintah Australia yang akan diberikan kepada Pemerintah Daerah. Program Hibah ini dimaksudkan sebagai insentif bagi Pemerintah Daerah agar bersedia meningkatkan alokasi dana kepada sektor air limbah dan persampahan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah yang selama ini dirasakan masih kurang. Dengan mengikuti Program Hibah ini Pemerintah Daerah penerima hibah diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah dan persampahan yang aman bagi lingkungan. 28

LAMPIRAN Pedoman Pengelolaan Program Hibah Australia-Indonesia untuk Pembangunan Sanitasi 29

Lampiran- 1: Prinsip-prinsip Good Governance Pemilihan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota penerima Program Hibah dilakukan berdasarkan penilaian atas : a. Penyampaian Peraturan Daerah APBD Tahun Anggaran 2012 tepat waktu; b. Penyampaian laporan berkala (triwulan) atas pelaksanaan Program Hibah tepat waktu. Penilaian tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut: Akuntabilitas : Meningkatkan akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat. Pengawasan : Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat luas. Daya Tanggap : Meningkatkan kepekaan para penyelenggaraan pemerintahan terhadap aspirasi masyarakat tanpa kecuali. Profesionalisme : Meningkatkan kemampuan dan moral penyelenggaraan pemerintahan agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat, tepat dengan biaya terjangkau. Efisiensi & Efektivitas : Menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal & bertanggung jawab. Transparansi : Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan didalam memperoleh informasi. Kesetaraan : Memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Keadilan Gender : Menciptakan kondisi dan situasi yang mempertimbangkan persoalan dan kebutuhan yang berbeda dari laki-laki dan perempuan dan kelompok rentan lainnya untuk dapat berpartisipasi secara setara, mendapatkan akses terhadap sumber daya dan manfaat yang adil. Wawasan ke Depan : Membangun daerah berdasarkan visi & strategi yang jelas dan mengikutsertakan warga dalam seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerahnya. Partisipasi : Mendorong setiap warga untuk mempergunakan hak dalam menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, yang menyangkut kepentingan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penegakan Hukum : Mewujudkan penegakan hukum yang adil bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. 30

Lampiran- 2 : Pedoman Standar Teknis Prasarana Air Limbah dan Persampahan Lampiran-2. a: Sektor Air Limbah 1. Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Gambaran Umum Kriteria daerah yang dapat diusulkan untuk dilayani dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal ini adalah : a. Perkampungan dengan kepadatan tinggi; b. Sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan air bersih dari PDAM atau sumur pompa yang terjamin kontinuitasnya; c. Lokasi tidak di lewati oleh kendaraan berat dan; d. Memiliki kemiringan tanah sebesar >1%. Komponen sistem ini adalah : a. Sambungan Rumah Sambungan rumah terdiri dari pipa persil dan Bak Kontrol (Inspection chamber) atau Clean Out. Pipa persil adalah pipa saluran yang terletak di halaman rumah dan langsung menerima air buangan dari instalasi plambing bangunan. Memiliki diameter minimal 75 mm dengan kemiringan pipa 2%. Bak kontrol adalah lubang (tempat) untuk melakukan perawatan dan kontrol aliran dalam pipa persil. b. Pipa Servis Pipa servis adalah pipa saluran yang menerima air buangan dari pipa persil (rumah) yang kemudian akan menyalurkan air buangan tersebut ke pipa lateral. Diameter pipa servis minimal 100 mm dengan kemiringan pipa 0.5-1%. c. Pipa Lateral Pipa lateral adalah pipa saluran yang menerima aliran dari pipa servis untuk dialirkan ke IPAL, terletak di sepanjang jalan sekitar daerah pelayanan. Diameter pipa induk 100 mm sampai 200 mm, dengan kemiringan pipa sebesar 0,5-1%. d. Bak Kontrol Bak kontrol adalah salah satu bangunan perlengkap sistem penyaluran air buangan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan jaringan pipa dari kotoran yang mengendap dan benda-benda yang tersangkut selama pengaliran, serta untuk mempertemukan beberapa cabang saluran dari pipa servis dan lateral baik dengan ketinggian sama maupun berbeda. Bak kontrol dapat ditempatkan pada: (i) permulaan pipa servis, (ii) setiap perubahan arah, (iii) setiap perubahan diameter (iv) setiap pertemuan atau percabangan beberapa pipa. e. IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah ) IPAL adalah bangunan yang berfungsi mengolah air limbah yang dialirkan melalui sistem perpipaan. Setelah melalui proses pengolahan, effluent IPAL tersebut diharapkan sudah memenuhi persyaratan kualitas air limbah yang ditetapkan sehingga dapat dibuang ke badan air disekitarnya. 31

