BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: FERIANNY PRIMA NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LOOI YUET CHING NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat. guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

KELOMPOK Artha Vindy Febryan Pramesthi [04] 2. Awang Zaki R. [05] 3. Gati Argo W. [07] 4. Ngesty Finesatiti [19] 5. Nisa Nur 'Aini A.

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

DATA PERSONALIA PENELITI

BAB 3 METODE PENELITIAN

The Concept of Recurring Esthetic Dental (RED) Proportion Among. Deutro Melayu Race (Study On Dental Students at University of

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

PERBANDINGAN LEBAR ENAM GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN JARAK INTERKANTAL DAN LEBAR INTERALAR PADA MAHASISWA INDONESIA FKG USU ANGKATAN

Konsep Golden Percentage pada Ras Deutro Melayu (Studi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: VANDERSUN LESTARI NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KISI KISI ULANGAN TENGAH SEMESTER PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMESTER GENAP 2016/2017. No Butir Kisi Kisi No Soal

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. humor. Apapun emosi yang terkandung didalamnya, senyum memiliki peran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pemeriksaan identifikasi memegang peranan cukup penting dalam ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Grafik 1. Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago primer 16


I.PENDAHULUAN. tengkorak dan rahang berbeda. Pola tersebut sering kali dipengaruhi variasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ruang Metode Moyers

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS MATAPELAJARAN AGAMA ISLAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rongga mulut memiliki peran yang penting bagi fungsi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Mokhtar, 2002). Susunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS PADA MURID SEKOLAH DASAR RAS DEUTRO-MELAYU DI KOTA MEDAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

pilihlah jawaban di bawah ini yang paling tepat dan benar :

Transkripsi:

8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Golden Proportion 2.1.1 Pengertian Golden proportion merupakan suatu konsep yang memberikan pedoman sederhana berupa proporsi ideal untuk mencapai konsep estetis optimum. 9 Golden proportion merupakan nilai matematika yang membatasi rasio antara jarak terbesar dan terkecil. Secara matematis, rasio ini diekspresikan sebagai 1,6180339887 atau dikenal juga sebagai phi (ф). 15 Istilah lain dari golden proportion adalah golden section, golden rectangle, golden number, golden mean, golden ratio, extreme and mean ratio, divine proportion, dan mean of phidias. 7,10,15 Konsep golden proportion digunakan untuk menggambarkan proporsi berupa perbandingan antara jarak terkecil (x) dengan jarak terbesar (1-x) sama dengan perbandingan antara jarak terbesar (1-x) dengan jarak seluruhnya (1), yaitu 0,618. Perhitungan matematika dari konsep golden proportion akan menjadi x / (1-x) = (1-x) / 1, dengan hasil x = 0,382 dan (1-x) = 0,618. 15 (Gambar 1). Angka ini merupakan satu-satunya di dalam bidang matematika, yang mana ketika dikurangkan dengan unit (1,0) menghasilkan nilai kebalikannya. 11 Menurut Yosh Jefferson, standar rasio 1:1,618 pada konsep ini tidak dipengaruhi oleh ras, usia, jenis kelamin serta variabel lainnya. 16 x 1-x 1 = = = 0,618 Gambar 1. Konsep golden proportion 15

