ASPEK SEMANTIK DAN PRAGMATIK DALAM PENERJEMAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PENERJEMAHAN SEBAGAI REFLEKSI ASPEK KEBERTERIMAAN

ASPEK LINGUISTIK DAN KEBERTERIMAAN DALAM PENERJEMAHAN. Raja Rachmawati

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

BAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah

Apa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)

DESKRIPSI DAN SILABUS MATA KULIAH SEMANTIK BI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata.

ANALISIS STRUKTUR FRASA NOMINA DALAM LAGU ANAK PELANGI-PELANGI DAN PENERJEMAHAN BAHASA INGGRISNYA, RAINBOWS

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

AN ANALYSIS OF TRANSLATION METHODS USED IN THE INDONESIAN SUBTITLES OF THE CROODS MOVIE THESIS BY FIRNANTIA LARA LESTARI NIM

PENGANTAR. 1. Pengertian Sosiolinguistik 2. Masalah Yang Dikaji Sosiolinguistik

TERJEMAH DWIBAHASA Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era perkembangan teknologi sekarang ini menuntut semua perubahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk register medis anak dalam rubrik Konsultasi Ahli di Tabloid

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa berkembang terus sesuai dengan perkembangan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB II KAJIAN TEORI. tanda atau lambang, dan verba Samaino yang bisa disebut sebagai menandai

LANGUAGES AND TRANSLATOR

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana komunikasi dan juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan. pesan atau maksud pembicara kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Walija (1996:4), bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

fonologi morfologi linguistik sintaksis semantik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

KONSTITUENSI DALAM PROSES PENERJEMAHAN (Sebuah Tinjauan Singkat) CONSTITUENCY IN THE TRANSLATION PROCESS ( A Short Consideration)

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

METODE PENGAJARAN BAHASA BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bagian dari ilmu linguistik. Cabang-cabang ilmu linguistik tersebut di

BEBERAPA PANDANGAN LINGUISTIK DALAM PROSES DAN PROBLEMA TRANSLASI

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

PENGAJARAN PENERJEMAHAN DI BIDANG BUDAYA. Abstrak

JENIS DAN MAKNA TERJEMAHAN (DITINJAU DARI KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA)

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

Bab 1. Pendahuluan. Linguistik merupakan ilmu bahasa yang di perlukan sebagai dasar untuk meneliti

FUNGSI DAN PERAN SINTAKSIS PADA KALIMAT TRANSITIF BAHASA JEPANG DALAM NOVEL CHIJIN NO AI KARYA TANIZAKI JUNICHIRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TUTURAN KERNET BUS SUGENG RAHAYU Aditya Wicaksono 14/365239/SA/17467

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

Cabang Linguistik & Manfaat Linguistik Bagi Guru Bahasa. Pertemuan Ketiga-Munif 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

PEMBELAJARAN KOSAKATA 1. Suharso 2. kosakata tidak selalu dijadikan prioritas dalam pembelajaran bahasa, perhatian

CAMPUR KODE BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA JAWA PADA SIARAN RADIO JAMPI SAYAH DI RADIO SKB POP FM GOMBONG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

KESALAHAN SEMANTIS DALAM TERJEMAHAN. Oleh: Rita Erlinda *

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

SUATU KAJIAN TEORITIS TENTANG PENERJEMAHAN DAN IKLAN. Don Narius Universitas Negeri Padang. Abstract

ANALISIS MAKNA DALAM KATA MUTIARA PADA ACARA TELEVISI HITAM PUTIH DI TRANS7 BULAN AGUSTUS 2011: TINJAUAN SEMANTIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan informasi yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

KATA, MAKNA DAN PENERJEMAHAN ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

Transkripsi:

ASPEK SEMANTIK DAN PRAGMATIK DALAM PENERJEMAHAN Bena Yusuf Pelawi Fakultas Sastra, Universitas Kristen Indonesia ABSTRACT Research deployed translation issues, mainly concerning from semantic and pragmatic aspects. Discussion was started by stating the importance of linguistic aspects comprehended and applied by a translator, such as grammar, phonology, morphology, syntax, semantics, pragmatics, sociolinguistics, and psycholinguistics. Research presented six meaning problems in translation, those related to lexical meaning, grammatical meaning, contextual meaning or situational meaning, textual meaning, socio-cultural meaning, and idiomatic meaning. It can be concluded that the ability to apply linguistic aspect both from the source and targeted languages take important role to produce a good translation. Keywords: semantics, pragmatics, translation ABSTRAK Penelitian membahas masalah terjemahan, terutama dari aspek semantik dan pragmatik. Bahasan didahului dengan pentingnya aspek linguistik, misalnya penguasaan grammar, fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, prakmatik, sosiolingistik, dan psikolinguistik yang harus dikuasai oleh penerjemah agar dapat menghasilkan karya yang baik. Disebutkan, terdapat enam masalah makna dalam penerjemahan, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual atau situasional, makna tekstual, makna sosio kultural dan makna idiomatik. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan penguasaan aspek linguistik yang baik dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran sangat berperan dalam menghasilkan karya terjemahan. Kata kunci: semantik, pragmatik, terjemahan 146 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.3 No.2 November 2009: 146-151

PENDAHULUAN Kegiatan Penerjemahan tidak dapat terlepas dari pengaruh aspek linguistik. Penguasaan aspek linguistik dapat mempengaruhi karya terjemahan yang dihasilkan oleh seorang penerjemah. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan aspek linguistik yang dimiliki seorang penerjemah maka semakin baik pula karya terjemahan yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Sakri (1985:5) menjelaskan bahwa aspek linguistik yang terdapat dalam bahasa, baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran sangat berperan dalam membentuk karya terjemahan. Sementara, menurut Udaya dalam Samiati (1998:3) aspek linguistik memiliki peranan yang strategis dalam penerjemahan. Ia memberikan salah satu contoh tentang tata bahasa (grammar). Tata bahasa sangat menentukan seorang penerjemah untuk dapat melakukan kegiatan menerjemahkan dengan baik. Tanpa memiliki pemahaman tata bahasa atau grammar dengan memadai tentu seorang penerjemah akan kesulitan dalam memahami teks serta mengalihkan makna ke dalam Bahasa Sasaran. Oleh karena itu Udaya menyatakan bahwa grammatical adjustment merupakan teori yang praktis. Sebenarya kalau membahas aspek linguistik, grammatical adjustment hanya sebagai salah satu contoh aspek linguistik. Banyak aspek linguistik lain yang akan dapat membantu seorang penerjemah dalam melakukan pekerjaan.. Aspek tersebut adalah Fonologi (termasuk cara mempelajari bunyi bahasa beserta makna), Morfologi, Sintaksis, Semantik, Prakmatik, Sosiolinguistik, begitu pun dengan Psikolinguistik (Udaya dalam Samiati (1998:4)). Aspek linguistik ini dapat memberikan dasar yang kuat bagi seorang ahli bahasa untuk menjadi penerjemah yang baik. Begitu pula dengan mahasiswa yang sedang belajar menerjemahkan, aspek linguistik yang ada akan memberikan landasan kritis dalam melakukan kegiatan penerjemahan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek linguistik perlu dipahami oleh calon penerjemah. Hal ini disebabkan aspek linguistik mampu memberikan landasan yang cukup kuat bagi seorang penerjemah atau calon penerjemah dalam melakukan aktivitas. Lyons (1995:3) mengatakan bahwa, Semantics is traditionally defined as the study of meaning. Crystal (1985:273) mengatakan bahwa, Semantics is a major branch of linguistics devoted to the study of meaning in language. Nida (1975:26) menjelaskan bahwa: In other words, the meaning consists of that set of necessary and sufficient conceptual features which make it possible for the speaker to separate the referential potentiality of any one lexical unit from that of any other unit which might tend to occupy part of the same semantic domain. Pendapat Nida ini dipertegas oleh Subroto dkk (1999:2) yang menjelaskan bahwa, Rumusan tersebut berkaitan dengan arti leksikal dan sebuah unit leksikal tertentu. Arti leksikal dari sebuah unit leksikal (atau lebih tepat disebut leksem) terdiri dari seikat ciri kognitif yang terstruktur. Hal ini berarti bahwa arti (meaning) dipahami atau dikuasai oleh pengguna bahasa secara empirik berdasarkan kemampuan kognitif sejak awal mula dia mulai belajar dan menguasai bahasa. Alwasilah (1984:146) mengatakan bahwa, Makna ada di balik kata. Sementara itu Nida (1975:1) menjelaskan bahwa, Suatu kata dapat mempunyai sejumlah makna yang berbeda. Selain itu Lepschy dalam Samiati (1998:3) mengungkapkan bahwa, Makna cenderung digunakan hanya Aspek Semantik dan Pragmatik.. (Bena Yusuf Pelawi) 147