2. Peraturan Sektor Air Limbah Standar Nasional Indonesia yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksaan Sistem Air Limbah Perpipaan Lingkungan adalah : Table 1: Standar Terkait Sektor Air Limbah Nomor SNI Deskripsi SNI 06-0162-1987 SNI 03-6481-2000 SNI 03-6379-2000 SNI 19-6409-2000 SNI 19-6447-2000 SNI 19-6466-2000 SNI 2835:2002 SNI 03-2398-2002 SNI 03-2399-2002 SNI 03-6368-2002 SNI 1976-2008 SNI 1972:2008 SNI 1973:2008 SNI 2442:2008 SNI 2458:2008 SNI 4817:2008 SNI 3472:2009 Pipa PVC untuk saluran air buangan di dalam dan di luar bangunan Sistem Plambing Spesifikasi dan tata cara pemasangan perangkap bau Tata cara pengambilan contoh limbah tanpa pemadatan dari truk Metode pengujian kinerja lumpur aktif Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan air limbah rumah tangga Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah Tata cara perencanaan tangki septik dengan sistem resapan Tata cara perencanaan bangunan MCK umum Spesifikasi pipa beton tidak bertulang untuk saluran air limbah, saluran air hujan, dan gorong-gorong Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar Cara uji slump beton Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Spesifikasi kereb beton untuk jalan Tata cara pengambilan contoh uji beton segar Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan beton Pengelasan saluran pipa dan fasilitas yang terkait 32

3. Spesifikasi Teknis a. Sambungan Rumah Sambungan rumah terdiri dari pipa persil dengan diameter minimal 75 mm: dilengkapi dengan Bak Kontrol atau Clean Out (CO). Spesifikasi pipa persil dan CO mengikuti spesifikasi perpipaan jaringan (pipa servis dan lateral). Pemasangan pipa persil pada kedalaman 50 cm sampai 80 cm dilengkapi dengan trust block pada sambungannya. Pada Sambungan rumah ini harus dilengkapi dengan Out let Trap/(S-bend ) untuk mencegah aliran balik bau menuju toilet. Gambar L2.1 Sistem Sambungan Rumah b. Jaringan Perpipaan Air Limbah Pipa yang digunakan adalah PVC khusus untuk air limbah dengan mengacu pada standar Tata Cara Perencanaan Air Limbah Terpusat tentang Pedoman Perencanaan dari Kementerian Pekerjaan Umum. Pipa PVC tersebut mempunyai panjang 6 m yang dilengkapi dengan: i) Nama pabrik, (ii) No produksi, (iii) Nominal diameter. Pipa harus sama dan seragam antara satu dengan yang lainnya, dan tidak mengalami retak-retak atau cacat lainnya. Assesoris yang digunakan harus dibuat oleh pabrik yang sama dengan pipa. 33

c. Bak Kontrol Terdapat beberapa bentuk yang dapat digunakan untuk daerah pelayanan dengan kondisi tertentu: 1. Bentuk persegi panjang atau bujur sangkar, digunakan apabila: (i) Beban yang diterima kecil; (ii) Kedalaman kecil (75-90 cm); (iii) Ukuran 60 cm x 60 cm atau 60 cm x 40 cm. 2. Bentuk bulat, digunakan apabila: (i) Beban yang diterima besar, baik vertikal maupun horizontal; (ii) Kedalaman besar > 100 cm; (iii) Diameter 60 cm sd 90 cm. 3. Spesifikasi Bak Kontrol: (i) Tutup bak kontrol dari beton precast atau Cast Iron dilengkapi dengan frame yang bisa disesuaikan mengikuti level permukaan jalan; (ii) Bahan yang digunakan adalah konstruksi beton, pasangan batu kali, pasangan batu bata; (iii) Dinding dan Pondasi bak kontrol harus kedap air. Ketebalan dinding 10 sd 12,5 cm; (iv) Saluran dalam bak kontrol berbentuk U (U-shaped) atau setengah lingkaran. Kedalaman saluran sama dengan diameter pipa air buangan agar tidak terjadi luapan pada lantai dasar. Kemiringan salurannya 2.5%. Permukaan saluran dilapisi dengan semen sehingga halus. Untuk kondisi tanah yang buruk, digunakan sambungan flexible point. d. Water Test Setelah sistem perpipaan terpasang harus dilakukan water test untuk menguji tingkat kebocoran sambungan pipa serta kualitas pemasangan pipa. Water test ini mengacu kepada standard of BS 8005:Part 1 or EN 1610. Water test dilakukan dengan cara tanpa tekanan dengan mengisi penuh pipa dengan air kemudian didiamkan selama selama 2 jam. Kemudian dilakukan pencatatan setiap 5 menit untuk mengetahui tinggi permukaan air. Kemudian di catat kehilangan air setiap 30 menit untuk mengetahui tingkat kebocoran. Kebocoran yang diperbolehkan maksimum 0,5 liter per m panjang pipa per m diameter pipa selama 30 menit. 34

