BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Laporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masih tanggung jawab orang tua. Kewajiban orang tua terhadap anak yaitu membesarkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek. Pusat Penitipan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Di jaman yang mengangkat emansipasi wanita kini, banyak wanita atau ibuibu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Sekolah Luar Biasa : Autisme Boyolali Alam Taman Terapi :

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. dari orang tua, guru, dan orang dewasa lainya yang ada disekitarnya. Usaha

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi pelajaran wajib untuk Taman Kanak-Kanak (TK). Terkadang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I PENDAHULUAN AUTISM CARE CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagan 1.1. Bagan Penyebab Gangguan Kesulitan Belajar (Sumber: Koleksi Penulis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Perpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. i Solo B ru

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Melisa, Fenny. 09 April Republika Online Anak Indonesia Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, minat, dan kemampuan dalam belajar. Segala yang ia lihat, ia

BAB I PENDAHULUAN. satu pun dari semua ini ada karena hak manusia memutuskan untuk. kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta ciptaan-nya.

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

[SEKOLAH KHUSUS AUTIS DI YOGYAKARTA]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak bagi sebuah keluarga adalah sebuah karunia, rahmat dan berkat.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

Perancangan Interior Gedung Singapore International School dengan Konsep Learning by Playing

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dalam pengertian secara umum berarti

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Usia Harapan Hidup Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN PUSAT PENDIDIKAN ANAK BERBASIS SENSOMOTORIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan rangsangan/ stimulasi yang berguna agar potensi berkembang,

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan harapan bagi setiap orang tua agar kelak menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setiap orang tua berharap memiliki anak yang sehat dan sempurna. Dalam hidup itu terkadang tidak seindah yang kita impikan. Terdapat orang tua yang tanpa disadari ternyata memiliki anak yang berperilaku tidak seperti anak pada umumnya, sehingga orang tua pun merasa khawatir apakah anaknya mengalami gangguan perkembangan mental atau tidak. Orang tua yang memiliki anak khusus (gangguan perkembangan) cenderung menyembunyikan anak tersebut karena alasan malu pada orangorang disekitarnya. Padahal, anak khusus yang telah terdeteksi sejak dini dapat bersekolah di sekolah normal apabila segera ditangani oleh para ahli. Hal tersebut mungkin saja bisa terjadi, apabila masalah perkembangan anak disosialisasikan dengan baik oleh pemerintah Indonesia. Masalah perkembangan anak juga berhubungan dengan masalah pembelajaran dan pendidikan. Dalam proses belajar, dibutuhkan kombinasi hubungan antara psikososioemosional, ketrampilan psikomotorik, medis, dan bahasa. Keempat hal tersebut menjadi kunci pokok atau pintu gerbang ke arah masa depan yang cerah terutama untuk anak yang bermasalah dalam belajar. Para ahli perkembangan anak melakukan deteksi pada permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan anak, ditemukan suatu kondisi kelainan pada anak yang tidak dapat dimasukkan dalam kategori anak luar biasa seperti yang ditetapkan dalam PP no. 72 tahun 1991 tentang 16

pendidikan luar biasa yang terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA Luar Biasa. Sekolah-sekolah tersebut umumnya memberikan pelayanan pendidikan jenis kecacatan tertentu, seperti SLB A tunanetra, SLB B tunarungu-wicara, SLB C tunagrahita), SLB D tunadaksa, SLB E tunalaras, SLB G tunaganda (Gandasetiawan, 2009). Anak-anak yang tidak termasuk dalam kategori diatas disebut dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yaitu anak yang mengalami ADD (Attention Deficit Disorder) / ADHD (Attention Deficit Hiperaktivitas Disorder), autisme, asperger syndrome. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengalami gangguan sensomotorik (sensorik dan motorik). Sensorik berhubungan dengan pancaindra, sedangkan motorik mengontrol gerakan. Koordinasi yang baik antara pancaindra dan gerakan terhadap stimulasi yang diterima dapat mengoptimalkan potensi diri dalam tahap perkembangan hidup anak. Jadi, sensomotorik merupakan kerjasama antara pola pikir dengan pancaindra anak, yang baru dapat berungsi dengan baik apabila diasah melalui kekayaan pengalaman hidup, baik positif maupun negatif (Gandasetiawan, 2009). Menurut Torey Hayden, pakar psikologi pendidikan anak dari Inggris, menyatakan bahwa perhatian pemerintah negara berkembang, termasuk Indonesia, pada pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau special needs masih sangat minim. Fenomena yang terjadi di dunia saat ini, semakin banyak jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Frugteveen mengemukakan rasio ABK di dunia pada tahun 1987 terdapat 1:5.000. Angka ini meningkat tajam, menjadi 1:500 pada tahun 1997, kemudian jadi 1:150 pada 2007. Para ahli memperkirakan pada 2010 mendatang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) akan mencapai 60% dari keseluruhan populasi di dunia (Frugteveen,2007). Penelitian tersebut menunjukkan jumlah Anak Berkebutuhan Khusus meningkat dari tahun ke tahun. 17

