ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April KARTINI YUNUS Dosen Prodi Teknik Industri, STITEK Dharma Yadi Makassar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

Perkembangan Ekonomi Makro

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah sektor yang sangat potensial dan memiliki peran yang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB III METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

BAB VI INDIKATOR DINAS PERTANIAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD RENSTRA D I N A S P E R T A N I A N RENSTRA VI - 130

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN MEI 2017

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. swasembada beras. Produksi yang melebihi kebutuhan konsumsi penduduk, menempatkan daerah ini sebagai daerah suplai beras dan penyangga

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI TENAGA KERJA, NILAI INVESTASI, NILAI PRODUKSI DAN NILAI BAHAN BAKU PENOLONG MENURUT SEKTOR DI KOTA PAREPARE TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

Pengantar Diskusi Kinerja APBD Sulsel. Oleh. Syamsuddin Alimsyah Koor. KOPEL Indonesia

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN JANUARI

PROFIL PANGAN DAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PETANI DENGAN TINGKAT KEUNTUNGAN PEDAGANG DALAM PEMASARAN KAKAO DI KECAMATAN KUBUNG KABUPATEN SOLOK

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STATISTIK PERHUBUNGAN KABUPATEN MAMUJU 2014

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan September 2017 Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Berau selama dua tahun ini seiring dan. sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yaitu mengalami pertumbuhan yang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

KAJIAN PENINGKATAN KINERJA PERDAGANGAN ANTAR PULAU DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN. Reni Kustiari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI SELATAN DESEMBER 2013

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

Perkembangan Ekspor dan Impor Bulan Oktober 2017 Provinsi Sulawesi Selatan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang

Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPK) dan Transportasi Kalimantan Selatan Bulan Agustus 2017

Transkripsi:

PENERAPAN POLA DISTRIBUSI HASIL-HASIL PERTANIAN, DAN TAMBANG ANTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN DAN KALIMANTAN SELATAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL KARTINI YUNUS Dosen Prodi Teknik Industri, STITEK Dharma Yadi Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. Sedangkan hasil penelitian diperoleh bahwa, Distribusi Komuditas secara umum melalui pelabuhan Makassar, Paotere, AwarangenBarru, Pare-Pare dan Mamuju Sulbar dengan tujuan ke Kalimantan Timur untuk selanjutnya ke Kalimantan Selatan. Distribusi perdagangan sayur-sayuran dilakukan oleh pedagang besar di Kalimantan Timur bermitra dengan pedagang pengumpul yang membeli langsung ke petani, dimana pedagang besar memberi bantuan permodalan kepada pedagang pengumpul. Pendistribusian beras disamping dilaksanakan oleh pedagang besar antar pulau, juga dilakukan langsung oleh perusahaan penggilingan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui pelabuhan Pare-Pare, Mamuju dan selanjutnya ke Kalimantan Selatan, dan juga dilakukan langsung ke Kalimantan Selatan melalui Awarannge dan Paotere. Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan Sukarno-Hatta. Proses pendistribusian produk dagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan membutuhkan dukungan kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan peran perdagangan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang dapat menjadi penyedia lapangan kerja bagi masyarakat kedua wilayah tersebut. Kata Kunci : Pendistribusian PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan hasi-hasil bumi Sulawesi Selatan, bukan hanya ditentukan karena daerahnya yang sebagian besar adalah daerah pertanian dengan areal persawahan yang cukup luas, akan tetapi juga ditentukan oleh karena letak geografisnya. Sulawesi Selatan dengan Ibu kota Makassar, terletak di tengahtengah kepulauan Nusantara, berada dipersimpangan jalan lalulintas laut dan udara dari bagian Indonesia Barat ke bagian Indonesia Timur dan dari kawasan Utara ke kawasan Selatan. Dengan letak demikian maka Sulawesi Selatan dapat berfungsi sebagai Area Transito dan pusat kegiatan perdagangan dan perhubungan untuk kawasan Indonesia Timur. Pola distribusi hasil pertanian tanaman pangan dalam perdagangan antar wilayah yaitu dilakukan satu arah ke Kalimantan Selatan. Dan pola distribusi bahan tambang seperti batu bara juga dilakukan satu arah ke sulawesi Selatan. Sedangkan pola distribusi dua arah yang memungkinkan terjadi pada hasil industri yaitu produk industri dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan dan sebaliknya dapat pula terjadi produk industri dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan. Jika dilihat dari perkembangan perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, maka terdapat beberapa kelompok jenis produk seperti kelompok produk karet alami, kelompok produk kayu, kelompok produk rotan, kelompok produk perikanan, kelompok produk 982 tambang dan kelompok produk lainnya. Kelompokkelompok produk tersebut merupakan produk yang dapat diperdagangkan baik antar provinsi maupun untuk ekspor. Dalam kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang berbasis pertanian dan pertambangan, sehingga nantinya daerah ini mampu memanfaatkan hasil-hasil pertanian dan pertambangan secara optimal, memberikan nilai tambah yang tinggi dan mampu bersaing dalam pasar lokal, regional dan global melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi dan bioteknologi. Menyimak arus perdagangan dari Provinsi Kalimantan Selatan ke Provinsi Sulawesi Selatan selama ini, yang lebih didominasi oleh perdagangan jenis produk industri dan tambang, maka distribusi hasil-hasil pertanian, pertambangan dari dua provinsi tersebut, sangat menarik untuk diteliti mengenai pola distribusinya dan pengaruhnya terhadap pembangunan ekonomi daerah dan regional yakni antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Kalimantan Selatan. 1.2 Perumusan Masalah 1. Belum tergambarnya pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. 2. Belum terdatanya kontribusi yang diberikan oleh hasil-hasil pertanian dan tambang terhadap pembangunan ekonomi daerah ataupun regional.