9 2.1.2 Perkembangan Konsep golden proportion sudah mempengaruhi banyak seniman, pemusik, ahli matematika, dan ahli filosofi sepanjang sejarah. Tanggal penemuan konsep golden proportion tidak diketahui karena proporsi ini ditemukan kembali berulang kali sepanjang sejarah. Aplikasi dari konsep golden proportion yang tercatat paling awal adalah sekitar 2.500 SM. Konsep ini digunakan arsitek Mesir sebagai denah dari piramida-piramida di Giza. 15 Konsep golden proportion sangat terkenal pada masa Yunani kuno dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesenian dan arsitektur mereka. Phidias, seorang pengukir dan ahli matematika Yunani terkenal, banyak menggunakan konsep golden proportion pada arsitekturnya sehingga konsep tersebut dikenal sebagai phi (ф). Pathernon, bangunan megah yang terkenal dengan keindahannya sepanjang sejarah, dibangun oleh Phidias berdasarkan konsep golden proportion pada masa 440 SM. 15 Ahli matematika Yunani, Pythagoras (560-480 SM), meneliti dan mencari jawaban terhadap konsep kecantikan secara matematis. Penelitiannya menjadi penuntun dalam penemuan golden proportion, dengan nilai matematika yaitu 0,618. Euclid (365-300 SM), ahli matematika Yunani, juga menyebutkan konsep golden proportion sebagai extreme and mean ratio dalam bukunya yang berjudul Elemen. 6,15 Pada tahun 1500-an, istilah untuk golden proportion adalah golden ratio dan divine proportion. Luca Pacioli (1509) menggunakan konsep golden proportion dalam disertasinya dan menjadikannya sebagai orang pertama dengan referensi literatur pertama mengenai divine proportion. Selama periode renaissance, golden proportion telah ditemukan di berbagai lukisan, terutama pada lukisan da Vinci. Pada periode ini, diketahui bahwa banyak artis yang menggunakan konsep golden ratio untuk mencapai kecantikan yang seimbang yang merupakan tujuan utama dari konsep ini. Banyak bukti menunjukkan bahwa konsep golden proportion juga terdapat pada komposisi musik klasik oleh Mozart, Beethoven, dan Bach. Konsep ini tidak hanya terdapat pada hasil ciptaan manusia, namun juga terdapat pada hasil ciptaan Tuhan,

10 misalnya seperti bentuk double-helix pada DNA manusia, bunga, cangkang siput maupun serangga. 10,15 Lombardi (1973) merupakan orang pertama yang menyarankan pemakaian konsep golden proportion dalam kedokteran gigi. 5 Levin (1978) menyatakan bahwa konsep golden proportion adalah rasio lebar insisivus lateralis terhadap lebar insisivus sentralis serta lebar kaninus terhadap lebar insisivus lateralis rahang atas yang paling harmonis. 5,7 Levin juga menemukan diagnostic grid (kertas bergambar garis vertikal dan horizontal dengan jarak sesuai konsep golden proportion) dan menyarankan penggunaan alat tersebut untuk mengevaluasi proporsi gigi yang ideal. 10 Parnia dkk (2010) menggunakan software adobe photoshop dalam penelitiannya untuk mengevaluasi proporsi gigi insisivus sentralis rahang atas terhadap konsep golden proportion. 20 Adobe photoshop merupakan suatu aplikasi pengolah gambar buatan Adobe Systems yang dikhususkan untuk pengeditan foto/gambar dan pembuatan efek. 39 2.1.3 Alat Golden ruler atau disebut juga golden mean gauge adalah suatu alat yang digunakan dalam matematika, seni, dan arsitektur sebagai pemandu untuk menghasilkan proporsi sesuai dengan konsep golden proportion. 10 Golden ruler juga dapat digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk menentukan proporsi wajah dan gigi anterior dalam golden proportion. 17 Alat ini dapat disterilkan, stabil setelah pengukuran, dan menghasilkan perbandingan yang cepat. Golden ruler memiliki tiga komponen utama, yaitu dua komponen lateral dan satu komponen tengah dengan delapan buah baut (Gambar 2).

cepat. 17 Beberapa kegunaan golden ruler, antara lain: 17 11 A B C Gambar 2. Komponen golden ruler: 10 A. Komponen lateral B. Komponen tengah C. Baut Apabila salah satu komponennya digerakkan, maka komponen yang lain akan ikut bergerak dan menghasilkan perbandingan yang sesuai dengan konsep golden proportion, yaitu 1: 0,618 (Gambar 3). 10 Gambar 3. Golden ruler 10 Dengan bantuan golden ruler, dokter gigi lebih mudah untuk memberi penjelasan kepada pasien mengenai bagaimana cara mengatasi masalah estetis karena proporsi estetis dari wajah pasien serta ukuran gigi anterior yang ideal dapat diperoleh dan dibandingkan serta ketidakharmonisan proporsi dapat dideteksi dengan a. Mengetahui proporsi wajah Mengetahui proporsi wajah vertikal Mengetahui proporsi wajah horizontal