Lembaga sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia pada tahun 2005 terdapat 475.000 anak (Kompas, 20 Juli 2005). Sedangkan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1999 dilaporkan jumlah Anak Berkebutuhan Khusus semakin meningkat, yakni 2-4 anak dari setiap 10.000 kelahiran. Tahun 2007, angkanya meningkat menjadi 15-20 dari setiap 10.000 kelahiran. Apabila kelahiran anak di Indonesia setiap tahun adalah 4,6 juta jiwa, maka setiap tahun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) akan bertambah menjadi 6.900 anak. Peningkatan jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tersebut kondisinya makin memprihatinkan, apabila didiamkan saja maka akan berakibat fatal dalam kelangsungan hidupnya dimasa mendatang. Dari pemikiran tersebut, maka perlu adanya suatu fasilitas pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan anak-anak tersebut, khususnya fasilitas yang membantu perkembangan anak dengan gangguan sensomotorik di Yogyakarta. Pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan mereka akan membuat anak tersebut dapat hidup dengan wajar serta mengurangi ketergantungan pada keluarga maupun lingkungannya. Pendidikan tersebut akan lebih tepat sasaran apabila dimulai pada anak usia pra-sekolah. Sebenarnya anak-anak dengan gangguan sensomotorik memiliki kemampuan mental-intelektual-fisik yang normal, namun saat usia prasekolah kurang bisa mengekspresikan kemampuan diri, sehingga terkadang tidak diterima bahkan ditolak oleh sekolah umum. Anak-anak tersebut termasuk anak dengan kesulitan belajar atau disebut juga dengan Learning Difficult. Anak usia pra-sekolah jika ditangani secara intensif dan tepat, dapat mengikuti pendidikan normal serta dapat mengaktulisasikan potensi dirinya. Usia 0-6 tahun merupakan masa golden age (usia emas) bagi perkembangan psikososioemosional anak. Peletakan dasar untuk 18

pengembangan pikir dan kepribadian anak sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang diberikan sejak anak-anak masih berusia pra sekolah 0 hingga 6 tahun. Pengalaman yang diterima oleh anak-anak melalui proses pembelajaran lingkungan sekitarnya merupakan hal yang penting dan menentukan bagi anak untuk pengembangan ke depan. Sangat disayangkan apabila masa tersebut terabaikan dan tidak menjadi pijakan dasar menuju masa depan anak. Berangkat dari pemikiran tersebut, Pusat Pendidikan Anak berbasis Sensomotorik di Yogyakarta dirancang sebagai suatu fasilitas pendidikan bagi anak usia pra-sekolah (4-6 tahun) yang sebagian besar mengalami gangguan sensomotorik. Di sisi lain, fasilitas pendidikan ini dapat membantu orang tua yang sibuk bekerja agar anak-anak tetap mendapat perhatian dengan stimulasi dan terapi yang dibutuhkan serta menjembatani anak-anak tersebut agar tumbuh dan berkembang menjadi anak normal sehingga setelah lulus dari sekolah ini anak-anak tersebut dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah umum/normal tanpa mengalami kesulitan yang mendasar. I.1.2. Latar Belakang Permasalahan Anak dengan gangguan sensomotorik memiliki beberapa bagian perkembangan yang terhambat, antara lain gerakan fisik/koordinasi, perilaku/psikis, persepsi dan motorik yang berhubungan dengan sensori. Perilaku yang muncul seperti mudah marah, sulit mengekspresikan pikiran, sulit menghadapi dan mengatasi masalah, serta perhatian mudah teralihkan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor neurobiologis (keturunan, polusi, infeksi, gangguan metabolisme, obat-obatan), faktor pola asuh, dan pendidikan. Stimulus yang ditujukan pada pancaindra akan direspon secara motorik, sehingga oranglain dapat memahami maksud bahasa tubuh anak. Dengan dasar pemahaman ini, metode sensomotorik dapat membantu anak yang mengalami gangguan perkembangan. Metode sensomotorik yang 19

