ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN BANGUNAN DARI PERSPEKTIF FAKTOR TEKNIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN BANGUNAN DARI PERSPEKTIF FAKTOR NON TEKNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN KEGAGALAN BANGUNAN DARI PERSPEKTIF KOMPETENSI SUMBER DAYA. Yustinus Eka wiyana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: tahap perencanaan hingga pelaksanaan, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi saat proses pelaksanaan konstruksi. Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu : perencanaan hingga pelaksanaan,yaitu : tidak sesuai kondisi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sektor jasa konstruksi selama ini sudah terbukti sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Perubahan biaya, Faktor, Regresi, Korelasi

PENGARUH PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP BIAYA MUTU PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI SURABAYA. Stephani Budihardja 1, Retno Indryani 2

BAB I PENDAHULUAN. Wayu Hidayat. Faktor-faktor risiko,... FT UI., 2007.

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009

FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN KONTRAKTOR DALAM MEMILIH SUPPLIER PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 23 Januari 2016

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN BATAS KOTA BUKIT TINGGI - LUBUK SIKAPING BATAS SUMUT TESIS.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

PENGARUH QUALITY MANAGEMENT TERHADAP DAYA SAING KONTRAKTOR PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

APLIKASI METODE EARNED VALUE ANALYSIS DI DALAM PENGENDALIAN PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

MODEL SUMBER DAN PENYEBAB REWORK PADA TAHAPAN PROYEK KONSTRUKSI

EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RS.

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN PEMBANGUNAN GEDUNG DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM)

BAB III...19 RENCANA KEGIATAN...19

ANALISA PENGARUH RENDAHNYA KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PROYEK DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

ANALISA FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MALANG Kusnul Prianto 2

Disusunoleh: Prof. Prayatni Soewondo dan Emenda Sembiring

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Disusun oleh: Prof. Prayatni Soewondo dan Emenda Sembiring

APLIKASI METHOD PRODUCTIVITY DELAY MODELPADA ANALISA PENGARUH WASTEPEKERJA TERHADAP INDEKS KOEFISIEN PRODUKTIVITAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

ISSN No [ JURNAL TEKNIKA VOL 7 NO 1 MARET 2015]

BAB II STUDI PUSTAKA

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu

PED OMAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODA PENELITIAN

PENGARUH ASPEK PELAKSANAAN KONSTRUKSI TERHADAP KINERJA BIAYA DAN WAKTU PROYEK (STUDI KASUS DI DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG PROVINSI JAWA-TENGAH)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

STUDI PENGARUH PERBEDAAN HARGA PENAWARAN DAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) TERHADAP KINERJA PENYELESAIAN PROYEK-PROYEK PEMERINTAH

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI JATENG DAN DIY

ANALISA PENGARUH CHANGE ORDER TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN MUTU PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BULELENG

PENGATURAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI DITINJAU BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 (Studi Kasus di Kotamadya Medan)

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri konstruksi berhubungan erat dengan pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENGENDALIAN PEKERJAAN TERHADAP PROYEK KONSTRUKSI YANG TERLAMBAT TUGAS AKHIR

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TUNTUTAN (CLAIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI

PERAN CORPORATE BRAND IMAGE DAN SERVICE QUALITY PADA CLIENT SATISFACTION DENGAN PERCEIVED VALUE SEBAGAI

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi

O H T UUJK, ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA

RISIKO KETERLAMBATAN PROGRES FISIK TERHADAP MUTU PELAKSANAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SULAWESI UTARA

SKRIPSI ANALISIS RISIKO KONSTRUKSI STRUKTUR BORE PILE PADA PROYEK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG (Studi Kasus Kabupaten Aceh Utara Propinsi Aceh) Bakhtiar A 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan risiko..., Mohamad Taufik H.A., FT UI, Universitas Indonesia

PEMODELAN DESAIN PARAMETER UNTUK ESTIMASI BIAYA PEMBANGUNAN RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

STUDI TENTANG PENGAJUAN TUNTUTAN (CLAIM) KONSTRUKSI

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM

STUDI PUSTAKA : ANALISA PENGARUH DESAIN TERHADAP DIRECT WASTE DAN INDIRECT WASTE YANG TERJADI PADA TAHAP KONSTRUKSI

Bab I. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin pesatnya era globalisasi yang ditandai dengan dimulainya

BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN

LAMPIRAN KUESIONER PAKAR & PROYEK. Faktor-faktor yang mempengaruhi.., Fitroh Hayati, FT UI, 2008

