PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB III URAIAN SEKTORAL

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

Katalog BPS :

III. METODE PENELITIAN

BAB. III. URAIAN SEKTORAL


BAB II URAIAN SEKTORAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kerjasama : KATALOG :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA


Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.


B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

II.1. SEKTOR PERTANIAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

Metodologi Pengertian Produk Domestik Regional Bruto Beberapa Pendekatan Penyusunan PDRB

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG


METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu


III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB II KONSEP, DEFINISI DAN METODOLOGI

Katalog BPS :

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

BAB II METODOLOGI 2.1. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO. dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

8.1. Keuangan Daerah APBD

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

ANALISIS SEKTORAL PDRB KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2011

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KENDAL TAHUN 2011 Gross Regional Domestic Product Kendal Regency 2011

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Sri Wahyuningsih, S.Si 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

Transkripsi:

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality 2012/2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA Gross Regional Domestic Product of Jayapura Municipality 2012 / 2013 Nomor Katalog / Catalog Number : 6340.9471 Nomor Publikasi / Publication Number : 9471.1203 Ukuran Buku / Book Size : 16,50 cm x 21,59 cm Jumlah Halaman / Page Number : vii + 57 Halaman / Page Naskah / Editor : Badan Pusat Statistik (BPS) Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Gambar Kulit / Art Disigner : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Diterbitkan Oleh / Published by : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura BPS-Statistics of Jayapura Municipality Dicetak Oleh / Printed by : CV Sekar Wangi Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya Mey be cited with reference to the source

WALIKOTA JAYAPURA Drs. BENHUR TOMI MANO, MM

WALIKOTA JAYAPURA SAMBUTAN Pemerintah Kota Jayapura menyambut dengan gembira dan penuh syukur atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura Tahun 2012. Penerbitan Publikasi ini merupakan langkah maju bagi Pemerintah Daerah Kota Jayapura dalam penyajian data yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan perekonomian di Kota Jayapura baik secara menyeluruh maupun menurut masing-masing sektor, sehingga diharapkan data ini mempunyai nilai tambah dalam penetapan Kebijakan Pemerintah Daerah maupun Rencana Strategi Daerah. Untuk itu atas nama masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Jayapura menyampaikan terima kasih atas kerjasama BPS Kota Jayapura yang telah bekerja dengan penuh kesungguhan dan tanggung jawab. Akhirnya, saya mengharapkan kepada semua pihak untuk dapat menggunakan publikasi ini sebagai landasan dalam menyusun perencanaan program yang lebih baik, sistematik, menyeluruh, dan terpadu. Jayapura, Agustus 2013 WALIKOTA JAYAPURA/ MAYOR OF JAYAPURA Drs. Benhur Tomi Mano, MM i

KATA PENGANTAR Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura tahun 2012 disusun oleh BPS Kota Jayapura sebagai salah satu publikasi tahunan yang terbitkan oleh BPS Kota Jayapura. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Jayapura tahun 2012 ini menggunakan tahun dasar 2000 dengan berbagai pertimbangan teknis sebagaimana dijelaskan dalam bab pendahuluan. Dalam penghitungan PDRB dengan menggunakan tahun dasar 2000 klasifikasi sektor ekonomi yaitu 9 sektor. Data yang disajikan adalah data tahun 2012 dalam bentuk nominal dan persentase, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. Dalam penyajian ini juga ditampilkan PDRB perkapita dan pendapatan regional perkapita. Dikarenakan belum lengkapnya data yang tersedia, maka beberapa data yang disajikan terutama dalam tahun 2012 masih bersifat sementara yang akan disempurnakan pada penerbitan berikutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terbitnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih. Jayapura, Agustus 2013 BPS Kota Jayapura, K e p a l a, Muchlis M Sotting, B.St NIP. : 19571221 198003 1 001 ii

DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... 1. PENDAHULUAN... 1.1. Pengertian PDRB... 1.2. Metode Penghitungan... 1.3. Kegunaan PDRB... 2. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH SEKTOR-SEKTOR EKONOMI... 2.1 Sektor Pertanian 2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian... 2.3 Sektor Industri Pengolahan.. 2.4 Sektor Listrik dan Air Bersih. 2.5 Sektor Bangunan... 2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. 2.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi.. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.. 2.9 Sektor Jasa-Jasa... 3. DAFTAR ISTILAH PENTING. 4. TINJAUAN EKONOMI KOTA JAYAPURA TAHUN 2011... 4.1. Perkembangan PDRB 2008-2011... I ii iii v vii 1 1 1 3 4 4 6 8 9 10 10 11 14 17 19 21 21 iii

4.2. Struktur Ekonomi... 4.3. Pertumbuhan Ekonomi... 4.4. Analisis Share Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional. 4.5. PDRB Perkapita... 25 28 30 31 5. PERKEMBANGAN DAN PERANAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI... 5.1. Pertanian... 5.2. Pertambangan dan Penggalian... 5.3. Industri Pengolahan... 5.4. Listrik dan Air Bersih... 5.5. Bangunan... 5.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran... 5.7. Pengangkutan dan Komunikasi... 5.8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 5.9. Jasa-jasa... 34 34 36 36 38 39 39 41 43 44 6. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR... 47 LAMPIRAN. 52 iv

DAFTAR TABEL Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2009-2012 (juta rupiah)... 24 Tabel B. Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2009-2012 (persen)... 29 Tabel C. Analisis Share Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Tahun 2012 (persen)... 31 Tabel D. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) 35 Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen). 36 Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) 37 Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) 38 Tabel H. Tabel I. Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen). 39 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) 41 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen). 42 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2012/ 2013 v

Tabel K. Tabel L. Tabel M. Tabel N. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen). 44 Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) 45 PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2011-2012 (juta rupiah)... 48 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2011-2012 (juta rupiah)... 51 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2012/ 2013 vi

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2009-2012... 25 Grafik 2. Distribusi PDRB Kota Jayapura Tahun 2009 dan 2012 (Persen)... 27 Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura, 2009-2012... 28 Grafik 4. PDRB Perkapita Kota Jayapura, 2009-2012... 33 Grafik 5. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier Tahun 2012... 49 Produk Domestik Regional Bruto Kota Jayapura Tahun 2012/ 2013 vii

1. PENDAHULUAN 1.1. Pengertian PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2000. 1.2. Metode Penghitungan Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan empat metode pendekatan yakni : a. Pendekatan Produksi Pendekatan ini disebut juga pendekatan nilai tambah dimana Nilai Tambah Bruto (NTB) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai output yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap sektor ekonomi. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam proses produksi. b. Pendekatan Pendapatan Pada pendekatan ini, nilai tambah dari kegiatan-kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah dan gaji, surplus 1

usaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya idak mencari untung, surplus usaha (bunga netto, sewa tanah dan keuntungan) tidak diperhitungkan. c. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat untuk keperluan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan yayasan sosial; pembentukan modal; dan ekspor. Mengingat nilai barang dan jasa hanya berasal dari produksi domestik, total pengeluaran dari komponen-komponen diatas dikurangi nilai impor sehingga nilai ekspor yang dimaksud nilai ekspor neto. Penjumlahan seluruh komponen pengeluaran akhir ini disebut PDRB atas dasar harga pasar. d. Metode Alokasi Metode ini digunakan jika data pada suatu unit produksi di suatu daerah tidak tersedia. Nilai tambah suatu unit produksi di daerah tersebut dihitung dengan menggunakan data yang telah dialokasikan dari sumber yang tingkatannya lebih tinggi, misalnya data suatu kabupaten diperoleh dari alokasi data propinsi. Beberapa alokator yang dapat digunakan adalah nilai produksi bruto atau neto, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya yang dianggap cocok untuk menghitung nilai suatu unit produksi. 2

