Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. penyesuaian dari keperawatan, khususnya keperawatan perioperatif. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

RINI ASTRIYANA YULIANTIKA J500

BAB I PENDAHULUAN. abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin. 1 Prevalensi terjadinya sectio. keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dari data antara tahun 1991 sampai 1999 didapatkan bahwa proses

PENATALAKSANAAN HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan bedah pada pasien menunjukkan peningkatan seiring tumbuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : Yunita Ekawati J Kepada : FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian tubuh untuk perbaikan. Beberapa jenis pembedahan menurut lokasinya

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. diinginkan (Covino et al., 1994). Teknik ini pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

EFEK PEMBERIAN CAIRAN KOLOID DAN KRISTALOID TERHADAP TEKANAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempertahankan tekanan onkotik dan volume intravaskuler. Partikel ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk prosedur tersebut. Angka bedah caesar pada ibu usia 35 tahun ke atas jauh

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TERHADAP KEJADIAN MENGGIGIL PADA PASIEN OPERASI SECSIO CAESAREA DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT AISYIYAH BOJONEGORO

ARTIKEL PENELITIAN. Abstrak. Abstract. Jurnal Anestesi Perioperatif

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER ASETAT MALAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

Pedoman Pelayanan Anastesi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seventh Report of Joint National Commite on Prevention, Detection, Evaluation,

PENGARUH PEMBERIAN CAIRAN KOLOID-KRISTALOID DAN KRISTALOID PRE OPERASI SECTIO CESAREA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

Wacana Kesehatan Vol.1, No.1,Juli 2017 HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN PRAOPERASI ELEKTIF DIRUANG BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. cepat di dunia. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi meningkat 30 kali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. subarachnoid sehingga bercampur dengan liquor cerebrospinalis (LCS) untuk mendapatkan

PENGARUH PEMBILASAN CAVUM ABDOMEN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PASCA ANESTESI SPINAL DENGAN PEMBERIAN PRELOAD DAN TANPA PEMBERIAN PRELOAD 20CC/KGBB RINGER LAKTAT

BAB IV METODE PENELITIAN

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

LAMPIRAN 1: DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI. IDENTITAS DIRI dr.sonny Lesmana Surya Tempat/tanggal lahir Medan / 12 April 1981

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anestesi spinal merupakan salah satu teknik anestesi regional yang

Metodologi Penelitian

EFEKTIFITAS MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN PASIEN PASCA SEKSIO SESAREA DI RSUD. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

PRESENTASI KASUS ANESTESI SPINAL. Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Akhir Stase Anestesi di RSUD Tidar Magelang

ELEVASI KAKI EFEKTIF MENJAGA KESTABILAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN SPINAL ANESTESI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan General Anesthesia (GA), Regional Anesthesia

BAB I PENDAHULUAN. letak insisi. Antara lain seksio sesaria servikal (insisi pada segmen bawah), seksio

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Anestesi spinal telah digunakan sejak tahun 1885 dan sekarang teknik ini dapat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan obat-obat anestesi intra vena tanpa menggunakan obat-obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Keywords : Crystalloid solution, Stewart Acid base balance, caesarian section, regional anesthesia.

BAB I PENDAHULUAN. macam keluhan penyakit, berbagai tindakan telah dilakukan, mulai dari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik komparatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. selama berabad-abad. Bagaimanapun, kemajuan tehnik anestesi modern. memungkinkan operasi menjadi lebih aman. Ahli anestesi yang

BAB III METODE PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 4 METODE PENELITIAN

Complications Associated with Regional Anesthesia in Cesarean Section Patient in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

