BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Belajar dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia. mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

3/30/2010 Rustaman file 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Untuk mendapat pengertian yang objektif tentang belajar terutama belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sunyono (2013) model pembelajaran dikatakan efektif bila siswa dilibatkan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

MODUL HIDROLISIS. Modul Hidrolisis Page 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

BAB III METODE PENELITIAN

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer.

Bab IV Hasil dan Diskusi

BAB II STUDI LITERATUR. A. Kemampuan Matematis dan Revisi Taksonomi Bloom. Kemampuan matematis adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

PENGUKURAN JENJANG KEMAMPUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

wanibesak.wordpress.com 1

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

LEMBAR SOAL. Mata pelajaran : Kimia. Kelas/Program : XI/IPA Hari, tanggal : Selasa, 8 April 2008 Alokasi waktu : 90 Menit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

Dikenal : - Asidimetri : zat baku asam - Alkalimetri : zat baku basa DASAR : Reaksi penetralan Asam + Basa - hidrolisis - buffer - hal lain ttg lart

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data-data yang telah dikumpulkan dapat dikaji lebih lanjut untuk dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Boud (Zulharman, 2007) peer assessment merupakan proses

PENDAHULUAN. Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pendahuluan Pendalaman Materi Fisika SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB II. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE ini sering juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya) atau dapat membawa hasil. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Lampiran 2.2 (Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

T E K N I K B E R T A N Y A

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Kemampuan Siswa Menghubungkan Tiga Level Representasi Melalui Model MORE (Model-Observe-Reflect-Explain)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

LOGO TEORI ASAM BASA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Hasil Belajar dalam Pembelajaran Kimia Menurut Arifin, et al (2003), belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan, baik individual maupun maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing. Gagne (dalam Dahar, 1989) mengungkapkan bahwa belajar adalah sebagai suatu proses perubahan perilaku suatu organisme sebagai akibat pengalaman. Hintzman (dalam Syah, 1997) berpendapat sama, yakni bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Sejalan dengan Gagne dan Hintzman, Chaplin (dalam Syah, 1997) membatasi belajar dengan dua rumusan. Pertama, belajar merupakan perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat pengalaman. Kedua, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Menurut teori Gestalt-field (dalam Dahar, 1989), belajar merupakan proses perolehan atau perubahan pandangan-pandangan, harapan-harapan atau pola-pola berpikir. Sedangkan menurut Robert Slavin (dalam Nur, 2004) sebagai penganut teori kognitif mengemukakan bahwa belajar merupakan pemprosesan informasi yang menguraikan fungsi dari pencatat panca indera atau sensory register, memori jangka pendek, jangka panjang, serta 10

menjelaskan bagaimana tiap-tiap komponen itu menyumbang kepada pemprosesan informasi. Evaluasi menjadi tolak ukur keberhasilan belajar adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu, yaitu kemampuan yang diperoleh setelah mendapatkan kegiatan belajar yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar (Muhaimin, 2008). Sedangkan menurut Firman (1991), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami program pembelajaran Hasil belajar merupakan peristiwa yang bersifat internal dalam arti sesuatu yang terjadi di diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif yang kemudian berpengaruh pada perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang didasarkan pada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian dapat diketahui melalui tes, dan pada akhirnya muncul hasil belajar dalam bentuk nilai riel atau non riel (Apriyani, 2008). Hasil belajar tergantung pada apa yang dipelajari dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut baik secara intern ataupun ekstern. Pembagian hasil belajar menurut Bloom (dalam Arifin) terbagi atas tiga kategori yaitu: 1. Ranah kognitif yang mencakup tentang pengetahuan, merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh 11

kemampuan berfikir/intelektual 2. Ranah afektif yang mencakup tentang sikap dan penerimaan, yaitu perubahan tingkah laku yang dipengaruhi oleh perasaan 3. Ranah psikomotorik yang mencakup tentang kesiapan dan persepsi yang dipengaruhi oleh kemampuan fisik/otot Ada beberapa prosedur pengukuran hasil belajar, yaitu pengukuran secara tertulis, secara lisan, dan melalui observasi (Rustaman, 2003). Dalam mengukur hasil belajar yang sifatnya kognitif, bisa dipakai prosedur secara tertulis. Sedangkan prosedur observasi digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya psikomotrik (Rustaman, 2003). Proses hasil belajar dapat di lihat dari bagan di bawah ini : Pengetahuan belajar Tes nilai Perilaku Hasil belajar (Usman dalam Apriyani, 2008) Gambar 2.1 Bagan Proses Hasil Belajar 12

