Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) PEMBENIHAN IKAN LELE

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARYA ILMIAH MERAIH SUKSES DENGAN BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO PELUANG BISNIS YANG MENJANJIKAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

Bisnis Ternak Ikan Lele

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

I PENDAHULUAN. terhadap PDB Indonesia membuat sektor perikanan dijadikan penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI HATCHERY BAPPL STP SERANG

PELUANG BISNIS ONLINE BUDIDAYA IKAN LELE TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS

No Keterangan Jumlah Satuan

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

BUDIDAYA BELUT (Monopterus albus)

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan manfaat atau keuntungan apabila dijalankan.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

Peningkatan Produktifitas Usaha Lele SANGKURIANG (Clarias sp.) Ade Sunarma

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori. Prodviksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

Daftar Hasil Wawancara. Adapun daftar pertanyaan dan jawaban ata pertanyaan sebagai berikut:

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INOVASI PRODUK USAHA OLAHAN UNTUK MENINGKATKAN DAYA JUAL LELE

BAB III BAHAN DAN METODE

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Transkripsi:

Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK) PEMBENIHAN IKAN LELE

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PEMBENIHAN IKAN LELE

KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis, misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas (Lending Model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 112 judul buku pola pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan konvensional dan 30 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK) yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses melalui internet di alamat www.bi.go.id. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat menghubungi: i

Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Biro Pengembangan BPR dan UMKM Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794 Fax. (021) 351.8951 Besar Harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut. Jakarta, November 2010 ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL USAHA PEMBENIHAN IKAN LELE No UNSUR PEMBINAAN URAIAN 1 Jenis usaha Usaha Pembenihan Ikan Lele 2 Lokasi usaha Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah 3 Dana yang digunakan Investasi = Rp. 157.775.000 Modal Kerja = Rp. 6.928.125 Total = Rp. 164.703.125 4 Sumber dana a. Kredit (40%) b. Modal Sendiri (60%) Rp. 65.881.250 Rp. 98.821.875 Suku Bunga per tahun = 14% Jangka Waktu Kredit Investasi = 3 tahun Jangka Waktu Kredit Modal Kerja = 1 tahun 5 Periode pembayaran kredit Pengusaha melakukan angsuran pokok dan angsuran bunga setiap bulan selama jangka waktu kredit 6 Kelayakan usaha A Periode proyek B Produk utama C Skala proyek D Teknologi E Pemasaran produk 3 tahun Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pendapatan per tahun : Rp. 111.360.000 Pemijahan alami dan Pendederan Pembudidaya/pembesaran ikan lele di lokal kabupaten, pedagang pengumpul untuk pasar antar kabupaten iii

No UNSUR PEMBINAAN URAIAN 7 Kriteria kelayakan usaha NPV IRR Net B/C Ratio Pay Back Period BEP rata-rata Penilaian 8 Analisis sensitivitas (1) Kenaikan Biaya variabel 34% Analisis Profitabilitas : NPV Rp. 163.322 IRR 14,05% Net B/C Ratio 1,00 Pay Back Period 3,00 tahun Penilaian Layak (2) Kenaikan Biaya variabel 35% Analisis Profitabilitas : NPV (-) Rp. 766.491 IRR 13,77% Net B/C Ratio 0,99 Pay Back Period > 3 tahun Penilaian Tidak Layak (3) Penurunan Pendapatan 12% Analisis Profitabilitas : NPV Rp. 752.552 IRR 14,23% Net B/C Ratio 1,00 Pay Back Period 2,99 tahun Penilaian Layak Rp. 31.776.985 23,50% 1,20 2,7 tahun Rupiah = Rp. 57.705.643 Benih Ikan Lele = 72.132 ekor Layak dilaksanakan iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

No UNSUR PEMBINAAN URAIAN (4) Penurunan Pendapatan 13% Analisis Profitabilitas : NPV (-) Rp. 1.832.817 IRR 13,45% Net B/C Ratio 0,99 Pay Back Period > 3 tahun Penilaian Tidak Layak (5) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel dan Penurunan Pendapatan 9% Analisis Profitabilitas : NPV Rp. 140.338 IRR 14,04% Net B/C Ratio 1,00 Pay Back Period 3,00 tahun Penilaian Layak (6) Kombinasi Kenaikan Biaya Variabel dan Penurunan Pendapatan 10% Analisis Profitabilitas : NPV (-) Rp. 3.374.845 IRR 12,98% Net B/C Ratio 0,98 Pay Back Period > 3 tahun Penilaian Tidak Layak v

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... DAFTAR TABEL... Hal i iii vii ix ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha... 5 2.2 Pola Pembiayaan... 8 BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar... 11 3.1.1 Permintaan... 11 3.1.2 Penawaran... 13 3.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar... 13 3.2 Aspek Pemasaran... 15 3.2.1 Harga... 15 3.2.2 Jalur Pemasaran Produk... 16 3.2.3 Kendala Pemasaran... 18 BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha... 19 4.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan... 19 4.3 Bahan Baku... 20 vii

4.4 Tenaga Kerja... 21 4.5. Teknologi... 21 4.6 Proses Produksi... 23 4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi... 31 4.8 Produksi Optimum... 32 4.9 Kendala Produksi... 33 BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha... 35 5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan... 36 5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional... 37 5.3.1 Biaya Investasi... 38 5.3.2 Biaya Operasional... 40 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja... 41 5.5 Produksi dan Pendapatan... 42 5.6 Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point... 43 5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha... 44 5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha... 45 BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial... 49 6.2 Aspek Dampak Lingkungan... 50 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan... 51 7.2 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA... 55 DAFTAR LAMPIRAN... 59 viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

DAFTAR GAMBAR Gambar Hal 3.1 Jalur Pemasaran Benih Ikan Lele... 17 4.1 Diagram Alir Proses Pembenihan Ikan Lele... 23 DAFTAR FOTO Foto Hal 3.1 Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Lele dan Kelompok Pembibitan Lele di Kabupaten Boyolali... 11 3.2 Benih Ikan Lele Siap Jual Ukuran 5-6 cm... 16 4.1 Seleksi Induk Lele yang Siap Dipijah... 24 4.2 Pemijahan Secara Alami... 26 4.3 Telur Ikan Lele Dumbo di Kakaban... 27 4.4 Pendederan I... 29 4.5 Pendederan II... 30 4.6 Benih Ikan Lele Hasil Pendederan III... 31 ix