CLINICAL PATHWAY EKLAMPSIA GRAVIDARUM Rumah Sakit Kelas B & C

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

PENELITIAN PRELOADING DAN COLOADING CAIRAN RINGER LAKTAT DALAM MENCEGAH HIPOTENSI PADA ANESTESI SPINAL Ansyori*, Tori Rihiantoro** Banyaknya kasus operasi dengan anestesi spinal dan tingginya frekuensi komplikasi hipotensi pada tehnik anestesi tersebut, serta adanya perbedaan cara mengantisipasi terjadinya komplikasi hipotensi pada anestesi spinal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahuai perbedaan efektifitas preloading dan coloading cairan RL 15 cc/kgbb dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal. Penelitian ini berdesain kuasi eksperimen. Penelitian dilakukan di kamar operasi RSUD A.Yani Metro pada bulan Desember 2011 Januari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani operasi dengan tehnik anastesi spinal yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah sampel 30 orang pasien dengan preloading dan 30 orang dengan coloading yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi (pengamatan) dengan instrumen pengumpulan data berupa alat monitor tekanan darah dan MAP serta lembar observasi untuk mencatat hasil monitoring dalam tekanan darah dalam arti setiap 5 menit, dan terjadi hipotensi dan atau tidak hipotensi. Metode analisis data menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan prosentase dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (X 2 ). Hasil penelitian menyimpulkan tidak ada perbedaan efektifitas antara preloading dan coloading dalam pencegahan hipotensi pada anastesi spinal (p value: 0, 210). Berdasarkan hasil tersebut Peneliti merekomendasikan kepada rumah sakit untuk dapat menggunakan preloading maupun coloading cairan ktristoloid bagi pasien yang akan dilakukan operasi dengan menggunakan teknik spinal anastesi. Namun demikian lebih disarankan untuk menggunakan preloading, karena angka hipotensinya lebih rendah dibanding coloading. Kata kunci: Hipotensi, preloading, coloading LATAR BELAKANG Komplikasi hemodinamik pada anestesi spinal yang paling sering terjadi adalah hipotensi. Hal ini merupakan perubahan fisologis yang sering terjadi pada anestesi spinal (Liguori, 2007). Insidensi kejadian hipotensi pada anestesi spinal mencapai 8 33 % (Liguori, 2007). Penyebab utama terjadinya hipotensi pada anestesi spinal tersebut adalah karena blokade simpatis (Salinas, 2009; Liguori, 2007). Hipotensi intraoperatif akibat hipovelemia dianggap sebagai penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas pasca bedah. Penanganan status cairan pasien yang agresif telah terbukti dapat mengurangi mordibitas dan mortalitas serta lama rawat inap di rumah sakit. Akan tetapi, pilihan cairan yang sebaiknya digunakan untuk mengganti kehilangan cairan dan darah intraoperatif masih belum dapat ditentukan secara tuntas. Cairan kristaloid dan koloid dapat dipakai untuk tujuan pengganti cairan dan darah tersebut, termasuk juga untuk pengisian volume sirkulasi pada anastesi spinal (Sunatrio, 2000). Faktor yang mempengaruhi terjadinya hipotensi pada pasien operasi dengan spinal anestesi antara lain: ketinggian blok simpatis, posisi pasien, kondisi pasien dan agent (obat) anestesi spinal. Berdasarkan survey di RSUD A. Yani Metro, ternyata faktor dominan penyebab hipotensi adalah ketinggian blok simpatis dan obat spinal anestesi. Hal ini dapat dilihat dari data yang didapat di RSUD A. Yani Metro. Pemberian preloading pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal dengan 1-2 liter cairan intravena (kristaloid atau koloid) sudah secara luas dilakukan untuk mencegah hipotensi pada anestesi spinal. Pemberian cairan tersebut secara rasional untuk meningkatkan volume sirkulasi darah dalam rangka mengkompensasi penurunan resistensi [174]