1.3 Tujuan Penelitian 1. Menerapkan pola pergerakan produksi hasil-hasil pertanian dan tambang pada kedua wilayah. 2. Mengkaji kontribusi yang diberikan oleh hasil-hasil pertanian dan tambang terhadap pembangunan ekonomi daerah ataupun regional. 1.3 Manfaat Hasil Penelitian 1. Berguna bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan pengembangan perdagangan antar pulau 2. Berguna bagi pelaku bisnis (pedagang antar pulau), pelaku bisnis jasa transportasi laut, udara dan darat serta pelaku bisnis lainnya yang terkait dengan kegiatan perdagangan kedua provinsi tersebut. 3. Berguna bagi masyarakat khususnya petani dalam melihat dan mengatur jumlah dan kualitas produksi komoditi yang dibutuhkan, dan harus disiapkan untuk mensuplai kebutuhan masyarakat Kalimantan Selatan. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada dua provinsi yaitu provinsi Sulawesi Selatan dan provinsi Kalimantan Selatan. Untuk lokasi pengambilan sampel di Provinsi Sulawesi Selatan ditentukan enam Kabupaten/Kota yaitu Kota Pangkep, Barru, Pare-Pare, Sidrap, dan Enrekang. Sedangkan untuk Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan ditetapkan pada satu Kota yaitu Kota Banjarmasin. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2009 sampai pada bulan November 2009 (6 bulan) 2.2 Populasi dan Sampel Penelitian pada dua provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan dengan populasi penelitian mencakup seluruh pelaku tataniaga (seperti pedagang pengumpul, pedagang antar pulau, pedagang pengecer, perusahaan) dan instansi terkait dengan kegiatan perdagangan antar dua provinsi (seperti Dinas Perindag, Dinas Perhubungan, Pemerintah Daerah) Sampel dilakukan pada dua provinsi dengan memberikan pembatasan daerah sampel yaitu untuk Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan hanya pada empat daerah dan untuk Provinsi Kalimantan Selatan yaitu pada satu daerah sebagaimana tersebut pada bagian di atas. 2.3 Indikator/Parameter Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Indikator pertama adalah jenis-jenis barang dagangan hasil-hasil tambang, dan komoditi pangan. Indikator kedua adalah alur pergerakan perdagangan komoditi / barang-barang hasil produksi dari kedua provinsi tersebut. Indikator ketiga adalah Pertumbuhan ekonomi kedua provinsi khususnya daerah sampel. Adapun parameter yang digunakan untuk analisis hasil penelitian adalah: Parameter pertama mencakup jumlah hasil-hasil tambang dan komoditi pangan yang diperdagangkan pada dua provinsi berdasarkan jenisjenis barangnya. Parameter kedua adalah tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masingmasing daerah sampel. 2.4 Pendekatan atau Model Analisis Dalam analisis data digunakan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat alur pergerakan (pola distribusi) perdagangan komoditi/barang dari Provinsi Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan. Selanjutnya digunakan analisis kontribusi hasilhasil perdagangan produk pertanian dan pertambangan pertumbuhan ekonomi kedua provinsi khususnya kabupaten sampel. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Distribusi Hasil-hasil Tambang dan Komuditi Pangan Komuditas yang diperdagangkan baik berupa bahan pangan dan hasil tambang antara Propinsi Sulawesi Selatan dengan Kalimantan selatan dan sebaliknya dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan dilakukan pada berbagai pelabuhan antar kedua wilayah. Perkembangan bongkar muat barang di Sulawesi Selatan yang diantar pulaukan ke pulau Kalimantan mayoritas Komuditas bahan pangan. tempat pendistribusian komuditas di Sulawesi selatan untuk pulau Kalimantan yaitu pelabuhan Biringkassi Pangkep, Awarange Barru dan Pare-Pare. Berdasarkan hasil survey, kegiatan pendistribusian barang terbesar adalah bahan pangan yang pengirimannya melalui beberapa pelabuhan dari sulawesi selatan dengan Tujuan Kalimantan. Gambaran ini dapat diperoleh secara nyata antara lain pada ke empat pelabuhan strategis yang dijadikan sampel dalam pendistribusian berbagai komuditas asal Sulawesi Selatan. Tabel 3.1 (terlampi) bahwa komuditas bahan pangan yang didistribusikan ke Kalimantan umumnya adalah Komuditas bahan pangan. Hal ini disebabkan karena disamping fasilitas pelabuhan yang cukup memadai di Kalimantan Timur juga jarak yang lebih dekat jika komuditas melalui pelabuhan Pare-Pare dan pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Bahan tambang khususnya batu bara untuk PT. Semen Tonasa, PT. Semen Bosowa dan beberapa perusahaan lainnya yang membutuhkan dan sebagian lainnya melalui pelabuhan Pare-Pare,pelabuhan Sukarno Hatta Makassar serta pelabuhan Paotere. perkembangan pendistribusian barang melalui pelabuhan Pare-Pare selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.2 (terlampir) 983