DAFTAR TABEL Tabel Hal 2.1 Data Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Boyolali... 6 3.1 Harga Benih Ikan Lele Berdasarkan Ukuran... 15 4.1 Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele... 20 4.2 Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut SNI 01-6484.1-2000... 25 4.3 Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar Menurut SNI 01-6484.2-2000... 32 5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan... 36 5.2 Komposisi Biaya Investasi... 38 5.3 Komposisi Biaya Operasional... 40 5.4 Komponen dan Struktur Kebutuhan Biaya Proyek... 41 5.5 Perhitungan Angsuran Kredit... 42 5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan... 43 5.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha... 43 5.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha... 44 5.9 Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Lele... 45 5.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik... 46 5.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun... 47 5.12 Analisis Sensitivitas Kombinasi... 48 x POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

BAB I PENDAHULUAN Selama kurun waktu 2005-2007, pembangunan perikanan budidaya telah menunjukkan hasil yang siginifikan, dengan meningkatnya volume dan nilai produksi perikanan budidaya. Dalam kurun tersebut, volume produksi perikanan budidaya mengalami peningkatan rata-rata per tahun sebesar 19,56 % dengan nilainya meningkat rata-rata per tahun sebesar 10,85 %, yaitu dari 2,16 juta ton senilai Rp 21,45 triliun pada tahun 2005 meningkat menjadi 3,09 juta ton, dengan nilai sebesar Rp 26,36 triliun pada tahun 2007 (www.perikanan-budidaya.dkp. go.id). Meningkatnya permintaan ikan di masa yang akan datang mendorong upaya untuk meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global, antara lain melalui (1) efisiensi biaya produksi, (2) peningkatan mutu produk agar diterima pasar, dan (3) jaringan pemasaran yang lebih luas. Dengan meningkatnya konsumsi ikan oleh masyarakat maka akan meningkatkan produksi budidaya ikan air laut maupun budidaya ikan air tawar. Semakin meningkatnya permintaan ikan konsumsi tersebut maka terdapat peluang bagi para petani untuk memenuhi permintaan ikan konsumsi tersebut, serta merencanakan jumlah produksi yang akan menghasilkan output lebih besar lagi untuk memperoleh manfaat yang lebih besar. Salah satu komoditi perikanan yang dapat menjawab tantangan ini adalah budidaya ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan dapat tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit. Ikan lele dumbo dapat hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian lebih dari 700 meter di atas permukaan laut. Sumber air dapat 1

PENDAHULUAN menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu. Pengembangan usaha budidaya ikan lele dumbo semakin cepat karena memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan lele lokal, dengan jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat mencapai 40.000 60.000 telur untuk sekali pemijahan. Namun demikian harus diperhatikan pengelolaan induk yang baik agar lele dumbo tidak mengalami penurunan kualitas, seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) hingga seleksi induk yang salah atau penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang. Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004, setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/ Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo, mulai dari pembenihan sampai pembesaran dan pemanenan. Salah satu sentra pembenihan lele dumbo adalah Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah, dimana masyarakat pembenih di wilayah ini tergabung dalam organisasi yang disebut Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Saat ini tercatat sebanyak 13 UPR yang tersebar di 11 desa dan 8 kecamatan, dengan jumlah produksi benih mencapai 5,3 juta benih lele per bulan. Namun demikian, produksi ikan lele di Boyolali tersebut belum mencapai potensi optimal karena kebutuhan akan benih lele, khususnya di Kampung Lele di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit masih harus didatangkan dari luar Boyolali yaitu dari Kediri dan Tulungagung Jatim yang mencapai 75% dari pasokan yang ada di wilayah ini. Selama ini produksi lele di Kampung Lele mencapai 12 ton/hari namun hanya digunakan untuk pembesaran. 2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele Terdapat beberapa upaya dari Pemerintah untuk meningkatkan potensi ikan lele di Kabupaten Boyolali. Dalam kunjungan ke Kabupaten Boyolali (Februari 2007), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan bantuan bibit unggul lele dumbo strain sangkuriang 20 paket atau 300 ekor, subsidi benih 15 juta ekor lele dan 1 juta ekor nila senilai Rp 500 juta, serta penataan dan perbaikan prasarana kawasan perkolaman lele di senilai Rp 600 juta. Sementara Pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan bantuan untuk bidang perikanan di Kabupaten Boyolali senilai Rp. 1,7 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk tujuh kegiatan, diantaranya unit pembenihan rakyat (UPR) senilai Rp. 500 juta, pembesaran ikan bagi empat kelompok senilai Rp. 412 juta, unit pelayanan perikanan Rp. 300 juta dan peningkatan fasilitas perikanan di Balai Benih Ikan (BBI). Dengan adanya bantuan DAK itu diharapkan masyarakat bisa mengembangkan pembibitannya, karena selama ini belum banyak investor yang mengembangkan pembibitan ikan lele berukuran antara 2-7 cm yang memiliki siklus pemeliharaan yang cukup singkat, yaitu 21 hari pemanenan benih ikan lele. 3

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Kabupaten Boyolali terkenal sebagai salah satu sentra pengembangan komoditas perikanan dengan komoditas utama ikan lele. Salah satu sentra budidaya ikan lele di Kabupaten Boyolali bahkan telah ditetapkan sebagai Kampung Lele yaitu Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit, karena sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai pembudidaya pembesaran lele, dengan kebutuhan benih ikan lele pada tahun 2007 mencapai 250.000 benih per hari. Kebutuhan benih lele yang sedemikian besar hanya untuk satu desa tentunya akan semakin besar jika digabungkan dengan wilayah lainnya, dan hal ini memberikan peluang usaha yang sangat besar bagi usaha pembenihan ikan lele. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, saat ini kegiatan usaha pembenihan ikan lele dijalankan oleh 13 Unit Pembenihan Rakyat (UPR) dengan produksi mencapai 5,3 juta benih ikan lele per bulan atau sekitar 175.000 benih per hari. Kekurangan benih ikan lele untuk memenuhi kebutuhan Kampung Lele dan wilayah lainnya di Kabupaten Boyolali masih harus didatangkan dari luar, khususnya Kediri dan Tulung Agung di Jawa Timur. 5

