EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA MENGGUNAKAN METODE LOGAM-TERLARUT ASAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KALSIUM FERIT MENGGUKAN PASIR BESI DAN BATU KAPUR

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL FE3O4

EFEK DOPING Ni DALAM SINTESIS MATERIAL MULTIFERROIK BiFeO3 BERBASIS PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI. Hariyanto

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Pengaruh Polietilen Glikol (PEG) Terhadap Ukuran Partikel Magnetit (Fe 3 O 4 ) yang Disintesis dengan Menggunakan Metode Kopresipitasi

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI PARTIKEL NANO Fe 3 O 4 DENGAN TEMPLATE PEG- 1000

FABRIKASI POLIANILIN-TiO 2 DAN APLIKASINYA SEBAGAI PELINDUNG ANTI KOROSI PADA LINGKUNGAN STATIS, DINAMIS DAN ATMOSFERIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Ukuran Partikel Fe 3 O 4 Dari Pasir Besi Sebagai Bahan Penyerap Radar Pada Frekuensi X-Band dan Ku-Band

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI III.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sintesis dan Karakterisasi Kalsium Ferit Menggunakan Pasir Besi dan Batu Kapur

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

SINTESIS TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) DENGAN METODE KOPRESIPITASI DARI SERBUK TITANIUM TERLARUT DALAM HCl

BAB III METODE PENELITIAN

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KRISTAL NANO ZnO

SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL MAGNETIT (Fe 3 O 4 ) BERBASIS BATUAN BESI. Skripsi. Program Studi Fisika. Jurusan Fisika

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP POLA DIFRAKSI SINAR-X PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

PENGARUH SUHU PADA PROSES SONIKASI TERHADAP MORFOLOGI PARTIKEL DAN KRISTALINITAS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP UKURAN NANOPARTIKEL Fe3O4 MENGGUNAKAN TEMPLATE PEG Skripsi

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PEG-2000 TERHADAP UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 YANG DISINTESIS DENGAN METODE KOPRESIPITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fisik Universitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA ANODA KORBAN ALUMINIUM GALVALUM III TERHADAP LAJU KOROSI PELAT BAJA KARBON ASTM A380 GRADE C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

PEMBENTUKAN LAPISAN TIPIS TiC MENGGUNAKAN METODE PIRAC : OKSIDASI PADA 980 o C DI UDARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik / Fisik Fakultas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

EFEK PENGADUKAN DAN VARIASI ph PADA SINTESIS Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI DENGAN METODE KOPRESIPITASI Oleh : Darmawan Prasetia, Prof. Dr. Darminto, M.Sc Malik Anjelh Baqiya, M.Si Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email : darmawan_prasetia@gmail.com Abstrak Proses sintesis Fe 3 O 4 dari pasir besi Lumajang telah dilakukan dengan metode kopresipitasi. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari efek dari variasi lama pengadukan dan variasi ph pada pembuatan Fe 3 O 4 untuk menjelaskan distribusi partikel Fe 3 O 4 serta pengaruhnya pada ukuran partikel Fe 3 O 4 yang terbentuk. Kajian awal dari analisis difraksi sinar-x didapat Fe 3 O 4 yang terbentuk adalah fasa tunggal. Selanjutnya, melalui analisis menggunakan software rietica diperoleh ukuran partikel Fe 3 O 4 terkecil ~10,9 nm. Semakin lama pengadukan, maka ukuran partikel akan cenderung mengecil, sedangkan pada variasi ph ukuran partikel berbanding terbalik dengan nilai ph. Kata kunci: Pasir besi, Fe 3 O 4, kopresipitasi, variasi ph. I. PENDAHULUAN Magnetite merupakan mineral ferrimagnetik dengan rumus kimia Fe 3 O 4 satu dari beberapa besi oksida dan anggota dari grup spinel. Nama kimia magnetite menurut IUPAC adalah besi (II, III) oksida dan nama kimia secara umum adalah ferit oksida (ferrous-ferric oxide). Rumus kimia magnetit sering ditulis dalam bentuk FeO.. Fe 2 O 3 dimana satu bagian adalah wustite (FeO) dan bagian lainnya adalah hematit (Fe 2 O 3 ). Bahan Magnetik Fe 3 O 4 telah luas dipelajari selama beberapa tahun dengan tujuan menyelidiki sifat magnetiknya yang menarik dan beberapa aplikasi yang potensial, khususnya untuk aplikasi yang potensial, sebagai bahan magnetik cerdas. Partikel nano Fe 3 O 4 biasanya didapat dengan beberapa metode sintesis kimia, seperti kopresipitasi, reverse micelle method, sintesis microwaveplasma, teknik sol gel, freeze drying, ultrasound irradiaton, metode hidrotermal, teknik pirolisis laser, dan lain lain (Aiguo et al. 2008 ). Karena itu, pada sebagian besar metode, ukuran dari produk sintesis berada dibawah 30 nm dan distribusi ukurannya hanya dapat dikontrol sampai beberapa besaran. Dalam hal ini, material Fe diperoleh dari pasir besi di kabupaten Lumajang. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, karakter pasir besi di kabupaten Lumajang mempunyai kadar Ferum (Fe) yang sangat tinggi, yaitu sekitar 40-50 persen. Mengandung berbagai bahan pengotor seperti Titanium (Ti), Vanadium (V), Nikel (Ni), dan Cobalt (Co). Oleh karena itu, perlu adanya terobosan teknologi yang canggih dan tepat untuk mengolahnya. Salah satu cara meningkatkan daya guna pasir besi adalah memisahkan bahan pengotor dari Fe. untuk membersihkan pasir besi dari bahan pengotor tersebut diperlukan alat pemisah magnet berbentuk roda yang disebut Magnetik Separator. Alat ini secara otomatis akan memisahkan bahan yang bersifat magnet yakni Fe dan bahan pengotor yang tidak bersifat magnet. Bahan yang bersifat magnet dimurnikan lagi,