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

ANALISIS BIAYA BANK GARANSI TERHADAP ARUS KAS PROYEK

LAMPIRAN 1 KUESIONER

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERBEDAAN ESTIMASI BIAYA AWAL DENGAN BIAYA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI DI LINGKUNGAN KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa ahli yang mendefinisikan kata rework beberapa di antaranya

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI PADA BANGUNAN GEDUNG DI PROVINSI JAWA BARAT TESIS RINA RUSDIANI NPM :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Manajemen Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DI KOTA SRAGEN)

KOMUNIKASI & PELAPORAN

STUDI PELELANGAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI MENURUT KEPPRES NO 18 TAHUN 2000

Teknik, 36 (2), 2015, ANALISIS BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK PEMBANGUNAN BEST WESTERN STAR HOTEL & STAR APARTEMENT SEMARANG

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Transkripsi:

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN BANGUNAN DARI PERSPEKTIF FAKTOR TEKNIS Yustinus Eka Wiyana Jurusan Sipil Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. Soedarto. SH. Tembalang, Semarang 50275 (024)7473417 Email : wateksi@yahoo.com dan jwahana_tspolines@yahoo.com Abstract Failure of construction and building may be caused by technical factors. Technical factors due to lower bid price (less than 70 per cent of the price standard, so that contractors tend to carry out the project does not match the technical specifications / contract, do not prepare the necessary documents for project control and low labor resource capabilities. This paper was to analyze the failures and failure Building Construction from the Perspective of technical factors, the 34 building projects in Central Java. The results of this study indicate that for building projects, construction and building failure occurred in many elements of the structure with an average deviation of 4.36% of the contract value, followed by the roof (2.53%), foundations (0.15% ), utilities (0.12%) and finishing (0.07%) Kata kunci : construction failure, building failure, the contract price, the supervisor PENDAHULUAN Kegagalan bangunan dan kegagalan konstruksi dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun faktor non teknis. Faktor teknis karena adanya penyimpangan proses pelaksanaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis yang disepakati dalam kontrak, sedangkan faktor non teknis lebih disebabkan karena proses pra kontrak (Bidding) maupun tidak kompetenya Badan Usaha, tenaga kerja, tidak profesionalnya tata kelola manajerial antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi serta lemahnya pengawasan/supervisi. Kontrol mutu atau pengawasan/supervisi pada saat proses konstruksi sering kali tidak efektif. Kegagalan konstruksi dapat diketahui setelah proses konstruksi selesai atau bahkan pada proses perawatan. Apabila deteksi kegagalan konstruksi terlambat, hal ini akan mengakibatkan penambahan biaya untuk pekerjaan perbaikan sebesar 6 12% dari biaya konstruksi dan 5% untuk biaya perawatan. Kegagalan konstruksi hampir 20-40% terjadi dalam tahap proses pelaksanaan dan kegagalan tersebut 54% diakibatkan oleh tenaga kerja yang tidak terampil dan selebihnya 12% diakibatkan oleh mutu material (Akinci dkk., 2006). Surat Perjanjian atau Kontrak membagi resiko secara adil sedemikian rupa, sehingga para pihak bersepakat (UU No.18/1999 pasal 2 dan pasal 3). Kontrak merupakan proses distribusi resiko dari Ownwer/ pihak pengguna jasa ke pihak penyedia jasa. Kontrak harus dipahami dan disadari oleh para pihak agar tidak terjadi permasalahan di kemudian hari.