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN Tabel 2.1. Data Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Boyolali No Nama UPR Desa Alamat Kecamatan Rata-rata Produksi per Bulan (Ekor) Komoditas Utama 1 Bangun Mina Tani Bendan Banyudono 323.000 Lele 2 Mina Karya Pemuda Ketaon Banyudono 400.000 Lele 3 Tani Mulyo Bendan Banyudono 345.000 Lele 4 Kedung Lele Bendungan Simo 1.680.000 Lele 5 Mina Jaya Makmur Mudal Boyolali 365.000 Lele 6 Mina Asih Pambudi Guwokajen Sawit 520.000 Lele 7 Mina Maju Karang Kepoh Karanggede 11.000 Lele 8 Mina Sejahtera Keoangan Nogosari 324.000 Lele 9 Candi Mandiri Kiringan Boyolali 175.000 Lele 10 Perintis Mudal Boyolali 740.000 Lele 11 Patil Mudal Boyolali 76.000 Lele 12 Mina Sari Mulya Tanjungsari Teras 302.500 Lele 13 Minasari Blagung Simo 47.250 Lele J u m l a h 5.308.750 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali Tahun 2010 Alasan utama masyarakat melakukan usaha pembenihan ikan lele antara lain adalah siklus usaha yang relatif pendek (1,5 bulan) sehingga perputaran uang untuk kegiatan usaha menjadi lebih cepat dengan rentabilitas relatif tinggi (mortalitas larva 30-40%), risiko budidaya relatif kecil dengan penanganan yang baik, serta kecenderungan pola makan masyarakat yang bergeser pada bahan pangan yang sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap kesehatan menjadi stimulan bagi peningkatan permintaan ikan termasuk ikan lele. 6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele Pola usaha pembenihan ikan lele umumnya masih dilakukan secara tradisional dengan sistem pemijahan alami, dimana sepasang indukan yang telah siap pijah akan ditempatkan pada bak penampungan berupa kolam permanen/tembok, tanpa campur tangan pembenih. Sistem pemberian pakan juga masih mengikuti standar pakan ikan lele, meliputi pakan alami dan pakan buatan, yaitu dengan memberikan cacing sutera (tubifex) untuk larva ikan lele umur 4-5 hari, dilanjutkan dengan tepung pelet (umur 2-3 minggu) dan selanjutnya diberikan pelet hingga dapat dipanen pada minggu ke 6 dengan ukuran benih 5-6 cm. Kajian ini menggunakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai obyek ini dengan pertimbangan bahwa jenis lele dumbo ini pada umumnya diusahakan oleh pembenih dan pembesaran ikan lele serta lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat, baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan. Dengan obsesi menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015, maka Indonesia memiliki modal besar untuk sumberdaya perikanan yang dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, khususnya perikanan budidaya yang merupakan ujung tombak pencapaian obsesi tersebut. Upaya pencapaian target produksi dilaksanakan melalui tiga pendekatan, (1) fokus kepada pencapaian produksi dan menumbuhkan wirausaha pemula perikanan budidaya, (2) mendorong dan mengoptimalkan pemanfaatan kredit program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E), PKBL dan Badan Layanan Umum (BLU) untuk menggerakan aktivitas usaha kelompok masyarakat pembudidaya ikan (Pokdakan), dan (3) menciptakan iklim usaha yang mampu memacu Pokdakan Maju untuk melakukan ekspansi dan memperbesar skala usahanya dengan menggunakan fasilitas kredit komersial. 7

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.2. Pola Pembiayaan Seperti halnya pelaku usaha skala mikro dan kecil yang masih mengandalkan modal sendiri dan keluarga, maka kegiatan usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten Boyolali juga masih dipenuhi melalui modal sendiri atau keluarga. Tercatat hanya satu bank yang sudah menyalurkan kredit kepada 3 orang pembenih ikan di Desa Talakbroto Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, dengan plafond kredit Rp. 20.00.0000 s/d Rp. 50.000.000 untuk pembiayaan modal kerja. Jangka waktu pengembalian selama 3 tahun, suku bunga 13% menurun dengan angsuran pokok dan bunga dilakukan setiap bulannya. Kebijakan penyaluran pembiayaan investasi belum pernah terealisasi untuk usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten Boyolali, namun demikian pembiayaan investasi sangat dimungkinkan karena berdasarkan wawancara dengan narasumber pembenih bahwa jumlah kolam yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap kemampuan menghasilkan benih ikan lele. Keikutsertaan perbankan dalam upaya pengembangan usaha pembenihan ikan lele didasarkan atas beberapa alasan, yaitu : a). Potensi sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang besar bagi kelangsungan kegiatan usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten Boyolali yang merupakan sentra komoditas ikan lele dan telah ditetapkan sebagai wilayah minapolitan; b). Tingkat kematian benih yang kecil dengan harga benih lele yang relatif stabil menjadikan peluang keuntungan yang diperoleh semakin terbuka; c). Pemasaran dilakukan di lokasi pembenihan yang menjadikan terbukanya peluang pengembangan usaha mengingat Kabupaten Boyolali masih kekurangan benih ikan lele; d). Upaya meningkatkan lapangan kerja yang diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pengembangan potensi ekonomi daerah. 8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat Bank, pembenih ikan lele memiliki kesadaran untuk mengembalikan pembiayaan tepat waktu, seperti tercermin dari realisasi pembiayaan sebesar Rp 110 juta untuk 3 pembenih dan tidak tercatat adanya pengusaha yang menunggak. Pihak bank masih menerapkan kriteria karakter pengusaha dengan melakukan kunjungan ke lokasi pembenihan, diskusi pola usaha dan pembiayaan usaha pembenihan, disamping aturan standar yang diterapkan bank kepada calon debitur (5C). Melalui metode seperti itu, baik pihak bank maupun calon debitur dapat memahami kebutuhan masing-masing sehingga dengan kelengkapan administrasi pengajuan pinjaman oleh calon debitur maka dana akan dicairkan dalam waktu 5-6 hari efektif. 9

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1. Aspek Pasar 3.1.1. Permintaan Lele adalah salah satu jenis ikan yang bergizi tinggi, sehingga mendukung asupan masyarakat untuk konsumsi ikan yang kaya akan omega 3. Lele setidaknya mengandung 17-37% protein, 4,8% lemak, 1,2% mineral, 1,2% vitamin, dan 75,1% air. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur, dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. Walaupun sebelum tahun 1990-an lele belum begitu popular sebagai makanan lezat, namun oleh warung-warung pecel lele menjadi makanan popular yang merakyat dan menyebar ke mana-mana. Harga kuliner lele juga cukup terjangkau. Dengan produksi benih per hari lebih dari 175.000 benih lele membuktikan bahwa Kabupaten Boyolali menjadi salah satu sentra usaha pembenihan ikan lele di Indonesia. Namun jika dikaitkan dengan kebutuhan benih lele di wilayah ini yang mencapai lebih dari 300.000 benih per hari membuat peluang usaha pembenihan semakin terbuka. Foto 3.1. Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Lele dan Kelompok Pembibitan Ikan Lele di Kabupaten Boyolali 11