4. IPAL a. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) Berupa bak dengan beberapa kompartemen dimana air limbah akan diolah secara anaerob. ABR dapat terbuat dari beton maupun Glass Reinforced Fiber (GRF). Gambar L2.2 Anaerobic Baffled Reactor b. Anaerobic Upflow Filter (AUF) Berupa bak dengan beberapa kompartemen yang dilengkapi dengan filter (batu vulkano, bioball, atau media lain). Air limbah akan diolah secara anaerob. Aerobic Filter dapat terbuat dari beton maupun GRF. Gambar L2.3 Anaerobic Upflow Filter 35

Typical Bak Kontrol Gambar L2.4 Contoh Gambar Typical Bak Kontrol 36

Typical Bak Kontrol Cabang 3 dan 4 Gambar L2.5 Contoh Gambar Typical Bak Kontrol Cabang 3 dan 4 37

Tampak Atas dan Potongan Bak Kontrol Gambar L2.6 Contoh Gambar Potongan Bak Kontrol 38

Jenis Pemasangan Perpipaan Gambar L2.7 Contoh Gambar Jenis Pemasangan Perpipaan Gambar L2.7 Contoh Gambar Jenis Pemasangan Perpipaan 39

Lampiran 2.b: Sektor Persampahan Stasiun Peralihan Antara (SPA) Gambaran Umum Stasiun Peralihan Antara yang selanjutnya disingkat SPA adalah sarana pemindahan dan pengolahan sampah dari alat angkut kecil (truk) ke alat angkut lebih besar (trailer/prime mover) dan diperlukan untuk kabupaten/kota yang memiliki lokasi TPA jaraknya lebih dari 25 km (Pasal 1 Draft Rapermen PU tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah). Adapun persyaratan bagi kabupaten/kota dalam membangun SPA, harus memenuhi persyaratan teknis (Pasal 33 Draft Rapermen PU tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah): a. luas SPA, lebih besar dari 20.000 m 2 ; b. produksi timbulan sampah lebih besar dari 500 ton/hari; c. penempatan lokasi SPA dapat di dalam kota; d. fasilitas SPA dilengkapi dengan ramp dan sarana pemadatan dan penampungan lindi; e. pengolahan lindi dapat dilakukan di SPA atau TPA; f. lokasi penempatan SPA ke permukiman terdekat paling sedikit 500 m. 40

Lampiran- 3: Kesetaraan Gender Aspek kesetaraan gender telah diatur secara khusus melalui Instruksi Presiden No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Inpres tersebut menginstruksikan semua pejabat dari tingkat menteri sampai walikota/bupati untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan dan program pembangunan nasional. Demikian juga kebijakan program bantuan Pemerintah Australia (AusAID) yang menetapkan aspek kesetaraan dan keadilan gender harus dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam pengelolaan program bantuan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program ini, maka aspek gender akan dipertimbangkan dalam beberapa aspek terutama menyangkut keterlibatan anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam proses perencanaan program, pemberian informasi serta penyadaran publik tentang pengelolaan air limbah dan persampahan serta keterwakilan perempuan dalam pengelolaan progam. Aspek gender akan diintegrasikan dalam hal: 1. Melibatkan anggota masyarakat baik laki-laki maupun perempuan dalam kegiatan perencanaan kegiatan air limbah dan persampahan. Perencanaan program dan kegiatan pengelolaan air limbah dan persampahan perlu melibatkan partisipasi masyarakat untuk memastikan proses dan hasil program sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan juga dapat membangun kesadaran dan rasa memiliki masyarakat terhadap program sehingga dapat menjamin keberlangsungan program. Partisipasi kelompok perempuan merupakan keniscayaan karena perempuan memiliki peran yang sangat dekat dengan persoalan pengelolaan air limbah dan persampahan. Partisipasi masyarakat (laki-laki dan perempuan) dalam perencanaan program dan kegiatan dapat dilakukan di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, RW atau RT. Oleh karena itu rencana pertemuan perencanaan dengan masyarakat dan kelompok perempuan perlu dibuat dan dimonitor pelaksanaannya. Matriks berikut ini dapat dijadikan salah satu contoh untuk mengembangkan rencana pertemuan perencanaan yang partisipatif: No Kegiatan (methode untuk melibatkan perempuan) Lokasi Waktu Sasaran (Prosentase perempuan) 1. Rapat Perencanaan Program... Kec. X/ Kelurahan X/ RT X Tanggal dan Jam Sejumlah orang/warga (jumlah perempuan yang hadir?) PKK mungkin bisa diundang. 2. 3. Pemerintah kabupaten/kota dapat membuat rencana kegiatan yang melibatkan perempuan dengan menggunakan format lain. Rencana kegiatan tersebut dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi daerah penerima dana hibah. 41