Dimensi Pengetahuan B. Aspek Kognitif Model taksonomi Bloom merupakan salah satu pengembangan teori kognitif, yang biasa sering dikaitkan dengan persoalan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan masalah standar penilaian atau pengukuran hasil belajar sebagai pengembangan sebuah kurikulum. Taksonomi kognitif Bloom awalnya terdiri dari enam tingkatan kognitif, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Anderson dan Krathwohl (2001) lalu merevisinya dari satu dimensi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif (cognitive process) dan dimensi pengetahuan (types of knowledge). A.Pengetahuan Faktual B.Pengetahuan Konseptual C.Pengetahuan Prosedural D.Pengetahuan Metakognitif Hasil revisi dari Taksonomi Bloom dapat dilihat dari tabel berikut 1. Tabel 2.1 Taksonomi Bloom hasil revisi 2. Dimensi Proses Kognitif 3. Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisa Mengevaluasi Membuat 4. 5. 6. 13

Dimensi proses kognitif merupakan hasil revisi dari taksonomi Bloom ranah kognitif. Kategori proses kognitif diharapkan dapat menyediakan salah satu set klasifikasi yang komprehensif untuk proses kognitif siswa yang termasuk dalam tujuan seperti yang terlihat pada tabel 2.1. Anderson mengklasifikasikan proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu ingatan (remember), mendapat kembali, mengenali, dan mengulang kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang pemahaman (understand), membangun gagasan secara lisan, lewat tulisan, dan menginterpretasikan pesan dari sebuah grafik, menerangkan dengan contoh, menggolongkan, meringkas, menduga, membandingkan, dan menjelaskan aplikasi (apply), menyelesaikan atau menggunakan suatu prosedur dimulai dari pelaksanakan, atau penerapannya analisis (analyze), memisahkan materi ke dalam bagian utama, menentukan bagaimana suatu bagian berhubungan satu sama lain dan bagi suatu struktur atau tujuan secara keseluruhan dapat membedakan, mengorganisir, dan menghubungkannya evaluasi (evaluate), membuat keputusan berdasar pada ukuran-ukuran dan standar-standar sampai pemeriksaan dan pengkritikan kreatifitas (create), meletakkan suatu bersama-sama untuk dapat membentuk suatu fungsional yang utuh; menyusun kembali elemenelemen ke dalam suatu struktur atau pola teladan baru. 14

Mengingat banyaknya tipe-tipe pengetahuan, khususnya dalam pengembangan psikologi kognitif, maka secara umum Anderson dan Krathwohl (2001) mengklasifikasikan ke dalam empat tipe pengetahuan umum, yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengetahuan faktual adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri. Meliputi istilah pengetahuan, pengetahuan umum dan elemenelemen. Banyak hal yang dipelajari siswa di sekolah berupa fakta-fakta yang harus diingat. Fakta-fakta ini membentuk kerangka yang menopang konsep-konsep yang lebih kompleks. Materi-materi faktual harus dipelajari seefektif dan seefisien mungkin agar dapat menyisihkan waktu dan energi untuk pembelajaran bermakna, seperti pemecahan masalah, konsep dan aktivitas-aktivitas kreatif Pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam bentuk pengetahuan yang tersusun. Meliputi pengetahuan pengklasifikasian kategori, prinsip-prinsip dan generalisasi, teori-teori, model-model, dan struktur. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu. Meliputi pengetahuan keterampilan dan algoritma, teknikteknik dan metode-metode, maupun kriteria penentuan penggunaan pengetahuan atau pembenaran ketika melakukan apa dalam domain dan disiplin khusus. Metakognitif adalah pengetahuan tentang berfikir secara umum sebagai kesadaran dan pengetahuan tentang berfikir sebagai dirinya sendiri. 15

