BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Pemerintah Provinsi Bali

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Daftar Isi- i. Daftar Tabel... ii Daftar Grafik... iii

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Realisasi dan Proyeksi)

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTAKERANGKAPENDANAAN

PARIPURNA, 20 NOPEMBER 2015 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2016

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pemerintah Kota Cirebon

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1.1.Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 dan Perkiraan Tahun. perekonomian regional, perekonomian nasional bahkan

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

Lampiran 1 STRUKTUR ORGANISASI DPPKAD KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

Nomor : 050 / 1447 / / 2015 Nomor : 170 / 1070 / / 2015 Tanggal : 24 Juli 2015 Tanggal : 24 Juli 2015

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

Pertumbuhan yang telah dicapai dari berbagai kebijakan akan memberi dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi angka pengangguran

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

, ,00 10, , ,00 08,06

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

PEMERINTAH ACEH NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Transkripsi:

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun 2011 serta prospek perekonomian daerah pada tahun 2012, berdasarkan berbagai langkah kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pembangunan. 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan analisis terhadap indikator makro ekonomi Kabupaten Lebak, dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan global serta regional, maka arah pembangunan perekonomian Kabupaten Lebak dapat diprioritaskan kepada beberapa sektor yang dominan memberikan kontribusi terhadap PDRB yaitu sektor pertanian, Perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor jasa. Juga kepada sektor yang memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang serta tahan terhadap guncangan ekonomi yaitu sektor KUMKM. Sedangkan sektor lainnya menjadi pendukung. Secara umum kebijakan ekonomi daerah tahun 2012, akan tetap diarahkan untuk: 1. Melanjutkan upaya peningkatan kualitas dan pertumbuhan ekonomi agar mampu memecahkan masalah masalah sosial mendasar; 2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana ekonomi daerah untuk mengurangi ketimpangan wilayah dan sekaligus mendorong potensi ekonomi perdesaan; 3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan sosial dan ekonomi. Disamping itu peningkatan pertumbuhan ekonomi akan lebih menitikberatkan pada peningkatan investasi di sektor swasta / masyarakat melalui langkah langkah strategis seperti menjaga iklim yang kondusif dalam berinvestasi, menyederhanakan prosedur perijinan, dan meningkatkan kepastian hukum dan penyediaan infrastruktur. 66

3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2010 dan Perkiraan Tahun 2011 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan indikator kemajuan perekonomian daerah. Pada tahun 2010, LPE Kabupaten Lebak 4,14% masih berada di bawah LPE Provinsi sebesar 5,94%. Tingginya LPE Provinsi Banten dipengaruhi oleh pertumbuhan yang signifikan pada sektor LGA (Listrik,Gas dan Air), sektor Pengangkutan dan Komunikasi, serta sektor Pertanian. Pertumbuhan di LGA didorong oleh peningkatan penyaluran Gas kota, pada sektor pengangkutan dan komunikasi didorong angkutan udara serta komunikasi. Sedangkan pertumbuhan pada sektor pertanian terutama didorong oleh meningkatnya produksi padi karena curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 sehingga hasil panen meningkat. Apabila dibandingkan dengan tahun 2009, LPE Kabupaten Lebak tetap mengalami peningkatan sebesar 0,04%. Pada tahun 2010, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor yang dominan memberikan konstribusi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lebak, dilanjutkan oleh sektor Jasa-jasa serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Seiring dengan pemulihan ekonomi dunia serta upaya Pemerintah Daerah yang terus melakukan perbaikan infrastruktur, diharapkan dapat berdampak pada peningkatan investasi di Kabupaten Lebak. Sehingga pada tahun 2012 LPE diperkirakan akan mengalami kecenderungan positif yaitu sebesar 4,28 %. Perkembangan LPE Kabupaten Lebak dan LPE Banten tercantum dalam grafik berikut ini. Grafik 3.1 Perkembangan LPE Kabupaten Lebak dan LPE Banten Tahun 2008 2010 Target tahun 2011 & Prediksi tahun 2012 67