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Metode pemasaran benih ikan lele yang dilakukan pembenih masih sederhana dan konvensional yaitu dengan cara menunggu calon pembeli datang ke lokasi pembenihan. Pada umumnya setiap pembenih sudah memiliki jaringan/ relasi dalam memasarkan benih ikan lelenya. Hasil olahan lele masih menjadi makanan favorit bagi sebagian besar masyarakat, sehingga lele termasuk makanan yang digemari dan tak surut menghadapi persaingan yang ketat antarusaha makanan. Jenis makanan yang banyak disajikan adalah lele goreng dan lele lalapan atau sering disebut dengan istilah pecel lele. Harga jual yang terjangkau semua kalangan masyarakat, menambah nikmatnya mengkonsumsi menu lele goreng ini. Dengan memanfaatkan keahlian mengolah makanan, saat ini produk olahan lele semakin variatif, antara lain lele goreng saus cabai, lele kuah santan, lele goreng kremes, lele sambal mangga, lele bakar bumbu Bali, dan masih banyak lainnya, bahkan di wilayah Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali lele telah diolah menjadi produk abon lele, kulit lele goreng, serta kerupuk dan keripik lele. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan dalam acara Pembukaan Pencanangan dan Kampanye Gerakan Makan Ikan di Denpasar pada tanggal 13 Juni 2010, hingga 2009 tercatat rata-rata tingkat konsumsi ikan nasional baru 30,17 kilogram per kapita per tahun atau lebih rendah dibanding pola pangan harapan yang seharusnya sebesar 31,4 kg. Revitalisasi lele sampai akhir tahun 2009 menargetkan produksi sejumlah 175 ton atau meningkat rata-rata 21,64% per tahun. Sementara itu, permintaan benih lele juga terus meningkat dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rata-rata sebesar 46% per tahun. Kebutuhan benih lele hingga akhir tahun 2009 diperkirakan mencapai 1,95 miliar ekor. Berdasarkan informasi tersebut, maka terlihat bahwa kebutuhan masyarakat akan makanan yang sehat dengan harga terjangkau antara lain melalui hasil olahan ikan lele menyebabkan bisnis budidaya/pembesaran lele menjadi terbuka dan berdampak kepada semakin terbukanya pasar bagi benih ikan lele. 12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele 3.1.2. Penawaran Permintaan ikan lele yang semakin meningkat membuat peluang usaha sangat terbuka bagi para pelaku usaha pembesaran ikan lele. Dengan tingkat konsumsi yang tinggi, antara lain terlihat melalui warung-warung makanan dengan menu ikan lele, berdampak secara langsung kepada upaya pemenuhan kebutuhan akan benih ikan lele oleh para pengusaha pembesaran ikan lele. Kondisi ini membuat para petani pembenihan ikan lele tidak membutuhkan usaha khusus untuk memasarkan produknya, karena lebih banyak pembeli yang datang langsung ke lokasi pembenihan dibandingkan upaya petani pembenih ikan menawarkan ke masyarakat. Untuk satu siklus usaha pembenihan dengan jangka waktu antara 40-45 hari dapat menghasilkan benih ikan lele hingga 30.000 50.000 ekor dengan berbagai macam ukuran. Berdasarkan ukurannya, dalam satu siklus tersebut sebagian besar ditawarkan/dijual dengan ukuran 5-6 cm. 3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan merupakan hal yang wajar dalam setiap kegiatan usaha yang menghasilkan suatu produk, tidak terkecuali pada sektor perikanan yang umumnya tidak mengenal monopoli karena semua pihak bebas bersaing di pasaran. Yang perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha adalah upaya menghasilkan produk dengan kualitas baik dan dapat diterima pasar secara luas. Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali pada saat pelaksanaan kajian, total produksi benih ikan lele diperkirakan mencapai 300.000 ekor per hari, sementara kebutuhan untuk Kampung Lele di Kecamatan Sawit Kabupaten Boyolali mencapai 400.000 ekor benih ikan lele sedangkan untuk wilayah Boyolali secara keseluruhan membutuhkan lebih dari 600.000 ekor benih lele. Kondisi ini membuat peluang pasar masih sangat terbuka. 13

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan lele dinilai masih rendah dengan kemudahan pembenih dalam memasarkan produk dan pasar mampu menyerap seluruh benih ikan lele yang dihasilkan. Namun kurangnya kemampuan finansial membuat masyarakat pembenih seringkali sudah memasarkan benih ikan lele ukuran 2-5 cm keluar daerah seperti Salatiga, Sleman dan Magelang. Sementara untuk budidaya pembesaran di wilayah Boyolali, khususnya Kampung Lele membutuhkan benih ikan lele dengan ukuran 7-11, sehingga kekurangannya didatangkan dari Kabupaten Tulung Agung. Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapang, masing-masing pelaku usaha pembenihan ikan lele sudah memiliki pelanggan tersendiri (captive market) yang secara periodik mendatangi lokasi pembenihan untuk membeli benih ikan lele dengan berbagai macam ukuran atau sesuai ukuran yang dibutuhkan. Keterlibatan Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali memberikan dampak positif dan menggairahkan kegiatan usaha pembenihan ikan lele dan pembesarannya, antara lain melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor kep.32/men/2010 tanggal 14 Mei 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, yang antara lain menetapkan Kabupaten Boyolali dan 11 kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Tengah sebagai Kawasan Minapolitan. Menarik untuk disampaikan, adanya pola hulu-hilir dari pembenihan, budidaya dan pengolahan pasca panen maka pengembangan produk ini dapat diterapkan secara integrated dan berkelanjutan. Dengan potensi pengembangan ikan lele, baik usaha pembenihan, pembesaran hingga produk pengolahan pasca panen yang ada di Kabupaten Boyolali akan dijadikan salah satu ikon nasional bidang perikanan. Ini menjadi indikasi peluang usaha dan pasar untuk benih lele semakin besar dan luas. 14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele 3.2. Aspek Pemasaran 3.2.1. Harga Usaha pembenihan ikan lele merupakan kegiatan yang dilaksanakan pelaku usaha agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dengan mengedepankan aspek bisnis sebagai pilihan utama. Dengan tetap menerapkan prinsip ekonomi yang sehat dimana pengeluaran seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, usaha pembenihan ikan lele tetap harus mengikuti prosedur pemeliharaan benih lele dengan baik dan lele memerlukan ketelatenan agar diperoleh benih ikan lele dengan kualitas yang baik. Secara umum, petani pembenihan ikan lele di Desa Tanjungsari Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali yang tergabung dalam wadah unit pembenihan rakyat (UPR) menjual benih ikan lele berdasarkan ukurannya dengan harga seperti terlihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Harga Benih Ikan Lele Berdasarkan Ukuran No Ukuran Benih Harga Jual per Ekor 1 1-2 cm Rp. 50 2 3-5 cm Rp. 60 3 5-6 cm Rp. 80 4 6-7 cm Rp. 90 5 7-9 cm Rp. 100 Sumber : Narasumber pembenih ikan lele 15