12 Mengetahui proporsi wajah eksternal b. Mengetahui proporsi gigi-geligi anterior rahang atas Mengetahui proporsi lebar gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis, dan kaninus rahang atas Mengetahui proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah Mengetahui proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas Mengetahui proporsi lebar delapan gigi segmen estetik anterior rahang atas (dari premolar kanan ke premolar kiri) terhadap lebar senyum c. Membantu tekniker laboratorium gigi dalam pembuatan gigitiruan Kelebihan golden ruler: 17 a. Stabil saat pengukuran b. Dapat disterilkan c. Dapat menentukan proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal dengan cepat dan mudah d. Dapat menentukan proporsi gigi dengan cepat dan mudah e. Dapat mendeteksi ketidakharmonisan dengan cepat dan mudah f. Dokter gigi dapat memberikan penjelasan dengan mudah kepada pasien mengenai masalah estetis g. Dapat mempermudah pekerjaan dokter gigi dan tekniker laboratorium h. Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan pengukuran lebih cepat i. Mudah dalam melakukan pengukuran Kekurangan golden ruler: 17 a. Hanya dapat mengukur dua kuantitas yang berada pada sisi yang sama b. Hanya dapat mengukur pada bidang dua dimensi

13 2.1.4 Penggunaan 2.1.4.1 Golden Proportion pada Wajah Proporsi wajah pasien yang ideal menurut konsep golden proportion meliputi proporsi wajah vertikal, horizontal dan eksternal (Gambar 4). 18 A B C Gambar 4. Penggunaan konsep golden proportion pada wajah 18 A. Proporsi wajah vertikal B. Proporsi wajah horizontal C. Proporsi wajah eksternal 2.1.4.2 Golden Proportion pada Gigi Anterior Konsep golden proportion dengan proporsi ideal 1: 1,618 dapat digunakan sebagai pedoman dalam penentuan proporsi yang harmonis dari gigi anterior rahang atas yaitu dalam hal pemilihan ukuran dan penyusunan anasir gigitiruan anterior untuk mencapai desain senyuman yang estetis. 10,17 2.1.4.2.1 Proporsi Lebar Gigi Insisivus Sentralis, Insisivus Lateralis, dan Kaninus Rahang Atas Proporsi gigi anterior jika dilihat dari depan menurut Levin, antara lain: 10 Lebar insisivus sentralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar insisivus lateralis Lebar insisivus lateralis 1,618 kali lebih besar daripada lebar kaninus Lebar kaninus terlihat 1,618 kali lebih besar daripada lebar premolar pertama (Gambar 5)

14 0,3820,618 1 1,618 Gambar 5. Proporsi delapan gigi anterior rahang atas berada dalam konsep golden proportion terhadap satu sama lain jika dilihat dari depan 10 2.1.4.2.2 Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas dan Empat Gigi Anterior Rahang Bawah Konsep golden proportion juga dapat ditemui pada proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah. Keseluruhan bagian gigi anterior rahang atas yang terlihat diantara titik insisal kaninus 1,618 kali lebih besar daripada empat gigi insisivus rahang bawah 10,17 (Gambar 6).

15 1,618 1 Gambar 6. Proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan empat gigi anterior rahang bawah 17 2.1.4.2.3 Proporsi Panjang dan Lebar Kedua Insisivus Sentralis Rahang Atas Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas menurut konsep golden proportion yaitu jumlah lebar kedua insisivus sentralis atas adalah 1,618 kali lebih besar dari panjangnya 10,14 (Gambar 7). Gambar 7. Proporsi panjang dan lebar kedua insisivus sentralis rahang atas 14