digunakan yaitu meliputi persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual, mengembangkan motorik untuk mengontrol gerakan tubuh, pengekspresian secara verbal pikiran serta perasaan, dan kemandirian. Metode tersebut bertujuan agar anak selalu mau mencoba bertahan hidup dalam kondisi apa pun, mengembangkan pikiran, sanggup bekerja dalam tim, menjadi lebih kreatif, imajinatif, fleksibel, dan bertanggung jawab. (Gandasetiawan, 2009). Dengan metode tersebut diharapkan dapat membantu mengembangkan kreativitas dalam bidang akademis. Perkembangan anak pada usia dini merupakan masa kritis pengembangan kecerdasan. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan mental, sosial, dan intelektual yang dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa lingkungan fisik tempat anak tersebut dibesarkan. Jika anak dididik dalam lingkungan fisik yang bebas-aktif, kelak anak tersebut akan memiliki potensi yang optimal. Keberadaan Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta ini, didasarkan untuk mendukung lingkungan fisik tersebut. Lingkungan fisik yang bebas-aktif memiliki peran yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan fungsi beraktivitas. merupakan fasilitas pendidikan pra-sekolah yang menangani anak-anak usia 4-6 tahun dengan gangguan sensomotorik. Fasilitas ini menyediakan sarana pendidikan pra-sekolah (Taman Kanak-Kanak) yang dilengkapi dengan sarana penunjang seperti taman bermain, klinik terapi, konsultasi psikologi anak, dan ruang seminar. Kegiatannya membantu perkembangan dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, antara lain membentuk sikap, sosialisasi, serta kemandirian yang dikemas dalam bentuk permainan (belajar sambil bermain). Sensomotorik (sensorik dan motorik) berkaitan dengan reseptif dan ekspresif. Dimana rangsangan dari lingkungan diterima secara sensorik 20

(reseptif) oleh otak bagian belakang, dan otak bagian depan merespon secara motorik untuk melakukan aksi (ekspresi). Sistem sensorik berhubungan dengan reseptif, yaitu menerima rangsangan melalui pancaindra, sedangkan sistem motorik berhubungan dengan ekspresif yakni respon terhadap rangsangan yang diterima oleh pancaindra. Untuk mendukung kegiatan yang ada didalamnya, Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta menawarkan susasana reseptifekspresif. Suasana reseptif dan ekspresif tersebut sebagai stimulasi eksternal untuk mendukung proses perkembangan anak yaitu dengan pengolahan ruang dalam dan ruang luar secara arsitektural. Suasana reseptif dan ekspresif dicapai melalui pengolahan desain ruang dengan menggunakan pendekatan metode sensomotorik. Salah satu contoh penggunaan pendekatan metode sensomotorik yaitu persepsi visual untuk meningkatkan pemahaman visual dengan kata kunci visualisasi. Nantinya ruang yang tercipta adalah ruang yang memberikan suasana reseptif-ekspresif dengan karakter visualisasi. Penerapannya melalui pengolahan elemen arsitektural seperti bentuk dan warna yang dapat memberikan stimulasi perkembangan anak, sehingga anak dapat menyerap informasi secara visual pada ruang tersebut. I.2. Rumusan Permasalahan Bagaimana wujud rancangan Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta yang menghadirkan suasana reseptif-ekspresif bagi anak-anak, melalui pengolahan rancangan ruang dalam dan luar dengan pendekatan metode sensomotorik. I.3. Tujuan dan Sasaran I.3.1. Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah menghasilkan konsep dasar perencanaan dan perancangan Pusat Pendidikan Anak Berbasis 21