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Laju pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh perkembangan PDRB yang juga terus meningkat. Sehingga peningkatan PDRB berdampak terhadap meningkatnya daya beli masyarakat, terbukanya kesempatan kerja, berkurangnya jumlah penduduk miskin, membaiknya ketahanan pangan masyarakat dan meningkatnya pendapatan per kapita. Grafik 3.2 Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Lebak Atas Dasar Harga Berlaku (Rp. Jt) Tahun 2008 2010, Target tahun 2011 & Prediksi Tahun 2012 3. Kinerja Sektor Perekonomian Daerah Kinerja perekonomian Kabupaten Lebak tahun 2010 tergambarkan dari Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan, mengalami pertumbuhan menjadi 4.019.538,03 (juta) dari tahun 2009 yang sebesar 3.855.293,11 (juta). Sementara jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010, mengalami pertumbuhan sebesar 4,14% dari tahun sebelumnya, yang tumbuh sebesar 4,10%. Pada tahun 2010, LPE hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Sektor yang mengalami pertumbuhan negatif hanya sektor Pertambangan dan Penggalian. Bila dilihat dari sumber pertumbuhannya, pada tahun 2010 sektor perdagangan,hotel dan restoran memberikan andil yang lebih besar, yaitu sebesar 5,18%. 68

Sedangkan paling kecil adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya memberikan andil sebesar -0,83%, sektor lainnya seperti pertanian 4,07%, LGA (listrik, gas, dan air bersih) sebesar 3,99%, bangunan/konstruksi 3,17%, perdagangan, hotel dan restoran 5,18%, pengangkutan dan komunikasi 4,19%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 3,20% dan jasa-jasa 4,36%. Grafik 3.3 Kontribusi Sektor PDRB Harga Berlaku (%) dalam Struktur Perekonomian Kabupaten Lebak (Capaian 2008-2010, Target 2011 & Prediksi 2012) 4. Pendapatan per-kapita (PDRB per kapita) Pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten sejak tahun 2008 2010 meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi. PDRB per kapita masyarakat Kabupaten Lebak tahun 2008 sebesar Rp. 5.467.930, tahun 2009 sebesar Rp. 5.782.640 dan pada tahun 2010 sebesar Rp. 6.399.758 per tahun. Diperkirakan meningkat menjadi Rp. 6.767.195 per orang per tahun pada tahun 2011. Jika dibandingkan dengan angka inflasi tahun 2010 rata rata sebesar 2,47 % dengan angka laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2010 sebesar 4,14%, maka terdapat kenaikan peningkatan kemakmuran masyarakat Kabupaten Lebak. 69

Perkembangan nilai PDRB Per Kapita tahun 2008-2010 dan perkiraan tahun 2011 tercantum dalam grafik berikut ini : Grafik 3. 4 Perkembangan Nilai PDRB Per Kapita (Rp. Juta) Tahun 2008-2010 dan Target 2011 dan Prediksi 2012 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2012 Berbagai tantangan yang akan dihadapi Kabupaten Lebak di tahun 2012 tentunya tidak terlepas dari perekonomian nasional yang masih akan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengelolaan arus modal (capital inflow) dan nilai tukar (exchange rate) sehingga harga-harga komoditas terus merangkak naik. Selain itu adanya pasar bebas akan menyebabkan semakin beratnya industri kecil di Kabupaten Lebak dalam melakukan persaingan dunia. Persaingan ini tidak hanya dalam hal produk tapi juga menyangkut SDM. Tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih cukup tinggi juga akan terus mewarnai tantangan perekonomian Kabupaten Lebak di tahun 2012. Gambaran ekonomi Kabupaten Lebak tahun 2012 tidak akan terlepas dari pengaruh perkembangan perekonomian nasional. Perekonomian nasional dalam 70