16 2.1.4.2.4 Proporsi Lebar Delapan Gigi Segmen Estetik Anterior Rahang Atas terhadap Lebar Senyum Konsep golden proportion juga dapat dilihat pada proporsi lebar delapan gigi segmen estetik anterior rahang atas (premolar satu kanan ke premolar satu kiri) terhadap lebar senyum. Lebar senyum terlihat 1,618 kali lebih besar dari lebar delapan gigi anterior rahang atas jika dilihat dari depan (Gambar 8). 10 Gambar 8. Grid golden proportion menggambarkan bahwa gigigeligi tersebut sesuai dengan konsep golden proportion. Perhatikan daerah netral bukal yang berada dalam golden proportion terhadap gigi-geligi ketika tersenyum 10 2.2 Konsep RED Proportion 2.2.1 Pengertian Sebuah teori disain senyum proporsional yang aplikasinya lebih universal baru-baru ini telah dikembangkan. Kemampuan untuk mengubah proporsi gigi yang sesuai dengan wajah individu pasien, struktur tulang, atau ciri fisik secara umum adalah penting. Konsep Recurring Esthetic Dental (RED) proportion menyatakan bahwa proporsi lebar antara dua gigi yang berdekatan dilihat dari depan harus tetap konstan, seiring bergerak ke distal. Hasil bagi lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis dengan lebar pandangan frontal gigi insisivus sentralis akan menghasilkan

17 rasio yang sama dengan hasil bagi antara lebar pandangan frontal kaninus dengan lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis rahang atas (Gambar 9). 27 Gambar 9. Aturan RED proportion 39 Konsep RED proportion ini tidak terbatas pada satu proporsi tertentu saja, tetapi memungkinkan untuk memilih RED proportion yang diinginkan dan diterapkan secara konsisten dan menyeluruh pada setiap kasus. Golden proportion dapat didefinisikan sebagai RED proportion 62%, dan merupakan salah satu dari konsep RED proportion yang dapat diterapkan. Umumnya nilai-nilai RED proportion digunakan adalah antara 60% dan 80%. Setelah ukuran ideal gigi insisivus sentralis dihitung, lebar gigi insisivus sentralis dikalikan dengan RED proportion yang digunakan untuk menentukan lebar pandangan frontal gigi insisivus lateralis. Hasil lebar insisivus lateralis dikalikan dengan RED proportion yang sama untuk menghasilkan lebar pandangan frontal dari kaninus tersebut (Gambar 10). 27

18 Gambar 10. Penggunaan konsep RED proportion 27 2.2.2 Perkembangan Pada tahun 1993, Preston menemukan bahwa konsep golden proportion jarang ditemukan pada proporsi lebar gigi anterior rahang atas subjek penelitiannya. Hanya 17% dari jumlah sampelnya yang memiliki proporsi lebar gigi insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis sesuai dengan konsep golden proportion. Preston menyatakan bahwa konsep golden proportion bukanlah suatu metode yang cocok untuk dijadikan sebagai panduan menentukan proporsi lebar gigi anterior rahang atas dan menyarankan proporsinya sendiri yang disebut Preston s proportion. 5 Rosenstiel, Ward, dan Rasyid (2000) melaporkan ada hubungan antara panjang gigi dengan RED proportion yang sesuai. Menurut penelitian, sebagian besar dokter gigi yang disurvei memilih menggunakan RED proportion 80% dengan senyuman yang menunjukkan gigi lebih pendek atau sangat pendek dan menggunakan RED proportion 62% dengan gigi sangat panjang. Para dokter gigi lebih memilih menggunakan RED proportion 70% untuk gigi insisivus sentralis yang panjangnya normal. Senyuman yang mempertahankan rasio lebar-panjang gigi insisivus sentralis 75% sampai 78% lebih dipilih. Dari penelitian tersebut tampak bahwa semakin panjang gigi insisivus sentralis, semakin lebar gigi tersebut, maka semakin kecil persentase RED proportion yang harus digunakan. Dengan kata lain, gigi insisivus sentralis rahang atas yang panjang haruslah lebarnya sesuai dengan rasio lebar-tinggi 75%-78%. Hasilnya adalah gigi insisivus sentralis lebih dominan. Ini mungkin membantu menjelaskan mengapa konsep golden proportion lebih dipilih saat merancang senyum untuk model dengan gigi panjang. 28