Meliputi pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional, dan pengetahuan itu sendiri. Tentunya, beberapa aspek pengetahuan metakognitif tidaklah sama dengan pengetahuan yang digambarkan oleh para ahli. Istilah metakognisi merupakan pengetahuan yang dimiliki individu sebagai kemampuan dalam menyusun kesadaran dalam terhadap proses berfikirnya sendiri agar apa yang dilakukannya dapat terkontrol dengan baik (Anderson dan Krathwol, 2001). Pengembangan proses kognitif dapat di lihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.2 Tipe-tipe Umum dan Subtipe domain proses kognitif Kategori dan proses kognitif 1. Mengingat- Pengetahuan yang relevan dari memori yang panjang 2. Memahami- Membangun pengertian dari pesan Pembelajaran, meliputi lisan, Sub tipe proses kognitif Nama lain Definisi 1.1 Mengenal Mengidentifikasi Penempatan pengetahuan dalam memori yang panjang dan konsisten dengan materi yang diberikan. 1.2. Mengingat Mendapat Mendapatkan kembali kembali kembali pengetahuan yang relevan dari materi yang lama. 2.1 Mengartikan. Klarifikasi, Merubah dari satu menguraikan bentuk gambaran dengan kata-kata (numerik) ke bentuk sendiri, yang lain (verbal). menggambarkan, menterjemahkan. 16

tulisan dan komunikasi grafik. 3. Menerapkanmenggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan. 4. Menganalisa- Membawa atau menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan/dihada 2.2 Memberi contoh. Mengilustrasikan. Menemukan contoh khusus atau ilustrasi konsep atau prinsip. 2.3 Mengklasifikasikan Mengkategorikan, menggolongkan. Menentukan sesuatu ke dalam kategori. 2.4 Menyimpulkan. Meringkas, mengeneralisasik Meringkas tema umum atau khusus. an. 2.5 Menduga. Menyimpulkan, meramalkan, menyisipkan, Menggambarkan kesim-pulan logika dari informasi yang ada. memprediksi. 2.6 Membandingkan. Membedakan, memetakan, mencocokkan. Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek, dan semacamnya. 2.7 Menjelaskan. Membuat model. Membuat sistem model penyebab dan pengaruh. 3.1 Menjalankan. Membawa. Menerapkan prosedur ke tugas yang umum 3.2 Melaksanakan. Menggunakan. Menerapkan prosedur menjadi tugas yang tidak umum. 4.1 Membedakan. Mendiskriminasik Membedakan bahanbahan an, memusatkan, yang relevan menyeleksi. atau tidak relevan atau yang penting dengan yang tidak penting. 4.2 Mengatur. Menemukan Menetapkan bagaimana 17

pi. 5. Mengevaluasi- Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standarisasi. hubungan, mengintergrasika n, meringkas, elemen-elemen cocok atau berfungsi dalam sebuah struktur menguraikan, menyusun. 4.3 Menghubungkan. Membangun. Menetapkan pandangan, gangguan, nilai-nilai atau maksud yang mendasari materi. 5.1 Memeriksa. Mengkoordinasi, Mendeteksi mendeteksi, ketidakkonsekwenan mengawasi, atau buah pikiran yang mengevaluasi. keliru dalam sebuah proses atau produk, menetapkan proses atau produk yang masuk akal, mendeteksi ketidakefektifan prosedur sebagai hasil yang sudah dilaksanakan. 5.2 Mengkritik Mengevaluasi. Mendeteksi ketidakkonsistenan antara hasil dan kriteria eksternal, menetapkan produk yang memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi ketidaktepatan prosedur. 18

6. Menciptakan : Menaruh elemenelemen dalam keseluruhan fungsi menjadi sebuah pola atau struktur yang baru. 6.1 Menghasilkan. Berhipotesis. Alternatif hipotesis berdasarkan kriteria. 6.2 Merencanakan. Merancang. Melengkapi prosedur dalam menyempurnakan beberapa tugas. 6.3 menciptakan Menghasilkan. Membuat sebuah produk. Sedangkan untuk dimensi pengetahuan, dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 2.3 Tipe-tipe Umum dan Subtipe Dimensi Pengetahuan Tipe Umum domain pengetahuan A. Pengetahuan Faktualelemen dasar, yang digunakan untuk mengetahui dan saling mengenal dengan disiplin atau penyelesaian masalah. Sub tipe A.a pengertian pengetahuan A.b Pengetahuan khusus dan elemen-elemen yang diandalkan. Contoh Teknik kosakata, sombol-simbol musikal. Sumber-sumber utama, sumbersumber informasi. B. Pengetahuan Konseptual-hubungan timbal balik antara elemen dasar dalam struktur besar yang memungkinkan mereka saling berfungsi satu sama lain. B.a Pengetahuan klasifikasi dan kategori B.b Pengetahuan dasar dan umum. B.c Pengetahuan teori-teori, model-model dan Periode waktu yang berhubungan dengan geologi, bentuk-bentuk kepemilikan usaha. Teori pitagoras, hukum penawaran dan permintaan. Teori evolusi, struktur kongres. 19