sebagai sarana untuk mendefinisikan unit linguistik saja. Ahli lain menjelaskan bahwa, Makna sebaiknya dikaji dalam kaitan fungsinya sebagai alat komunikasi sehingga kajian makna perlu mengacu pada aneka fungsi yang relevan pada tindak kebahasaan (Jakobson, 1960 dalam Samiati, 1998:3). Sementara itu Leech (1993:8) mengartikan prakmatik sebagai, Studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (Speech Situations). Sebagai contoh adalah penggunakan kata run dalam kalimat berikut (Larson, 1984:8), yaitu (1) The boy runs, (2) The clock runs, (3) The nose runs, dan (4) The river runs. Kalimat tersebut menggunakan kata yang sama, yaitu run. Kalimat The boy runs diterjemahkan Anak itu berlari, The clock runs diartikan Jam itu berputar, The nose runs diterjemahkan Anak itu pilek, dan kalimat yang terakhir The River runs menjadi Sungai itu mengalir. Dari perbandingan keempat kalimat tersebut diperoleh beberapa perbedaan makna dari kata run, yaitu berlari, berputar, pilek, dan mengalir sehingga makna dari satu kata tidak terpancang oleh bentuk leksikon saja, akan tetapi juga terpengaruh oleh faktor lain, misalnya, faktor struktur gramatikal, situasi berbicara dan latar belakang bidang ilmu. Dalam kaitannya dengan penerjemahan, Samiati (1998:3) mengelompokkan makna kedalam lima jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna tekstual, dan makna situasional. Makna leksikal dan makna gramatikal mengacu pada konteks mikro-linguistik, sementara makna kontekstual, tekstual, dan situasional mengacu pada konteks mikro-dan makro-linguistik. Pendapat senada dikemukakan oleh M.R.Nababan (1997:36-38), bahwa, Masalah makna dalam penerjemahan dapat digolongkan menjadi 5, yaitu; makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual atau makna situasional, makna tekstual, dan makna sosio-budaya. Makna leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang atau peristiwa, dlsb. Makna leksial dapat juga disebut makna yang ada dalam kamus, mengingat kata yang ada dalam kamus lepas dari penggunaannya atau konteksnya. Misalnya, sebagai kata sifat, kata bad bisa mempunyai enam buah makna yaitu Jahat, buruk, jelek, susah, tidak enak, dan busuk. Jika makna leksikal disebutkan bahwa makna lepas dari konteksnya maka makna gramatikal adalah sebaliknya. Makna gramatikal ialah hubungan antar unsur bahasa dalam satuan yang lebih besar. Dia memberikan contoh penggunaan kata can. Kata tersebut bisa berarti dapat, kaleng, dan mengalengkan, tergantung pada posisi kata itu dalam kalimat. Penggunaan kata can dalam kalimat They can the fish berbeda artinya dengan penggunaan kata can dalam kalimat He kicked the can hard. Makna kontekstual atau situasional, yaitu makna suatu kata yang berkaitan dengan situasi pengguna bahasa. Hal ini diperjelas Kridalaksana (1984:120) bahwa Makna kontekstual ialah hubungan antara ujaran dan situasi di mana ujaran itu dipakai secara kontekstual., contohnya ucapan Good Morning untuk menyapa karyawan yang sedang terlambat datang ke kantor. Ucapan itu bisa diartikan keluar bila yang mengatakan bos dengan nada marah dan jengkel. Makna tekstual merupakan makna yang berkaitan dengan isi suatu teks atau wacana. Perbedaan jenis teks dapat pula menimbulkan makna suatu kata menjadi berbeda. Penggunaan kata morphology dalam teks biologi memiliki arti yang berbeda dengan kata morphology dalam teks kebahasaan. Sedangkan makna sosio-kultural merupakan makna dari suatu kata yang erat kaitannya dengan sosio-budaya pemakai bahasa. Karena dia berasal dari Batak, kata marhusip diangkatlah menjadi contoh. Dalam bahasa Batak Toba, kata tersebut tidak hanya sekedar berarti berbisik tetapi jauh lebih luas dan kompleks karena berkaitan dengan konteks budaya perkawinan. Yusuf (1994:93) menjelaskan bahwa, Dalam menelaah makna kata, biasanya dibedakan antara makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna kamus, makna yang bersifat umum, objektif dan belum ditumpangi isi, nilai, atau rasa tertentu. Sebaliknya, makna konotatif bersifat subjektif dalam pengertian bahwa ada makna lain dibalik makna umum atau makna kamus tersebut. Sedangkan Beekam dan Callow (dalam Larson 1989:110), Menggunakan istilah makna primer dan makna sekunder. Makna primer maksudnya adalah makna yang tampil dalam 148 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.3 No.2 November 2009: 146-151