1.3. Kegunaan PDRB PDRB yang disajikan secara berkala dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu daerah dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan regional. PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara agregat maupun sektoral. Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap niali total PDRB atas dasar harga berlaku. Selain itu, pendapatan per kapita yang diperoleh dari perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun bersangkutan dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kemakmuran suatu daerah dengan daerah lainnya. Perbandingan PDRB atas dasar harga berlaku terhadap PDRB atas dasar harga konstan dapat juga digunakan untuk melihat inflasi atau deflasi yang terjadi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Regional yang disajikan secara berkala akan dapat diketahui : a. Tingkat pertumbuhan ekonomi; b. Gambaran struktur perekonomian; c. Perkembangan pendapatan per kapita; d. Tingkat kemakmuran masyarakat; e. Tingkat inflasi dan deflasi. 3

2. CAKUPAN DAN METODE PENGHITUNGAN NILAI TAMBAH SEKTOR-SEKTOR EKONOMI 2.1 Sektor Pertanian Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. 2.1.1 Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kentang, kacang tanah, kacang kedele, kacang hijau, sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman pangan lainnya, dan hasilhasil ikutannya. Termasuk di sini hasil-hasil dari pengolahan yang dilakukan secara sederhana seperti beras tumbuk, gaplek dan sagu. Data produksi dan harga diperoleh dari BPS dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Nilai Tambah Bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil survei pertanian yang dilakukan dengan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi, yaitu dengan mengalikan produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. 4

2.1.2 Sub Sektor Tanaman Perkebunan Komoditi yang dicakup di sini adalah hasil tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat seperti karet, kopra, kopi, kapok, tebu, cengkeh, pala dan sebagainya. Termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak kelapa rakyat, kopi olahan dan pala olahan. Data produksi dan harga diperoleh dari Dinas Perkebunan. Nilai Tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan produksi, rasio biaya antara serta rasio margin perdagangan dari tabel Input Output Indonesia 1990 dan 2000. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada tanaman bahan makanan. 2.1.3 Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya Sub sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil ternak seperti, sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur, serta hasil pemotongan ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak yang keluar masuk di wilayah Kota Jayapura. Data diperoleh dari Dinas Peternakan, sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga BPS Provinsi Papua. Nilai Tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara mengalikan nilai produksi dengan rasio nilai tambah berdasarkan hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). 2.1.4 Sub Sektor Kehutanan Sub Sektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan 5

hasil hutan lainnya dan perburuan, kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu olahan, kayu bakar, arang dan bambu, sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa rotan, damar, kulit kayu, kopal, nipah, akar-akar dan sebagainya. Sebagaimana sub sektor lainnya dalam sektor Pertanian, output sub sektor kehutanan dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga masing-masing tahun menghasilkan output atas dasar harga berlaku dan penggunaan harga pada tahun dasar menghasilkan output atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto dihitung dengan menggunakan rasio nilai tambah terhadap output. 2.1.5 Sub Sektor Perikanan Komoditas yang dicakup adalah semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum, tambak, kolam, keramba, serta pengolahan sederhana (penggaraman dan pengasapan ikan). Sumber data dari Dinas Perikanan. Nilai Tambah Bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis kuantum produksi dengan masing-masing harganya, kemudian hasilnya dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil survei pertanian yang dilakukan dengan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). 2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Komoditi yang dicakup di sini adalah minyak mentah, gas bumi, konsentrat tembaga, serta segala jenis hasil penggalian. Karena di Kota Jayapura tidak ada kegiatan pertambangan migas dan non migas maka sub sektor ini tidak dilakukan 6

penghitungannya. 2.2.1 Sub Sektor Pertambangan Migas Pertambangan Migas (minyak dan gas bumi) meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan, pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk untuk dapat dijual dan dipasarkan. Hasil kegiatan ini adalah minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Metode penghitungan yang digunakan adalah pendekatan produksi. Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi. 2.2.2 Sub Sektor Pertambangan Tanpa Migas Pertambangan tanpa migas meliputi pengambilan, pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil dari kegiatan ini adalah batu bara, pasir, bijih timah, bijih besi, bijih tembaga, bijih emas serta komoditi ikutan lainnya. Cara yang digunakan untuk memperoleh output dan NTB atas dasar harga berlaku menggunakan pendekatan produksi. Sedangkan untuk memperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000 dengan cara revaluasi. 2.2.3 Sub Sektor Penggalian Komoditi yang tercakup dalam sub sektor penggalian terdiri atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti karang, pasir, tanah uruk, tanah liat dan jenis penggalian lainnya. 7

Output atas dasar harga konstan 2000 menggunakan perubahan output sektor bangunan atas dasar harga konstan (2000 = 100) dikalikan dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000, sehingga diperoleh NTB atas dasar harga konstan. Output atas dasar harga berlaku diperoleh setelah output atas dasar harga konstan dikalikan dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (HPB) penggalian (2000=100). Selanjutnya untuk memperoleh NTB atas dasar harga berlaku output ini dikalikan dengan rasio NTB terhadap output pada masing-masing tahun. Output merupakan perkalian antara produksi dengan harga masing-masing output pertambangan dan penggalian atas dasar harga konstan 2000 memakai cara Revaluasi sedangkan output penggalian dengan cara Deflasi dengan Indeks Harga Perdagangan Besar sub sektor penggalian. 2.3 Sektor Industri Pengolahan Mencakup Industri Besar dan Sedang, Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga dan Industri pengilangan minyak bumi. Industri besar dan sedang adalah perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 20 orang dan lebih, industri kecil mempunyai tenaga kerja 5-19 orang, sedangkan industri kerajinan rumahtangga 1-4 orang. Saat ini untuk Kota Jayapura penghitungan nilai tambah dalam sektor ini hanya dilakukan pada subsektor industri besar/sedang dan industri kecil kerajinan rumah tangga. 2.3.1 Sub Sektor Industri Besar/Sedang Baik output maupun Nilai Tambah atas dasar harga yang berlaku diperoleh dari Sensus Perusahaan Industri Besar/Sedang Provinsi Papua. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. 8

2.3.2 Sub Sektor Industri Kecil Kerajinan Rumahtangga Jumlah tenaga kerja diperolah dari hasil Sensus Ekonomi 2010 dan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Papua setelah dilakukan penyesuaian dengan data yang terdapat pada BPS. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari hasil perkalian antara rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja, untuk harga konstan memakai ekstrapolasi. Output Industri kerajinan rumahtangga diperoleh dari hasil kali antara rata-rata output per tenaga kerja yang didapat melalui Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) beserta rasio biaya antara dan penyusutannya. Sedangkan output atas dasar harga konstan caranya sama dengan industri kecil. 2.3.3 Sub Sektor Pengilangan Minyak Bumi Output industri pengilangan minyak bumi diperoleh dari hasil kali antara produksi dan harga masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan memakai cara revaluasi yakni mengalikan produksi masing-masing tahun dengan harga tahun dasar 2.4 Sektor Listrik dan Air Bersih 2.4.1 Sub Sektor Listrik Data produksi diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedangkan data harga (rata-rata tarif/kwh) memakai rata-rata tarif/kwh PLN Wilayah X Papua. Output atas dasar harga yang berlaku diperoleh dari perkalian antara produksi (listrik yang dibangkitkan) dengan harga (rata-rata tarif/kwh) masingmasing tahun, sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan mengurangkan biaya antara dari nilai produksi bruto (output). 2.4.2 Sub Sektor Air Bersih Mencakup air bersih yang diusahakan oleh Perusahan Air Minum (PAM). 9