C Pengetahuan Prosedural-Bagaimana melakukan sesuatu, metoda pemeriksaan, kriteria pemanfaatan keterampilan, algoritma, teknik-teknik dan metoda-metoda. struktur. C.a. Pengetahuan keterampilan umum dan khusus. C.b. Pengetahuan teknikteknik dan metodametoda umum dan khusus. C.c Pengetahuan kriteria untuk menggambarkan ketika menggunakan prosedur yang tepat. Keterampilan digunakan dalam melukis dengan cat air, keseluruhan bilangan dalam algoritma. Teknik-teknik pewawancaraan, metode ilmiah. Kriteria yang digunakan untuk menggambarkan pelaksanaan prosedur yang meliputi hukum Newton yang kedua, kriteria untuk mengevaluasi kemungkinan yang terjadi dalam menggunakan metoda khusus untuk memperkirakan biaya atau pengeluaran. D. Pengetahuan Metakognitif- Pengetahuan pengertian umum dan pengetahuan dari salah satu pengertian itu sendiri. D.a. Pengetahuan strategi. D.b. Pengetahuan mengenai tugas-tugas kognitif. Pengetahuan bagan yang artinya membentuk struktur kumpulan mata pelajaran dalam buku teks, pengetahuan heuristik. Pengetahuan mengingat kembali tugas-tugas (contoh, jawaban singkat) yang dibuat secara umum dalam sistem memori individu yang dibandingkan dengan pengenalan tugas-tugas (contoh, pilihan berganda). 20

D.c. Pengetahuan itu sendiri siswa yang mengerjakan tes itu lebih mudah yang bentuknya pilihan berganda dibandingkan dengan bentuk essay, karena memiliki pengetahuan sendiri dalam memilih keterampilan penilaian. Aspek-aspek kognitif dalam penguasaan suatu materi pelajaran merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang penting di sekolah. Namun, yang sangat menarik dari kasus revisi taksonomi tersebut adalah, Anderson dan Krathwohl ingin lebih menampakkan atau mempertegas dimensi proses yang menjadi prinsip teori kognitif, yaitu bagaimana sebuah pengetahuan itu diproses dalam otak manusia. Selain itu, keduanya juga lebih memperinci dan mengklasifikasikan pengetahuan dalam beberapa tipe. Di sinilah, interkoneksi antara dua dimensi tersebut bersinergi dan dalam posisi tertentu akan mengindikasikan kerumitan tertentu pula, baik dalam proses maupun dalam jenis pengetahuannya. Di samping itu, ternyata dalam revisi taksonomi ini lebih melihat fungsi otak dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, tapi yang dikemukakan dalam revisi itu hanya ranah kognitif dengan deskripsi yang mencakup proses afektif dan psikomotor, karena semua 21

aspek tersebut merupakan satu bagian utuh. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, misalnya, di dalamnya juga melibatkan ranah afektif, sebuah contoh yang juga menjadi indikasi kompleksitas fungsi otak manusia. C. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia Dalam pendidikan IPA kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA (Rustaman, 2003). Penggunaan praktikum dalam pembelajaran IPA didorong oleh sifat IPA yang memiliki keabstrakan tinggi dan sulit untuk dipahami. Arifin et al., (2000) mengemukakan keuntungan penggunaan metode praktikum, diantaranya memberikan gambaran yang kongkrit tentang suatu peristiwa, siswa dapat mengamati proses, dapat mengembangkan keterampilan inkuiri, dapat mengembangkan sikap ilmiah, membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan Arifin, Sumintono (2008) menyatakan bahwa pembelajaran melalui metode praktikum berperan : untuk memberikan realitas yang lebih nyata dan tiga dimenasi daripada sekedar penjelasan tertulis, persamaan matematik atau diagram seperti yang ada di buku teks 22