hal ini juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Setelah mengalami resesi global sejak pertengahan tahun 2008, tanda-tanda pemulihan ekonomi dunia telah mulai terlihat sejak akhir 2009 hingga akhir 2010. Hal inilah yang turut berpengaruh terhadap perekonomian Kabupaten Lebak. Sehingga diharapkan pada tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lebak diperkirakan akan lebih baik untuk tumbuh sebesar 4,28%. 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Arah kebijakan keuangan daerah disusun dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian daerah, kapasitas fiskal daerah, serta tujuan pembangunan daerah yang dirumuskan oleh pemerintah daerah. Adapun arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Lebak akan meliputi komponen pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah. Kebijakan yang terintegrasi tersebut diharapkan akan mampu mendukung tercapainya arah kebijakan pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. 3.2.1 Proyeksi Kemampuan Daerah dan Kerangka Pendanaan Kemampuan daerah dan kerangka pendanaan merupakan tonggak awal bagi penyusunan kebijakan keuangan daerah. Dengan mengetahui kemampuan daerah, maka akan mempermudah penyusunan arah kebijakan untuk mengoptimalkan seluruh komponen keuangan daerah agar efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembangunan daerah. Hal paling sederhana untuk mengetahui kemampuan daerah dalam hal keuangan, tentunya dapat dilihat dari seberapa besar pendapatan daerah yang dapat dihimpun setiap tahunnya. Untuk keperluan perumusan kebijakan keuangan daerah, maka kecenderungan pendapatan daerah dalam lima tahun terakhir dapat dijadikan rujukan bagi penentuan kemampuan daerah dalam hal pendanaan pembangunan daerah. Sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini, pendapatan Kabupaten Lebak cenderung meningkat dari tahun ke tahun meskipun tingkat ketergantungan akan pendanaan dari Pemerintah Pusat masih besar. 71

Grafik 3.5 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2007-2010 Bila memperhatikan kecenderungan realisasi pendapatan daerah sejak tahun 2007 hingga tahun 2010 terlihat bahwa total pendapatan daerah selalu mengalami peningkatan kecuali tahun 2009 yang terlihat mengalami sedikit penurunan sebagai imbas krisis moneter global di tahun 2008. Pemulihan ekonomi global yang mulai berlangsung sejak tahun 2009, perlahan mulai menampakkan hasilnya sehingga pada tahun 2010 realisasi pendapatan daerah kembali mengalami koreksi yang positif. Hal ini mendasari Pemerintah Kabupaten Lebak untuk menetapkan target pendapatan yang lebih besar lagi pada tahun 2011, yaitu 1,111 Triliun Rupiah lebih. Dan bila kondisi perekonomian global maupun regional terus stabil, bukan tidak mungkin target pendapatan yang ditetapkan akan terlampaui. Terlebih lagi dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, akan membuka peluang kepada Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah. Meskipun pemerintah daerah optimis untuk melampaui target pendapatan yang ditetapkan untuk tahun 2011, penentuan target pendapatan daerah pada tahun 2012 akan mengalami penyesuaian dengan adanya rencana pemberlakuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang mengamanatkan dibentuknya Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, serta diserahkannya kewenangan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. Dua hal ini menjadi pertimbangan untuk merumuskan target 72

pendapatan daerah Kabupaten Lebak yang diperkirakan akan menembus angka 1,127 Triliun Rupiah atau meningkat 1,41% dari target tahun 2011. Selengkapnya mengenai perkembangan realisasi pendapatan daerah tahun 2009-2010 dan target di tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Realisasidan Proyeksi/ Target Pendapatan Kabupaten Lebak Tahun 2009-2012 Jumlah URAIAN 2009* 2010** 2011*** Proyeksi/Target Tahun 2012 PENDAPATAN 798.162.336.611 955.533.632.627 1.111.410.316.729 1.181.889.011.000 Pendapatan Asli Daerah 58.021.746.576 64.752.567.786 82.735.670.000 90.390.250.000 Pajak Daerah 7.111.016.717 6.527.234.936 9.580.000.000 10.831.000.000 Retribusi Daerah 38.139.320.720 46.422.446.197 62.797.950.000 67.406.250.000 Hasil Pengelolaan Daerah yang dipisahkan 2.277.986.593 2.756.944.249 3.437.631.000 3.538.000.000 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah 10.493.422.546 9.045.942.404 6.920.089.000 8.615.000.000 Dana Perimbangan 682.574.430.825 801.068.806.148 825.156.109.600 886.468.761.000 Dana Bagi hasil Pajak/ bagi hasil bukan pajak 38.307.240.825 54.287.873.548 43.352.412.000 45.714.060.000 Dana Alokasi Umum 576.191.190.000 655.633.732.600 710.659.097.600 766.105.000.000 Dana Alokasi Khusus 68.076.000.000 91.147.200.000 71.144.600.000 74.649.701.000 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 57.566.159.210 89.712.258.693 203.518.537.129 205.030.000.000 Hibah 0 0 0 0 Dana Darurat 0 0 0 0 Dana Bagi hasil Pajak dari Prov. danpemda Lainnya 19.004.343.210 23.898.283.693 23.897.682.129 24.530.000.000 Dana Peny. Dan Otonomi khusus 23.561.816.000 47.513.975.000 154.620.855.000 155.500.000.000 Bantuan Keuangandari Prov/ kab/ kota/ lainnya 15.000.000.000 18.300.000.000 25.000.000.000 25.000.000.000 Lain-lain Penerimaan 0 0 0 0 Sumber : * Laporan Realisasi APBD (audited) ** Laporan Realisasi APBD (unaudited) *** Target APBD TA.2011 3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Mengacu pada proyeksi pendapatan daerah untuk tahun 2012, maka kebijakan keuangan daerah di bidang pendapatan diarahkan pada : 1. Pemantapan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah; 73