Data produksi dan harga diperoleh langsung dari Perusahaan Air Minum dan Badan Pengelolaan Air Minum. Penghitungan atas dasar harga konstan memakai cara revaluasi. 2.5 Sektor Bangunan Mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi) baik berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Perkiraan output sektor bangunan menggunakan hasil Sensus Ekonomi 2010 yang disesuaikan dan data tahunan dari laporan realisasi pengeluaran pembangunan pemerintah, selanjutnya ditambah dengan output bangunan yang dikerjakan oleh swasta atau masyarakat. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah tenaga kerja sebagai ekstrapolatornya. 2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.6.1 Sub Sektor Perdagangan Perhitungan Nilai Tambah sub sektor perdagangan besar dan eceran dilakukan dengan cara pendekatan arus barang yaitu menghitung besarnya nilai komoditi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi impor. Dari nilai margin (output) pedagang yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya produksi yang diperdagangkan margin perdagangan didasarkan pada data hasil penyusunan tabel Input Output Indonesia tahun 2000 oleh BPS. Rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). 10

2.6.2. Sub Sektor Hotel Mencakup semua hotel dan akomodasi lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah kamar dengan rata-rata output per kamar di samping itu dicari dengan cara jumlah kamar kali tingkat penghunian kamar dikali rata-rata tarif kamar kali 360 hari. Data jumlah kamar dan tempat tidur dan tingkat penghunian kamar diperoleh dari BPS Provinsi Papua, sedangkan data mengenai rata-rata output per kamar dan rasio biaya antara diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan indeks jumlah kamar sebagai ekstrapolatornya. 2.6.3 Sub Sektor Restoran Nilai Tambah sub sektor ini diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja dikurang biaya antara. Data perkiraan jumlah tenaga kerja sub sektor Restoran didasarkan pada hasil Sensus Ekonomi 2006 dan Sensus Penduduk 2000, sedangkan rata-rata output per tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). 2.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang baik melalui darat, laut, sungai dan udara termasuk jasa penumpang angkutan dan komunikasi. Sub sektor yang termasuk dalam sektor ini adalah: sub sektor angkutan jalan raya, sub sektor angkutan laut, sub sektor angkutan sungai, sub sektor angkutan udara, sub sektor jasa penunjang angkutan dan sub sektor komunikasi. 11

2.7.1 Sub Sektor Pengangkutan 2.7.1.1 Angkutan Darat Meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang di lakukan oleh kendaraan umum baik bermotor dan tidak bermotor seperti bus, truk, taksi dan sebagainya. Perkiraan output atas dasar harga yang berlaku didasarkan pada jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang yang diperoleh dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Provinsi Papua dan BPS serta rata-rata output dan rasio biaya antara menurut jenis kendaraan yang diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional. Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan jumlah kendaraan masing-masing sebagai ekstrapolatornya. 2.7.1.2 Angkutan Udara Mencakup kegiatan pengangkutan penumpang, barang dan kegiatan lain berkaitan dengan penerbangan yang dilakukan oleh perusahaan penerbangan milik nasional dalam negeri, yang diangkut dengan tarif yang ada dari bandara asal ke bandara tujuan. Namun di Kota Jayapura tidak terdapat bandara udara dan aktifitas penerbangan sehingga tidak ada outputnya. 2.7.1.3 Angkutan Laut Meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan pelayaran milik nasional baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara alokasi dari sub sektor angkutan laut angka nasional, karena kegiatan angkutan laut merupakan kegiatan yang multiregional. Nilai Tambah Bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara 12

ekstrapolasi dengan menggunakan indeks gabungan tertimbang jumlah barang yang diekspor/diimpor dan bongkar muat. 2.7.2 Sub Sektor Komunikasi 2.7.2.1 Pos dan Giro Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan penjualan benda pos dan sebagainya. Output Pos dan Giro diperoleh langsung dari PT Pos dan Giro Wilayah XII Papua untuk masing-masing kabupaten. Rasio biaya antara dan penyusutan dari Survei Khusus Pendapatan Regional yang dilaksanakan oleh BPS Provinsi Papua. Perhitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai ekstrapolasi dengan indeks gabungan produksi Pos dan Giro sebagai ekstrapolatornya. 2.7.2.2 Telekomunikasi Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telegram, telegrap, telex. Perkiraan output didapat langsung dari PT. Telkom Papua. Rasio biaya antara dan penyusutan dari Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). Penghitungan atas dasar harga konstan 2000 memakai cara ekstrapolasi dengan indeks gabungan produksi Telekomunikasi sebagai ekstrapolatornya. 2.7.3 Sub Sektor Jasa Penunjang Angkutan Kegiatan ini mencakup kegiatan pengerukan pelabuhan laut dan jasa pengujian kelayakan kapal laut. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup disini adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat (terminal parkir), bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang (travel biro), ekspedisi laut, jalan tol dan jasa 13

penunjang lainnya. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi. Sumber data yang digunakan umumnya diperoleh dari BUMN terkait (untuk kegiatan yang sifatnya monopoli pemerintah), BPS dan Dinas Perhubungan (untuk indikator produksi), survei khusus (untuk indikator harga) dan Tabel Input Output 2000 (untuk rasio NTB dan mark-up). 2.8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.8.1 Sub Sektor Bank Penghitungan output dan nilai tambah bank atas dasar harga yang berlaku diperoleh langsung dari Bank Indonesia lewat BPS, dimana output seluruh kabupaten sudah tersedia. Untuk perkiraan atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi memakai Indeks Biaya Hidup Kelompok Umum. 2.8.2 Sub Sektor Lembaga Keuangan Bukan Bank Mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit). 2.8.2.1. Usaha Jasa Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko atas terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut, sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau menyebabkan terjadinya kematian. Output kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa dan asuransi bukan jiwa. Output/nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku 14

diperoleh berdasarkan selisih output dan biaya antara. Sedangkan output atas dasar harga konstan diperoleh dengan metode deflasi memakai Indeks Biaya Hidup Kelompok Umum. 2.8.2.2. Dana Pensiun Output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku dari kegiatan dana pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Necara Rugi/Laba). Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan cara deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflator/ekstrapolatornya adalah Indeks Harga Konsumsen (IHK) Umum atau jumlah peserta. 2.8.2.3 Pegadaian Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Laporan Rugi/Laba). Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah nasabah atau omzet dari perusahaan pegadaian. 2.8.2.4 Lembaga Pembiayaan Lembaga pembiayaan ini mencakup sewa guna usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan). Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan. 15

2.8.3 Sub Sektor Jasa Penunjang Keuangan Mencakup kegiatan Pedagang Valuta Asing, Pasar Modal, dan Jasa Penunjangnya, Underwriter (penjamin emisi), Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan, Manajer Investasi, Penasehat Investasi, Reksa Dana, Biro Administrasi Efek, Tempat Penitipan Harta atau Custodian, dan sejenisnya. 2.8.4 Sub Sektor Sewa Bangunan Sub sektor ini meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bangunan bukan tempat tinggal seperti perkantoran, serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumahtangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan pemeliharaan rumah dengan penduduk pertengahan tahun. Data usaha persewaan bangunan tempat tinggal diperoleh berdasarkan hasil SUSENAS dan Sensus Penduduk. Sedangkan output usaha persewaan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian luas bangunan yang disewakan dengan rata-rata tarif sewa per m². Nilai tambah bruto diperoleh dari hasil perkalian rasio nilai tambah bruto dengan outputnya. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi dengan indeks luas bangunan sebagai ekstrapolatornya. 2.8.5 Sub Sektor Jasa Perusahaan Mencakup kagiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan dan jasa fotocopy. 16

Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan dan tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau rata-rata output per tenaga kerja). Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan diperoleh sejalan dengan laju pertumbuhan konstan sub sektor industri non migas, asumsinya bahwa sektor ini paling banyak menggunakan jasa perusahaan dibanding sektor lainnya. 2.9 Sektor Jasa-jasa 2.9.1 Sub Sektor Jasa Pemerintahan Umum Cakupan sub sektor jasa pemerintahan umum adalah administrasi pemerintahan umum dan jasa pemerintahan lainnya. Nilai Tambah Bruto sektor pemerintahan umum didasarkan pada pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai dan perkiraan penyusutan. Belanja pegawai untuk jasa pendidikan, jasa kesehatan, jasa kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan yang tercakup dalam pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah baik rutin maupun pembangunan dipisahkan dari sektor pemerintahan, kemudian dimasukkan ke sektor jasa pemerintahan lainnya. Nilai tambah bruto administrasi pemerintahan dan pertahanan diperoleh dari selisih nilai tambah bruto sektor pemerintahan umum dengan jasa pemerintahan lainnya. Sedangkan nilai tambah bruto sektor pemerintahan umum atas dasar harga konstan dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang dengan jumlah pegawai negeri menurut golongan kepangkatan. Nilai tambah bruto jasa pemerintahan lainnya atas dasar harga konstan dihitung dengan cara ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri (guru, tenaga medis dan 17

lain-lain) menurut golongan kepangkatan. Sedangkan nilai tambah bruto administrasi pemerintahan dan pertahanan atas dasar harga konstan merupakan selisih antara nilai tambah bruto sektor pemerintahan umum dengan nilai tambah bruto jasa pemerintahan lainnya atas dasar harga konstan. 2.9.2. Sub Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset, palang merah, panti asuhan, panti wreda, YPAC, rumah ibadah, dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh swasta. Output diperoleh dari hasil perkalian dari setiap indikator produksi. 2.9.3. Sub Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing perusahaan jasa hiburan tersebut dengan rata-rata outputnya. Sedangkan output atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi/ekstrapolasi dan sebagai deflator/ektrapolatornya adalah IHK hiburan dan rekreasi/indeks indikator produksi yang sesuai. 2.9.4 Sub Sektor Jasa Perorangan dan Rumahtangga Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi. 18

3. DAFTAR ISTILAH PENTING Asset (Harta): Pemilikan atas berbagai macam harta yang dimiliki oleh perorangan, perusahaan ataupun pemerintah. Secara praktis biasanya dinilai dalam bentuk moneter. Biaya Antara: Input yang dipergunakan habis dalam proses produksi dan terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa baik yang dibeli dari pihak lain ataupun yang diproduksi sendiri. Bunga Neto: Selisih antara bunga diterima dan bunga yang dibayar atas pinjaman yang diberikan. Faktor Produksi: Mencakup faktor-faktor yang terlibat langsung dalam suatu proses produksi baik secara langsung maupun tidak langpesung seperti tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian. Harga Berlaku: Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun berjalan. Harga Konstan: Penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun tetap di satu tahun dasar. 19

Imputasi Jasa: Merupakan perkiraan atas nilai output jasa yang dihasilkan, sebagai contoh imputasi jasa bank, jasa asuransi, jasa dana pensiun dan sebagainya. Investasi: Dana yang disisihkan untuk ditanamkan sebagai modal dalam usaha dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dengan harapan modal tersebut akan kembali dalam beberapa tahun. Kapital: Faktor produksi yang diciptakan leh keahlian manusia dari sumber alam yang tersedia dan digunakan untuk menciptakan pendapatan seperti mesin, peralatan, pabrik, dan sebagainya (barang modal). Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan: Merupakan selisih nilai transaksi pada tingkat harga pembeli dengan tingkat harga produsen. Selisih ini mencangkup keuntungan perdangan enceran dan biaya pengankutan yang timbul dalam penyaluran barang dari produsen ke pembeli. Input Primer: Disebut juga nilai tambah bruto, terdiri atas balasan jasa tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung neto. 20

Pajak Tidak Langsung Neto: Pajak tidak langsung dikurangi subsidi Perlengkapan(Mark Up) : Merupakan besaran persentase tertentu yang ditambahkan terhadap suatu bilangan estimasi yang fungsinya untuk melengkapi data yang tidak lengkap Permintan antara: Merupakan permintaan barang dan jasa untuk memenuhi proses produksi. Permintaan Akhir: Permintaan barang dan jasa untuk memenuhi konsumsi akhir, pembentukan modal dan ekspor. Tahun Dasar: Tahun terpilih sebagai rujukan statistik, yang digunakan sebai dasar perhitungan tahuntahun yang lainya. Tahun dasar dapat mengambarkan seri data dengan indikator yang rinci mengenai perubahan/ pergerakan yang terjadi. Revaluasi: Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah dan ouput atas dasar harga konstan dengan nilai produksi pada tahun yang bersangkutan dengan memakai harga pada tahun dasar.begitu pula biaya-biaya antara di nilai dengan harga pada tahun dasar. 21

Defaluasi: Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga dengan mendeflate nilai tambah atas dasar berlaku dengan indeks yang bersangkutan. Ekstrapolasi: Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan mengekstrapolasi nilai tambah pada tahun dasar dengan menggunakan indeks kuantum dari barang- barang yang bersangkutan. 22

4. TINJAUAN EKONOMI KOTA JAYAPURA TAHUN 2012 4.1. Perkembangan PDRB 2009-2012 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat timbulnya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu wilayah/region. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki. Pengelolaan dan investasi yang tepat pada kedua sumber daya ini akan menghasilkan nilai tambah yang semakin besar dari tahun ke tahun. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan dua aspek, yaitu perkembangan produksi riil dan perkembangan harga atau inflasi, sedangkan atas dasar harga konstan menggambarkan pertumbuhan riil karena sudah terbebas dari unsur kenaikan harga. Oleh karena kecenderungan harga yang terus naik, menyebabkan peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku tidak selalu berarti perekonomian menuju kearah yang lebih baik, jika tidak didukung oleh peningkatan nilai PDRB atas dasar harga konstan di waktu yang sama. PDRB dapat juga digunakan untuk melihat besaran nilai tambah dari masingmasing sektor ekonomi sehingga dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang paling berperan dalam pembentukan perekonomian daerah. Proses menghasilkan barang dan jasa di Kota Jayapura pada tahun 2012 mampu memberikan peningkatan nilai tambah sebesar 19,02 persen, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp 9,06 triliun pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 10,77 triliun pada tahun 2012. Sama seperti tahun sebelumnya, Nilai Tambah Bruto (NTB) terbesar 23

disumbangkan oleh sektor Bangunan sebesar Rp 2,70 triliun. Perubahan pada PDRB atas dasar harga konstan merupakan representasi perubahanperubahan dari kuantum (jumlah) produksi di semua sektor ekonomi. Hal ini dikarenakan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan menggunakan harga-harga pada tahun 2000, jadi dianggap sejak tahun 2000 tidak ada perubahan harga-harga sesuai dengan judul tabel yaitu atas dasar harga konstan 2000. Seiring dengan adanya peningkatan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2012 juga mengalami peningkatan walaupun tidak sebesar tahun sebelumnya, yaitu sebesar 12,30 persen atau sebesar Rp 460,72 miliar. Nilai PDRB atas dasar harga konstan yang terus meningkat dari tahun 2008-2011 menunjukkan terus meningkatnya jumlah produksi dalam kurun waktu tersebut. Tabel A. PDRB Kota Jayapura, 2009-2012 (juta rupiah) Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK 2000 (1) (2) (3) 2009 6,493,728.93 3,012,658.14 2010 7,511,429.13 3,283,633.66 2011*) 9,045,209.25 3,745,100.05 2012**) 10,766,057.70 4,205,820.47 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 24

