BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR"

Transkripsi

1 BAB II MODEL PEMBELAJARAN NOVICK DAN HASIL BELAJAR A. Model Pembelajaran Novick Model Pembelajaran Novick merupakan salah satu model pembelajaran yang merujuk pandangan konstruktivisme. Gagasan utama dari model ini adalah proses dari perubahan konseptual dari pengetahuan awal siswa pada proses pembelajaran. Proses perubahan konseptual ini terjadi melalui akomodasi kognitif. Untuk menciptakan proses akomodasi kognitif tersebut, Novick (Natsir, 1997) mengusulkan tiga fase pembelajaran sebagai berikut : 1. Fase pertama, Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa). 2. Fase kedua, Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual). 3. Fase ketiga, Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Tiap-tiap fase dengan jelas menginstruksikan apa yang harus dilakukan, baik yang dilakukan oleh guru maupun yang dilakukan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Untuk lebih jelas dalam memahami fase-fase pembelajaran yang dikemukakan Novick, dapat dilihat pada poin-poin di bawah sebagai berikut : 11

2 12 1. Fase Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa) Konsepsi awal dalam pembelajaran terutama dalam pembelajaran fisika merupakan hal yang sangat penting karena membantu siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya. Konsepsi awal siswa yaitu cara menerima atau mengemukakan sebuah pendapat yang bersifat subyektif. Konsepsi awal siswa dapat dibagi menjadi dua yaitu konsepsi awal yang bersifat ilmiah dan konsepsi awal yang bersifat tidak ilmiah. Tujuan dari mengungkap konsepsi awal siswa adalah supaya terjadi perubahan konseptual dimana konsepsi yang bersifat tidak ilmiah dapat berubah menjadi ilmiah. Untuk mengungkap konsepsi awal siswa dalam pembelajaran dapat dilakukan kegiatan berikut yaitu menghadirkan suatu peristiwa lalu meminta siswa mendeskripsikan konsepsi awalnya. Sedangkan untuk mengevaluasi konsepsi awal dilakukan pada saat refleksi setelah fase ketiga dilakukan. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam pembelajaran untuk mengungkap konsepsi awal siswa, dapat dilihat pada poin-poin berikut dibawah ini : a. Menghadirkan suatu peristiwa Menghadirkan peristiwa fisika dalam pembelajaran dapat berupa model atau kejadian sebenarnya. Selanjutnya siswa diminta pendapatnya untuk menelaah peristiwa tersebut. Proses menelaah adalah keadaan dimana para siswa menggunakan konsepsi yang telah ada dalam pemikirannya untuk menjelaskan peristiwa yang disajikan. Keadaan yang terjadi adalah peristiwa tersebut pernah diketahui oleh siswa atau siswa belum pernah tahu keadaan yang disajikan.

3 13 Pada keadaan dimana siswa tidak tahu keadaan tersebut, guru dapat meminta siswa meramalkan apa yang terjadi dengan peristiwa yang disajikan dan meminta penjelasan hal yang mendasari ramalan para siswa. Sedangkan apabila siswa mengetahui peristiwa tersebut, guru hanya meminta siswa menjelaskan tentang peristiwa yang disajikan. b. Meminta siswa mendeskripsikan konsepsi awal Guru dapat meminta siswa mendeskripsikan pendapatnya melalui berbagai cara dan berbagai aktivitas. Cara-caranya antara lain siswa dapat menuliskan uraian, menggambar ilustrasi, menciptakan model, menggambarkan peta konsep, dll. Tujuannya membantu siswa mengetahui sejauh mana pemahaman dan konsepsi awal mereka tentang pokok bahasan yang akan dipelajari. Apabila konsepsi awal siswa telah diketahui, maka guru dengan mudah melakukan langkah selanjutnya dalam pembelajaran. 2. Fase Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual) Pada fase ini guru diharapkan menciptakan konflik konseptual atau konflik kognitif dalam pemikiran siswa. Tahapan menciptakan konflik sangat penting dalam pembelajaran karena dapat membuat siswa lebih tertantang dan termotivasi untuk belajar. Dengan kata lain menciptakan konflik konseptual membuat siswa menjadi merasa tidak puas terhadap kenyataan yang dihadapi. Menghadirkan konflik konseptual atau konflik kognitif dalam pembelajaran dapat dilakukan oleh guru dengan cara sebagai berikut : a. Mengajak siswa berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