Tujuan proyek terdapat 4 target (Husen A., 2009), yaitu : biaya ekonomis, kualitas terpenuhi, waktu tak terlampui dan keselamatan kerja terpenuhi. Apabila salah satu tujuan proyek tak terpenuhi maka dapat diartikan bahwa proyek tersebut mengalami kegagalan. Kegagalan konstruksi maupun kegagalan bangunan merupakan proses panjang dari suatu proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor karena tidak sesuai dengan kontrak, khususnya RKS dan Gambar Rencana yang telah ditetapkan. Kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan disebabkan oleh indikator kinerja proyek yang tidak tercapai. Berdasarkan fenomenafenomena di atas akan dikaji Analisis Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan Dari Faktor Teknis, diharapkan hasil dari kajian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan kepada penyelesaian permasalahan di industri konstruksi. Kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa. (PP No. 29/2000 pasal 31 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi). Kegagalan merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Oyfer (2002) menyatakan construction defects di Amerika disebabkan oleh faktor manusia (54%), desain (17%), perawatan (15%), material (12%), dan hal tak terduga (2%). Sementara itu, Carper (1989) menyatakan bahwa penyebab potensial utuk kegagalan konstruksi secara umum disebabkan oleh: site selection and site developments errors, programing deficienciess, construction errors, material deficienciesand perational errors. Di samping faktor penyebab kegagalan konstruksi dimana terkait fase fase proses pelaksanaan konstruksi (life cycle product) faktor alam juga merupakan salah satu penyebab kegagalan konstruksi yang paling sulit diperkirakan. Hal ini dikarenakan data atau rekaman tentang perilaku yang tersedia tidak akurat atau karakter dari alam yang sekarang kecenderungannya bukan merupakan akibat tunggal, tetapi merupakan akibat dari resultante kesalahan-kesalahan (multiple sources) yang dibuat masing masing pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi (Oyfer, 2002). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor penyebab kegagalan konstruksi merupakan resultante kesalahankesalahan (multiple sources) yang dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi baik yang bersifat teknis maupun non teknis. Tanggung jawab Pada pasal 11 Undang-Undang RI No. 18 Tahun 1999 dijelaskan tentang tanggung jawab dari perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi terhadap hasil pekerjaannya. Tanggung jawab tersebut dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai kaidah keilmuan, kepatuhan, dan 78 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86

kejujuran intelektual dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Tanggung jawab dapat ditempuh melalui mekanisme pertanggungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu 1. Pasal 26 Undang-Undang RI No. 18 Tahun 1999 dipaparkan mengenai ketentuan kegagalan bangunan sebagai berikut : 2. Pasal 36 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Sanksi atau hukuman mengenai kegagalan bangunan ini dapat ditinjau dari Undang-Undang RI No. 18 Tahun 1999 dalam pasal 43. METODE PENELITIAN Metode PLS (Partial Least Squares), untuk menggambarkan korelasi antar faktor sebagai suatu sistem. Oleh karena terdapat 2 bentuk pemodelan sebagai bahan validasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Model Kuantitatif Variabel pembangun sistem konstruksi dimodelkan dari 4 faktor utama yaitu Waktu, Jenis Kontrak (JK), Biaya Konstruksi (B) dan Kualitas Konstruksi (K). Semua model dihubungkan satusama lain sehingga membentuk jaringan (Path model) untuk mengukur hubungan (korelasi). Sebagai analisis awal digunakan analisis korelasi antar variabel menggunakan correlation analysis menggunakan statistic analysis dan pada tahap kedua dibuat pendekatan graph menggunakan Direct Acryclic Graph (DAG) sebagai aplikasi metode PLS hubungan kausalitas antar variabel. Bentuk model diwakili dengan variabel yang dihubungkan dengan arah panah sebagai hubungan satu sama lain seperti disajikan pada Gambar 1 berikut. W (Waktu) JK ( Jenis Kontrak) B (Biaya) K (Kualitas) Gambar 1. Pendekatan Model Kuantitatif Kegagalan Konstruksi 2. Model Kualitatif Model kualitatif digunakan untuk mengukur variabel yang sifatnya tidak bisa diukur langsung tetapi mempengaruhi hasil. Hasil dimaksud adalah kualitas suatu pekerjaan berdasarkan suatu ukuran relatif dari pengawasan pekerjaan (internal maupun eksternal supervisi). Model digambarkan sebagai suatu hubungan antar variabel dan sub variabel. Variabel yang membangun suatu kualitas pekerjaan digambarkan menjadi 3 variabel utama yaitu Internal Supervisi, Eksternal Supervisi dan Kualitas Pekerjaan. Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan. (Yustinus Eka Wiyana) 79