sehingga menghasilkan Fe 3 O 4 dan TiO 2 (Titanium Dioksida). Dari Fe 3 O 4 itulah yang nantinya diolah menjadi besi baja. Untuk mengetahui lebih lanjut proses pembentukan partikel Fe 3 O 4 beserta sifatsifatnya, maka dilakukan penelitian sehingga diharapkan mampu memecah persoalan yang ada. Biasanya, persoalan pada pembuatan partikel Fe 3 O 4 terletak pada ukuran, kehomogenan (distribusi partikel yang terbentuk) serta morfologinya. Pada penelitian ini, diharapkan mampu memecahkan persoalan terkait tentang pengaruh ph serta variasi waktu pengadukan terhadap persoalan-persoalan tersebut. Pengadukan dilakukan pada kondisi ruang dan berhubungan langsung dengan udara bebas. Pada saat pengadukan terjadi gaya sentrifugal, gaya ini yang menyebabkan atom-atom terdistribusi secara homogen. Atom-atom titanium adalah jenis atom yang reaktif terhadap oksigen, sehingga pada saat pengadukan atom-atom titanium mengikat oksigen menjadi molekul oksida. Terbentuknya molekul oksida ini merupakan awal terjadinya nukleasi. Kehomogenan larutan menyebabkan nukleasi terjadi di seluruh titik secara merata. Sehingga terbentuklah ukuran partikel yang hampir seragam. Lamanya pengadukan menyebabkan partikel-partikel logam oksida yang terbentuk berikatan kembali dengan oksigen ataupun kehilangan oksigen. Apabila logam oksida berikatan dengan oksigen maka oksida tersebut akan bermuatan negatif dan sebaliknya akan bermuatan positif. Antara oksida yang bermuatan positif dan negatif akan saling tarik menarik dan pada akhirnya bergabung menjadi partikel oksida yang lebih besar. Keadaan ini tidak sepenuhnya homogen, tergantung dari lamanya pengadukan. Penelitian ini menggunakan proses kopresipitasi dalam pembuatan partikel Fe 3 O 4. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan efisiensi waktu serta ketersediaan alat yang mendukung penelitian ini. Dari sudut pandang inilah, bila dibandingkan dengan proses lain yang ada, maka proses kopresipitasi menjadi pilihan dalam penelitian ini. Sementara itu, ketersediaan alat seperti magnetic stirer serta beberapa bahan kimia lain seperti NH 4 OH serta HCl yang dibutuhkan telah tersedia dan siap dipakai. II. METODOLOGI PENELITIAN Partikel nano Fe 3 O 4 disintesis dengan metode kopresipitasi. Pasir besi yang telah diekstrak dilarutkan dalam HCl pada suhu ~ 70 C dan diaduk sekitar 20 menit dalam magnetic stirrer. Larutan ini ditambahkan dengan variasi volume NH 4 OH sambil di aduk dengan pengaduk magnetik dan dipanaskan dengan magnetik stirrer pada suhu ~ 70 C dengan variasi waktu pengadukan yang bervariasi. Hasil reaksi yang dihasilkan kemudian diendapkan kemudian dicuci berulang-ulang dengan aquades sampai bersih dari pengotornya (ph larutan=7) kemudian disaring. Magnet permanen ditempatkan dibawah gelas dengan tujuan bisa menarik Fe 3 O 4 supaya mengendap lebih cepat dibandingkan Fe 2 O 3. Kemudian bahan material hasil endapan ini dikeringkan dengan cara melarutkannya kembali pada aquades, kemudian menyaringnya dengan kertas saring. Fe 3 O 4 dibiarkan mengendap hingga mengering dengan sendirinya. Berikut ini adalah skema sintesis bahan :