4 14 b. Memberikan kegiatan kepada siswa (misalnya melakukan eksperimen). Setelah diadakannya konflik kognitif pada pembelajaran diharapkan konsep yang dikuasai siswa perlahan-lahan menuju arah ilmiah. Peran guru dalam fase pembelajaran ini adalah sebagai berikut : a. Membantu siswa mendeskripsikan ide-idenya. b. Membantu siswa menjelaskan ide-idenya kepada siswa yang lain yang terlibat dalam diskusi. c. Membimbing siswa melakukan percobaan dan mengarahkan interpretasi siswa terhadap pengamatan yang telah mereka lakukan. 3. Fase Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif) Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan intelegensi yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Menurut Piaget (Dahar, 1996:151) adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan (disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru.

5 15 Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Mendorong terjadinya akomodasi dalam struktur kognitif siswa dalam pembelajaran perlu dilakukan agar fikiran mereka kembali ke kondisi equilibrium. Hal ini dapat dilakukan oleh guru dengan cara menyediakan suatu pengalaman belajar misalnya percobaan yang lebih meyakinkan mereka bahwa konsepsinya kurang tepat. Untuk sampai pada tahap meyakinkan siswa, guru perlu menggunakan pertanyaan yang sifatnya menggali konsepsi siswa misalnya : Apa yang Anda maksud dengan, mengapa bisa terjadi, Bagaimana hasilnya jika, dsb. Dengan akomodasi, siswa mengubah konsep yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang ia hadapi. Strike dan Posner (Komala, 2008) menyatakan bahwa syarat terjadinya akomodasi, adalah sebagai berikut: a. Harus ada ketidakpuasan (dissatisfaction) terhadap konsepsi lama yang telah ada dalam struktur kognitif b. Ada konsepsi baru yang lebih bisa dimengerti (intelligible) c. Ada konsepsi baru yang lebih masuk akal (plausible) d. Ada konsepsi baru yang menyajikan peluang keberhasilan (fruitfull).

6 16 B. Belajar dan Hasil Belajar Gagne mengemukakan (Dahar, 1996) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Perilaku yang dimaksud adalah kemampuan pengetahuan, perilaku sikap, dan kemampuan keterampilan. Pernyataan Gagne diperkuat oleh Makmun (2002:157) belajar selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Lebih jauh lagi Makmun (2002:158) mengutarakan beberapa ciri perubahan yang merupakan perilaku belajar, yaitu : 1. Perubahan bersifat intensional, dalam arti bahwa perubahan perilaku yang terjadi merupakan hasil dari pengalaman, praktik atau latihan dalam belajar yang dilakukan dengan sengaja dan disadari. 2. Perubahan bersifat positif, dalam arti bahwa perubahan perilaku yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan (normatif). 3. Perubahan bersifat efektif, dalam arti bahwa perubahan perilaku yang terjadi membawa pengaruh dan makna tertentu bagi siswa. Makmun (2002:159) mengemukakan bahwa yang dimaksud perubahan dalam konteks belajar bersifat fungsional atau structural, material dan behavioral, serta keseluruhan pribadi (gestalt atau sekurang-kurangnya multidimensional). Berikut penjelasannya mengenai ketiga makna perubahan dalam konteks belajar di atas :