19 Pada tahun 2001, Ward memperkenalkan konsep RED (Recurring Dental Esthetics) proportion dan merekomendasikan penggunaan konsep rasio berulang, seperti yang disarankan oleh Lombardi pada tahun 1973. Ward lebih menyarankan penggunaan proporsi 80% untuk gigi yang sangat pendek, proporsi 70% untuk gigi yang normal, dan proporsi 62% untuk gigi yang sangat panjang. 29 2.2.3 Alat Aplikasi RED proportion sebenarnya menggunakan spreadsheet komputer untuk mengevaluasi dan menentukan ukuran ideal dari gigi anterior rahang atas. Foto senyum penuh sejajar dengan permukaan labial gigi anterior yang terlihat. Kemudian, lebar dan tinggi gigi anterior rahang atas pada foto diukur dan dicatat (Gambar 11a). Sebuah pengukuran yang sama pada foto dan senyum sebenarnya digunakan untuk mengkorelasikan hubungan skala perbandingan antara ukuran ditampilkan pada foto dan ukuran gigi sebenarnya (Gambar 11b). Pengukuran pada foto dikalikan dengan skala tersebut untuk menentukan lebar gigi anterior tampak dari depan yang sebenarnya. Dari nilai-nilai tersebut, rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus sentralis rahang atas dan proporsi lebar gigi anterior tampak dari depan dapat dihitung. Rasio lebar terhadap panjang gigi insisivus sentralis rahang atas dan proporsi lebar gigi anterior (RED proportion) dimasukkan ke dalam komputer untuk menghitung lebar optimal gigi insisivus lateralis dan kaninus rahang atas jika dilihat dari depan. 27

20 A B Gambar 11. Boley gauge untuk mengukur dimensi yang sama pada foto (a) dan pada model (b) 27 RED proportion yang akan digunakan dan lebar gigi anterior dapat ditentukan berdasarkan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas. Dengan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas normal, lebar pandangan frontal dari 6 gigi anterior diukur dan dibagi dengan 4,4 (nilai dalam tabel 1 untuk gigi yang normal-panjang) untuk menghitung lebar ideal dari gigi insisivus sentralis rahang atas. Lebar gigi insisivus sentralis kemudian dikalikan dengan 70% (RED proportion yang direkomendasikan untuk gigi yang normal dalam tabel 1) untuk menentukan lebar gigi insisivus lateralis. Lebar gigi insisivus lateralis dikalikan dengan 70% untuk menentukan lebar gigi kaninus. Untuk gigi yang panjang dan pendek, RED proportion yang digunakan dapat disesuaikan (Tabel 1). 27

21 Tabel 1. Penentuan RED proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan panjang gigi yang berbeda 27 Ada metode alternatif untuk menentukan lebar pandangan frontal dari keenam gigi anterior rahang atas. Lebar jarak interkaninus dari 6 gigi anterior rahang atas dibagi dengan panjang gigi insisivus rahang atas. Hasil bagi yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan RED proportion yang sesuai. Lebar jarak interkaninus dibagi dengan pembagi yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan lebar pandangan frontal masing-masing keenam gigi anterior rahang atas (Tabel 2). 27 Tabel 2. Penentuan RED Proportion dan lebar gigi anterior berdasarkan jarak interkaninus dan panjang gigi insisivus sentralis rahang atas 27

22 2.2.4 Penggunaan Konsep RED proportion ini digunakan untuk menentukan proporsi lebar gigi anterior rahang atas. Sebuah rumus matematika turunan dapat digunakan untuk menghitung lebar gigi insisivus sentralis rahang atas untuk RED proportion yang mana saja, dengan catatan lebar jarak interkaninus dilihat dari depan tetap. Lebar ini ditentukan dengan mengukur lebar pandangan frontal antara aspek distal dari 2 gigi kaninus rahang atas. Rumusnya adalah sebagai berikut: = lebar gigi insisivus sentralis RED proportion di sini dinyatakan sebagai angka desimal kurang dari 1. Konsep RED proportion untuk gigi rahang atas dengan panjang normal telah didefinisikan sebagai 70%. Menggunakan rumus ini, jika pandangan lebar frontal 6 gigi anterior rahang atas adalah 37,2 mm dan RED proportion yang digunakan adalah 70%, lebar gigi insisivus sentralis yang dihitung adalah 8,5 mm (Gambar 12). 27 Gambar 12. Menghitung lebar insisivus sentralis dengan lebar frontal 6 gigi anterior rahang atas dan konsep RED proportion. 27