Tabel 3.2 terlihat bahwa komuditas pangan umumnya mengalami peningkatan dalam waktu tiga tahun terakhir 2006 s/d 2008. Komuditas yang mengalami penurunan adalah bawang merah, telur, buah-buahan dan hewan. Menurunnya pengiriman bahan pangan tersebut lewat pelabuhan Pare-Pare disebabkan karena komuditas yang dihasilkan bersamaan produksi daerah lain yang juga banyak menghasilkan produk yang sama seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan telur. 3.2 Pola Distribusi Beras Aktivitas pendistrbusian beras yang dilakukan pengusaha penggilingan juga dilakukan oleh usaha perorangan yang masing-masing memiliki jaringan dalam mendistrubusikan beras baik antara Kabupaten/Kota maupun antar Propinsi terutama Propinsi Kalimantan Timur. Tabel 3.3 (terlampir) bahwa data pengiriman beras yang diantar pulaukan di Propinsi Sulawesi Selatan sebahagian besar melalui pelabuhan PT. Pelindo IV (Persero Cabang Pare-Pare) dan mayoritas mendistribusikan beras ke Kalimantan adalah pengusaha Penggilingan pada dua Kabupaten yaitu Kabupaten Sidrap dan Pinrang. Selain itu pendistribusian beras ke Kalimantan Timur juga dilakukan melalui pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan alur distribusi perdagangan beras pada gambar 3.1 (terlampir), pada dasarnya menjelaskan bahwa terdapat beberapa alternatif alur pendistribusian yang selama ini dilakukan responden pada wilayah penelitian antara lain alur dari produsen (petani) ke pengusaha penggilingan melalui petugas pengumpul, kemudian dimasukkan ke Dolog, grosir dan akhirnya ke Konsumen. Alternatif lain yang dilakukan yaitu dari usaha penggilingan padi ke pedagang besar antar pulau ke konsumen atau dari penggilingan padi langsung di antar pulaukan. 3.3. Pola Distribusi Buah-buahan Komuditas buah-buahan yang kebanyakan bersumber dari Kabupaten Enrekang dan Tanatoraja juga diperdagangkan ke Kalimantan. Buah yang biasa diperdagangankan oleh responden adalah berupa buah salak, jeruk yang pengirimannya melalui pelabuhan Pare-Pare langsung menuju ke Kalimantan Selatan. Adapun distribusi pengiriman Buah-buahan berdasarkan data dari responden malalui beberapa pelabuhan pada tabel 3.4. Tabel 3.4 di atas menunjukan bahwa buah-buahan yang diperdagankan ke pulau Kalimantan kebanyakan melalui pelabuhan Mamuju Sulawesi Barat, kemudian disusul pelabuhan Pare-pare dengan rata-rata volume pengiriman buah-buahan 44,05 ton/tahun. Pengiriman buah-buahan setiap tahunnya selama 2007 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan buah yang banyak dikirim adalah jeruk dan durian. 