perifer (Salinas, 2009). Pencegahan hipotensi dapat dilakukan dengan memberikan cairan kristoloid Ringer Laktat secara cepat 10-15 ml/kg BB (Sunatrio, 2004). Pada pemakaian koloid intra operatif, baik sendirian maupun kombinasi dengan larutan kristoloid, dapat memperbaiki hasil akhir pembedahan melalui perbaikan perfusi organ dan penurunanangka mual dan muntah. Pemberian koloid intra operatif memberikan profil pemulihan dan kenyamanan pasien yang lebih baik dibanding pemberian kristoloid. Kristoloid yang diberikan secara sendiri maupun kombinasi dengan koloid, maka tergantung komposisi kristoloid. Pada beberapa penelitian lain dikatakan bahwa preloading cairan intravena pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal adalah tidak efektif. Coe dalam mojica (2002), penelitianya mengatakan bahwa preloading pada pasien yang akan dilakukan anestesi spinal tidak mempunyai efek yang signifikan dalam mencegah terjadinya hipotensi. Hal ini juga dibenarkan oleh Buggy dalam mojica (2002), dia mengatakan bahwa preloading dapat secara signifikan menurunkan insidensi terjadinya hipotensi, namun hanya dalam waktu 15 menit pertama setelah dilakukan spinal anestesi (Liguori, 2007). Pemberian cairan kristaloid saat dilakukan anestesi spinal (coloading) ternyata lebih efektif dalam menurunkan insidensi terjadinya hipotensi, karena dengan cara ini kristaloid masih dapat memberikan volume intravaskuler tambahan (additional fluid) untuk menambahkan venous return dan curah jantung (Mojica, 2002). Data yang didapatkan dari RSUD A. Yani Metro, diperoleh hasil: sejak bulan Januari Juni 2011 terdapat 438 kasus operasi, dimana 306 (70%) kasus operasi dilakukan dengan anestesi spinal atau sekitar 51 kasus perbulan, dengan rata-rata 33 (65%) adalah kasus bedah dan 18 (35%) kasus obstetri ginekologi, yang mana dari 18 kasus obstetri ginekologi tersebut, tujuh diantaranya merupakan kasus obstetri ginekologi non seksio sesarea. Berdasarkan data laporan anestesi di RSUD A.Yani Metro, yang dilakukan anestesi spinal sebanyak 40 pasien dari 40 pasien tersebut yang dilakukan preloding sebanyak 20 pasien dan yang dilakukan colouding sebanyak 20 pasien dan yang terjadi hipotensi pada pemberian pre loading sebanyak 5 pasien (25%). Sedangkan yang terjadi hipotensi pada pemberian coloading sebanyak 8 pasien (40%). Dampak hipotensi pada pasien operasi dengan spinal anestesi yaitu bila blok anestesi semakin tinggi kesadaran pasien semakin menurun yang disertai dengan hipotensi yang semakin berat, maka kerja jantung semakin berat. Bila kejadian ini berlarut maka hypoxia dapat terjadi sehingga aliran darah ke seluruh jaringan menjadi, berkurang, untuk mencegah hipotensi tersebut dilakukan loading cairan 10-15 ml/kgbb kristoloid atau pemberian vaso presor bolus dengan efidrin 5-10 mg IV, diberikan oxigenisasi secara adekuat untuk mengatasi hipotesi lebih lanjut (Sunatrio, 2004). Mengingat banyaknya kasus operasi dengan anestesi spinal dan tingginya frekuensi komplikasi hipotensi pada tehnik anestesi tersebut, serta adanya perbedaan cara mengantisipasi terjadinya komplikasi hipotensi pada anestesi spinal, membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang efektifitas preloading dan coloading cairan RL 15 cc/kgbb dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal tersebut. METODE Penelitian ini berdesain kuasi eksperimen yaitu menilai penurunan tekanan darah (MAP) pada pasien yang dilakukan spinal anestesi yang dilakukan preloading dan coloading. Penelitian ini dilakukan di kamar operasi RSUD A.Yani Metro pada bulan Desember 2011 Januari 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani operasi dengan tehnik anastesi spinal yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik accidental [175]