Grafik 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000, 2009-2012 12,00 M i l i a r 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 6,49 3,01 7,51 9,05 3,28 3,75 10,77 4,21 PDRB ADHB PDRB ADHK 2000 0,00 2009 2010 2011 2012 4.2 Struktur Ekonomi Struktur ekonomi yang dinyatakan dalam persentase, yang disajikan dari PDRB atas dasar harga berlaku, menunjukkan besarnya peran masing-masing sektor ekonomi dalam kemampuan menciptakan nilai tambah. Hal tersebut menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan produksi dari masing-masing sektor ekonominya. Dari struktur ekonomi ini juga dapat dilihat, apakah suatu daerah didominasi oleh kelompok sektor primer, sekunder ataupu tersier. Apabila sektor ekonomi disajikan dari waktu ke waktu, maka dapat terlihat pergeseran ekonomi yang terjadi di suatu daerah. Pergeseran struktur ekonomi ini yang sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan. 25

Perekonomian Kota Jayapura pada tahun 2012 didominasi oleh 4 (empat) sektor ekonomi, yaitu sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan sektor Jasa-Jasa. Kontribusi keempat sektor ini dalam perekonomian Kota Jayapura mencapai 81,82 persen. Seperti pada tahun sebelumnya, Sektor Bangunan merupakan sektor yang paling besar memberi kontribusi terhadap perekonomian Kota Jayapura pada tahun 2012 dengan peranan sebesar 25,06 persen. Peranan ini meningkat cukup signifikan bila dibandingkan peranannya pada tahun 2009 yang hanya sebesar 18,39 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi merupakan kontributor terbesar kedua, sumbangannya relative meningkat, yakni dari 19,23 persen di tahun 2009 menjadi 19,69 persen di tahun 2012. Sektor ini terus didominasi oleh sub sektor Komunikasi dengan kontribusi sebesar 12,74 persen, sedangkan sub sektor yang lain peranannya masih berada dibawah 5 persen. Selanjutnya, sektor yang paling besar ketiga dalam memberikan kontribusi adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dengan kontribusi sebesar 18,61 persen di tahun 2009, naik menjadi 19,35 persen di tahun 2012. Sektor ini didominasi oleh subsektor Perdagangan dengan kontribusi sebesar 17,21 persen. Sektor dengan kontribusi terbesar keempat adalah sektor Jasa-Jasa. Sektor ini memberikan kontribusi sebesar 19,14 persen di tahun 2009 dan menurun menjadi 17,71 persen di tahun 2012. Sektor ini sendiri sangat didominasi oleh subsektor Pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 14,43 persen sedangkan subsektor lain kontribusinya berada pada kisaran 1 persen. Sementara itu, tiga sektor yang peranannya paling kecil di Kota Jayapura adalah sektor 26

Listrik dan Air Bersih (0,33 persen), sektor Pertambangan dan Penggalian (0,46 persen), dan sektor Industri Pengolahan (2,75 persen). Ketiga sektor ini dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan kontribusi terhadap perekonomian Kota Jayapura. Grafik 2. Distribusi PDRB Kota Jayapura Tahun 2009 dan 2012 (Persen) 15,49% 19,14% 0,50% 4,79% 2009 P E R T A N I A N 3,40% 0,45% 18,39% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH B A N G U N A N 19,23% 18,61% PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 10,74% 17,71% 0,46% 2,75% 3,91% 2012 P E R T A N I A N 0,33% 25,06% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK DAN AIR BERSIH B A N G U N A N 19,69% 19,35% PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 27

4.3. Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian, indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah keijaksanaan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut, dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan sebaliknya. Untuk melihat fluktuasi perekonomian tersebut secara riil, maka perlu disajikan PDRB atas dasar harga konstan secara berkala. Grafik 3. Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura, 2009-2012 P e r s e n 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 18,19 14,05 12,30 8,99 2009 2010 2011 2012 Tahun Dalam kurun waktu 2009-2012, kondisi pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura berfluktuasi pada kisaran 8,99 persen dan 18,19 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009, sedang yang terendah terjadi pada tahun 2010. Dari tahun 2009-2010, 28

pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura mengalami perlambatan yang sangat signifikan dengan tumbuh dari 18,19 persen menjadi 8,99 persen. Namun, pada tahun 2011 mengalami percepatan dengan tumbuh sebesar 14,05 persen, dan kemudian pada tahun 2012 pertumbuhan ini menurun lagi hingga mencapai 12,30 persen. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura pada periode 2009-2012 sebesar 13,38 persen. Pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura tahun 2012 didukung secara signifikan oleh pertumbuhan sektor Bangunan sebesar 17,65 persen. Sektor lain yang juga tumbuh cukup tinggi adalah sektor Pengangkutan dan Komunikasi (15,37 persen), walaupun pertumbuhan sektor ini melambat bila dibandingkan tahun sebelumnya, dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (12 persen). Tabel B. Pertumbuhan PDRB menurut Sektor, 2009-2012 (persen) Sektor 2009 2010 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian 4.77 7.73 7.44 6.31 Pertambangan dan Penggalian 7.84 8.63 7.43 8.59 Industri Pengolahan 7.08 7.75 5.29 3.37 Listrik dan Air Bersih 4.69 4.33 4.63 5.35 Bangunan 12.80 23.75 16.65 17.65 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 11.17 13.61 9.89 12.00 Pengangkutan dan Komunikasi 14.67 16.48 15.49 15.37 Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 60.03-28.16 28.73 11.91 Jasa-Jasa 17.53 12.98 10.59 7.97 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 29

4.4. Analisis Share Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh gerak laju pertumbuhan sektor-sektor ekonomi terutama sektor yang memiliki peranan dominan, sedikit saja pergeseran dari sektor yang memberikan kontribusi terbesar akan sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Untuk mengetahui besarnya sumbangan masing-masing sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, maka analisis yang digunakan adalah analisis share yang diperoleh dengan cara mengalikan distribusi persentase atas dasar harga konstan tahun sebelumnya (tn-1) dengan laju pertumbuhan ekonomi atas dasar harga konstan masing-masing sektor pada tahun yang bersangkutan (tn). Berdasarkan penghitungan share/sumbangan masing-masing sektor terhadap pertumbuhan ekonomi maka dapat dijelaskan bahwa sektor Bangunan merupakan penyumbang terbesar bagi laju pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 3,98 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberi share terbesar kedua yaitu sebesar 2,90 persen. Terdapat dua sektor yang memberi kontribusi yang sama terhadap laju pertumbuhan yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan sektor Jasa-Jasa dengan share sebesar 1,75 persen, dan diikuti sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 1,32 persen. Dari Sembilan sektor yang ada, terdapat 4 sektor yang memberi sumbangan di bawah satu persen terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Jayapura yaitu sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan, sektor Pertambangan dan Penggalian dan sektor Listrik dan Air 30

Bersih dimana masing-masing andilnya sebesar 0,40 persen, 0,12 persen, 0,04 persen dan 0,03 persen. Tabel C. Analisis Share Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Jayapura Sektor Tahun 2012 (persen) Distribusi Persentase ADH Konstan 00 Tahun 2011 Laju Pertumbuhan ADH Konstan 00 Tahun 2012 Sumbangan Laju Pertumbuhan Tahun 2012 (1) (2) (3) (4) 1. Pertanian 6.27 6.31 0.40 2. Pertambangan dan Penggalian 0.52 8.59 0.04 3. Industri Pengolahan 3.49 3.37 0.12 4. Listrik dan Air Bersih 0.59 5.35 0.03 5. Bangunan 22.56 17.65 3.98 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.63 12.00 1.75 7. Pengangkutan dan Komunikasi 18.89 15.37 2.90 8. Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.11 11.91 1.32 9. Jasa-Jasa 21.95 7.97 1.75 Kota Jayapura 100.00 12.30 12.30 4.5 PDRB Perkapita Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum bisa ditunjukkan oleh meningkatnya tingkat pendapatan perkapita suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat perolehan pendapatan perkapita menunjukkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya, walaupun ukuran ini tidak dapat memperlihatkan kesenjangan antar penduduk. Sebaliknya, penurunan pada 31