III ANALISA DATA PEMBAHASAN Analisa Data XRD Analisa data XRD yang telah dilakukan memberikan hasil serupa pada proses pembuatan Fe 3 O 4 yang telah dilakukan sebelumnya (sholihah, 2010). Setelah dilakukan search match pada sampel-sampel yang ada, maka hal ini menunjukkan proses kopresipitasi telah berhasil dilakukan eksperimen. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya peak-peak yang sesuai dengan model Fe 3 O 4. Dari pengamatan yang dilakukan, maka dapat dipastikan sampel-sampel yang dibuat dapat dikategorikan sebagai sampel dengan satu fasa. Puncak-puncak yang ditandai dengan simbol x adalah puncak puncak yang dikenal dengan baik yang dimiliki oleh kristal Fe 3 O 4 (sholihah, 2010). Analisa Data XRD dengan Rietica Analisa yang dilakukan dengan menggunakan software rietica memberikan

beberapa parameter yang nantinya dapat digunakan dalam perhitungan ukuran kristal. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh ukuran-ukuran dari kristal Fe 3 O 4 yang divariasikan dengan ph serta lama pengadukan. Pada variasi lama pengadukan, dilakukan variasi lama pengadukan berturut-turut 1 jam, 3 jam, 6 jam, 10 jam, dan 15 jam. Variasi lama pengadukan ini adalah murni untuk melihat perubahan serta efek dari perbedaan yang dilakukan. Dengan mengontrol ph yang diupayakan bernilai sama pada ph pengendapannya. Selebihnya semua perlakuan disamakan sesuai dengan metodologi yang telah dibuat. Pada variasi ph, lama pengadukan dibuat tetap 1 jam, kemudian ph pengendapan dikontrol berturut-turut dengan nilai ph 8,29; 9,3; 9,8; 10; 10,6. Seperti perlakuan pada variasi lama pengadukan, semua proses dijalankan sesuai dengan metodologi percobaan. Dengan menggunakan rietica, diperoleh ukuran kristal seperti pada Tabel 4.1. Hasil ini memberikan ralat/ eror yang mungkin terjadi pada saat pengukuran melalui rietica. Pada sampel 1 jam dan 3 jam terlihat seolah-olah kristal yang divariasikan dengan lama pengadukan 3 jam lebih kecil, akan tetapi pendekatan yang mungkin untuk kasus ini adalah disebabkan oleh kristal Fe 3 O 4 yang terbentuk belum mengalami efek yang berati dari lama pengadukan yang dilakukan. Tinjauan selanjutnya untuk sampel yang divariasikan selama 6 jam dan 10 jam menunjukkan efek dari lama pengadukan sudah dapat terlihat. Akibatnya, penurunan ukuran kristalpun dapat terlihat secara konkret. Pada sampel 10 terjadi perbesaran pada ukuran kristal, hal ini dapat dijelaskan dikarenakan perlakuan pengadukan selama 15 jam membuat NH 4 OH menguap. Melalui pengamatan pada saat sintesis bahan, NH 4 OH yang semula bervolume 100 ml menjadi ~70 ml. Hal ini terlihat sangat jelas, sehingga tidak ada penyebab lain yang membuat kristal Fe 3 O 4 dapat bertambah besar. Pada variasi ph, ukuran kristal dengan ph 9,8; 10; 10,6 terlihat berturut-turut mengalami penurunan kristal. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin bertambahnya nilai ph maka kristal Fe 3 O 4 akan semakin mengecil. Untuk kasus ph 8,29 dan ph 9,3 didapat ukuran kristal yang terlalu jauh berbeda dan tidak sesuai dengan yang seharusnya terjadi, seperti pada kristal dengan ph 9,8; 10; 10,6. Hal ini cukup mengherankan, meskipun eror yang mungkin dari alat uji serta eror dari yang lain sangat mungkin terjadi. Namun beberapa hal yang mungkin dalam kasus ini, dengan melihat kondisi real yang ada pada saat pengujian adalah perbedaan alat uji yang digunakan. Sampel dengan ph 9,8; 10; 10,6 diuji dengan menggunakan difraktometer sinar-x yang terdapat di ITS sedangkan sampel dengan ph 8,29 dan ph 9,3 diuji dengan menggunakan difraktometer sinar-x yang terdapat di Universitas Negeri Malang dengan spesifikasi yang cukup berbeda. Selain itu, hal-hal yang tidak diinginkan (yang membuat adanya perbedaan faktor X yang tersembunyi) saat dilakukan sintesis adalah beberapa kejadian seperti perubahan kertas saring yang digunakan, dan perbedaan HCL (HCl lama dan baru). Hal-hal inilah yang menjadi variable baru yang membuat sampel ph 8,29 dan sampel 9,3 tidak dapat dibandingkan.