sampling dengan jumlah sampel 30 orang pasien dengan preloading dan 30 orang dengan coloading yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi: Usia antara 17 60 tahun, Tidak menderita penyakit kardiovaskuler, Status ASA I II, Direncanakan dengan anestesi spinal, Menggunakan obat Bupivacaine 0,5% hyperbaric, Dosis obat 20 mg, Ketinggian blok torakal X V, Posisi operasi supine. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi (pengamatan) yang akan dilakukan oleh peneliti sendiri. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : alat monitor tekanan darah dan MAP, dan lembar observasi untuk mencatat hasil monitoring dalam tekanan darah dalam arti setiap 5 menit, dan terjadi hipotensi dan atau tidak hipotensi. Hasil observasi kemudian dikumpulkan dan dilakukan pengumpulan data. Untuk menganalisis efektifitas preloading dan coloading cairan Ringer Laktat dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal,metode menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi dan prosentase dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (X 2 ). HASIL Tabel 2: Distribusi Frekuensi MAP Responden pada Anestesi Spinal No MAP Jumlah % 1. Hipotensi 13 21,7 2. Tidak Hipotensi 47 78,3 Jumlah 60 100 Dari tabel di atas diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan MAP pada anastesi spinal di RSUD A. Yani Metro mempunyai proporsi terbanyak untuk kategori tidak hipotensi sejumlah 47 orang responden (78,3%) dan kategori hipotensi sejumlah 13 orang responden (21,7%). Analisa Bivariat Tabel 3: Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Anastesi Spinal dengan Preloading dan Coloading cairan Ringer Laktat Variabel Pemberian Cairan MAP Tidak Hipotensi Hipotensi f % f % Total Preloading 4 13,3 26 86,7 30 Coloading 9 30,0 21 70,0 30 Jumlah 13 21,7 47 78,3 60 P value 0,210 OR (CI 95%) 0,359 (0,097 1,331) Analisa Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Preloading dan Coloading pada Anestesi Spinal No Responden Jumlah % 1. Preloading 30 50 2. Coloading 30 50 Jumlah 60 100 Tabel di atas menggambarkan bahwa distribusi responden berdasarkan perlakukan preloading dan coloading pada anastesi spinal di RSUD A. Yani Metro mempunyai proporsi yang sama yaitu 30 orang (50%). Tabel di atas memperlihatkan bahwa responden dengan preloading lebih sedikit yang mengalami hipotensi sejumlah 4 orang responden dibandingkan dengan yang dilakukan coloading dan mengalami hipotensi sejumlah 9 orang. Hasil uji chi square diperoleh p value 0,210 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah pada pasien anastesi spinal yang diberikan tindakan preloading dan coloading cairan Ringer Lactat. Dengan demikian baik teknik preloading maupun coloading sama-sama efektif untuk mencegah terjadinya hipotensi. [176]