7 17 1. Belajar merupakan perubahan fungsional. Dalam konteks ini belajar mengandung arti melatih daya (mengasah otak) agar menjadi tajam dan berguna untuk memecahkan persoalan-persoalan. 2. Belajar merupakan perkayaan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola perilaku baru (behaviour). Dalam konteks ini belajar diartikan sebagai suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya melalui hapalan (memorizing). 3. Belajar merupakan perubahan perilaku dan pribadi secara keseluruhan. Dalam konteks ini belajar bukan hanya bersifat mekanis, melainkan perilaku organisme sebagai totalitas yang memiliki tujuan (purposive). Dari ketiga pandangan mengenai makna perubahan dalam konteks belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar bukan hanya pengetahuan siswa saja yang mengalami perubahan, melainkan sikap dan kemampuan siswa secara keseluruhan juga mengalami perubahan. Selanjutnya perubahan dalam pengetahuan, sikap dan kemampuan secara keseluruhan setelah pembelajaran dinamakan Hasil Belajar. Munaf (2001:67) mengemukakan bahwa Hasil Belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Kemampuankemampuan yang dimaksud ini adalah yang dikemukakan oleh Bloom (Wilson, 2005) yaitu Hasil Belajar diklasifikasikan ke dalam tiga kategori. Tiga kategori ini antara lain adalah domain kognitif (thinking), domain afektif (feeling), dan domain psikomotorik (kinesthetic, tactile, and/or physical).

8 18 1. Hasil Belajar Aspek Kemampuan Kognitif (Thinking) Munaf (2001: 67) mengemukakan bahwa aspek kognitif meliputi kemampuan menyatakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. Bloom (Wilson, 2005) membagi aspek kognitif ke dalam enam tingkatan. Enam tingkatan tersebut adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan/ C 1 (Knowledge) Pengetahuan merupakan kemampuan mengingat atau mengambil materi yang telah dipelajari sebelumnya. Jenjang ini adalah jenjang yang paling rendah tapi menjadi prasyarat bagi tingkatan kognitif selanjutnya. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menyebutkan, mendefinisikan. b. Pemahaman/ C 2 (Comprehension) Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami atau membangun makna dari materi yang telah dipelajari sebelumnya. Siswa dituntut untuk dapat menafsirkan bagan, diagram atau grafik, meramalkan, mengungkap suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah membedakan, menginterpretasi, menjelaskan. c. Penerapan/ C 3 (Application) Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan materi yang dipelajari dalam situasi yang baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menerapkan, menghubungkan, menghitung, menunjukkan, mengklasifikasikan.

9 19 d. Analisis/ C 4 (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menganalisa atau merinci konsep menjadi susunan-susunan yang teratur serta memahami hubungan diantara satu materi dengan materi yang lain. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menganalisa, menemukan, membandingkan. e. Sintesis/ C 5 (Synthesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian materi sehingga menjadi satu gabungan yang berpola dan berkaitan satu sama lain. Contoh kemampuan sintesis adalah kemampuan merencanakan eksperimen. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah mensintesis, menghubungkan, merumuskan, menyimpulkan. f. Evaluasi/ C 6 (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan untuk menilai, memeriksa, dan bahkan mengkritik sesuatu untuk tujuan tertentu. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah menilai, menentukan, memutuskan. 2. Hasil Belajar Aspek Kemampuan Afektif (Feeling) Afektif berkaitan dengan sikap, sebagai hasilnya berupa perubahan tingkah laku. Wilson (2005) juga mengatakan bahwa afektif juga berkaitan dengan berkaitan dengan perasaan atau emosi. David Krathwohl (Wilson, 2005) membagi afektif terdiri dari lima jenjang sebagai berikut : 1. Penerimaan (receiving) Penerimaan mengacu pada sensitivitas siswa dengan adanya stimulus, kesadaran, keinginan untuk menerima, atau memperhatikan. Kegiatan dalam