3.4 Pola Distribusi Sayur-Sayuran Dalam mendistribusikan sayur-sayuran ke Kalimantan, pedagang pengumpul di Kabupaten 984 Enrekang bermitra dengan pedagang besar di Samarinda Kalimantan Timur dan selanjutnya pedagang besar di Kalimantan Timur memasarkan produk sayuran di Samarinda dan ke pedagang antar Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur dan juga memasarkan ke Banjarmasin dan beberapa Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Selatan. Adapun distribusi perdagangan sayur-sayuran yang diantar pulaukan ke Kalimantan dari tahun 2007 2009 pada tabel 3.5 (terlampir) Tabel 3.5 terlihat bahwa pengiriman sayur-sayuran yang dilakukan pedagang ke pulau Kalimantan terutama ke Samarinda Kalimantan Timur adalah kebanyakan melalui pelabuhan Mamuju Propinsi Sulawesi Barat dengan volume pengiriman selama tiga tahun mencapai 2.050 ton, dan melalui pelabuhan parepare dengan volume 356 ton. Jenis sayur-sayuran yang diantar pulaukan berdasarkan wawancara responden di Kabupaten Enrekang dan volume pengiriman pada tabel 3.6. (terlampir). Dari tabel 3.6 terlihat bahwa sayur sayuran terbanyak yang dikirim dari Kabupaten Enrekang adalah Kol dengan volume pengiriman mencapai 480 ton, disusul jenis sayuran Kentang 85 ton dan paling sedikit adalah jenis sayuran bawang merah 8 ton. 3.5 Pola Distribusi Hasil Tambang Dalam rangka memenuhi kebutuhan peroduksi Semen Tonasa maka, didatangkan batu bara dari Kalimantan selatan yang pendistribusiannya dilakukan oleh salah satu perusahaan PT. Adaro Indonesia melalui pelabuhan Biringakassi Pangkep dan untuk PT. Bosowa melalui pelabuhan Soekarna-Hatta. Pengiriman batu bara dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan untuk tujuan pabrik semen dapat Dilihat Pada Tabel 3.7 Tabel 3.7 di atas memperlihatkan bahwa penggunaan batu bara untuk kebutuhan pabrik semen PT. Semen Tonasa mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu 25.170.000 ton menjadi 192.579.000 tahun 2008, dan untuk kebutuhan batu bara pabrik semen Bosowa juga mengalami peningkatan dari 274.461 ton tahun 2006 ton menjadi 291.092 ton tahun 2008. Pemakaian batu bara ini disebabkan karena meningkatnya produksi semen akibat permintaan baik di Propinsi Sulawesi Selatan maupun yang diantar pulaukan ke Propinsi lain termasuk Kalimantan Selatan. PENUTUP 4.1. Kesimpulan 1. Distribusi Komuditas Hasil Pertanian dan Tambang : a. Distribusi Komuditas secara umum melalui pelabuhan Makassar, Paotere, AwarangenBarru, Pare-Pare dan Mamuju Sulbar dengan tujuan ke Kalimantan Timur untuk selanjutnya ke Kalimantan Selatan.