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa proporsi responden pada anastesi spinal di RSUD A. Yani Metro tahun 2011 mempunyai proporsi yang sama sejumlah 30 orang untuk kelompok preloading maupun coloading. Distribusi responden berdasarkan MAP pada anastesi spinal di RSUD A. Yani Metro mempunyai proporsi terbanyak untuk kategori tidak hipotensi sejumlah 47 orang responden (78,3%) dan kategori hipotensi sejumlah 13 orang responden (21,7%). Loading adalah pemberian cairan yang banyak dalam waktu yang singkat. Pemberian cairan kristaloid (loading) baik sebelum dilakukan anestesi spinal (preloading) maupun setelah dilakukan anestesi spinal (coloading) dapat mempengaruhi tekanan darah pasien operasi dengan anastesi spinal. Berdasarkan hasil uji satatistik terlihat bahwa responden dengan preloading RL 15 ml/kg BB lebih sedikit yang mengalami hipotensi yaitu berjumlah 4 orang responden di banding dengan yang di lakukan coloading. Dari data tersebut menunjukkan penggunaan cairan ringer lactat. Sebagai preloading lebih baik pada cairan ringan laktat sebagai coloading ini berhubungan dengan waktu paruh cairan kristoloid di dalam vaskuler yang hanya 20 30 menit, karena pada prinsipnya. Bahwa pemberian cairan secara rasional untuk meningkatkan volume sirkulasi darah dalam rangka mengkonpensasi penurunan dari pada resistensi periper (Salinas, 2009). Cairan ringan Lactat yang dikenal dengan Balanced Crystalloid Solution atau Formula elektrolit seimbang yang mempunyai komposisi yang lebih mendekati komposisi plasma, karena cairan ringan Lactat akan mengisi kompartemen ekstravaskuler dan hanya 20-25% yang tetap didalam intravaskuler setelah satu jam (Latip, 2002 dan Harijanto 2009). Pada prisnsipnya pencegahan hipotensi yaitu dengan meningkatkan violume sirkulasi untuk mengkompensasi penurunan resistensi Perifer. Dengan demikian pensegahan hipotensi tersebut dapat dilakukan dengan memberikan cairan kristalloid ringer laktat secara cepat 10-15 ml/kg BB (Sunatrio, 2004). Jika hipotensi tetap terjadi setelah pemberian cairan maka vaso presor dapat di berikan seperti epidrin.dengan dosis 5 10 mg secara bolus IV, karena epidrin merupakan vaso presor tidak langsung meningkatkan kontraksi otot jantung (efek sentral) dan vaso konstriktor (efek perifer). Dari hasil uji chi square diperoleh bahwa p-value pada penelitian ini adalah : 0,210 yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan efektifitas antara preloding dan coloading cairan ringer laktat dalam mencegah hipotensi pada spinal anastesi. Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hipotensi pada penelitian ini antara lain Ketinggian Blok Simpatis Hipotensi pada anestesi spinal ini di hubungkan dengan meluasnya blakade simpatis, dimana dapat mempengaruhi tahanan vaskuler perifer dan curah jantung. Blakade simpatis yang terbatas pada rongga Thorak tengah atau lebih rendah menyebabkan vasodilatasi anggota gerak bawah dengan kompensasi vaso kontriksi, yang terjadi di atas level dari blok. Hal tersebut diharapkan dapat mengkonpensasi terjadinya vasodilatasi yang terjadi di bawah level blok karena semakin tinggi blok simpatis semakin menyebabkan hipotensi yang lebih hebat (Liguori, 2007). Posisi Pasien Blokade simpatis pada anastesi spinal menyebabkan hilangnya fungsi kontrol dan venus retum menjadi tergantung pada grafitasi, pada anggota gerak yang lebih rendah dari atrium kanan, vena vena menjadi dilatasi dan terjadi squestering volume darah yang banyak (venus pooling). Pasien dengan posisi head up akan cenderung terjadi hipotensi diakibatkan oleh banyaknya venus pooling oleh karena itu pasien sebaiknya pada posisi slight head dowt selama anestesi [177]