tingkat pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kesejahteraan yang semakin menurun. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor dan transfer yang mengalir keluar (transfer out) sama dengan yang masuk (transfer in), maka pendapatan perkapita dapat ditunjukkan melalui tingkat PDRB perkapita. Perlu diketahui bahwa indikator PDRB perkapita tidak sepenuhnya menggambarkan tingkat pendapatan perkapita penduduk. Indikator ini lebih tepat digunakan untuk menilai apakah upaya pembangunan ekonomi di suatu wilayah mampu meningkatkan capaian nilai tambah bagi masyarakat melalui hasil kreatifitas usaha dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Namun dengan segala keterbatasannya, indikator PDRB perkapita dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada tahun 2012, PDRB perkapita Kota Jayapura mencapai Rp. 39.302.509,06, tumbuh sebesar 15,08 persen dari tahun sebelumnya, dan telah berkembang mencapai lebih dari satu setengah kali lipat bila dibanding dengan tahun 2009. Pertumbuhan pada tahun 2012 bergerak lebih cepat bila dibanding dengan pertumbuhan pada tahun 2011 yang mencapai 17,76 persen. Dalam kurun waktu 2009-2012, pertumbuhan PDRB perkapita di tahun 2010 ini merupakan pertumbuhan yang terendah, yaitu sebesar Rp. 3.357.309,23 sedangkan yang tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 23,28 persen, dengan nilai Rp. 4.891.788,30. Rata-rata pertumbuhan PDRB perkapita dari tahun 2009-2012 mencapai 17,02 persen. Bila ditelaah lebih lanjut dengan melihat rata-rata kenaikan secara riil atau berdasarkan PDRB perkapita atas dasar harga konstan, maka dalam kurun waktu yang sama, terjadi 32

rata-rata kenaikan sebesar 10,15 persen, dari Rp. 12.017.560,25 pada tahun 2009 menjadi Rp. 15.353.744,30 pada tahun 2012. Grafik 4. PDRB Perkapita Kota Jayapura, 2009-2012 J u t a R u p i a h 40 35 30 25 20 15 10 5 29,26 25,90 12,02 12,79 33,38 13,82 39,30 15,35 PDRB Perkapita ADHB PDRB Perkapita ADHK 2000-2009 2010 2011 2012 33

5. PERKEMBANGAN DAN PERANAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI 5.1 Pertanian Pada tahun 2012, sektor Pertanian yang memberi kontribusi sebesar 3,91 persen, tumbuh sebesar 6,31 persen, lebih rendah dibanding tahun 2011 yang mencapai pertumbuhan 7,44 persen. Jika dilihat menurut subsektor, subsektor Tanaman Bahan Makanan di tahun 2012 mengalami perlambatan dalam laju pertumbuhannya, menjadi 2,62 persen di tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 2,78 persen. Sementara itu, jika dilihat dari andilnya terhadap PDRB Kota Jayapura tahun 2012, subsektor Tanaman Bahan Makanan member andil terbesar kedua setelah subsektor Perikanan sebesar 0,62 persen, menurun dibanding tahun 2011 yang mencapai 0,71 persen. Subsektor Tanaman Perkebunan mengalami percepatan laju pertumbuhan dari 2,72 persen pada tahun 2011 menjadi 4,83 persen pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, subsektor ini memberikan kontribusi sebesar 0,19 persen terhadap nilai total PDRB Kota Jayapura, sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, laju pertumbuhan subsektor Peternakan dan hasilnya sebesar 5,73 persen pada tahun 2012, meningkat bila dibandingkan laju pertumbuhan pada tahun 2011 yang mencapai 3,62 persen. Kontribusinya sendiri di tahun 2012 sebesar 0,41 persen, menurun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 0,45 persen. Dari lima subsektor yang tercakup dalam sektor Pertanian, secara umum, pertumbuhan terendah terjadi pada subsektor Kehutanan, yang hanya mencapai 2,08 persen. Sama 34

halnya dengan laju pertumbuhan subsektor ini, kontribusinya terhadap PDRB total Kota Jayapura juga merupakan yang terkecil diantara empat subsektor lain, yaitu sebesar 0,11 persen, turun 0,01 persen dibanding tahun sebelumnya. Berbanding terbalik dengan subsektor Kehutanan, subsektor Perikanan pada tahun 2012 merupakan subsektor penggerak di Sektor Pertanian di Kota Jayapura pada tahun 2012, dimana laju pertumbuhan dan kontribusinya merupakan yang terbesar, yakni masing-masing sebesar 7,56 persen dan 2,59 persen. Tabel D. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian Sektor di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertanian 7.44 6.31 4.21 3.91 Tanaman Bahan Makanan 2.78 2.62 0.71 0.62 Tanaman Perkebunan 2.72 4.83 0.21 0.19 Peternakan dan hasilnya 3.62 5.73 0.45 0.41 Kehutanan 2.54 2.08 0.12 0.11 Perikanan 9.71 7.56 2.73 2.59 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 35

5.2. Pertambangan dan Penggalian Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, sektor Pertambangan dan Penggalian yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Jayapura hanya subsektor Penggalian. Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2012 mencatat angka pertumbuhan sebesar 8,59 persen atau senilai Rp. 1,67 miliar, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat angka 7,43 persen atau senilai Rp. 1,34 miliar. Kontribusi sektor ini terus menurun dalam empat tahun terakhir, yaitu dari 0,48 persen menjadi 0,46 persen. Kecilnya share sektor ini disebabkan karena sebagian besar bahan galian yang digunakan di Kota Jayapura di ambil dari daerah lain. Tabel E. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Pertambangan dan Penggalian 7.43 8.59 0.48 0.46 Minyak dan Gas Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 Pertambangan Tanpa Migas 0.00 0.00 0.00 0.00 Penggalian 7.43 8.59 0.52 0.50 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 5.3 Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan pada tahun 2012 mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu tumbuh sebesar 3,37 persen atau senilai Rp. 4,40 miliar, dengan kontribusi terhadap 36

perekonomian Kota Jayapura sebesar 2,75 persen. Dalam kurun waktu 2009-2012, laju pertumbuhan subsektor Industri Besar/Sedang selalu lebih kecil dibanding subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga. Dalam kurun waktu tersebut, rata-rata laju pertumbuhan subsektor Industri Besar/Sedang adalah sebesar 2,69 persen, dengan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2011 (2,15 persen) dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 (3,23 persen). Sementara itu, rata-rata laju pertumbuhan subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga adalah sebesar 9,26 persen, dengan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2012 (4,32 persen) dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 (12,57 persen). Tabel F. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Industri Pengolahan 5.29 3.37 3.01 2.75 Industri Besar/Sedang 2.15 2.34 1.79 1.64 Industri Kecil Kerajinan RT 8.37 4.32 1.23 1.11 Industri Pengilangan Minyak Bumi 0.00 0.00 0.00 0.00 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara Berbeda dengan laju pertumbuhannya, kontribusi subsektor Industri Besar/Sedang terhadap keseluruhan PDRB Kota Jayapura lebih tinggi daripada subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga, dimana pada tahun 2012, masing-masing kontribusi kedua 37