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN Pembenih tidak menerapkan perbedaan harga benih ikan lele yang dijual ke pengumpul/tengkulak maupun pembudidaya pembesaran ikan lele. Perbedaan harga benih ikan lele semata-mata ditentukan berdasarkan ukuran/size dari benih tersebut. Foto 3.2. Benih Ikan Lele Siap Jual Ukuran 5-6 cm 3.2.2. Jalur Pemasaran Produk Sasaran pemasaran terkait erat dengan calon konsumen, jumlah permintaan hingga ketepatan waktu pemenuhan permintaan pasar. Konsumen yang selama ini menjadi target pasar pembenih ikan lele adalah pengusaha pembesaran ikan lele yang memelihara ikan lele sampai dengan ukuran konsumsi, di wilayah sekitar atau bahkan hingga luar kabupaten, seperti Salatiga, Sleman hingga Magelang. Pemasaran benih ikan lele dilakukan secara langsung oleh para pembenih di lokasi pembenihan. Penjualan dapat dilakukan secara langsung dan penjualan melalui pemesanan. Penjualan benih ikan lele dilakukan dengan sistem Cash and Carry sehingga memudahkan pembenih untuk melanjutkan siklus usaha segera setelah benih ikan lele terjual. 16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele Untuk sampai di tangan konsumen pengusaha pembesaran ikan lele, rantai niaga benih ikan lele dapat dillakukan seperti gambar berikut : Pedagang Pengumpul (3) Produsen Benih Ikan Lele Pedagang Antar Wilayah (2) (1) Usaha Pembesaran Ikan Lele Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Benih Ikan Lele Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembenih memasarkan benih ikan lele kepada pembeli/konsumen yang datang ke lokasi dengan tujuan akhir usaha pembesaran ikan lele. Untuk mencapai target sasaran akhir, paling tidak ada 3 (tiga) metode penjualan benih, yaitu : (1) Pembenih menjual langsung ke pengusaha pembesaran ikan lele. (2) Pembenih menjual ke pedagang pengumpul untuk selanjutnya dijual kembali ke pengusaha pembesaran ikan lele. (3) Pedagang pengumpul akan menjual kepada pedagang antar wilayah sebelum dijual ke pengusaha pembesaran ikan dan ini biasanya terjadi jika pengusaha pembesaran ikan lele berlokasi jauh dari wilayah Boyolali. 17

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.2.3. Kendala Pemasaran Penetapan Kabupaten Boyolali sebagai kawasan minapolitan diarahkan untuk menciptakan daerah dengan basis ekonomi sub sektor perikanan yang mampu tumbuh dan berkembang sejalan dengan komoditas unggulan dan usaha agribisnis yang dikembangkan termasuk sebagai daerah pemasok bahan baku dan produksi pasca panen. Sebagai kegiatan usaha yang menempati rantai awal dalam rantai nilai ikan lele, posisi pembenih ikan lele menjadi sebagai salah satu titik sentral. Bagi para pembenih ikan lele di wilayah Boyolali, pemasaran benih sampai saat ini tidak menjadi kendala karena seluruh benih ikan lele yang dihasilkan dapat diserap petani pembudidaya pembesaran ikan lele di wilayah Boyolali dan beberapa kota di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Namun ironisnya, untuk memenuhi kebutuhan wilayah Boyolali, khususnya Kampung Lele Desa Tegalrejo Kecamatan Sawit, benih ikan lele masih harus didatangkan dari luar daerah (Tulung Agung). 18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1. Lokasi Usaha Lokasi usaha pembudidayaan benih lele sebenarnya tidak membutuhkan suatu kondisi yang spesifik. Syarat utama yang harus dipenuhi suatu tempat untuk menjadi lokasi pembudidayaan ikan lele adalah adanya air, media ikan untuk hidup. Namun demikian, air sekarang bukan lagi kendala, karena bisa diusahakan baik dari sumber alam maupun buatan. Seperti halnya kegiatan pembenihan ikan lele di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, sumber air untuk pembenihan lele berasal dari air tanah. 4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan Lahan untuk proses produksi benih ikan lele tidak harus memenuhi suatu standar tertentu, yang utama adalah ketersediaan sumber air untuk wahana hidup ikan. Pada kolam untuk pemijahan dan pemeliharaan larva, diperlukan lahan yang relatif terlindung dari cahaya matahari langsung. Peralatan yang digunakan dalam proses pembenihan ikan lele adalah 1) peralatan pengadaan air bersih (seperti pompa air, pompa celup), 2) pemijahan ikan lele (seperti kakaban), 3) pendederan benih ikan lele (seperti blower), dan 4) pemanenan benih ikan lele, (seperti seser). 19

