POLITIK UANG DAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU DI KABUPATEN TABANAN

dokumen-dokumen yang mirip
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RS MEDISTRA, JAKARTA

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

LEMBAR PENJELASAN. Saya selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Utara dengan: Nama : Ardytia Lesmana Stambuk : 2008

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN


LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir program DIII Kebidanan FIK

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. I. DATA PRIBADI : Mahdalin Husna Tempat/Tanggal lahir : Banda Aceh/ 15 Oktober 1993 : 2 dari 4 bersaudara

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya Fauziah, sedang menjalani sedang menjalani pendidikan di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

ANALISIS PENGARUH SIKAP KERJA MANUAL HANDLING

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Nama : Patma Sari Rangkuti. Tempat, Tgl. Lahir : Medan, 15 Februari Ayah : Landong, S.Pd, M.Pd. - Ibu : Rosiah Batubara

Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMETIK TEH DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV BAH BUTONG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

STS TS S SS 14 Anak banyak membuat kita lebih merasakan kehidupan yang lebih indah dibandingkan mempunyai anak sedikit

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN. Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di bawah ini: Nama : Umur :

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Pekon Way Petai yang

UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN FORMULIR BIMBINGAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

KUESIONER A DATA DEMOGRAFI

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda rasa benar) 1. Apa yang ibu ketahui tentang kantong plastik?

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

KUISIONER PENELITIAN

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

2. Menurut Ibu, apa saja yang termasuk imunisasi dasar (jawaban boleh lebih dari satu)?

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

KUESIONER PENELITIAN

Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan. Lampung: Universitas Lampung.

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RSPONDEN. Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang

KUESIONER PENELITIAN. Nomor Responden :... Tanggal : Nama Responden :... Ruang : Perempuan. 2. DIII Keperawatan 3. SPK. 2.

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

PEDOMAN PENGAMATAN PERAWAT HUBUNGAN PELAKSANAAN EDUKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT NYERI PASIEN PASCA TINDAKAN NASOLARINGOSCOPY

Lampiran 2

Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) PADA PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

DAFTAR PUSTAKA. 1. diakses pada tanggal 1 Februari diakses pada tanggal 1 Februari 2013

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN KERIPIK BUAH DI MALANG

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Case Processing Summary. Cases. Valid Missing Total. PenolongPersalinan. Tenaga Kesehatan. Chi-Square Tests. Asymp. Sig. (2-

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Chindy Tania Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juli 1994 : Kristen Protestan

LAMPIRAN I. No. Responden : Tanggal Wawancara : I. KARAKTERISTIK RESPONDEN. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama bekerja : Jam/hari

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM K3 DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI TAHUN 20011

Lampiran 2

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengolahan

(Nurul Azmi) Nim

Lampiran 6 TABULASI DATA UMUM Lansia di RT 02 RW 02 Dusun Gadel Desa Sidorejo Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR DI KLINIK HARYANTARI MEDAN. Waktu. Februar

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

KUESIONER PENELITIAN. PT. Adhi Karya Tbk Duri, Riau kerja dengan gejala photokeratitis pada pekerja las PT. Adhi Karya Persero Tbk Duri, Riau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN. HUBUNGAN KINERJA DENGAN SOP PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT KIMIA FARMA Tbk Plant Medan 2014

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN MEMILIH PIL KB DI KELURAHAN TANJUNG SELAMAT KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2014

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

Umur Diagnosis Jenis kelamin Jumlah Kolesterol

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Universitas Sumatera Utara

Identitas Responden 1. Nomor Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Pendidikan Terakhir : 6. Pekerjaan :

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

INFORMED CONSENT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Case Processing Summary. Cases. Valid Missing Total. Umur * Kecelakaan Kerja % 0 0.0% % Pendidikan * Kecelakaan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

ETNISITAS DAN PERILAKU PEMILIH

LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Universitas Sumatera Utara


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

Transkripsi:

LAPORAN PENELITIAN POLITIK UANG DAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU DI KABUPATEN TABANAN Oleh: TIM PENELITI STISIP MARGARANA TABANAN TABANAN 2015 i