subsektor tersebut adalah 1,64 persen dan 1,11 persen. Kontribusi kedua subsektor ini terhadap nilai total PDRB Kota Jayapura dari tahun ke tahun cenderung terus menurun. 5.4 Listrik dan Air Bersih Kontribusi sektor Listrik dan Air Bersih merupakan sektor dengan kontribusi terendah terhadap nilai total PDRB Kota Jayapura, dimana kontribusinya hanya sebesar 0,33 persen, dan cenderung turun dari tahun 2009-2012. Nilai tambah subsektor Listrik dan subsektor Air Bersih yang membangun sektor ini pada tahun 2012 masing-masing mempunyai andil sebesar 0,22 persen dan 0,11 persen. Dalam hal pertumbuhan, di tahun 2012, sektor Listrik dan Air Bersih tumbuh sebesar 5,35 persen. Pertumbuhan ini melningkat bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2011 (4,63 persen). Pertumbuhan sektor Listrik dan Air Bersih ini dibangun oleh pertumbuhan subsektor Listrik yang tumbuh sebesar 3,34 persen dan pertumbuhan subsektor Air Bersih yang tumbuh sebesar 8,25 persen. Sama halnya dengan pertumbuhan sektor Listrik dan Air Bersih yang meningkat dibanding tahun sebelumnya, subsektor Air Bersih ini juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Namun hal sebaliknya terjadi pada pertumbuhan subsektor Listrik, yang turun dari 4,73 pada tahun 2011 menjadi 3,34 pada tahun 2012. Tabel G. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Listrik dan Air Bersih di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Listrik dan Air Bersih 4.63 5.35 0.37 0.33 Listrik 4.73 3.34 0.25 0.22 Air Bersih 4.48 8.25 0.12 0.11 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 38

5.5 Bangunan Pembangunan sarana dan prasarana fisik yang terus dilakukan oleh pemerintah Kota Jayapura selama tahun 2012, seperti pembangunan mall, ruko, perumahan serta gedung perkantoran memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertumbuhan sektor ini, sehingga merupakan sektor dengan pertumbuhan terbesar dalam PDRB Kota Jayapura. Pertumbuhan sektor Bangunan pada tahun 2012 mengalami perceptan sehingga tumbuh hanya sebesar 17,65 persen, bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada tahun 2011 (16,65 persen). Sektor bangunan merupakan kontributor terbesar terhadap total nilai PDRB Kota Jayapura, dimana selama lima tahun terakhir yakni tahun 2009-2012 kontribusinya semakin besar. Pada tahun 2012 kontribusinya mencapai 25,06 persen. Tabel H. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Bangunan Sektor di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Bangunan 16.65 17.65 22.98 25.06 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 5.6 Perdagangan, Hotel dan Restoran Subsektor Perdagangan mempunyai peran sebagai penghubung kegiatan konsumen dan produsen yang menghasilkan barang dan jasa. Berkembangnya suatu wilayah tidak terlepas dari peran subsektor ini. Wilayah yang sudah berkembang dapat terlihat dari maju 39

dan tumbuhnya subsektor Perdagangan di wilayah tersebut. Perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya secara langsung memberikan dampak terhadap perkembangan subsektor Perdagangan. Hal ini menyebabkan pengaruhnya terhadap nilai tambah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran merupakan yang paling besar dibanding subsektor Hotel dan Restoran. Pada tahun 2012, kontribusi sektor Perdagangan sebesar 17,21 persen, meningkat 0,27 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan kontribusi subsektor ini seiring dengan laju pertumbuhannya yang mengalami percepatan pada tahun 2012, yaitu tumbuh dari 9,68 persen pada tahun 2011 tumbuh menjadi 11,84 persen. Pada tahun 2012 aktifitas perhotelan meningkat cukup besar, dimana pertumbuhan pada tahun ini merupakan pertumbuhan paling besar dalam kurun waktu 2009-2012, yaitu sebesar 14,77 persen. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah hotel di Kota Jayapura serta meningkatnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah sehingga penggunaan fasilitas hotel otomatis meningkat, baik berupa penggunaan ruang-ruang pertemuan maupun penggunaan kamar hotel untuk tamu-tamu yang bersal dari kabupaten lain di Provinsi Papua. Adanya peningkatan yang signifikan terhadap pertumbuhan nilai tambah subsektor Hotel, ternyata tidak diimbangi dengan peningkatan pada kontribusinya terhadap nilai total PDRB Kota Jayapura, yakni 1,3 persen. Hampir sama dengan subsektor Hotel, subsektor Restoran juga merupakan subsektor yang mengalami percepatan pertumbuhan di tahun 2012 dengan tumbuh sebesar 9,82 persen. Namun, walaupun mengalami percepatan pertumbuhan, kontribusi subsektor Restoran jutsru semakin kecil, dari 0,88 persen pada tahun 2011 menjadi 0,84 persen pada tahun 2012. 40

Tabel I. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Perdagangan, Hotel, dan Restoran 9.89 12.00 19.09 19.35 Perdagangan 9.68 11.84 16.94 17.21 Hotel 12.14 14.77 1.27 1.30 Restoran 9.32 9.82 0.88 0.84 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 5.7 Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2012 mengalami sedikit perlambatan dibanding tahun sebelumnya sebesar 0,12 persen. Laju pertumbuhan sektor ini sebesar 15,37 persen atau senilai Rp. 108,76 miliar. Hal ini sebanding dengan kontribusinya terhadap total PDRB total Kota Jayapura yang menurun menjadi 19,69 persen di tahun 2012, dari 19,92 persen pada tahun 2011. Melambatnya pertumbuhan sektor Pengangkutan dan Komunikasi tahun 2012 dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan empat subsektor yang membangunnya, yaitu subsektor Angkutan Jalan Raya, tumbuh dari 9,52 persen pada tahun 2011 menjadi 8,42 persen; subsektor Angkutan Laut tumbuh dari 11,7 persen di tahun 2011 menjadi 11,31 persen; subsektor Angkutan Sungai, tumbuh dari 3,14 persen tahun 2011 menjadi hanya 3,05 persen; dan subsektor Jasa Penunjang Angkutan, tumbuh dari 15,56 persen tahun 2011 menjadi 15,03 persen. 41

Sementara itu, subsektor yang pertumbuhannya mengalami percepatan hanya subsektor Komunikasi, yaitu tumbuh menjadi 18,47 persen, meningkat 0,05 persen dari tahun sebelumnya. Dilihat dari kontribusinya, subsektor Komunikasi merupakan subsektor yang paling dominan dalam sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dengan kontribusi terhadap nilai PDRB Kota Jayapura mencapai 12,74 persen. Diikuti dengan kontribusi dari subsektor Angkutan Jalan Raya sebesar 4,39 persen, subsektor Angkutan Laut sebesar 1,87 persen, subsektor Jasa Penunjang Angkutan sebesar 0,65 persen, dan subsektor Angkutan Sungai sebesar 0,05 persen. Secara umum, kontribusi subsektor terhadap PDRB Kota Jayapura Tahun 2012 mengalami penurunan dibanding tahun 2011, hanya subsektor Jasa Penunjang Angkutan yang mengalami kenaikan 0,02 persen. Tabel J. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Pengangkutan dan Komunikasi 15.49 15.37 19.92 19.69 Angkutan Jalan Raya 9.52 8.42 4.52 4.39 Angkutan Laut 11.70 11.31 1.94 1.87 Angkutan Sungai 3.14 3.05 0.06 0.05 Angkutan Udara 0.00 0.00 0.00 0.00 Jasa Penunjang Angkutan 15.56 15.03 0.63 0.65 Komunikasi 18.42 18.47 12.77 12.74 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 42