Analisa Data XRD dengan MAUD Analisa data XRD dengan MAUD dilakukan pada 3 sampel terahir yaitu sampel dengan ph 9,8; 10; 10,6. Pengujian pada MAUD dilakukan pada tiga sampel terakhir dikarenakan perbedaan alat uji difraktometer sinar-x yang dilakukan. MAUD adalah software yang bekerja dengan memasukkan instrument.mdb awal yang telah di setting sesuai dengan alatnya (difraktometer sinar-x), sehingga eror yang besar dapat dihindari. Sampel yang bisa dilakukan perhitungan dengan MAUD adalah tiga sampel trahir, karena dilakukan menggunakan difraktometer sinar-x yang terdapat di ITS yang telah diketahui instrumentnya. Sedangkan sampel lainnya tidak dapat diuji melauli MAUD karena instrument.mdb yang dibutuhkan pada software MAUD tidak ada. Analisa dengan MAUD memberikan data yang cukup berbeda dengan hasil melalui rietica. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa ukuran kristal dengan menggunakan software MAUD cukup jauh berbeda, sekalipun itu mungkin karena parameterparameter yang di-refine begitu banyak, sehingga eror yang besarpun tidak terelakkan. Pada pengukuran kristal dengan menggunakan MAUD metode 2, dilakukan dengan cara me-refine semua parameter yang ada. Berbeda dengan MAUD metode 1 yang tidak me-refine parameter B dengan maksud menyamakan proses pe-refine-an dengan metode rietica yang juga tidak merefine parameter B agar dapat dibandingkan. Akan tetapi, satu hal yang pasti dengan melakukan dua perhitungan ini adalah perhitungan dengan MAUD menunjukkan dan menegaskan bahwa, semakin tinggi ph pengendapan maka ukuran kristal akan mengecil atau dengan kata lain, nilai ph pengendapan berbanding terbalik dengan ukuran kristal sedangkan faktor dari lama pengadukan adalah semakin lama pengadukan dilakukan, maka ukuran kristal juga akan mengecil. Distribusi ukuran yang didapat dengan menggunakan MAUD metode 1 diperoleh seperti pada Gambar 4.3 4.5. Tabel 4.2 Ukuran Kristal dengan MAUD metode 1 Sampel Sampel ph 9,8 Sampel ph 10 Ukuran Kristal 139,9nm 123,7nm Sampel ph 10,6 114,8nm Tabel 4.3 Ukuran Kristal dengan MAUD metode 2 Sampel Ukuran Kristal Sampel ph 9,8 100,04 nm Sampel ph 10 57,7 nm Sampel ph 10,6 29,1 nm Gambar 4.3 Distribusi Kristal Sampel Fe 3 O 4 ph 9,8 Gambar 4.4 Distribusi Kristal Sampel Fe 3 O 4 ph 10