SUSUNAN TIM PENELITI 1. Koordinator : Drs. I Wayan Sudika, M.Si 2. Sekretaris : Drs. I Nyoman Satiana, M.Si 3. Bendahara : Dra. Ni Wayan Wahyuni, M.Si 4. Anggota : 1. I Gst. Ngr. Ag. Bgs. Widiana, SH. MH. 2. Drs. Dewa Putu Mertha Sudina, MM. 3. Drs. I Wayan Suwira, M.Si, M.Pd 4. Drs. I Gusti Made Manuaba, M.Si 5. I Made Nuryata, S.Pd, M.Pd ii

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya sehingga perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Penyusunan laporan penelitian berjudul Politik Uang dan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu di Kabupaten Tabanan ini dilakukan dengan upaya maksimal, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasilnya masing jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaannya lebih lanjut. Dengan segala keterbatasannya, semoga bermanfaat dalam memberi pijakan empirik bagi pengambil kebijakan terkait dengan pemilu. Penulis i

ABSTRAK Politik Uang dalam Pemilu di Kabupaten Tabanan Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dan hubungannya dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan, (2) mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai Juli 2015. Jumlah responden sebanyak 350 orang yang tersebar di 10 Kecamatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan korelasional. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Dilihat dari sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%. Responden usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu usia 56 tahun yaitu sebesar 16,7%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%. Responden yang bekerja sebagai buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentase sebesar 30,6%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS sebesar 17,6%. Responden yang tinggal di pedesaan lebih banyak mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%. Responden yang memiliki tingkat penghasilan < 1 juta rupiah per bulan paling banyak yang menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 30,2%, sedangkan responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan paling sedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%. (2) Dilihat dari perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%. Responden usia 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%, sedangkan yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah usia 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %. Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%. Responden yang bekerja sebagai karyawan paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%, sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan sebesar 11,3%. Responden yang berada di pedesaan cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2% dibanding responden yang tinggal di perkotaan. Responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 22,6%, sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada yang menunjukkan ii

menerima pemberian uang atau hadiah. (3) Ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. (4) Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. (5) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. (6) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. (7) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. Kata-kata Kunci: Politik Uang, Pemilu iii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... SUSUNAN TIM PENELITI... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi viii x BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 A. Landasan Teori..... 5 B. Kerangka Pemikiran... 9 C. Definisi Operasional... 11 BAB III. METODE PENELITIAN... 12 A. Lokasi dan Waktu... 12 B. Populasi dan Sampel... 12 C. Indikator/Parameter... 13 D. Pendekatan/Model Analisis... 14 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 15 A. Deskripsi Obyek Penelitian...... 15 B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis... 17 C. Pembahasan... 60 iv

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 62 A. Simpulan... 62 B. Saran... 64 C. Rekomendasi Kebijakan... 64 DAFTAR PUSTAKA... 66 LAMPIRAN v

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku 10 pemilih... Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi 10 pemilih dalam pemilu... Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan... 16 Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 17 Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis 18 Kelamin... Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki... 18 Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan... 18 Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki... 20 Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan... 20 Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia... 22 Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia... 23 Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun... 23 Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun... 24 Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun... 24 Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun... 24 Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia 56 Tahun... 25 Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia 25 Tahun... 26 Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun... 27 Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun... 27 Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun... 27 Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia 56 Tahun... 28 Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 29 Gambar 4.19 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat 30 Pendidikan... Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD... 31 Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP... 31 Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA... 31 Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma... 32 Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana... 32 Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD... 34 Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP... 34 Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA... 34 Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma... 35 Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana... 35 Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan... 37 Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis 38 Pekerjaan... Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS... 38 Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani... 39 Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan... 39 vi

Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan... 39 Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS... 41 Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani... 41 Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan... 42 Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan... 42 Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal... 44 Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat 44 Tinggal... Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan... 45 Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan... 45 Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan... 47 Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan... 47 Gambar 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan.. 49 Gambar 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat 50 Penghasilan... Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta... 50 Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta... 51 Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta... 51 Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta... 51 Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta... 53 Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta... 53 Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta... 54 Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta... 54 vii