5.8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Dalam perekonomian Kota Jayapura, sektor yang pertumbuhannya tidak stabil adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhannya dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pertumbuhan yang negatif terjadi pada tahun 2010 sebesar 28,16 persen dan mengalami penurunan signifikan dari tahun 2009, namun pada tahun 2011 tumbuh positif sebesar 28,73 persen. Pada tahun 2012, pertumbuhannya mengalami perlambatan menjadi 11,91 persen. Dilihat dari kontribusinya, sektor ini merupakan sektor kelima dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Jayapura, yaitu sebesar 10,74 persen. Tidak stabilnya pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, lebih disebabkan oleh tidak stabilnya pertumbuhan subsektor Bank. Pada tahun 2011 pertumbuhan subsektor ini tumbuh positif sebesar 32,10 persen, setelah sempat mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2010 sebesar 45,26 persen. Namun pada tahun 2012 pertumbuhannya melambat menjadi 7,38 persen. Seiring dengan perlambatan yang cukup signifikan pada laju pertumbuhannya, kontribusi subsektor Bank terhadap perekonomian Kota Jayapura pada tahun 2012 juga menurun menjadi 6,48 persen, dari kontribusi tahun 2011 sebesar 6,95 persen. Subsektor Bank merupakan kontributor terbesar pada sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan subsektor yang juga mengalami percepatan pertumbuhan dengan tumbuh menjadi 18,42 persen, naik 0,99 persen dari tahun 2011. Hal ini berdampak pada kontribusinya yang naik terhadap PDRB Kota Jayapura, yaitu dari andil sebesar 1,2 persen menjadi 1,21 persen di tahun 2012. 43

Subsektor kedua yang kontribusinya paling besar dalam sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan adalah subsektor Sewa Bangunan. Peranannya terhadap perekonomian Kota Jayapura meningkat menjadi 2,55 persen pada tahun 2012, walaupun pertumbuhannya mengalami perlambatan sehingga hanya tumbuh menjadi 18,9 persen. Subsektor Jasa Perusahaan merupakan subsektor dengan kontribusi paling kecil, yaitu sebesar 0,5 persen. Besar peranannya ini tidak berubah dibanding tahun sebelumnya, walaupun pertumbuhannya melambat menjadi 15,57 persen. Tabel K. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Keuangan,Persewaan, dan Jasa Perusahaan 28.73 11.91 11.05 10.74 Bank 32.10 7.38 6.95 6.48 Lembaga Keuangan Bukan Bank 17.43 18.42 1.20 1.21 Sewa Bangunan 28.77 18.90 2.42 2.55 Jasa Perusahaan 16.73 15.57 0.48 0.50 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 5.9 Jasa-Jasa Pada tahun 2012, sektor Jasa-Jasa mengalami perlambatan pertumbuhan dari 10,59 persen pada tahun sebelumnya menjadi 7,97 persen. Pada tahun yang sama, peranan sektor Jasa-jasa dalam PDRB Kota Jayapura juga mengalami penurunan sebesar 1,18 44

persen. Dengan andil sebesar 17,71 persen, kontribusi sektor ini merupakan kontribusi terbesar keempat setelah sektor Bangunan, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Perlambatan pertumbuhan sektor Jasa-Jasa pada tahun 2012 dipengaruhi beberapa subsektor pembangunnya yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu subsektor Pemerintahan Umum dan subsektor Jasa Perorangan dan RT. Pertumbuhan subsektor Pemerintahan Umum mengalami perlambata sebesar 7,14 persen dari 10,45 persen pada tahun 2011. Melambatnya pertumbuhan subsektor ini memengaruhi peranannya terhadap nilai total PDRB Kota Jayapura. Kontribusinya terhadap PDRB Kota Jayapura khususnya sektor Jasa-Jasa merupakan yang paling dominan yaitu sebesar 14,43 persen, tetapi menurun bila dibanding dengan kontribusi tahun 2011 yang mencapai 15,55 persen. Tabel L. Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Jasa-Jasa di Kota Jayapura, 2011-2012 (persen) Sektor Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi Sektor 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Jasa-Jasa 10.59 7.97 18.89 17.71 Pemerintahan Umum 10.45 7.14 15.55 14.43 Jasa Sosial Kemasyarakatan 12.95 14.09 1.22 1.21 Jasa Hiburan dan Rekreasi 7.43 8.04 1.18 1.12 Jasa Perorangan dan RT 13.83 13.32 0.94 0.95 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 45

Tiga subsektor lain yang tercakup dalam sektor Jasa-Jasa sangat kecil dalam menyumbangkan peranan terhadap PDRB Kota Jayapura, yaitu hanya sebesar 3,28 persen. Pada tahun 2012, subsektor Jasa Sosial Kemasyarakatan mengalami percepatan pertumbuhan hingga tumbuh sebesar 14,09 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan kontribusinya terhadap total PDRB Kota Jayapura, yang menurun menjadi 1,21 persen dari 1,22 persen pada tahun 2011. Subsektor Jasa Hiburan dan Rekreasi juga mengalami percepatan pertumbuhan sebasar 8,04 persen dari 7,43 persen di tahun 2011. Namun kontribusinya terhadap PDRB Kota Jayapura mengalami penurunan sebesar 0,06 persen dari tahun 2011. Subsektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga juga mengalami perlambatan pertumbuhan sehingga tumbuh hanya sebesar 13,32 persen. Kontribusi subsektor ini sedikit meningkat dari kontribusinya pada tahun 2011, yaitu sebesar 0,95 persen. 46

6. PDRB MENURUT KELOMPOK SEKTOR Pengelompokkan dari sembilan sektor ekonomi menjadi tiga kelompok, didasarkan pada output-input untuk terjadinya proses produksi tiap sektor: a. Sektor Primer Jika outputnya masih merupakan proses tingkat dasar, yang termasuk kelompok ini adalah: 1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian b. Sektor Sekunder Jika inputnya berasal dari sektor primer, yang termasuk sektor ini adalah: 1. Sektor Industri 2. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 3. Sektor Bangunan c. Sektor Tersier Biasanya outputnya berupa jasa pelayanan, yang termasuk kelompok ini adalah: 1. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 3. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4. Sektor Jasa-Jasa 47

Pada tahun 2012, nilai tambah kelompok sektor primer telah mencapai Rp. 470,79 miliar, meningkat 11,05 persen dari tahun 2011. Sektor Pertanian merupakan sektor yang memegang peranan paling besar dalam kelompok sektor ini. Sementara itu, kelompok sektor sekunder juga mengalami peningkatan nilai tambah sebesar 22,06 persen, sehingga nilai tambahnya mencapai Rp. 3,03 triliun rupiah. Sektor Bangunan merupakan sektor yang paling berperan dalam peningkatan nilai kelompok sektor ini. Sama halnya dengan kelompok primer dan sekunder, kelompok sektor tersier juga mengalami peningkatan nilai tambah, dengan tumbuh sebesar 16,51 persen, hingga mencapai Rp. 7,78 triliun. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor dengan peranan paling besar dalam kelompok sektor ini. Tabel M. PDRB Kota Jayapura menurut Kelompok Sektor, 2011-2012 (juta rupiah) Kelompok Sektor PDRB ADHB PDRB ADHK 2000 2011*) 2012**) 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) Primer 423.931,62 470.786,85 254.433,99 270.933,99 Sekunder 2.384.700,33 3.028.943,37 997.423,00 1.152.093,27 Tersier 6.236.577,30 7.266.327,48 2.493.243,07 2.782.793,21 Catatan: *) Angka Perbaikan ; **) Angka Sementara 48

Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, kelompok sektor tersier masih mendominasi PDRB Kota Jayapura dengan kontribusi sebesar 67,49 persen, kontribusi ini sedikit menurun dibanding tahun 2011. Menurunnya kelompok sektor ini menyebabkan meningkatnya kontribusi kelompok sektor sekunder, dari 26,36 persen pada tahun 2011 menjadi 28,13 persen pada tahun 2012. Sementara itu, kelompok sektor primer terus mengalami penurunan kontribusi selama empat tahun terakhir, dengan kontribusi pada tahun 2012 hanya sebesar 4,37 persen. Grafik 5. Distribusi Persentase menurut Kelompok Primer, Sekunder, Tersier Tahun 2012 4,37 28,13 PRIMER 67,49 SEKUNDER TERSIER 49