23 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Konsep Golden Proportion dan Konsep RED Proportion 2.3.1 Ras Menurut Groose, ras adalah segolong manusia yang merupakan satu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan. Ras (KBBI, 2001) didefinisikan sebagai suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawaan yang sama. 33 Diferensiasi ras berarti mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri-ciri fisiknya, bukan budayanya. Menurut A.L. Kroeber (1948), ras di dunia secara umum diklasifikasikan menjadi lima kelompok ras, yaitu: Australoid (penduduk asli Australia/ Aborigin), Mongoloid (penduduk asli wilayah Asia dan Amerika, yaitu Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid dan American Mongoloid), Kaukasoid (penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika dan Asia, yaitu Nordic, Alpine, Mediteranian dan India), Negroid (penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, yaitu African Negroid, Negrito dan Melanesian) serta ras-ras khusus (ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, yaitu Bushman, Veddoid, Polynesian, Ainu). Sementara menurut Ralph Linton (1936), terdapat tiga pembagian ras utama di dunia yaitu Mongoloid, Kaukasoid dan Negroid. 33 2.3.1.1 Mongoloid Ras Mongoloid mendiami daerah Asia Tengah, Asia Timur, serta beberapa kepulauan di Asia Tenggara dan Amerika. Ras Mongoloid (orang kulit kuning) memiliki ciri-ciri utama, seperti kulit berwarna sawo matang, rambut lurus dan berwarna hitam, bulu badan sedikit dan mata sipit. 33 Karakteristik tengkorak dan gigigeligi ras Mongoloid berupa lengkung rahang berbentuk parabolik dengan ukuran gigi insisivus yang besar, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti kapak (shovel shaped incisors), profil wajah intermediat, indeks kranial brakikranium, bentuk kranial lebar, indeks fasial medium/rata-rata serta profil dagu sedikit menonjol dan berbentuk tumpul (blunt chin). 33,36,40 Menurut Ralph Linton, Indonesia termasuk ras Mongoloid.

24 Indonesia terdiri dari Indonesia asli, yaitu suku Proto Melayu (Melayu tua) dan suku Deutro Melayu (Melayu Muda). Suku Proto Melayu terdiri dari suku Batak, suku Toraja, suku Nias serta suku Dayak, sementara suku Deutro Melayu terdiri dari suku Aceh, suku Minang, suku Bugis/Makassar, suku Jawa serta suku Sunda. Selain itu, Indonesia juga terdiri dari Indonesia turunan, yaitu suku Tionghoa (Gambar 13). 33 A B C Gambar 13. Ras Mongoloid A. Suku Tionghoa B. Suku Proto Melayu C. Suku Deutro Melayu 2.3.1.2 Kaukasoid Ras Kaukasoid tersebar luas di dunia meliputi Australia, Afrika Utara, Afrika Selatan, Eropa, dan Pasifik. Ras Kaukasoid (orang kulit putih) memiliki ciri-ciri fisik, seperti hidung mancung, kulit berwarna putih, bibir tipis, rambut pirang sampai cokelat kehitaman dan kelopak mata lurus (Gambar 14). 33 Karakteristik tengkorak dan gigi geligi ras Kaukasoid berupa ukuran gigi anterior yang lebih kecil dibandingkan ras Mongoloid, bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau (blade shape), profil wajah yang lurus (ortognatik), indeks kranial mesokranium, indeks fasial panjang hingga sangat panjang serta profil dagu lebih menonjol dan