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian... 12 Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih... 13 Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih... 14 Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan 17 Jenis Kelamin... Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap 19 Pemilih... Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku 21 Pemilih... Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia... 22 Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih... 25 Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih... 28 Tabel 4.7 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat 30 Pendidikan... Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap 33 Pemilih... Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan 36 Perilaku Pemilih... Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan 37 Pekerjaan... Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap 40 Pemilih... Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku 43 Pemilih... Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt 44 Tinggal... Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap 46 Pemilih... Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku 48 Pemilih... Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan 49 Penghasilan... Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan 52 Sikap Pemilih... Tabel 4.18 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan 55 Perilaku Pemilih... Tabel 4.19 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan 56 Pemahaman Pemilih dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu... Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Dorongan Pihak lain/luar dengan 58 Partisipasi Pemilih dalam Pemilu... Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan 59 dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu... viii

ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 2 berbunyi Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Berdasarkan hal tersebut maka sewajarnyalah sebuah Pemilu harus menggunakan asas JURDIL dan LUBER, guna terciptanya sebuah demokrasi serta pesta demokrasi yang sehat dan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan juga sesuai dengan amanat rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari praktek KKN. Namun dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas JURDIL dan LUBER hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya politik uang merupakan sebuah sistem yang tidak akan pernah hilang dalam proses demokrasi Indonesia dan hal ini akan terus menerus terjadi dan dilakukan oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-masing calon dalam pilkada dan pemilu guna mencari perhatian serta suara dari para calon pemilih untuk memenangkan mereka dalam PEMILU. Merebaknya politik uang membawa implikasi yang sangat berbahaya bagi demokrasi dan penguatan negara bangsa. Melalui politik uang, kedaulatan bukan ada pada tangan rakyat akan tetapi kedaulatan berada ditangan uang. Oleh karena itu, pemegang kedaulatan adalah pemilik uang, bukan lagi rakyat mayoritas. Di tengah gelombang demokratisasi yang gencar belakangan ini, maraknya politik uang bisa mempermudah masuknya penetrasi politik melalui uang. Hal yang paling umum dalam praktek politik uang adalah pembelian suara menjelang hari pemilihan. Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui perantara orang ketiga.

Jika kita lihat praktik politik uang dengan sasaran pemilih atau rakyat secara umum akan sangat sulit diukur keberhasilannya. Karena disamping medannya sangat luas juga banyaknya jumlah pemilih. Apakah rakyat yang mencicipi uang benar-benar mau memilih yang telah memberikan uang atau mereka berkhianat. Karena dalam masyarakat telah berkembang pemahaman bahwa pemilu bukan saja pesta demokrasi, tapi juga pesta bagi-bagi uang. Demikian eratnya hubungan uang dengan politik, sehingga jika politik uang tetap merajalela niscaya calon yang potensial melakukan praktik tersebut hanya yang memiliki dana besar. Berapapun besarnya jumlah dana yang dikeluarkan, keuntungan yang diperoleh tetap akan jauh lebih besar. Sebab pihak yang diuntungkan dalam praktik politik uang adalah pihak pemberi, karena dia akan memperoleh dukungan dan kekuasaan politik yang harganya tidak ternilai. Adapun yang dirugikan adalah rakyat. Karena ketika calon tersebut berkesempatan untuk memerintah, maka ia akan mengambil suatu kebijakan yang lebih menguntungkan pihak penyumbangnya, kelompoknya daripada interest public. Fenomena ini sudah pasti menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Berdasarkan permasalahan di atas, nampak perlu dilakukan penelitian mengenai politik uang serta partisipasi dalam pemilu di Kabupaten Tabanan dengan tujuan untuk menemukan dan mengenali persoalan yang berkaitan dengan hal tersebut serta memberikan rekomendasi berupa alternatif kebijakan. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimanakah perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 3. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan?

4. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 5. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu? 6. Apakah ada hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu? 7. Apakah ada hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 2. Untuk mendeskripsikan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 3. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 5. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. 6. Untuk mengetahui hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. 7. Untuk mengetahui hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu.

D. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Dapat memberi opsi solusi sebagai bahan perumusan kebijakan manajemen pemilu dalam konteks lokal. 2. Dapat menjadi literatur atau dasar untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Politik Uang dalam Pemilu Praktek dari politik uang dalam pemilu sangat beragam. Diantara bentukbentuk kegiatan yang dianggap politik uang antara lain: a) distribusi sumbangan baik berupa barang atau uang kepada para kader partai, penggembira, golongan atau kelompok tertentu, b) pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi kepentingan partai politik tertentu, dengan konsesi-konsesi yang ilegal, c) penyalahgunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan dan atau mengundang simpati bagi partai poltik tertentu, misalnya penyalahgunaan dana JPS atau penyalahgunaan kredit murah KUT dan lain-lain (Ethaholic, 2014). Lebih lanjut Ethaholic (2014) menjelaskan bahwa d ari sisi waktunya, praktik uang di negara ini dapat dikelompokkan menjadi dua tahapan yakni pra pemungutan. Pada pra pemungutan suara mulai dari seleksi administrasi, masa kampanye, masa tenang dan menjelang pemungutan. Sasarannya adalah para pemilih, terutama mereka yang masih mudah untuk dipengaruhi. Untuk tahap kedua adalah setelah pemungutan, yakni menjelang Sidang Umum DPR atau pada masa sidang tersebut. Sasarannya adalah kalangan elit politik. Di tangan mereka kedaulatan rakyat berada. Mereka memiliki wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan strategis. Bagaimanapun juga politik uang merupakan masalah yang membahayakan moralitas bangsa, walaupun secara ekonomis dalam jangka pendek dapat sedikit memberikan bantuan kepada rakyat kecil yang turut mencicipi. Namun jangan sampai tujuan jangka pendek yang bersifat ekonomis harus mengorbankan tujuan jangka panjang yang berupa upaya demokratisasi dan pembentukan moralitas bangsa. Demoralisasi yang diakibatkan oleh politik uang akan sangat berbahaya baik dipandang dari sisi maksud maupun konsekwensinya. Karena sifatnya yang

destruktif, yakni bermaksud mempengaruhi pilihan politik seseorang dengan imbalan tertentu, atau mempengaruhi visi dan misi suatu partai sehingga pilihan politik kebijakannya tidak lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk kepentingan rakyat. 2. Perilaku Memilih Keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan,yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum? Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y? Berikut ini diutarakan berbagai penjelasan atas pertanyaan berikut. Mengapa pemilih memilih kontestan tertentu dan bukan kontestan lain? Jawaban atas pertanyaan itu dibedakan menjadi lima sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional (Ramlan, 2007:145). Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dan pekerja, agama, perbedaan kota dan desa, dan bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai, basis sosial sistem partai dan program-program yang ditonjolkan mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain karena perbedaan struktur sosial tersebut. Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan,kelas, pendapatan dan agama. Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.

Pada dasarnya pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan yang diberikan dalam model perilaku politik, sebagaimana dijelaskan di atas. Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Konkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya, pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya ongkos memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih. Yang terakhir ini membawa kita bukan pada pertanyaan, mengapa warga negara yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilih? Namun, pada pertanyaan mengapa banyak warga masyarakat bersusah payah menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum? Jawaban yang diberikan dengan pendekatan pilihan rasional tidak selalu memuaskan karena cukup banyak warga masyarakat menggunakan hak pilih sebagai kebanggaan psikologis, seperti menunaikan kewajiban sebagai warga negara, menegaskan identitas kelompok, dan menunjukkan loyalitas terhadap partai. Sebagian warga masyarakat juga menggunakan hak pilih berdasarkan informasi yang tidak lengkap dan akurat, seperti tradisi, ideologi, dan citra partai. Keempat pendekatan di atas sama-sama berasumsi bahwa memilih merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan dari pihak lain. Namun, dalam kenyataan di negara-negara berkembang perilaku memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana disebutkan oleh

keempat pendekatan di atas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok,intimidasi, dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu. Masyarakat yang memandang kelompok atau publik lebih penting daripada definisi situasi yang diberikan oleh individu cenderung mempersukar individu untuk membuat keputusan yang berbeda ataupun bertentangan dengan pendapat kelompok atau negara tersebut. Oleh karena itu, perilaku memilih di beberapa negara berkembang harus pula ditelaah dari segi pengaruh kepemimpinan terhadap pilihan pemilih. Kepemimpinan yang dimaksud berupa kepemimpinan tradisional (kepala adat dan kepala suku), religius (pemimpin agama), patron-klien (tuan tanah-buruh penggarap), dan birokratik-otoriter (para pejabat pemerintah, polisi, dan militer). Pengaruh para pemimpin ini tidak selalu berupa persuasi, tetapi acap kali berupa manipulasi, intimidasi, dan ancaman paksaan. 3. Partisipasi Politik Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan persentase warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Dengan kata lain, tidak semua warga negara ikut serta dalam proses politik. Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa seseorang berpartisipasi atau kurang berpartisipasi dalam proses politik? Menurut Ramlan (2007:144) faktor -faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik). Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak?

Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, Paige (dalam Ramlan, 2007:144) membagi partisipasi menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasiftertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif). Kedua faktor di atas bukan faktor-faktor yang berdiri sendiri (bukan variabel yang independen). Artinya, tinggi-rendah kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik orang tua dan pengalaman berorganisasi. Yang dimaksud dengan status sosial ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Yang dimaksud dengan status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Hal ini diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah. B. Kerangka Pemikiran Dalam pemilihan umum, banyak terjadinya perbuatan politik uang yang ikut mewarnai acara pesta demokrasi yang berlangsung di negara ini. Politik uang banyak membawa pengaruh akan peta perpolitikan Nasional serta juga dalam proses yang terjadi dalam pesta politik. Dalam norma standar demokrasi, dukungan politik yang diberikan oleh satu aktor terhadap aktor politik lainnya didasarkan pada persamaan preferensi politik dalam rangka memperjuangkan kepentingan publik. Dan juga setiap warga negara mempunyai hak dan nilai suara yang sama (satu orang, satu suara, satu nilai). Namun melalui politik

uang, dukungan politik diberikan atas pertimbangan uang dan sumber daya ekonomi lainnya. Faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi disinyalir ikut mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang seperti: jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, tingkat penghasilan. Jenis Kelamin Usia Pendidikan Pekerjaan Tempat tinggal Sikap pemilih mengenai politik uang perilaku pemilih mengenai politik uang Penghasilan Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih Dalam kaitannya dengan partisipasi pemilih dalam pemilu banyak faktor yang ikut berpengaruh seperti tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak luar/lain serta motivasi pencapaian tujuan. Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih Dorongan pihak lain/luar Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Motivasi Pencapaian Tujuan Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih dalam pemilu

C. Definisi Operasional Sikap pemilih mengenai politik uang adalah tanggapan pemilih mengenai politik uang yang diklasifikasikan menjadi politik uang itu wajar atau politik uang itu tidak wajar. Perilaku pemilih mengenai politik uang adalah perilaku pemilih ketika diberi uang atau hadiah untuk memilih salah satu calon yang diklasifikasi menjadi dua yaitu menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah. Partisipasi pemilih dalam pemilu adalah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan rangkaian kegiatan membuat keputusan apakah memilih atau tidak memilih.

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Juli 2015. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai bulan B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilih tetap pada pemilu 2014 di Kabupaten Tabanan yang berjumlah 356.242 orang. Sesuai dengan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan taraf kesalahan 5%, maka sampelnya adalah 348 orang (Sugiyono, 2009:126). Selanjutnya dalam penelitian ini sampelnya digunakan 350 yang tersebar di 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2009:119) bahwa teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Sampel penelitian yang berjumlah 350 orang yang tersebar di 10 Kecamatan di Kabupaten Tabanan ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian No Kecamatan Jumlah Sampel 1 Baturiti 35 2 Kediri 35 3 Kerambitan 35 4 Marga 35 5 Penebel 35 6 Pupuan 35 7 Selemadeg 35 8 Selemadeg Barat 35 9 Selemadeg Timur 35 10 Tabanan 35 Jumlah 350

C. Indikator/Parameter Untuk mengetahui sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan. Untuk menjaring data dari variabel-variabel tersebut digunakan kuesioner (angket). Data yang terkumpul berupa data nominal. Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih No Variabel Indikator/Parameter 1 Sikap Pemilih 1. Menganggap politik uang itu wajar 2. Menganggap politik uang itu tidak wajar 2 Perilaku Pemilih 1. Menerima uang atau hadiah 2. Menolak uang atau hadiah 3 Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan 4 Usia 1. 25 tahun 2. 26-35 tahun 3. 36-45 tahun 4. 46-55 tahun 5. 56 tahun 5 Tingkat Pendidikan 1. SD 2. SMP 3. SLTA 4. Diploma 5. Sarjana 6 Pekerjaan 1. PNS 2. Buruh/Tani 3. Wirausahawan 4. Karyawan 7 Tempat Tinggal 1. Perkotaan 2. Pedesaan 8 Penghasilan/bulan 1. < 1 juta 2. 1-2 juta 3. 2-3 juta 4. > 3 juta Sedangkan untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu ditinjau dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi pencapaian tujuan.

Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih No Variabel Indikator/Parameter 1 Partisipasi Pemilih 1. Keikutsertaan dalam pemilu 2 Tingkat Pengetahuan 1. Undang-undang Pemilu dan Pemahaman 2. Informasi tentang Pemilu Pemilih 3 Dorongan pihak 1. Adanya politik uang lain/luar 2. Tekanan kelompok 4 Motivasi Pencapaian Tujuan 3. Intimidasi 1. Meluangkan waktu dengan sukarela 2. Keinginan memilih sesuai hati nurani D. Pendekatan/Model Analisis Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan dianalisis dengan statistik deskriptif. Untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut digunakan chi-square. Sedangkan untuk mengetahui hubungan dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi pencapaian tujuan dengan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu dilakukan dengan korelasi spearman atau rank order karena data yang terkumpul tidak memenuhi persyaratan untuk uji regresi seperti normalitas data, linieritas data dan homogenitas data. Hal ini sesuai dengan Samsubar (1996:2) yang mengatakan bahwa Jika salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi maka pengujian yang bersifat nonparametrik harus dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Bali. terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 KM² yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140 54 52 bujur timur dan 80 14 30 80 30 07 lintang selatan. Topografi Kabupaten Tabanan terletak di antara ketinggian 0 2.276 m dpl, dengan rincian pada ketinggian 0 500 m dpl merupakan wilayah datar dengan kemiringan 2 15 %. Sedangkan pada ketinggian 500 1.000 m dpl merupakan wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15 40 %. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan 2 15 % dan 15 40 % merupakan daerah yang cukup subur tempat dimana para petani melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40 % ke atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi : di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let. Wilayah Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 Kabupaten/ Kota dari luas wilayah sebesar 839,33 km2 atau 14,90% dari luas provinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah 0 2.276 m di atas permukaan air laut. Sebanyak 23.358

Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomiann daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti). (https://id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_tabanan). Peta wilayah Kabupaten Tabanan ditunjukkan pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan Jumlah Pemilih Tetap dalam Pemilu Legislatif per 2 Nopember 2013 sesuai dengan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Hasil Verifikasi dan Perbaikan DPT Provinsi Bali dalam Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014, Nomor 1683/BA/XI/2013, jumlah Pemilih Tetap untuk Kabupaten Tabanan berjumlah 356.242 pemilih yang tersebar di 10 Kecamatan. (https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan- perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/)

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis 1. Hubungan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 204 orang atau 58%, sedangkan perempuan 146 orang atau 42 %. Klasifikasi sampel penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada gambar berikut. 4.2. Perempuan 42% Laki-laki 58% Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin No Jumlah Sikap Perilaku Jenis Sampel Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak Kelamin (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Laki-laki 204 (58%) 55 27 149 73 40 19,6 164 80,4 2 Perempuan 146 (42%) 34 23,3 112 76,7 22 15,1 124 84,9 Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3 Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu sesuai dengann tabel 4.1 di atas dapat dibuat histogramnya sebagai berikut.

180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 164 149 124 112 55 34 40 22 Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak Laki-Laki Perempuan Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari responden laki-laki sebanyak 204 orang, terdapat 55 orang (27%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 149 orang (73%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 27% Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki Sedangkan dari responden perempuan berjumlah 146 orang, ada sebanyak 34 orang (23,3%) mengatakan po litik uang itu wajar sedangkan 112 orang (76,7%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Tidak Wajar 73% Wajar 23% Tidak Wajar 77% Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan

Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%. b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Pemilih Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. Value df sided) (2-sided) (1-sided) Pearson Chi-Square.605 a 1.437 Continuity Correction b.427 1.513 Likelihood Ratio.609 1.435 Fisher's Exact Test.458.257 Linear-by-Linear Association.604 1.437 N of Valid Cases b 350 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,13. b. Computed only for a 2x2 table Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2 -sided) sebesar = 0,437. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,437,

maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan n sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. 2. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden laki-laki sebanyak 204 orang, terdapat 40 orang (19,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 164 orang (80,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 20% Menolak 80% Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki Dari responden perempuan yang berjumlah 146 orang, 22 (15,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 124 orang (84,9%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 15% Menolak 85% Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%.

b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Pemilih Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- Value df (2-sided) sided) sided) Pearson Chi-Square 1.203 a 1.273 Continuity Correction b.912 1.340 Likelihood Ratio 1.219 1.269 Fisher's Exact Test.321.170 Linear-by-Linear Association 1.200 1.273 N of Valid Cases b 350 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,86. b. Computed only for a 2x2 table Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2 -sided) sebesar = 0,273. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.

3. Hubungan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari usia 25 tahun sebanyak 37 orang (10%), usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang (21%), usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang (24%), usia 45-55 tahun sebanyak 126 (36%) dan usia 56 tahun sebanyak 30 orang (9%). Klasifikasi sampel penelitian menurut usia ditunjukkan padaa gambar berikut. 56 Tahun 9% 46-55 Tahun 36% 25 Tahun 10% 36-45 Tahun 24% 26-35 Tahun 21% Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia No Jumlah Persepsi Perilaku Usia Sampel Wajar Tidak Wajar Menerima Menolak (Tahun) (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 25 37 (10%) 9 24,3 28 75,7 9 24,3 28 75,7 2 26-35 73 (21%) 21 28,8 52 71,2 13 17,8 60 82,2 3 36-45 84 (24%) 24 28,6 60 71,4 19 22,6 65 77,4 4 46-55 126 (36%) 30 23,8 96 76,2 17 13,5 109 86,5 5 56 30 (9%) 5 16,7 25 83,3 4 13,3 26 86,7 Total 350 89 25,4 261 74,6 62 17,7 288 82,3

Sesuai data pada tabel 4.4 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut. 120 100 96 109 80 60 52 60 60 65 Wajar Tidak Wajar 40 20 0 28 28 9 9 25 21 24 13 30 25 26 19 17 5 4 26-35 36-45 46-55 56 Menerima Menolak Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden usia 25 tahun sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 24% Tidak Wajar 76% Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun Pada responden dengan usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 21 orang (2 8,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 52 orang (71,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.

Wajar 29% Tidak Wajar 71% Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun Pada responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 24 orang (28, 6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 60 orang (71,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 29% Tidak Wajar 71% Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun Pada responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 30 orang (23,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang (76,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 24% TidakWajar 76% Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun Pada responden dengan usia 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 5 orang ( 16,7%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 25 orang

(83,3%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 17% Tidak Wajar 83% Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia 56 Tahun Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%. Sedangkan yang palinng sedikit mengatakan wajar yaitu usia 56 tahun yaitu sebesar 16,7%. b. Pengujian n Hipotesis Hasil analisiss hubungan usia dengan sikap pemilih pada politik uang dalam Pemilu dengann menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.279 a 4.685 Likelihood Ratio 2.375 4.667 Linear-by-Linear Association.904 1.342 N of Valid Cases 350 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63. Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.

Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2 -sided) sebesar = 0,685. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. 4. Hubungan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari respondenn usia 25 tahun sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 24% Menolak 76% Gambar 4..13 Diagram Perilaku Responden Usia 25 Tahun Pada responden usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 13 orang (17,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 60 orang (82,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.

Menerima 18% Menolak 82% Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun Pada responden usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 19 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (77,4%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 23% Menolak 77% Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun Pada responden usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 17 orang (13,5%) mengatakann menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 109 orang (86,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 13% Menolak 87% Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun

Pada responden usia 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 4 orang (13,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 26 orang (86,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 13% Menolak 87% Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia 56 Tahun Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%. Sedangkan yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %. b. Pengujian n Hipotesis Hasil analisiss hubungan usia dengan perilaku pemilih pada politik uang dalam Pemilu dengann menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square Likelihood Ratio 4.432 a 4 4.393 4.351.355 Linear-by-Linear Association 2.464 1.116 N of Valid Cases 350 a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31. Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.