Gambar 4.5 Distribusi Kristal Sampel Fe 3 O 4 ph 10,6 Distribusi ini menunjukkan bahwa, sampel dengan ph 10,6 memiliki distribusi kristal yang lebih monodisphere (berjangkauan pendek) sedangkan ph 10 lebih (berjangkauan panjang). Bila ukuran kristal pada suatu sampel beragam maka disebut polidisphere dan sebaliknya disebut monodisphere. Penyempitan distribusi ukuran mengindikasikan keseragaman ukuran yang semakin tinggi (monodisperse). Hal ini karena penurunan ukuran kristal akan mereduksi distribusi ukuran kristal Fe 3 O 4 (Machida, 2011). Keragaman ukuran kristal ini dipengaruhi oleh laju nukleasi pada sampel yang akan terbentuk. Temperatur yang tinggi menyebabkan atom-atom memiliki energi yang cukup besar sehingga mudah bergerak, tidak ada pengaturan antar atom. Semakin tinggi temperatur yang diberikan menyebabkan semakin cepatnya gerakan atom. Dengan adanya penurunan temperatur (pada saat diendapkan) mengakibatkan energi atom menjadi rendah, sulit bergerak dan mulai mengatur kedudukan relatif terhadap atom yang lain, sehingga mulai terbentuk kisi. Keadaan ini terjadi di tempat yang memiliki temperatur rendah (pada saat diendapkan) di mana sekelompok atom menyusun diri membentuk inti kristal. Inti kristal ini akan menjadi pusat dari proses kristalin. Bersamaan dengan menurunnya temperatur semakin banyak atom yang bergabung pada inti yang sudah ada atau membentuk inti kristal yang baru. Setiap inti kristal akan tumbuh dengan menarik atom-atom yang ada disekitarnya atau dari inti yang tidak sempat tumbuh. Pertumbuhan kristal ini terus berlangsung dari bagian yang bertemperatur rendah menuju bagian yang bertemperatur tinggi. Pertumbuhannya tidak bergerak lurus saja, namun membentuk cabangcabang. Antara cabang yang satu dengan yang lainnya akan berhubungan sehingga membentuk garis-garis batas yang disebut sebagai batas butir kristal (Henyk, 2010). Hasil dari MAUD metode 2 memberikan data yang lebih dekat dengan rietica, hal ini dikarenakan pada saat proses refine data terhitung dan terukur lebih cocok bila dibandingkan dengan MAUD metode 1. Dengan nilai sig = 1,511, nilai Rw (%) = 28.222454, Rwnb (%, no bkg) = 34.216835, nilai Rb (%) = 22.584738, nilai Rexp (%) = 18.674812 untuk sampel ph 9,8. Untuk sampel ph 10 diperoleh nilai sig= 1.4810752, nilai Rw (%) = 27.771431, Rwnb (%, no bkg) = 32.800766, Rb (%) = 22.773088, Rexp (%) = 18.750858 dan untuk sampel dengan ph 10,6 diperoleh nilai sig= 1.5714622, Rw (%) = 29.857927, Rwnb (%, no bkg) = 33.654026, Rb (%) = 24.277586, Rexp (%) = 19.000093. Perbandingan variasi waktu pengadukan Fe 3 O 4 dan TiO 2 Perbandingan dapat dilakukan antara sampel Fe 3 O 4 yang divariasikan lama pengadukannya dengan penelitian sebelumnya tentang variasi waktu pengadukan terhadap partikel titania (TiO 2 ), berikut perbadingan data yang diperoleh:

Variasi Waktu Pengadukan Tabel 4.4 Ukuran kristal Fe 3 O 4 variasi waktu pengadukan 1000 o C 4jam 1000 o C 7 jam 1000 o C 8 jam Parameter Anatase Rutile Rutile Rutile Ukuran Kristal (nm) 23,89 (1,39) 185,49 (1,11) 180,83 (9,73) 226,03 (11,56) Tabel 4.5 Ukuran kristal titania (TiO 2 ), variasi waktu pengadukan (Henyk, 2010) volume ini mengakibatkan campuran larutan lebih kental dari biasanya, karena beberapa aspek yang mungkin terjadi pada saat pembentukan Fe 3 O 4 ini. Pengurangan volume yang semula ~100 ml menjadi hanya 70 ml inilah yang membuat ukuran kristal Fe 3 O 4 menjadi lebih besar. Pada titania (TiO 2 ) waktu pengadukan tidak hanya berpengaruh pada besar kecilnya partikel yang terbentuk, akan tetapi juga berefek pada pembentukan fasa anatase dan rutile. Perbandingan variasi ph Fe 3 O 4 (bahan dasar alam) dengan Fe 3 O 4 (bahan dasar FeCl 2 ) Perbandingan dengan penelitian sebelumnya (Fe 3 O 4 dengan bahan dasar FeCl 2 ), diperoleh data sebagai berikut: Sampel Ukuran Kristal Sampel 1 jam 47,5±4,016 Sampel 3 jam 54,2±3,18 Sampel 6 jam 52,4±3,05 Sampel 10 jam 23,64±1,49 Sampel 15 jam 25,98±1,65 Efek dari lama pengadukan terlihat sangat berpengaruh pada dua sampel diatas (Fe 3 O 4 dan TiO 2 ). Pada sampel Fe 3 O 4 variasi lama pengadukan memberikan efek semakin lama pengadukan dilakukan, maka partikel Fe 3 O 4 cenderung memberikan ukuran kristal Fe 3 O 4 yang lebih kecil. Pada sampel 15 jam, ukuran kristal sedikit membesar disebabkan oleh perubahan volume saat pemanasan dan pemutaran NH 4 OH dengan larutan hasil reaksi berkurang secara drastis. Pengurangan Gambar 4.6 Ukuran kristal Fe 3 O 4 pada sampel yang disintesis pada suhu 70 C dengan variasi ph pengendapan 7,37; 8,07; 9,12; 10,37 dan 10,55 (Machida, 2011). Data penelitian ini, menunjukkan bahwa semakin tinggi ph pengendapan, maka ukuran kristal Fe 3 O 4 akan semakin kecil. Dengan penelitian yang telah dilakukan (bahan dasar alam dan bahan dasar FeCl 2 ), dengan membedakan bahan dasar telah memperkuat fakta yang ada tersebut.

Perkiraan Ukuran Kristal Melalui TEM Perkiraan ukuran kristal bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya, dapat diperkirakan dengan melihat gambar TEM Fe 3 O 4 dibawah ini. Gambar 4.7 Hasil TEM Fe 3 O 4 (Darminto dkk, 2009) Hasil TEM menunjukkan partikelpartikel Fe 3 O 4 yang terkandung pada sampel yang pada penelitian sebelumnya telah dibuat. Ukuran partikel ini bermacammacam seperti yang terlihat pada gamba 4.7. Bila dibandingkan dengan hasil rietica dan maud, yang diperoleh ukuran kristal terkecil yaitu 10,9 nm dan 29nm maka dengan melihat hasil TEM ini dengan perkiraan ukuran Fe 3 O 4 berkisar antara 10-20 nm maka dapat dikatakan perhitungan menggunakan MAUD dan rietica sesuai dengan hasil TEM. Sehingga permodelan dengan menggunakan software itu terbukti bisa dipercaya dan akurat untuk menghitung ukuran kristal Fe 3 O 4. Akan tetapi, perhitungan ukuran kristal melalui rietica lebih cocok daripada penggunaan MAUD bila dibandingkan dengan hasil TEM seperti gambar diatas. pengadukan adalah semakin lama pengadukan, maka ukuran partikel cenderung mengecil, sebaliknya ukuran partikel berbanding terbalik dengan nilai ph-nya. Dengan pengolahan rietica, diperoleh ukuran partikel terkecil Fe 3 O 4 adalah ~10,9 nm. Sedangkan melalui software MAUD diperoleh ~29 nm. Sedangkan distribusi ukuran yang terjadi menunjukkan variasi ukuran kristal yang terbentuk. V DAFTAR PUSTAKA Aiguo, Yan. 2008. Solvothermal synthesis and characterization of size-controlled Fe 3 O 4 nanoparticles.journal Alloys and Compound 458 : 487 491. Nurul Cholishoh, Machida. 2011. Sintesis Partikel Nano Fe 3 o 4 Dari FeCl 2.4H 2 O dengan Metode Kopresipitasi dalam ph Bervariasi.Laporan Tugas Akhir Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Sholihah, Kurnia Lia. 2010. Sintesis dan Karakterisasi partikel nano Fe 3 O 4 bahan komersial. Laporan Tugas Akhir Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Widaryanti, Henyk Nur.2010. Pembentukan nanopartikel TiO 2 Fasa Anatase dan Rutile dengan Metode Bervariasi. Laporan Tugas Akhir Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa partikel dihasilkan dari sintesis dengan metode kopresipitasi menghasilkan partikel Fe 3 O 4 dengan ukuran nano. Sedangkan efek dari lama