25 runcing (bilobate chin). 33,36,40 Ras Kaukasoid terdiri dari Nordic, Alpin, Mediteran, Armenoid dan India. 33 A B Gambar 14. Ras Kaukasoid A. Pria B. Wanita 2.3.1.3 Negroid Ras Negroid sebagian besar mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Selatan, Eropa, dan Timur Tengah. Ras Negroid (orang kulit hitam) memiliki ciri-ciri fisik, seperti rambut keriting, hidung yang lebar, kulit berwarna hitam, bibir tebal dan kelopak mata lurus (Gambar 15). 33 Karakteristik tengkorak dan gigi geligi ras Negroid berupa ukuran gigi yang kecil dengan diastema (terutama diastema pada garis median), bentuk insisivus sentralis rahang atas seperti mata pisau (blade shape), profil wajah yang menonjol (prognatik), indeks kranial dolikokranium, indeks fasial lebar hingga sangat lebar serta bentuk dagu membulat. 33,36,40 Ras Negroid terdiri dari Negrito, Nilitz, Negara Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman. 29

26 A B Gambar 15. Ras Negroid A. Pria B. Wanita 2.3.2 Jenis Kelamin Adanya pengaruh jenis kelamin terhadap penggunaan konsep golden proportion dan konsep RED proportion pada proporsi gigi anterior masih terdapat adanya pro dan kontra. Menurut Vanessa dkk (2006), tidak ada perbedaan signifikan antara pria dan wanita dalam ukuran lebar gigi anterior dan keseluruhan gigi. Im Semra dkk (2006) menyatakan bahwa nilai rata-rata untuk proporsi gigi anterior tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. 35 Pengaruh jenis kelamin terhadap perbedaan proporsi gigi anterior telah diakui pada kebanyakan kelompok ras, yaitu pria memiliki ukuran mesiodistal gigi yang lebih lebar dibanding wanita. Penelitian yang telah dilakukan oleh L. Ibrahimagic (2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan proporsi insisivus sentralis rahang atas antara pria dan wanita. Hasil yang diperoleh menunjukkan pria memiliki proporsi gigi yang signifikan lebih besar dibandingkan wanita (p < 0,01), kecuali terhadap lebar servikal insisivus sentralis rahang atas (p > 0,05). 37 Akan tetapi, dari hasil berbagai penelitian (Nithya CS, 2008; Sulaiman E dkk, 2010; Naqash TA, 2013), menunjukkan bahwa jenis kelamin secara statistik tidak berpengaruh terhadap penggunaan konsep golden proportion pada proporsi lebar gigi anterior rahang atas. 9,22-23

27 2.4 Landasan Teori Aesthetic Dentistry Makroestetik Mikroestetik Golden Proportion Faktor yang mempengaruhi RED Proportion Pengertian Perkembangan Alat Penggunaan Jenis Ras Pengertian Perkembangan Alat Penggunaan Kelamin Wajah Dental Mongoloid Kaukasoid Negroid Proporsi panjang: lebar kedua I sentralis atas Pria Wanita Indonesia Asli Indonesia Turunan Proporsi lebar gigi anterior RA: lebar empat insisivus RB Tionghoa Proporsi delapan gigi segmen estetik anterior RA terhadap lebar senyum Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus Lateralis : Kaninus RA Proto Melayu Deutro Melayu Pengukuran dengan Photoshop Proporsi lebar Insisivus Sentralis : Insisivus Lateralis : Kaninus RA Apakah ada perbedaan antara proporsi lebar gigi anterior rahang atas dengan konsep golden proportion dan konsep Recurring Esthetic Dental (RED) proportion pada mahasiswa FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin?

28 2.5 Kerangka Konsep Foto Profil Senyum Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Konsep Golden Proportion Faktor yang Mempengaruhi Konsep RED Proportion Diperkenalkan oleh Levin pada tahun 1978 Pria Jenis Kelamin Wanita Ras Mongoloid Diperkenalkan oleh Ward pada tahun 2001 Indonesia Asli Indonesia Turunan Proto Melayu Deutro Melayu Tionghoa (dikenal juga sebagai 62% atau 0,62) (dikenal juga sebagai 70% atau 0,70 untuk ukuran gigi normal)

29 2.6 Hipotesis Penelitian 1. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep golden proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin 2. Ada perbedaan proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas dengan konsep RED proportion pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin 3. Ada perbedaan antara proporsi lebar insisivus lateralis terhadap insisivus sentralis dengan proporsi lebar kaninus terhadap insisivus lateralis rahang atas pada mahasiswa Indonesia FKG USU angkatan 2010-2013 berdasarkan suku dan jenis kelamin