pendidikan n Cek pengalaman pelatiha n Internal Supervisi sertifikas Nilai proyek Teamwork komunikasi Cek penyimpanan KEGAGALAN Kualitas supervisi Cek datang Evaluasi mingguan Pegawasan lapangan Briefing pagi Eksternal Supervisi Tindak lanjut Acuan dipakai Hasil kerja RMK Peratura n Gambar kerja Komitmen kerja kepercayaan Gambar 2. Pendekatan model kualitatif kegagalan konstruksi HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mendiskripsikan adanya kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan, dilakukan analisis data sekunder dan data primer. Data sekunder diambil dari dokumen kontrak, hasil pemeriksaan/ investigasi bangunan gedung pemerintah di Jawa Tengah dan Peta SDM dari beberapa BSK dan LPJK. Data primer berupa kuesioner model kualitatif sebanyak 31 responden. Pengambilan data dalam penelitian dibatasi pada proyek konstruksi bangunan gedung yang pernah diduga terjadi penyimpangan oleh kejaksaan baik di tingkat Kejaksaan Tinggi (Kejati) maupun Kejaksaan Negeri (Kejari) di Propinsi Jawa Tengah dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2008. Untuk data administrasi difokuskan pada sistem kontrak sebagaimana yang digunakan dalam proyek pemerintah yaitu Unit Price dan Fixed Price/Lump Sum (Keppres No. 80 Th. 2003). Data Kuantitatif diperoleh dengan dua cara yaitu observasi lapangan dan data sekunder. 1. Kajian yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu faktor kegagalan konstruksi, baik faktor kuantitatif maupun faktor kualitatif. Faktor kuantitatif dianalisis dari data sekunder (Observasi dan pengukuran lapangan), sedangkan Faktor kualitatif dianalisis dari data primer (persepsi, ukuran relatif). 2. Pendekatan Model: a. Model kuantitatif untuk mendapatkan nilai korelasi antara variabel waktu pelaksanaan, biaya, kegagalan konstruksi, jenis kontrak dan elemen bangunan dengan menggunakan data investigasi bangunan gedung pemerintah 80 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86

yang dibiayai dari APBN/APBD pada 34 lokasi yang diambil pada tahun 1996-2008. b. Model disimulasikan dengan metode PLS (Parsial Least Square) dengan pendekatan hubungan kausalitas antar variabel menggunakan program TETRAD IV versi 4.3.9-18. c. Model kualitatif digunakan untuk mengukur faktor yang mempengaruhi kegagalan suatu pekerjaan menurut persepsi dengan ukuran relatif (value label). 3. Variabel Yang Diamati: a. Faktor Waktu (W) yaitu parameter keterlambatan pelaksanaaan pekerjaan, terdapat 2 kategori, yaitu : terlambat (1), tepat waktu (2). b. Faktor Biaya (B) yaitu nilai penyimpangan antara dengan anggaran yang terserap di pelaksanaan. Ada 3 kategori, yaitu : kurang dari 70% pagu (1), antara 70%-90% pagu (2), lebih dari 90% pagu. c. Faktor Kegagalan (K) yaitu ketidak sesuaian spesifikasi teknis, ada 2 kategori, yaitu : sesuai (1), tidak sesuai (2). d. Faktor jenis Kontrak (JK) yaitu bentuk kontrak yang dilaksanakan. Ada 3 kategori, yaitu : unit price (1), Fixed Cost (2), Swakelola (3). Model Kuantitatif Kegagalan Konstruksi/Bangunan Analisis Korelasi Variabel Kuantitatif Model Kegagalan Konstruksi/Bangunan digunakan untuk menguji seberapa kuat hubungan 4 variabel kuantitatif. Hasil Uji Korelasi selengkapnya seperti disajikan pada Tabel 1 di bawah. Analisis Hasil Simulasi 1. Hubungan antara variabel waktu dan biaya menunjukkan hubungan yang positif, dimana semakin pendek waktu pelaksanaan biayanya juga akan semakin kecil. 2. Hubungan antara variabel waktu dan kegagalan Konstruksi menunjukkan hubungan yang negatif, dimana semakin pendek waktu pelaksanaan maka kemungkinan terjadi kegagalan konstruksi akan semakin besar. 3. Hubungan antara variabel waktu dan jenis kontrak menunjukkan hubungan yang kurang signifikan. Apapun jenis kontraknya tidak mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. 4. Hubungan antara variabel waktu dan kegagalan elemen bangunan menunjukkan hubungan yang positif, dimana semakin pendek waktu pelaksanaan pada umumnya kegagalan elemen bangunan semakin meningkat. Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan. (Yustinus Eka Wiyana) 81

Tabel 1. Tabel Korelasi Model Kegagalan nstruksi/bangunan Model SEM Kegagalan Konstruksi/Bangunan Pada tahap kedua dibuat pendekatan graph menggunakan Direct Acryclic Graph (DAG) sebagai aplikasi metode PLS hubungan kausalitas antar variabel. Dengan pendekatan Structural Equetion Modelling disusun dengan sistem analisis hubungan kausalitas antar variabel. Fungsi dari template berikut adalah mengestimasi antar variabel laten. Selengkapnya template dimaksud seperti disajikan pada Gambar 3 di bawah. pengaruh 0.5655 dan berkorelasi negatif terhadap Kegagalan (K) dengan faktor pengaruh -0.5289 2. Faktor Jenis Kontrak (JK) mempengaruhi Manajemen Waktu (W) sebesar 0.277 dan mempengaruhi Kegagalan (K) sebesar -0.2753 3. Faktor Biaya (B) mempengaruhi Kegagalan (K) sebesar -0.2081 4. Namun Jenis Kontrak (JK) tidak mempengaruhi Biaya (B) secara signifikan sehingga tidak dimodelkan pada simulasi ini. Analisis Hasil Simulasi Model 1. Faktor waktu (W) berkorelasi positif terhadap Biaya(B), dengan faktor 82 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86