spinal untuk mempertahankan venus return (Salinas, 2009). Kondisi Pasien Kondisi fisik yang dihubungkan dengan tonus simpatis basal juga mempengaruhi derajat hipotensi, hipovolemia dapat menyebabkan depresi pada sistem kardiovaskuler pada anastesi spinal. Blok simpatis oleh karena anestesi spinal mencetuskan hipotensi yang dalam. Karena hipovolemia merupakan kontraindikasi. Pada pasien pasien yang mengalami pembesaran / tumor pada abdomen ini sering terjadi hipotensi. Hal ini dikarenakan adanya obstruksi mekanisme venus return. Oleh pembesaran uterus begitu juga pasien yang tua dengan hipertensi sering terjadi hipotensi selama anastesi spinal dibanding dengan yang muda. Obat Spinal Anastesi Obat anastesi spinal Bupivacain mengakibatkan hipotensi, hal ini disebabkan karena blokade pada serabut simpatis, barisitas obat anestesi spinal (bupivacain) yang hiperbarik dapat lebih menyebabkan hipotensi dibanding dengan agent yang isobarik ataupun hipobarik. Hal ini dihubungkan dengan level blok sensoris dan simpatis dimana agent hiperbarik menyebar lebih jauh dari pada agent isobarik maupun hipobarik sehingga menyebabkan blokade simpatis yang lebih tinggi. Pada beberapa penelitian lain dikatakan bahwa angka kejadian hipotensi pada pre loading pemberian cairan kristoloid ringer laktat 1500 ml sebesar 12% hal ini disebabkan karena cairan ringer laktat mengandung zat dengan BM rendah (< 8000 dalton) dan mempunyai tekanan onkotik rendah sehingga cepat terdistribusi keseluruh ruang ekstraseluler dan paruh waktu kristoloid didalam vaskuler yaitu 20-30 menit (Aprikadi, 2010). Sedangkan pada penelitian yang dilkukan oleh peneliti dengan pemberian cairan ringer laktat 15 ml /kg berat badan angka kejadian hipotensi sebesar 13% dengan demikian bahwa angka kejadian hipotensi pada preloading dengan ringer laktat tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Aprikadi. Pada penelitian lain juga mengatakan bahwa insidensi kejadian hipotensi pada anastesi spinal baik pre loading maupun coloading mencapai 8-33 % (Liguori, 2007). Dan sebagai penyebab utama terjadinya hipotensi pada anastesi spinal tersebut adalah karena blokade simpatis (Salinas, 2009, Liguori, 2007). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas pre loading dan coloading cairan ringer laktat dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat kejadian hipotensi pada pasien yang dilakukan pre loading dengan cairan kristaloid ringer laktat sebesar 4 pasien atau 13,3%. 2. Terdapat kejadian hipotensi pada pasien yang dilakuan coloading cairan kristoloid ringer laktat sebesar 9 pasien atau 30%. 3. Tidak Terdapat perbedaan efektifitas antara pemberian pre loading dan coloading cairan kristoloid ringer laktat dalam mencegah hipotensi pada anestesi spinal secara menyeluruh. Berdasarkan kesimpulan maka penulis menyarakan bahwa sebagai bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit khususnya instalasi kamar bedah dalam hal penggunaan preloading cairan. Peneliti merekomendasikan kepada rumah sakit untuk dapat menggunakan preloading maupun coloading cairan ktristoloid bagi pasien yang akan dilakukan operasi dengan menggunakan teknik spinal anastesi. Namun demikian lebih disarankan untuk menggunakan preloading, karena angka hipotensinya lebih rendah dibanding coloading. [178]

* Pelaksana Keperawatan di Ruang Kamar Operasi RSUD Ahmad Yani Metro. ** Dosen pada Prodi Keperawatan Tanjungkarang Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. DAFTAR PUSTAKA Afrikadi (2010). Perbedaan Efek Preloading Cairan Kristaloid Ringer Laktat 1.500 ml dengan Koloid HES 6% 500 ml terhadap Tekanan Darah dan Nadi Pasien Spinal Anestesi. Yogyakarta. Bambang Suryono Suwondo, 2001, Pemilihan Cairan Koloid atau Kristoloid, Anestesiologi dan Reanimasi, FK.UGM/RSUP dr. Soedjito, Yogyakarta Harijanto, E. 2009. Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia. Liguori, G.A. 2007. Hemodynamic Complications, complication in regional anasthesia and pain medicine. 1st Ed.: 43 52. Mojica. 2002. The Timing of Intravenus Crystaloid Administration and Incident of Cardiovasculer Side Effects during spinal anesthesia: The results From a Randomized Controlled Trial. Anesthesia Analgesia. 94:432-437. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Jendral A. Yani Metro, 2010. Salinas, F.V. 2009. Spinal Anasthesia. A Practical Approach to Regional Anasthesia, 4th ed. : 60-102. Sunatrio, 2004, Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi, Intensif, FKUI, Jakarta. Sunatrio. 2000. Resusitasi Cairan. Jakarta: Media Aesculapius. [179]