pikiran penutur bahasa jika kata itu diucapkan tersendiri, sementara makna sekunder adalah makna yang bergantung pada konteksnya. Berangkat dari beberapa pandangan dan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah makna dalam penerjemahan dapat digolongkan menjadi enam, yaitu Makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual atau situasional, makna tekstual, makna sosio cultural, dan makna idiomatik. Makna Leksikal Makna leksikal cenderung mengacu pada makna yang ada di dalam kamus, yaitu makna mandiri seperti apa adanya. Misalnya kata sentence memiliki arti kalimat atau hukuman. Belum bisa dibedakan karena kata itu masih mandiri. Kata tersebut belum terpengaruh oleh faktorr lain. Sehubungan dengan ini, Machali (2000:24) mengungkapkan bahwa, Makna leksikal (dari kata leksikon : yakni kata) adalah makna sebagaimana yang kita jumpai dalam kamus pada umumnya, misalnya : dalam Kamus Indonesia-Inggris, anjing = dog. Makna Gramatikal Makna gramatikal adalah makna dari suatu kata karena pengaruh penggunaan struktur kalimat yang digunakan. Pengertian kata sentence dalam kalimat It is an active sentence atau At least a sentence provides subject and predicate berbeda artinya dengan kata sentence dalam kalimat The sanction can be fine, a jail sentence or both. Di samping itu, Machali (2000:24) mengatakan bahwa, Makna gramatikal adalah makna yang terbentuk akibat susunan kata atau frasa, klausa, atau kalimat, misalnya makna yang terbentuk akibat akhiran yang ditambahkan dalam kata meminjam dan meminjamkan, yang dalam bahasa Inggris menjadi to borrow dan to lend. Makna Kontekstual Makna kontekstual disebut makna situasional (Nababan 1997:37). Makna kontekstual ini merupakan makna dari suatu kata atau kalimat karena situasi dalam penggunaan bahasa. Contoh yang menarik adalah (Soemarno dalam Nababan, 1997:38) penggunaan kalimat I really hate you yang diucapkan oleh sepasang sejoli yang sedang bermesraan di taman. Sang wanita mencubit lengan kekasihnya sambil mengucapkan kalimat tersebut dengan suara gemes. Tentu saja kalimat tersebut memiliki arti yang berlawanan, terutama penggunaan kata hate. Makna Tekstual Makna Tekstual maksudnya adalah makna yang timbul atau diperoleh dari isi suatu teks atau bacaan tertentu. Contohnya adalah kata sentence seperti dikemukakan di depan. Dalam bacaan mengenai kebahasaan tentu saja kata tersebut mengacu pada penggunaan kalimat dan seputarnya. Namum bila kata tersebut ditemukan dalam bacaan bidang hukum tentu saja artinya akan mengarah ke hukuman dan yang seputarnya. Makna Sosio-Budaya Makna sosio-budaya sangat erat kaitannya dengan kultur budaya dan hubungan sosial di masyarakat. Soemarno (1997:3-8) memberikan contoh banyak sekali baik yang berkaitan dengan hubungan kekeluargaan, cara pandang terhadap dunia kehidupannya, istilah stereotif, peristiwa budaya, istilah bahasa maupun masalah sapa menyapa. Misalnya, penerjemahan mbah canggah, udeg-udeg, selapanan, midodareni, tetesan sampai penggunaan kalimat manunggaling kawula gusti. Tanpa diuraikan dengan jelas, para konsumen hasil terjemahan akan kesulitan memahami Aspek Semantik dan Pragmatik.. (Bena Yusuf Pelawi) 149