Model kuantitatif kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan Ada 3 variabel utama dalam ukuran kualitatif model yaitu Kualitas, Internal Supervisi dan Eksternal supervisi yang kemudian dihubungkan secara simultan diperoleh hubungan seperti Gambar 4 di bawah. Setelah dilakukan analisis dan simulasi diperoleh hasil dari model kualitatif seperti disajikan pada Gambar 5. Gambar 3. Model SEM kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan. (Yustinus Eka Wiyana) 83

Gambar 4. Variabel model kualitatif kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan. 84 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86

Gambar 5. Hasil analisis model kualitatif Kegagalan konstruksi kegagalan bangunan. Hubungan antara Kualitas dan Supervisi (Internal/Eksternal) 1. Kualitas meliputi : Team Work, Komunikasi, Kualitas Supervisi, KomitmenKerja, Kepercayaan 2. Supervisi dibagi menjadi dua bagian, yaitu Internal dan Eksternal Supervisi. 3. Internal Supervisi meliputi : Pendidikan, Pengalaman, Pelatihan, Sertifikasi, Nilai Proyek. 4. Eksternal Supervisi meliputi : Cek akan digunakan, Cek Penyimpangan, Cek Datang, Evaluasi Mingguan, Pengawasan Lapangan, Briefing Pagi. 5. Tindak Lanjut Supervisi, Acuan digunakan, Hasil Pekerjaan, PeraturanTerkait, Gambar Kerja, RMK. Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan. (Yustinus Eka Wiyana) 85

Hasil Simulasi Model Kualitatif Internal Supervisi mempengaruhi Eksternal Supervisi sebesar 0.4812 dan mempengaruhi kualitas sebesar 0.2786. Kualitas tergantung pada Eksternal Supervisi dengan faktor pengaruh sebesar -1.3000 artinya jika Eksternal Supervisi lemah maka tidak pernah akan tercapai kualitas yang baik pada suatu pekerjaan. Internal Supervisi berperan kuat bagi Eksternal Supervisi artinya jika kondisi organisasi dalam suatu pekerjaan lemah maka kontrol Eksternal Supervisi tidak bisa tercapai, dengan kata lain kualitas akan sulit dikendalikan. SIMPULAN Dalam konteks proyek gedung, kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan banyak terjadi pada elemen struktur bangunan dengan rata-rata penyimpangan sebesar 4,36% dari nilai kontrak, disusul oleh atap (2,53%), pondasi (0,15%), utilitas (0,12%) dan finishing (0,07%). Salah satu indikasi penyebab kegagalan konstruksi dan bangunan adalah nilai kontrak yang lebih kecil dari 70% nilai pagu anggaran. Selisih nilai kontrak dan pagu yang terlalu besar dan cenderung tidak rasional akan berakibat pada potensi terganggunya proses pelaksanaan dan tidak terpenuhinya spesifikasi teknis proyek. Pada kabupaten di mana terdapat proyek-proyek yang bermasalah, ditengarai berkaitan dengan masih sedikitnya sumber daya manusia yang memiliki sertifikat keahlian dan keterampilan. Pengawasan proyek berperan penting dalam menjamin kesuksesan proyek konstruksi. Peran pengawas, baik internal maupun eksternal dalam model yang dibangun berpengaruh signifikan terhadap kualitas (kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan) proyek yang sedang dilaksanakan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. M. Agung Wibowo, M.M., M.Sc, Ph.D dan Jati Utomo D.H, ST., MM, M.Sc, Ph.D atas bimbingannya dalam penyelesaian tesis saya di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (2011), serta Sdr. Ferry, S.T, M.T. yang telah banyak membantu dalam pengolahan data. DAFTAR PUSTAKA Carper, Kenneth L., ed., 1989, Forensic Engineering, Elsevier Science Publishers, New York, Husen, A., 2009, Manajemen Proyek, Yogyakarta Keppres No 80. Th 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Jakarta Oyfer, 2002, Multiple Sources Construction Failures and Defects. PP No 29 Th. 2000 Tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan Jasa Konstruksi. Jakarta 86 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86