10 20 pembelajaran antara lain mendengarkan penjelasan guru, kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar, senang mengerjakan latihan soal. 2. Jawaban (responding) Jawaban mengacu pada perhatian aktif siswa terhadap stimulus dan motivasi untuk belajar, menyetujui, tanggapan bersedia dan perasaan puas. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain bertanya pada guru mengenai materi yang belum jelas, siswa menjawab pertanyaan guru dan mau bekerja sama dalam penyelidikan, menanggapi pendapat, menerima koreksi, melakukan introspeksi. 3. Penilaian (valuing) Penilaian berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap alat-alat laboratorium setelah dipakai, bersikap jujur dalam kegiatan pembelajaran. 4. Organisasi (organization) Organisasi berhubungan dengan konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem nilai. Kegiatannya dalam pembelajaran antara lain misalnya dapat membedakan dampak positif dan negatif terhadap situasi tertentu, menerima kelebihan dan kekurangan pribadi, bertanggung jawab terhadap perilaku. 5. Karakteristik (characterization) Karakteristik merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain mengubah pendapat jika ada bukti lain

11 21 yang lebih autentik, rajin, tepat waktu, berdisiplin diri, objektif dalam memecahkan masalah 3. Hasil Belajar Aspek Kemampuan Psikomotorik (Kinesthetic, Tactile, And/Or Physical) Aspek psikomotorik berhubungan dengan kemampuan motorik, sebagai hasilnya dilihat dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak (Munaf, 2001: 77). Terdapat beberapa ahli pendidikan yang mengelompokkan aspek psikomotorik yaitu Dave, Simpson, Harrow dan Romiszowski. Psikomotor yang digunakan adalah yang dikemukakan oleh Dave (Sumaryanto, 2010:26) dibagi menjadi lima kategori sebagai berikut: a. Imitation (Peniruan) Kemampuan ini dimulai dengan mengamati suatu gerakan kemudian memberikan respon serupa dengan yang diamati. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain kemampuan menggunakan alat ukur setelah diperlihatkan cara menggunakannya. b. Manipulation (Manipulasi) Kemampuan ini merupakan kemampuan mengikuti pengarahan (instruksi), penampilan dan gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain mampu melakukan kegiatan penyelidikan sesuai dengan prosedur yang dibacanya, merencanakan apa yang akan dilakukan dalam percobaan.

12 22 c. Precision (Ketetapan) Kemampuan ini lebih menekankan pada kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain menggunakan alat ukur, memperhatikan skala alat ukur yang digunakan dan satuan yang digunakan juga dalam mengambil data, orang yang memiliki ketetapan biasanya melakukan pengamatan berulang kali untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti. d. Articulation (Artikulasi) Merupakan kemampuan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di antara gerakan-gerakan yang berbeda. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain menulis dengan rapi dan jelas, mengetik dengan cepat dan tepat dan menggunakan alat-alat sesuai dengan ketentuannya. e. Naturalization (Pengalamiahan) Menekankan pada kemampuan yang lebih tinggi secara alami, sehingga gerakan yang dilakukan dapat secara rutin dan tidak memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Kegiatan dalam pembelajaran antara lain kemampuan membuat kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

13 23 C. Hubungan Model Pembelajaran Novick Dengan Hasil Belajar 1. Hubungan Model Pembelajaran Novick Dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Kognitif Hasil Belajar kognitif terdiri dari enam tingkatan. Enam tingkatan (Bloom dalam Wilson, 2005) tersebut dimulai dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis hingga evaluasi. Untuk melihat hubungan antara Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar pada aspek kognitif dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah berikut ini : Tabel 2.1 Hubungan Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Kognitif Fase Pembelajaran Fase pertama, Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa). Fase kedua, Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual). Fase ketiga, Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Kegiatan dalam Pembelajaran Diskusi Demonstrasi Mengungkapkan pendapat Eksperimen Kerjasama Diskusi Pengerjaan LKS Presentasi kelas Diskusi Penguatan konsep Aspek kognitif yang dipelajari Pengetahuan Pemahaman Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Evaluasi