ASPEK TEKNIS PRODUKSI Tabel 4.1 Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele No. Keterangan Satuan 1 unit 10 unit 1 Kolam a. Kolam pemijahan (1X2 m) buah 1 5 b. Kolam Perawatan Larva (1.5x2 m) buah 4 20 c. Kolam Pendederan I (1.5x2 m) buah 4 20 d. Kolam Pendederan II (1.5x2 m) buah 4 20 e. Kolam Pendederan III (2x3 m) buah 2 10 f. Kolam induk lele buah 1 5 2 Pompa buah 1 5 3 Seser buah 2 10 4 Ember buah 7 35 5 Kakaban buah 6 6 6 Blower buah 1 5 7 Pompa Celup buah 1 5 Sumber : Narasumber Pembenih Ikan Lele 4.3. Bahan Baku Bahan baku utama usaha pembenihan ikan lele adalah telur ikan lele yang diperoleh dari induk ikan lele dumbo. Untuk satu pasang ikan lele dumbo dapat menghasilkan 50.000 sampai dengan 60.000 larva ikan lele. Larva tersebut setelah dibesarkan, akan mengalami penyusutan karena kematian (kisaran 35-45%), dan sampai umur 5-6 minggu dapat menghasilkan benih lele kurang lebih sebanyak 32.500 38.000 ekor. 20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele 4.4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo umumnya hanya 1 orang per unit usaha dengan upah Rp 245.000 per bulan. Gaji perbulan diakumulasi dari beberapa kegiatan pembenihan, yaitu proses produksi/ budidaya, pemeliharaan pompa dan peneliharaan kolam. Pada umumnya tenaga kerja yang terlibat berasal dari keluarga sendiri. Secara umum tidak ada spesialisasi keahlian atau tingkat pendidikan minimum tertentu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang terlibat dalam kegiatan usaha ini. Meskipun demikian, pengetahuan tentang karakteristik masa pertumbuhan ikan lele harus benar-benar dipahami oleh pembenih terkait dengan ukuran untuk pemindahan dari satu kolam ke kolam lainnya dan jenis pakan yang diberikan. Lebih jauh pemahaman ini akan membantu pembenih dalam meminimalkan tingkat kematian lele. 4.5. Teknologi Benih ikan lele dumbo dapat dihasilkan dari indukan ikan lele dumbo melalui beberapa teknik pemijahan: 1) Pemijahan alami Pada habitat aslinya, ikan lele dumbo memijah secara alami dengan pemilihan pasangan yang ditentukan oleh alam dan naluri masing-masing ikan lele dewasa. Dalam perkembangannya, masyarakat melanjutkan kondisi tersebut kedalam proses pemijahan alami dengan campur tangan manusia, yaitu dengan menempatkan pada bak/kolam tertentu dan media kakaban. Metode ini adalah metode tradisional dalam pembiakan ikan lele dumbo, dimana induk ikan lele jantan dan betina yang telah matang gonad diletakkan bersama-sama dalam satu bak untuk proses pemijahan secara alami. 21

ASPEK TEKNIS PRODUKSI 2) Pemijahan buatan Hasil pemijahan alami lele dumbo biasanya kurang memuaskan karena jumlah telur yang dihasilkan tidak banyak. Agar produksi telur dapat optimal maka dilakukan pemijahan buatan, atau dengan kawin suntik. Sistem ini agak rumit dan memerlukan keahlian khusus. Tiga langkah kerja yang harus dilakukan dalam sistem ini, yaitu penyuntikan, pengambilan sperma dan pengeluaran telur. a) Penyuntikan dengan ovaprim Penyuntikan adalah kegiatan memasukan hormon perangsang ke tubuh induk betina. Hormon perangsang yang umum digunakan adalah ovaprim. Induk betina yang sudah matang gonad, disuntikkan sebanyak 0,3 mll ovaprim untuk setiap kilogram induk. Bila telah selesai, induk betina yang sudah disuntik dimasukan ke dalam bak lain dan dibiarkan selama 10 jam. b) Penyuntikan dengan hypopisa Selain penyuntikan dengan ovaprim, pemijahan buatan juga dapat dilakukan dengan menyuntikkan ekstrak kelenjar hypopisa ikan mas atau lele dumbo. Induk betina yang sudah matang gonad disuntik dengan larutan hypopisa dari ikan mas atau lele. Bila telah selesai, induk betina yang sudah disuntik dimasukan ke dalam bak lain dan dibiarkan selama 10 jam. Disamping teknologi untuk memacu terjadinya pemijahan, dalam proses pembenihan ikan lele ini juga telah diperkenalkan pakan yang memacu perubahan jenis kelamin benih ikan lele. Dimana benih-benih ikan lele yang telah diberi pakan akan mengalami perubahan jenis kelamin menjadi jantan semua. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ikan yang mempunyai jenis kelamin jantan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan jenis ikan betina. 22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele 4.6. Proses Produksi Proses produksi benih ikan lele yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan ini adalah proses pembenihan ikan lele dengan cara pemijahan alami. Diagram alir proses pembudidayaan benih ikan lele dumbo adalah sebagai berikut : Induk Lele Dumbo Seleksi Induk Pemijahan ikan lele dumbo alami Penetasan Pendederan I Pendederan II Pendederan III Pemanenan Benih Penjualan Benih Pembesaran Grafik 4.1. Diagram Alir Proses Pembenihan Ikan Lele 23

ASPEK TEKNIS PRODUKSI Proses pembenihan ikan lele dumbo dengan cara pemijahan alami ini adalah sebagai berikut: a. Penseleksian induk lele Seleksi induk lele dumbo dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina yang matang gonad adalah perut gendut; tubuh agak kusam; gerakan lamban dan lubang kelamin kemerahan. Sedangkan tanda induk jantan yang sudah matang gonad adalah gerakan lincah, tubuh memerah dan bercahaya; dan lubang kelamin kemerahan, agak membengkak dan berbintik putih. Foto. 4.1. Seleksi Induk Lele yang Siap Dipijah Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum). Tingkat kematangan gonad ialah tahapan perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Semakin meningkat kematangan gonadnya, maka telur dan sperma ikan lele akan semakin berkembang. Selama proses 24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele reproduksi tersebut, maka sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6484.1-2000, indukan ikan lele dumbo ditetapkan berdasarkan umur, panjang dan bobotnya. Secara lengkap kriteria indukan ikan lele ditampilkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut SNI 01-6484.1-2000 No. Kriteria Satuan Jenis Kelamin Jantan Betina 1 Umur induk bulan 8-12 12-15 2 Panjang standar cm 40-45 38-40 3 Bobot badan pertama matang gonad g/ekor 500-750 400-500 4 Fekunditas *) butir/kg 50.000 - - bobot tubuh 100.000 5 Diameter telur mm - 1,4-1,5 *) Fekunditas adalah salah satu fase untuk menaksir jumlah benih yang akan dihasilkan, yaitu saat telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan. Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2000 b. Pemijahan lele dumbo secara alami Pemijahan lele dumbo pada usaha pembenihan ikan lele dumbo ini adalah dengan menggunakan sistem pemijahan alami. Induk ikan lele dipijahkan bersama-sama antara jantan dan betina pada bak pemijahan. Sebelumnya, bak dikeringkan selama 2 4 hari. Selanjutnya bak diisi dengan air setinggi 30 cm dan membiarkan air mengalir selama pemijahan. Bersamaan dengan 25