b. Distribusi perdagangan sayur-sayuran dilakukan oleh pedagang besar di Kalimantan Timur bermitra dengan pedagang pengumpul yang membeli langsung ke petani, dimana pedagang besar memberi bantuan permodalan kepada pedagang pengumpul. c. Pendistribusian beras disamping dilaksanakan oleh pedagang besar antar pulau, juga dilakukan langsung oleh perusahaan penggilingan di Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui pelabuhan Pare-Pare, Mamuju dan selanjutnya ke Kalimantan Selatan, dan juga dilakukan langsung ke Kalimantan Selatan melalui Awarannge dan Paotere. d. Komuditas yang diperdagangkan dari Kalimantan Selatan ke Sulawesi Selatan adalah barang hasil tambang berupa Batu Bara yang pengirimannya sebahagian besar melalui pelabuhan Biringkassi Pangkep untuk tujuan Industri Semen Tonasa, sedangkan kebutuhan semen Bosowa kebanyakan melalui pelabuhan Sukarno-Hatta. e. Proses pendistribusian produk dagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan membutuhkan dukungan kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan peran perdagangan, dan menjadi salah satu sektor ekonomi yang dapat menjadi penyedia lapangan kerja bagi masyarakat kedua wilayah tersebut. 4.2. Saran 1. Untuk Kelancaran pendistribusian produk dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Selatan sebaikanya pemerintah daerah berperan dalam memperbaiki peningkatan kualitas produk-produk yang diperdagangkan ke Kalimantan Selatan khususnya pengepakan produk guna menjaga kualitas produk pada pasar sasaran melalui pelatihan penanganan produk. 2. Untuk meningkatkan hubungan perdagangan antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan secara kondusif, maka frekuensi pelayaran langsung perlu ditingkatkan, serta diperlukan payung ekonomi kerjasama antara pemerintah daerah dan para pengusaha. 3. Untuk mendukung Distribusi perdagangan produk antara Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, maka perlu dukungan pemerintah daerah dalam rangka peningkatan peran pelabuhan di Sulawesi Selatan guna menjadi jaminan optimalisasi pendistribusian produk ke Kalimantan Selatan DAFTAR PUSTAKA Azis, Iwan Jaya. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Potensi Ekonomi: Dasar Teori Pertumbuhan dan 985 Pembangunan, PT. Pustaka LP-3ES Indonesia, Jakarta. HALCROE, h.g. 1992. Ekonomi Pertanian, Terjemahan Sudiyono, A. Bagian Penelitian Universitas Muhammadiyah, Malang. Lewangka, O. 2001. Pemasaran Relasional: Landasan Pengembangan Sistem Pemasaran Petani Perantara-Eksportir Tiga Jenis Komoditas Unggulan. Makassar: PPs- Unhas. Masry, Maringan S. 2003. Ekonomi Transportasi, Ghalia Indonesia, Jakarta Nasution, 2004. Manajemen Transportasi, Edisi Kedua. Ghalia Indonesia, Jakarta. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan No 12 Tahun 2008 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2013 Presman, 2002. Lima Puluh Pemikir Ekonomi Dunia. Terjemahan Budisantoso. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rangkuti, F. 2006. Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Edisi Empat Belas. PT. Gramedia Pustaka Indonesia. Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan Empiris, Ghalia. Indonesia. Sjafrizal, 1997. Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat. Prisma no.3. Sufri, 2003. Analisis Daya Saing Komoditas Ekspor Non-Migas dan Perubahan Struktur Ekonomi Implikasinya terhadap Kebijaksanaan Pembangunan di Sulawesi Selatan. Disertasi, tidak dipublikasikan, PPs Unair Surabaya. Wibowo, R. 2000. Penyediaan Pangan dan Permasalahannya, Pertanian dan Pangan, Bungarampai Peikiran Menuju Ketahanan Pangan Pustaka Sinar harapan, Jakarta. Tabel 3.1. Alur Distribusi Barang Dari Sulawesi Selatan Ke Daerah Kalimantan dan Sebaliknya Dari Daerah Kalimantan Ke Sulawesi Selatan di Empat Strategis Di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008. No. Jenis Barang (Ton/M 3 /Ekor) Asal Sulawesi Selatan Paotere Biring kassi Aw aran ge Pare- Pare Asal/Tujuan 1. Beras 355,49-390 530 2. Bawang Merah 5. Buah- Buahan 9. Sayur- Sayuran - - - 9.459 TJ. Rebo - - - 2.083 Balik papan, - - - 13.081 TJ.R ebo 10. Jagung 775-237 40 Tj.Rebo Asal Kalimantan 17 Pupuk 510 4.512 9.98 20 BBM 21 Kayu - - - 3.229 - - 3 2.82 0 71.254 Bontang, Gersik 3.975 Tarakan Tarakan