14 24 Berdasarkan Tabel 2.1, terlihat bahwa dalam fase pembelajaran pertama aspek kemampuan kognitif yang dapat digali adalah pengetahuan dan pemahaman. Sedangkan pada fase kedua, aspek kognitif yang dapat digali dimulai dari pengetahuan hingga sintesis. Pada fase ketiga, aspek kognitif yang dapat digali dimulai dari pengetahuan hingga evaluasi. 2. Hubungan Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Afektif Jenjang afektif menurut Krathwohl (Wilson, 2005) terdiri dari lima tingkatan. Lima tingkatan tersebut dimulai dari Penerimaan, Jawaban, Penilaian, Organisasi hingga Karakteristik. Untuk melihat hubungan antara Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar aspek kemampuan afektif dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah berikut ini :

15 25 Tabel 2.2 Hubungan Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Afektif Fase Pembelajaran Fase pertama, Exposing alternative framework (mengungkap konsepsi awal siswa). Fase kedua, Creating conceptual conflict (menciptakan konflik konseptual). Fase ketiga, Encouraging cognitive accommodation (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Kegiatan dalam Pembelajaran Diskusi Demonstrasi Mengungkapkan pendapat Eksperimen Kerjasama Diskusi Pengerjaan LKS Presentasi kelas Diskusi Penguatan konsep Aspek afektif yang dapat teramati Penerimaan, Jawaban, Penilaian, Organisasi Penerimaan, Jawaban, Penilaian, Organisasi, Karakteristik Penerimaan, Jawaban, Penilaian, Organisasi, Karakteristik Berdasarkan Tabel 2.2, pada fase pertama kegiatan penerimaan, jawaban, penilaian, dan organisasi siswa dapat teramati. Sedangkan pada fase kedua dan pada fase ketiga seluruh kegiatan afektif dapat teramati. 3. Hubungan Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Psikomotorik Jenjang psikomotorik terdiri dari lima tingkatan. Lima tingkatan tersebut menurut Dave (Sumaryanto, 2010) dimulai dari Peniruan, Manipulasi, Ketetapan, Artikulasi hingga Pengalamiahan. Untuk melihat hubungan antara Model

16 26 Pembelajaran Novick dengan seluruh jenjang Psikomotorik dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini : Tabel 2.3 Hubungan Model Pembelajaran Novick dengan Hasil Belajar Aspek Kemampuan Psikomotorik Fase Pembelajaran Kegiatan dalam Pembelajaran Aspek psikomotorik yang dapat teramati Fase pertama, Exposing Diskusi Peniruan, alternative framework Demonstrasi Manipulasi, (mengungkap konsepsi Mengungkapkan awal siswa). pendapat Fase kedua, Creating Eksperimen Peniruan, conceptual conflict Kerjasama Manipulasi, (menciptakan konflik Diskusi Ketetapan, konseptual). Pengerjaan LKS Presentasi kelas Artikulasi Pengalamiahan Fase ketiga, Encouraging Diskusi Peniruan, cognitive accommodation Penguatan konsep Manipulasi, (mengupayakan terjadinya akomodasi kognitif). Ketetapan, Artikulasi, Pengalamiahan Berdasarkan Tabel 2.3, pada fase pertama kegiatan peniruan dan manipulasi siswa dapat teramati. Sedangkan pada fase kedua dan pada fase ketiga seluruh kegiatan psikomotorik dapat teramati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Belajar Belajar adalah hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan belajar kita dapat melakukan sesuatu hal yang awalnya kita tidak bisa atau tidak kita ketahui.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN

MANFA NFA TUJUAN PEMBELAJARAN Retno Wahyuningsih 1 PENGERTIAN Ranah hasil belajar siswa dikelompokkan sebuah taksonomi Taksonomi adalah usaha pengelompokan yang disusun dan diurut berdasarkan ciri-ciri tertentu. 1 MANFAAT Untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Dalam Bab II ini akan diuraikan kajian teori yang merupakan variabel dalam penelitian yang dilakukan yaitu hasil belajar, pendekatan CTL, dan alat peraga. 2.1.1 Hasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme menganggap pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia yang berasal dari lingkungannya (Tomo, 1997: 21). Dalam pembelajaran, guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang harus dilalui oleh setiap individu. Pendidikan laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun sepanjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2001 : 1), Hasil belajar adalah bila seseorang