ASPEK TEKNIS PRODUKSI itu, pasang atau masukan kakaban secukupnya. Bila sudah siap, induk betina dan jantan yang sudah matang gonad dimasukkan ke dalam air pada siang atau sore hari. Langkah selanjutnya adalah mengamati pasangan lele tersebut sampai berpijah di keesokan harinya. Lele merupakan ikan yang bersifat kanibal, sehingga untuk menghindari induk lele memakan telurnya, maka kedua induk harus segera dipindahkan ke tempat lain dan telur dibiarkan menetas di tempat tersebut. Foto 4.2 Pemijahan Secara Alami Pada kondisi normal, ciri khas bahwa induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Namun dalam studi ini tidak terjadi hal tersebut karena pembenih menempatkan induk lele dalam kolam yang dengan air yang sangat keruh, yang menyebabkan indukan tidak akan memijah secara alami dalam kondisi kolam seperti itu. Secara fisik, induk ikan lele yang sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut : Induk jantan : - Alat kelamin tampak jelas, meruncing; 26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele - Perutnya tetap ramping, jika perut diurut akan keluar sperma; - Tulang kepala lebih mendatar dibanding betinanya; - Jika warna dasar badannya hitam (gelap); - Umur induk jantan di atas tujuh bulan. Induk betina : - Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak membesar; - Tulang kepala agak cembung; - Geraknya lambat; - Warna badannya lebih cerah dari biasanya; - Induk betina berumur satu tahun. c. Penetasan Penetasan telur lele dumbo dilakukan dalam kolam tembok penetasan (ukuran 2x1,5m). Sebelum digunakan untuk proses penetasan, kolam harus dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari, kemudian kolam diisi dengan air bersih setinggi 30 cm dan air harus dalam kondisi mengalir selama penetasan. Untuk melindungi telur-telur ikan, kolam dipasangi kakaban. Selanjutnya, telur ikan ditebarkan secara merata menempel di kakaban. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2 3 hari. Berdasarkan pengalaman narasumber pengusaha pembenihan ikan lele, akan dihasilkan sekitar 50.000 60.000 larva ikan lele. Foto 4.3 Telur Ikan Lele Dumbo di Kakaban 27

ASPEK TEKNIS PRODUKSI d. Pendederan I Pendederan pertama di kolam pendederan I yang berjumlah 4 buah. Pada masing-masing kolam ukuran (1,5 x 2 m 2 ) yang telah dikeringkan selama 4 5 hari, ditebarkan 12.500 ekor larva. Larva umur 0 3 hari akan diberi pakan cacing tubifex (atau sering disebut cacing sutera karena bentuknya yang sangat lembut). Cacing ini bisa dibeli di peternak cacing tubifex di sekitar peternak lele atau di toko makanan ikan. Harga cacing tubifex berkisar Rp. 3.500 per kaleng susu cair. Pada umur tersebut dibutuhkan sebanyak 10 takar (ukuran kaleng susu cair) per hari. Selanjutnya, dari umur 3 hari - 2 minggu diberikan pelet yang berbentuk serbuk/tepung pelet. Harga pelet berbentuk tepung ini sekitar Rp. 12.500 per kg. Pemberian serbuk dilakukan setiap 4 jam sekali, dan secara total dibutuhkan sekitar 0,8 kg/hari. Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75 1 cm serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur (yolk sac) dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata, dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu pemberian pakan pada larva ikan lele baru dilaksanakan pada hari ke-4, dengan jenis pakan yang disesuaikan dengan bukaan mulut larva, serta pakan bergerak agar mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi. Pada saat umur larva diatas 4 hari, maka pakan yang diberikan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutera) atau Artemia sp. Namun pembenih di lokasi kajian hanya memberikan pakan jenis Tubifex sp. Pemberian pakan diberikan secara adlibitum (pemberian pakan sampai 28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele kenyang) dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4-5 kali sehari dengan cara menyebarkan secara merata di seluruh bagian kolam sehingga tidak mengotori air pemeliharaan, oleh karena itu diusahakan agar tidak ada pakan yang tersisa. Pada akhir masa pendederan I, benih ikan lele mulai diperkenalkan dengan jenis pakan dalam bentuk tepung, yang oleh narasumber pembenih ikan lele, diberikan dalam bentuk pelet yang dihaluskan dengan mesin (blender) atau digerus. Foto 4.4. Pendederan I e. Pendederan II Pendederan kedua juga dilakukan di kolam 1,5x2m. Jumlah kolam yang dibutuhkan 4 buah kolam dengan ukuran yang relative sama. Dengan asumsi rata-rata tingkat kematian sebesar 20-30% di kolam pendederan I, maka dari satu kolam pendederan I dihasilkan sekitar 9.375 ekor benih ikan lele. Setelah kolam dikeringkan 4 5 hari sebelumnya, masing-masing kolam ditebar sebanyak kurang lebih 9.375 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi). Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan II dari umur 2 minggu sampai dengan 3 minggu, ketika benih ikan lele telah mencapai ukuran panjang 2 3 cm, dengan diberi pakan berupa pelet halus sebanyak 29