2. Peningkatan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi; 3. Peningkatan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah Pusat, dan SKPD Pengelola Pendapatan Daerah; 4. Peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah; 5. Peningkatan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah; 6. Peningkatan pengelolaan aset dan keuangan daerah. 3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah Untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran, belanja daerah tahun 2012 dirumuskan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Kebijakan belanja daerah tahun 2012 diarahkan untuk mendukung pencapaian target MDG s dengan fokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur. Namun mengingat pendanaan yang relatif terbatas, maka akan ditempuh upaya pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien, dan efektif melalui: 1. Peningkatan program-program yang berorientasi pada masyarakat dan berupaya melaksanakan realisasi belanja daerah tepat waktu dengan mendorong proses penetapan Perda APBD secara tepat waktu pula. 2. Penerapan pola penganggaran yang berbasis kinerja dengan pendekatan pembangunan berkelanjutan yang disertai system pelaporan yang akuntabel. 3. Pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20% dari total belanja daerah tahun 2012 dalam rangka pencapaian target indeks pendidikan. 4. Peningkatan alokasi anggaran untuk kesehatan guna meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan dasar kesehatan dalam rangka peningkatan indeks kesehatan. 74

5. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost, regular cost, dan variable cost secara terukur dan terarah, yaitu: a. Pemenuhan kebutuhan dasar dalam menjamin keberlangsungan operasional kantor (biaya listrik, telepon, air bersih, BBM, internet, dan service mobil); b. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang bersifat rutin sebagai pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD, yang meliputi kegiatan koordinasi, fasilitasi, konsultasi, sosialisasi, pengendalian dan evaluasi, serta perencanaan; c. Pengalokasian kebutuhan belanja kegiatan yang mendukung program-program pembangunan yang menjadi prioritas dan unggulan SKPD, program/ kegiatan yang telah menjadi komitmen Pemerintah Kabupaten Lebak (committed budget). 6. Peningkatan alokasi anggaran bidang ekonomi yang makin diorientasikan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. 7. Penggunaan anggaran yang terukur dan berbasis pada prioritas pembangunan daerah guna mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah Kabupaten Lebak. 8. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada pemerintah desa. Mengacu pada arah kebijakan belanja daerah dan kemampuan pendanaan daerah, serta kecenderungan belanja tiga tahun terakhir, diperkirakan belanja daerah pada tahun 2012 akan mencapai 1,154 Triliun Rupiah dengan rincian 636,625 Miliar Rupiah untuk Belanja Tidak Langsung (BTL) dan 518,236 Miliar untuk Belanja Langsung. Dari angka ini akan terlihat bahwa pendanaan riil untuk pembangunan hanya akan berkisar di angka 550 Miliar Rupiah mengingat sekitar 60 Miliar Rupiah akan digunakan untuk Program Administrasi Perkantoran yang merupakan kegiatan rutin operasional SKPD. Oleh karena itu, penentuan prioritas pembangunan akan memegang peran penting dalam keberhasilan pembangunan daerah di tahun 2012 nanti sehingga capaian kinerjanya akan mampu memenuhi amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). 75

Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi/ Target Belanja Daerah Tahun 2009-2012 Jumlah URAIAN 2009* 2010** 2011*** Proyeksi/Target Tahun 2012 BELANJA TIDAK LANGSUNG 468.956.226.741 583.105.119.815 627.689.167.580 636.625.608.776 Belanja Pegawai 429.707.668.867 537.250.685.259 578.440.061.327 582.875.000.000 Belanja Bunga 2.011.834 3.267.361.112 2.650.000.000 100.462.970 Belanja Subsidi 0 0 0 0 Belanja Hibah 14.786.500.000 17.117.475.000 18.822.790.000 18.926.000.000 Belanja Bantuan Sosial 10.688.229.000 10.597.757.186 11.915.700.000 12.355.000.000 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/ Kab/ Kota dan Pemerintah Desa 13.278.750.779 13.095.840.248 13.500.000.000 18.226.000.000 0 1.066.251.010 1.061.058.000 1.919.395.806 Belanja Tidak Terduga 493.066.261 709.750.000 1.299.558.253 2.223.750.000 BELANJA LANGSUNG 375.465.833.394 311.197.231.063 531.705.232.749 554.809.400.000 Belanja Pegawai 38.202.400.983 26.620.495.536 29.628.834.600 33.716.000.000 Belanja Barang dan Jasa 104.264.168.608 115.129.609.472 231.532.600.901 245.000.900.000 Belanja Modal 232.899.263.803 169.447.126.055 270.543.797.248 276.092.500.000 Sumber : JUMLAH BELANJA 844.322.060.135 894.302.350.878 1.159.394.400.329 1.191.435.008.776 * Laporan Realisasi APBD (audited) ** Laporan Realisasi APBD (unaudited) *** Target APBD TA.2011 3.2.4 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah meliputi penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Kebijakan pembiayaan timbul karena jumlah pengeluaran lebih besar dari pada penerimaan sehingga terdapat defisit. Sumber penerimaan daerah berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan (DCD), penyertaan modal, pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan sisa lebih perhitungan anggaran tahun berjalan. Pada tahun 2012, struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu saja, namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain seperti telah disebutkan di atas. Sedangkan untuk pengeluaran pembiayaan direncanakan antara lain terdiri dari pembayaran hutang pokok yang jatuh tempo dan penyertaan modal. 76

Guna perluasan potensi pembiayaan daerah yang diarahkan dalam pendanaan pembangunan yang berorientasi pada profit, terus dilakukan langkah-langkah penguatan kapasitas organisasi pemerintah daerah. Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi/ Target Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2009-2012 Jumlah URA IAN 2009* 2010** 2011*** Proyeksi/Target Tahun 2012 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 69.966.275.141 47.327.050.012 66.850.749.600 48.952.800.000 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya 41.579.692.901 46.865.424.467 66.850.749.600 48.590.000.000 Pencairan Dana Cadangan 0 0 0 0 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 28.000.000.000 0 0 0 Penerimaan Pinjaman Daerah 201.233.490 297.004.545 0 362.800.000 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 0 0 0 0 Penerimaan Piutang Daerah 185.348.750 164.621.000 0 0 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1.867.923.637 6.047.127.000 18.866.666.000 11.833.334.000 Pembentukan Dana Cadangan 0 0 0 0 Penyertaan modal (Investasi) Pemerintah Daerah 1.850.000.000 3.047.127.000 2.700.000.000 2.500.000.000 Pembayaran Pokok Utang 17.923.637 3.000.000.000 15.666.666.000 9.333.334.000 Pemberian Pinjaman Daerah 0 0 500.000.000 0 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan 0 0 0 0 PEMBIAYAAN NETTO 68.098.351.504 41.279.923.012 47.984.083.600 37.119.466.000 Sumber : * Laporan Realisasi APBD (audited) ** Laporan Realisasi APBD (unaudited) *** Target APBD TA.2011 77