Lebih terperinci

PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2

PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2 KONSEP BELAJAR PENGERTIAN BELAJAR 1. BELAJAR ADALAH SUATU PROSES ADAPTASI ATAU PENYESUAIAN TINGKAH LAKU YANG BERLANGSUNG SECARA PROGRESIF (SKINNER) 2. BELAJAR ADALAH PEROLEHAN PERUBAHAN TINGKAH LAKU YANG

Lebih terperinci

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia Taksonomi Bloom 1. Ranah Kognitif Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA 7 BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING KAITANYA DENGAN PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Teori Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Teori Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996: 11) Belajar dapat didefinisikan

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan pengetahuan

Lebih terperinci

PEDOMAN DOSEN MM WIDYATAMA

PEDOMAN DOSEN MM WIDYATAMA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi BAN PT PEDOMAN DOSEN MM WIDYATAMA SINERGI, SPIRIT DAN SISTEM UNTUK KEMAJUAN BERKELANJUTAN 2011 CURICULUM VITAE DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga siswa dapat belajar sebanyak mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pembelajaran Fisika seyogyanya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang lebih besar untuk memahami suatu fenomena dan mengkaji fenomena tersebut dengan kajian

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI

BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI BAB II MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI MATERI KONSEP KONSEP GEOGRAFI A. Model Pembelajaran Course Review Horay 1. Pengertian Model Pembelajaran

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A14.17203 / Desain Komunikasi Visual I Revisi 2 Satuan Kredit Semester : 6 SKS Tgl revisi : Februari 2012 Jml Jam kuliah

Lebih terperinci

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom HASIL BELAJAR Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Klasifikasi kemampuan hasil belajar (Benyamin Bloom): Ranah KOGNITIF

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri/karakter dari dinamika di abad ke-21, yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri/karakter dari dinamika di abad ke-21, yang merupakan abad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan cepat dan pesat sering terjadi dalam berbagai bidang, seperti politik/ketatanegaraan, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Ini merupakan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Pembelajaran Kontruktivistik Pada Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Kelas IV Pada SDN Pembina Salakan

Penerapan Metode Pembelajaran Kontruktivistik Pada Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Kelas IV Pada SDN Pembina Salakan Penerapan Metode Pembelajaran Kontruktivistik Pada Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di Kelas IV Pada SDN Pembina Salakan Harman Sahan, Anthonius Palimbong, dan Jamaludin Mahasiswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS. Inquiry berasal dari bahasa inggris yang artinya penyelidikan, sedangkan

KERANGKA TEORITIS. Inquiry berasal dari bahasa inggris yang artinya penyelidikan, sedangkan II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Inkuiri Inquiry berasal dari bahasa inggris yang artinya penyelidikan, sedangkan secara istilah inquiry dapat diartikan proses penyelidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas II di MIN Sumberjati Kademangan Blitar pada mata pelajaran Fiqih dengan melalui penerapan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN

PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENGERTIAN TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran adalah tahapan penting dalam merancang analisis kebutuhan Tujuan pembelajaran merupakan pengikat aktivitas guru dan siswa ALASAN TUJUAN PEMBELAJARAN DIRUMUSKAN

Lebih terperinci

TAKSONOMI PEMBELAJARAN

TAKSONOMI PEMBELAJARAN TAKSONOMI PEMBELAJARAN Afid Burhanuddin, M.Pd. (Materi dapat di download di http://rumahafid.blogspot.com) Sistem Pembelajaran PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI Analisis Kompetensi Taksonomi Pembelajaran

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Peta Konsep Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu (1) informasi verbal; (2) keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal

II. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Munaf,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk yang diperoleh dari adanya proses belajar. Ketika proses belajar itu dilakukan, maka pada akhir rangkaian proses tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Laboratorium Belajar adalah suatu proses yang kompleks terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar berlangsung karena adanya interaksi karena

Lebih terperinci

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR. berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR. berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru BAB II MODEL PEMBELAJARAN TANDUR DAN HASIL BELAJAR A. Quantum Teaching Dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah bermunculan berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru

Lebih terperinci

ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA

ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA ASESMEN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PARSAORAN SIAHAAN FISIKA FPMIPA UPI BANDUNG Parsaoran siahaan KOMPETENSI Kemampuan seseorang yang dapat terukur, meliputi: pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan kediriannya agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Kinerja Belajar Siswa Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang, mengantarkannya pada suatu bentuk seseorang yang bekerja dan melihat seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A11.54103/ Tata Tulis Karya Ilmiah Revisi 0 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : Agustus 2014 Jml Jam kuliah dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pembelajaran Problem Posing Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri

Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri 67 Efektivitas Model Pembelajaran Novick dalam Pembelajaran Kimia Kelas XII IA 2 SMAN 1 Donri-Donri (Studi pada Materi Pokok Gugus fungsi) The Effectiveness of Novick Learning Model in Learning Chemistry

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Model Pembelajaran CLIS Model pembelajaran CLIS adalah kerangka berpikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Hamalik 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2..1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat

Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat Anterior Jurnal, Volume 13 Nomor 1, Desember 2013, Hal 88 93 dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat PELAKSANAAN PENGUKURAN RANAH KOGNITIF, bahwa AFEKTIF, tidak DAN semua PSIKOMOTOR bentuk evaluasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Paham konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Picture and Picture 1. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : - / Teknik Presentasi Revisi 2 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : Februari 2012 Jml Jam kuliah dalam seminggu :

Lebih terperinci

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1. Hakekat Perilaku 1. Pengertian Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Realistic Mathematics Education (RME) 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai pendidikan matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah berubah, dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar berarti usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan evaluasi merupakan tiga dimensi penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Pembelajaran Generatif merupakan terjemahan dari Generative Learning. Model pembelajaran generatif menggunakan teori kontruktivisme

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VIIF SMP NEGERI 2 GAMPING Oleh: Intan Mira Depita 11144100190 Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

Prinsip dalam Pembelajaran

Prinsip dalam Pembelajaran Prinsip dalam Pembelajaran Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu membedakan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu memahami prinsip kesiapan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit Bimafika, 2014, 6, 717-727 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP Abdullah Derlean 1, Nurlaila Sehuwaky 2 1,2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIIF SMP N 2 SRANDAKAN Hesti Yunitasari Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Cooperative Learning Tipe Make A Match dan NHT 2.1.1. Pengertian Cooperative Learning Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan guru

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : 56602/Analisa Kinerja Revisi 1 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : 2 Pebruari 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.2 Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari.

Lebih terperinci

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom

Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom Taksonomi Tujuan Pendidikan Menurut Bloom HASIL BELAJAR Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Klasifikasi kemampuan hasil belajar (Benyamin Bloom): Ranah KOGNITIF

Lebih terperinci

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan : Pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan Perencanaan Pembelajaran: Proses pengambilan keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fisika merupakan bidang pelajaran yang menyangkut fenomena-fenomena alam dan siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep yang ada pada fenomena-fenomena alam tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata media menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. KAJIAN PUSTAKA 1. Media Pembelajaran Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium"

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 Skripsi OLEH:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa mampu menguasai saling keterkaitannya dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : 56107 / Dasar Akuntansi Revisi 1 Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : 01 Februari 2014 Jml Jam kuliah dalam seminggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan kehidupan manusia merupakan dua hal identik yang tak bisa dipisahkan satu sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dan jiwa manusia : jiwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

TINJAUAN PUSTAKA. keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Talking Stick Model Talking Stick merupakan salah satu model yang menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan

Lebih terperinci