istilah-istilah yang menyangkut masalah budaya tersebut. Disamping itu, Machali (2000:25) menyebut makna sosio-budaya sebagai makna sosiokultural, yaitu makna yang terbentuk oleh budaya setempat atau juga mempunyai muatan sosial tertentu. Contohnya adalah kalimat Selamat makan yang tidak ada dalam budaya Inggris sehingga tidak ada kalimat seperti Good eat. Untuk makna yang bermuatan sosial adalah misalnya kata lunch dan luncheon dalam bahasa Inggris; kata yang kedua lebih banyak digunakan oleh mereka dari kelas sosial yang lebih tinggi dari pada kelas lain. Makna Idiomatik Makna idiomatik atau ungkapann yang lain-proverb, maxim dan collocation-juga perlu diperhatikan dalam proses penerjemahan. Yang dimaksud dengan makna idiomatik adalah makna yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan khusus yang sudah memiliki arti khusus pula. Bentuk idiom itu tidak bisa diubah susunannya, dihilangkan salah satu unsur katanya, ditambah ataupun diganti unsur katanya maupun diubah strukturnya. Idiom merupakan bentuk bahasa yang sudah membeku dan tak memungkinkan menambah variasi pada bentuknya serta maknanya tidak dapat disimpulkan dari komponen secara terpisah. Misalnya, idiom Half a loaf is better than one diartikan lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali dan idiom It s raining cats and dogs diartikan Hujan sangat lebat. Untuk lebih jelasnya Baker (1992:62) menegaskan bahwa, In the case of idioms, often carry meaning which cannot be deduced from their individual components. Selain itu, Blight (1999:27) menyatakan idiom adalah, A fixed combination of words whose meaning is derived from perceiving the unit as a whole rather than as individual words. SIMPULAN Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan penguasaan aspek linguistik yang baik dalam bahasa sumber maupun dalam bahasa sasaran sangat berperan dalam menghasilkan karya terjemahan. Makna bisa ditimbulkan oleh bentuk lugas bahasa itu sendiri, makna bisa karena bentuk struktur bahasa yang dipakai, makna bisa terwujud disebabkan oleh situasi pengguna bahasa itu sendiri, makna bisa memiliki arti karena penggunaan dalam bidang ilmu tertentu. Makna juga bisa muncul dari sosio-kultur budaya yang ada. Jadi, bisa dilihat bahwa masalah makna dapat ditemukan dalam berbagai konteks. DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, A.C. (1984). Linguistik: Suatu pengantar, Bandung: Angkasa. Baker, M. (1992). In other words. A Coursebook on Translation, Great Britain: Clays Ltd. St Ives Plc. Blight, R.C. (1999). Translation problems from A to Z. Dallas, Texas: Summer Institute of Linguistics, Inc. Crystal, D. (1985). A dictionary of linguistics and phonetics, Great Britain: Cornwall press Ltd. Kridalaksana, H. (1984). Kamus linguistic, Jakarta: PT. Gramedia. Larson, M.L. (1984). Meaning based translation, a guide to cross-language equivalence, New York: University Press of America. 150 Jurnal LINGUA CULTURA Vol.3 No.2 November 2009: 146-151

Leech, G. (1989). Principles of pragmatics, Singapore: Longman Singapore Publishers (Pte) Ltd. Lyons, J. (1995). Linguistic semantics: An introduction, Cambridge University Press. Machali, R. (2000). Pedoman bagi penerjemah, Jakarta: PT Grasindo. Nababan, M.R. (1997). Aspek teori penerjemahan dan pengalihbahasaan, Surakarta: PPS UNS. Nida, E.A. (1975). Componential analysis of meaning: An introduction to semantic structures, Netherland: Mountain & Co. Publisher. Sakri, A. (1985). Ihwal menerjemahkan, Bandung: ITB Press. Subroto, D.E, dkk. (1999). Telaah stilistika novel-novel berbahasa jawa tahun 1980-an, Jakarta: P3B, Depdikbud. Soemarno, T. (1997). Sekitar masalah budaya dalam penerjemahan. Makalah dalam Kongres linguistik Nasional, Surabaya. Tarjana, S. (1998). Masalah makna dan pencarian padanan dalam penerjemahan. Makalah seminar program S2 Linguistik. Surakarta. Yusuf, S. (1994). Teori terjemah: Pengantar ke arah pendekatan linguistik dan sosiolinguistik, Bandung: CV Mandar Maju. Aspek Semantik dan Pragmatik.. (Bena Yusuf Pelawi) 151