Sensomotorik di Yogyakarta yang membantu anak merasakan suasana reseptif-ekspresif melalui pengolahan ruang dalam dan luar dengan pendekatan metode sensomotorik. 3.2. Sasaran Sasaran dalam penulisan ini adalah terwujudnya pengolahan ruang melalui komposisi elemen arsitektural untuk menghadirkan suasana reseptifekspresif berdasarkan metode sensomotorik. I.4. Lingkup Pembahasan I.4.1. Lingkup Substansi Melihat dari rumusan masalah yang ada, Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta menggunakan pendekatan metode sensomotorik anak yang ditransformasikan melalui elemen arsitektural pada pengolahan desain tata ruang dalam dan ruang luar. Menciptakan suasana reseptif-ekspresif pada ruangan, sehingga memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak ketika melakukan kegiatan/aktivitas. Dengan adanya rasa aman, seorang anak tidak akan merasa bahwa dirinya selalu berada dalam suasana yang menakutkan atau menegangkan ketika mereka sedang berada dalam ruangan tersebut. Rasa nyaman mampu mengkondisikan seorang anak untuk tetap beraktivitas selama ia mau dan mampu untuk melakukannya. Rasa nyaman dan aman yang dipengaruhi oleh pengolahan ruang ini berpengaruh kepada perkembangan anak termasuk aspek psikologis. I.4.2. Lingkup Spatial Pengolahan tata ruang dengan suasana reseptif-ekspresif mendukung kegiatan belajar sambil bermain serta mendukung perkembangan anak, yakni dengan memperhatikan aspek permainan warna, tekstur, bahan, serta elemen pendukung ruang sehingga menciptakan pengalaman meruang. 22

I.5. Metode Studi I.5.1. Pengumpulan Data Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan 2 cara, yaitu : a) Pengumpulan Data Sekunder Melalui literatur yang di dapat dari internet serta kepustakaan, investigasi ke lembaga/instansi yang terkait untuk memperoleh data dokumen. b) Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dimaksud untuk mendapatkan data terukur, khususnya yang berkaitan dengan data fisik. Metode yang digunakan untuk memperoleh data primer adalah : Observasi/Pengamatan Lapangan Observasi lapangan lebih bertujuan untuk mengenal secara visual kondisi kegiatan, ekspresi, perilaku anak, dan segala kebutuhannya yang menjadi tempat khusus untuk anak-anak seperti : Taman Kanak-kanak, playgroup, arena bermain anak, dll. Dokumentasi Visual Merekam dan mendokumentasikan suasana dan kondisi tempat khusus untuk anak-anak dengan memperhatikan kegiatan, ekspresi, perilaku anak, dan segala kebutuhannya. Wawancara Melakukan wawancara langsung dengan bertanya pada guru pembimbing, terapis, dan orang tua/wali anak mengenai kegiatan, ekspresi, perilaku anak, serta kriteria keinginan orang tua terhadap tempat pendidikan dan perkembangan anak yang dipilih. I.5.2. Analisis Analisis dilakukan dengan cara mengamati dan mempelajari lingkungan pendidikan anak yang menyenangkan serta berdasarkan 23

informasi dari data yang telah dikompilasikan baik melalui internet maupun secara langsung, sehingga bisa digunakan sebagai preseden untuk diaplikasikan dalam perencanaan dan perancangan Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta. I.6. Sistematika Pembahasan Bab I : Pendahuluan Secara singkat sistematika pembahasan adalah sebagai berikut : menguraikan latar belakang pemilihan proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, lingkup pembahasan, metode studi yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan, sistematika pembahasan, dan bagan kerangka berpikir. Bab II : Tinjauan Tentang Anak dan Metode Sensomotorik Berisi tentang tinjauan yang menjelaskan tentang anak, pertumbuhan dan perkembangan anak, gangguan sensomotorik, metode sensomotorik, dan lingkungan pendidikan anak secara umum. Bab III :. Berisi tentang studi kasus terhadap bangunan lain yang memilikki kemiripan terhadap perumusan masalah serta tinjauan tentang Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta yang menjelaskan pengertian, batasan, tinjauan esensi yang berisi tujuan, subyek pelaku, kapasitas, program kegiatan, waktu kegiatan, struktur organisasi proyek, fasilitas yang disediakan, serta tinjauan terhadap lokasi keberadaan proyek yang meliputi kriteria dan alasan pemilihan lokasi. Bab IV : Analisis Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang analisis permasalahan terhadap bangunan yang berhubungan dengan tatanan bentuk massa serta pengolahan ruang dalam dan ruang luar. Selain itu juga berisi tentang kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan ruang dan analisis site. 24

Bab V : Konsep Perencanaan dan Perancangan Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta. Berisi tentang konsep dasar perencanaan dan perancangan Pusat Pendidikan Anak Berbasis Sensomotorik di Yogyakarta berdasar hasil analisis yang akan ditransformasikan dalam bentuk desain. 25