Tabel 3.2. Alur Distribusi Barang Dari Sulawesi Selatan ke Kalimantan Timur melalui Pelindo IV Persero Cab.Pare-Pere tahun 2006 2008 Jenis Barang Daerah Tujuan Beras Bulog Nunukan, tarakan Beras Swasta Nunukan, tarakan (Tahun) Perdagangan 2006 2007 2008 5.722 6.406 19796 31.050 81.672 112.07 8 Bawang Merah Bontang 44.407 30.656 9.807 Kopi Samarinda 106 106 47 Buah-Buahan Tj.Rebo Hewan Nunukang, Samarinda Telur Sayur-Sayuran TJ.Rebo TJ.Rebo 1.189 352 1.441 1.948 825 769 8.030 2.942 3.341 1.080 2.378 13.199 Jagung Tj.Reb, Samarinda - 14 166 Kac -Kacangan TJ.Rebo 89 101 174 Gula Merah Tj. Rebo 267 287 74 Sumber : Data Sekunder setelah di olah, 2009 Tabel 3.3. Alur Distribusi Beras Dari Sulawesi Selatan Ke Kalimantan No 1. Paotere Asal (Ton) 355,49 Distribusi Beras Tujuan Balik Papan, Banjarmasin Persentase 27,87 % 2. Biringkassi - - - 3 Sukarno Hatta - - - 3. Awarange 390 Bontang 30.58 % 4. Pare-Pare 5. Jumlah 530 Balik papan, Nunukan, Tj.Redep, Bontang 41,55 % 1275.49 100% Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2009 Banjarmasin Tabel 3.6. Jenis dan (ton) Sayur-Sayuran yang di antar pulaukan Jenis Sayuran (ton) Persentase (%) Tujuan Pengiriman Kol 480 70,58 Kaltim, Samarinda Buncis 22 3,23 Kalimantan Timur Kentang 85 12,50 Kaltim, Samarinda Bawang Merah 8 1,17 Kaltim, Samarinda Bawang Perei 28 4,11 Kalimantan Timur Sawi 42 6,17 Kalimantan Timur Lainnya 10 1,47 Kalimantan Timur Jumlah 680 100,00 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2009 Tabel 3.7. Perkembangan Distribusi Batu Bara (Ton) Dari Kalimantan Selatan Ke Sulawesi Selatan Tahun PT. Semen Tonasa PT. Semen Bosowa Total Pengiriman 2006-274.461,00 274.461,00 2007 25,170,000,00 289.830,00 25.459.830,00 2008 192,579,000,00 291.092,00 192.870.092,00 2009-131.069,00 * 131.069,00* Tabel 3.4. Distribusi Pengiriman Buah-buahan melalui beberapa pelabuhan Pengiriman (Ton/Tahun) 2007 2008 2009 Tujuan Sukarno Hatta - - - - Paotere - - - - Biringkassi - - - - Awarange 24,12 29,15 22,24* Batulicin Kalsel, Kotabaru Pare-Pare 35,25 37,85 35,58* Balikapapan, samarinda Mamuju 42,70 49,52 39,94* Balikapapan, Banjarmasin Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2009 Tabel 3.5. Distribusi Perdagangan Sayur-sayuran yang diantarpulaukan ke Kalimantan tahun 2007-2009. Pengiriman Sayur-Sayuran (Ton/Tahun) 2007 2008 2009 Jumlah Tujuan Sukarno Hatta - - - - - Paotere - - - - - Biringkassi - - - - - Awarange - - - - - Pare-Pare 120 138 98 356 B anjarmasin Mamuju 670 720 680 * 2.050 986