untuk memberikan bayangan realitas yang memang butuh penjelasan untuk melatih penggunaan alat-alat laboratorium dan teknik penggunaannya untuk menguji atau mengkonfirmasi perkiraan-perkiraan teoriteori ilmiah. Sedangkan Hodson (1996) berpendapat bahwa kegiatan praktikum dapat memotivasi siswa, mengajarkan keterampilan laboratorium, membantu perolehan dan pengembangan konsep, menanamkan sikap ilmiah dan mendorong terbangunnya kecakapan sosial. Sikap ilmiah adalah sikap yang tertanam dalam diri siswa yang meliputi rasa ingin tahu, kerendahan hati, jujur, objektif, kemauan untuk mempertimbangkan data yang diperoleh, pendekatan positif terhadap kegagalan, keterbukaan dan ketelitian (Amin, dalam ihsan, et al, 1994) Firman (1990) menyebutkan bahwa " kegiatan praktikum dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, membangkitkan minat belajar, serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori. Dengan bahasa ilmu kependidikan dapat dikatakan bahwa kegiatan laboratorium dapat menjadi wahana pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sekaligus". Walaupun kegiatan praktikum memiliki berbagai macam kelemahan seperti yang diungkapkan Van den berg (1992) yaitu: a) kurangnya pembedaan antara prioritas dan sasaran kegiatan; 23

b) kelemahan dalam pilihan eksperimen yang biasanya dilakukan, seperti percobaan untuk menguji prinsip ilmiah; c) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan prosedur percobaan yang tertulis; d) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan strategi pembelajaran; e) ketidaksesuaian antara tujuan praktek laboratorium dengan penilaian yang dilakukan. Namun, berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran dalam kegiatan praktikum ini sangat berguna. Biasanya guru dan instruktur lab tidak menyadari prasyarat keterampilan yang seharusnya dikuasai, namum belum juga dikuasai siswa lebih baik. Mereka biasanya menganggap bahwa kemampuan dasar rata-rata siswa sudah cukup bagus untuk melakukan praktikum. Kenyataannya, keterampilan psikomotor yang dibutuhkan dalam praktikum sepenting kemampuan kognitif (Riyadi, 2008). Sehingga, kegiatan praktikum dapat menjadi wahana untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor siswa. 24

D. Tinjauan Materi Hidrolisis Garam Banyak proses-proses kimia yang penting termasuk hampir semua gejala kimia di alam terjadi dalam medium larutan. Salah satu sifat larutan yang penting adalah larutan asam basa dan keadaan kesetimbangan asam basa dalam larutannya. Ion-ion dalam larutan dapat bereaksi dengan air membentuk suatu asam atau basa konjugat dan ion OH - atau ion H 3 O + mengakibatkan larutan bersifat basa atau asam. Di samping itu, terdapat ion-ion yang tidak bereaksi dengan air, tetapi hanya terhidrasi, ion-ion tersebut berasal dari asam dan basa kuat. Konsep Hidrolisis garam Sifat larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan istilah yang umum digunakan untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis garam berasal dari kata Hydro yang berarti air dan lysis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini, komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah bereaksi dengan air (terhidrolisis garam). Hidrolisis garam dari kation menghasilkan ion H 3 O + = (H + ), sedangkan hidrolisis anion dari menghasilkan ion OH -. Terdapat 2 jenis hidrolisis, yaitu hidrolisis sempurna dan hidrolisis parsial/sebagian. Pada hidrolisis sebagian/parsial hanya salah satu ion yang mengalami reaksi hidrolisis, yang lainnya tidak. 25

a. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis. Contoh : Natrium Klorida (NaCl) terdiri dari kation Na + dan anion Cl -. Ion Na + merupakan asam konjugasi yang lebih lemah daripada air dan Cl - merupakan basa konjugasi yang lebih lemah dari pada air, sehingga keduanya tidak bereaksi dengan air, sehingga garam NaCl tidak terhidrolisis. NaCl(aq) Na + (aq) + Cl - (aq) Na + (aq) + H 2 O(l) Cl - (aq) + H 2 O(l) (tidak terjadi reaksi) (tidak terjadi reaksi) Pada reaksi di atas NaCl tidak mengubah perbandingan konsentrasi ion H + dan OH - dalam air, dengan kata lain, larutan NaCl bersifat netral. b. Garam dari Basa Kuat dan Asam Lemah Garam yang terbentuk dari basa kuat dan asam lemah mengalami hidrolisis garam parsial, yaitu hidrolisis garam dari anion. Anion-anion yang mengakibatkan larutan bersifat basa adalah anion yang lebih kuat daripada air. Anion-anion tersebut merupakan basa konjugat dari asam lemah dan menstabilkan kesetimbangan, sebab anion-anion tersebut dapat menarik proton dari molekul air. Akibat penarikan proton dari molekul air oleh anion, meninggalkan sisa ion OH - yang menyebabkan larutan menjadi basa. 26

Contoh : Natrium asetat terdiri dari kation Na + dan anion CH 3 COO -. Ion Na + merupakan asam konjugasi yang lebih lemah daripada air, berasal dari basa kuat NaOH, sehingga tidak bereaksi dengan air. Sedangkan ion CH 3 COO - merupakan basa konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari asam lemah HCH 3 COO, sehingga dapat bereaksi dengan air. Pada reaksi tersebut NaCH 3 COO terhidrolisis, yaitu hidrolisis garam dari anion CH 3 COO -. Karena yang terhidrolisis hanya anionnya, maka disebut juga sebagai hidrolisis sebagian (parsial). NaCH 3 COO(aq) Na + (aq) + CH 3 COO - (aq) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) Na + (aq) + H 2 O(l) CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) (tidak terjadi reaksi) Hidrolisis garam menghasilkan ion OH -, maka larutan bersifat basa. c. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis garam dari kation. Kation yang menjadikan larutan bersifat asam adalah asam yang lebih kuat darpada air atau asam konjugat dari basa lemah. Contoh : Amonium klorida (NH 4 Cl) terdiri dari kation NH + 4 dan anion Cl -. Ion NH + 4 merupakan asam konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari basa lemah NH 3, sehingga ion NH + 4 bereaksi dengan air. Sedangkan ion Cl - merupakan basa konjugasi yang lebih lemah daripada air, berasal dari asam 27

kuat HCl, sehingga ion Cl - tidak bereaksi dengan air. Garam NH 4 Cl terhidrolisis, yaitu hidrolisis kation NH 4 +. Karena yang terhidrolisis hanya anionnya saja, maka disebut juga sebagai hidrolisis sebagian (parsial) NH 4 Cl(aq) NH 4 + (aq) + Cl - (aq) NH 4 + (aq) + H 2 O(l) Cl - (aq) + H 2 O(l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) (tidak terjadi reaksi) Hidrolisis garam menghasilikan ion H 3 O + atau H +, maka larutan bersifat asam. d. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah Baik kation maupun anion dari garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah mengalami hidrolisis sempurna. Sehingga disebut hidrolisis garam total. Contoh : Amonium asetat (NH 4 CH 3 COO) terdiri dari kation NH 4 + dan anion CH 3 COO -. Ion NH + 4 merupakan asam konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari basa lemah NH 4 OH, sehingga ion NH + 4 dapat bereaksi dengan air. Begitupun dengan ion CH 3 COO - yang merupakan basa konjugasi yang lebih kuat daripada air, berasal dari asam lemah CH 3 COOH, sehingga ion CH 3 COO - dapat bereaksi dengan air. Jadi garam NH 4 CH 3 COO dapat terhidrolisis, karena yang terhidrolisis adalah kation dan anionnya, maka dapat disebut sebagai hidrolisis total. NH 4 CH 3 COO(aq) NH 4 + (aq) + CH 3 COO - (aq) 28

NH 4 + (aq) + H 2 O(l) CH 3 COO - (aq) + H 2 O(l) NH 3 (aq) + H 3 O + (aq) CH 3 COOH(aq) + OH - (aq) Sifat larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa yang bersangkutan. Jika asam lebih lemah daripada basa (K a < K b ), maka anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan akan bersifat basa. Jika basa lebih lemah daripada asam (K b < K a ), maka kation yang terhidrolisis garam lebih banyak dan larutan akan bersifat asam. Sedangkan jika asam sama lemahnya dengan basa (K a = K b ), larutan akan bersifat netral. 29