ASPEK TEKNIS PRODUKSI 43% - 50% biomass setiap hari. Pakan pelet halus diberikan dalam selang 4 jam sekali dengan cara menaburkan pelet ke kolam pendederan. Pelet bisa dibeli di toko pakan ikan dengan harga sekitar Rp. 12.500 per kg, Foto 4.5. Pendederan II f. Pendederan III Pada tahapan akhir proses budidaya, benih lele dari 4 kolam pendederan II yang berukuran 2 3 cm, dipindahkan ke dalam dua unit kolam pendederan III. Pengurangan jumlah kolam ini sejalan dengan berkurangnya benih lele dari tahap pendederan II. Benih lele yang dapat dipanen dari pendederan II sekitar 85-90% (atau 65% dari pendederan I), sehingga dari 4 kolam pendederan II dihasilkan sekitar 32.500 ekor benih ikan lele. Pada tahap pendederan III ini, benih lele dibesarkan pada kolam yang berukuran (2x3 m), dimana masing-masing ditebarkan sekitar 16.250 ekor benih ikan lele hasil pendederan tahap II. Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan tahap III sampai umur 5 6 minggu ketika benih ikan lele telah mencapai ukuran panjang 5 6 cm. Pada tahapan ini benih ikan lele telah diberi pelet PF 99 atau PF 100 sebanyak 2,5 kg per hari. Pelet diberikan dalam selang 4 jam sekali dalam satu hari. Pakan berupa pelet tersebut bisa diperoleh 30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele di toko pakan ternak/ikan di sekitar lokasi budidaya dengan harga Rp. 11.500 per kg. Jika benih ikan lele yang telah mempunyai panjang 5-6 cm ini kemudian dijual ke petani pembesaran ikan lele. Foto 4.6. Benih Ikan Lele Hasil Pendederan III 4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6484.2.2000 tentang benih ikan lele dumbo, kualitas benih lele yang dijual biasanya distandarisasi menurut umur, panjang dan bobot minimal. Adapun kriteria kuantitatif benih ikan lele dumbo kelas benih sebar berdasarkan standar nasional Indonesia ditampilkan pada Tabel 4.3. 31

ASPEK TEKNIS PRODUKSI Tabel 4.3. Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar Menurut SNI 01-6484.2-2000 Kriteria Satuan Larva Pendd I Pendd II Pendd III Pendd IV 1 Umur Maksimal Hari 3 20 40 54 75 2 Panjang Total Cm 0,75-1,0 1-3 3-5 5-8 8-12 3 Bobot Minimal Gram 0,05 1 2,5 5 10 4 Keseragaman Ukuran 5 Keseragaman Warna % >90 >75 >75 >75 >75 % 100 >90 >90 >90 >98 Sumber : Badan Standasarisasi Nasional, Tahun 2000 Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan pembenih ikan lele dumbo, jumlah benih ikan lele yang dihasilkan dengan ukuran 5-6 cm dari sepasang induk ikan lele dalam satu siklus produksi kurang lebih sebanyak 23.200 ekor. Ukuran benih ikan lele tersebut yang menjadi acuan bagi para pembenih untuk mulai dipasarkan ke usaha pembesaran ikan lele. 4.8. Produksi Optimum. Tingkat produksi ditentukan oleh keberhasilan penetasan telur ikan lele dumbo. Secara teknis budidaya, berdasarkan unit skala usaha yang ada di wilayah kajian, produksi optimum benih ikan lele yang dihasilkan kurang lebih sebanyak 25.000 ekor untuk setiap siklus produksi yang memakan waktu 5 6 minggu. Untuk induk ikan lele, sampai saat ini belum ada data pasti masa produktif induk ikan lele karena hingga umur 5 tahun, induk ikan lele yang sehat masih dapat menghasilkan larva dengan jumlah besar. 32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

Pembenihan Ikan Lele 4.9. Kendala Produksi Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pembenihan ikan lele dumbo adalah masa kritis benih ikan lele dari larva hingga ketika mulai makan. Upaya pemberian pakan buatan kadang mengalami kegagalan sehingga jumlah kematian larva lele melebihi ambang batas (35%) sehingga pembenih ikan lele akan mengalami kerugian. Faktor kritis dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo adalah cuaca. Berproduksi pada musim kemarau lebih baik dibandingkan pada musim penghujan. Faktor lainnya adalah kesehatan induk lele, karena ketersediaan telur lele akan tergantung pada kesehatan ikan lele. Pada proses pembenihan, faktor kendala produksi adalah banyaknya kematian benih ikan lele karena adanya penyakit dari lingkungan perairan, dimana benih ikan lele dipelihara. Disamping itu, perubahan makanan dari makan cacing tubifex menjadi pakan buatan (pelet lembut) juga menjadi kendala yang besar terhadap tingkat kematian benih lele. Untuk meminimalisir kematian benih ikan lele, maka dalam pemberian pakan dilakukan pencampuran cacing sutera dengan pellet halus dengan perbandingan semakin besar penggunaan pellet untuk benih yang semakin besar. Disamping itu, proses pemindahan dari pendederan satu ke pendederan lainnya juga sering menimbulkan stress ikan dan pada akhirnya menambah tingkat kematian, oleh sebab itu pada saat pemindahan benih ikan lele masih menggunakan sebagian air dari kolam tempat asal benih ikan lele. Hal ini dilakukan agar terjadi pengkondisian dalam penyesuaian lingkungan baru untuk benih ikan lele. 33

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

BAB V ASPEK KEUANGAN Untuk mengetahui kelayakan usaha dari sisi keuangan, terutama kemampuan pengusaha untuk mengembalikan kredit yang diperoleh dari bank maka perlu dilakukan analisa aspek keuangan. Analisa keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha pembenihan ikan lele dumbo. 5.1. Pemilihan Pola Usaha Pola usaha yang dipilih adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan menggunakan teknologi pemijahan alami. Pembenihan ikan lele dumbo dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan mengumpulkan induk jantan dan betina yang telah matang gonad dalam satu kolam. Meskipun tidak sebanyak dibandingkan dengan pemijahan suntik, metode ini cukup efektif dan murah selama induk lele masih dalam masa produktif. Pembenihan dalam satu siklus memakan waktu 5 6 minggu, ketika benih lele telah mencapai ukuran panjang 5 -\ 6 cm. Kegiatan usaha pembenihan ikan lele di lokasi penelitian umumnya masih dilakukan dalam skala usaha yang kecil (skala rumah tangga) yang membutuhkan biaya operasional kecil dengan produksi ikan lele yang juga sedikit. Kondisi tersebut menyebabkan usaha pembenihan ikan lele dengan skala usaha yang ada dinilai belum bankable. Untuk membuat kegiatan usaha yang mampu dijangkau oleh pihak perbankan, maka penyusunan pola pembiayaan untuk pembenihan ikan lele dilakukan untuk 5 unit usaha pembenihan. Hal ini dapat dilakukan dengan 1 bentuk usaha yang memiliki 5 unit pembenihan atau 5 orang pembenih bergabung dalam 1 kelompok usaha pembenihan ikan lele. Pemasaran ikan lele masih menggunakan jalur pemasaran tradisional. Pembeli, baik pedagang benih lele maupun petani ikan lele, akan datang langsung 35