MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN
|
|
- Harjanti Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN Mencermati masalah makna dalam studi bahasa adalah kegiatan yang sangat penting karena makna tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa sehari-hari. Makna juga banyak dilibatkan dalam kegiatan penerjemahan. Seorang penerjemah yang baik harus mampu menganalisis suatu wacana atau teks untuk mendapatkan makna yang tepat dalam tataran leksikal, frasa, kalimat, dan bahkan makna dari seluruh wacana tersebut. Pengkajian makna dalam ilmu bahasa masuk dalam ranah semantic. Lyons (1979:1) mengatakan Semantics is generally defined as the study of meaning. Ada beberapa teori mengenai makna yang dapat dikemukakan pada saat ini, yaitu: 1) salah satu di antaranya adalah apa yang disebut Reference Theory. Teori milik Ogden dan Richards ini adalah teori yang paling dikenal luas (Mackey, 1967:16). Teori ini digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut. A Referent B Reference Symbol Bahasa mungkin dianggap sebagai suatu aktifitas yang diacu oleh hal-hal atau pikiran atau objeknya (A) dan mendapatkan makna linguistik dari perbuatan yang berasal dari pikiran atau konsep (B) dan diwujudkan dalam symbol fisik (C). Bagan di atas mungkin akan lebih jelas lagi bila digambarkan dalam bagan bell berikut Concept (tree) Linguistis sign= Object (tree) Accoustic image /tri:/ Bagan diambil dari Bell (1991:85)
2 2) Teori makna yang lain apa yang disebut Componential Analysis. Dalam analisis komponen ini diasumsikan bahwa makna sebuah kata itu adalah jumlah dari unsure-unsur makna (cirri semantic khusus) yang dimilikinya (Bell, 1991:88). Kehadiran cirri-ciri khusus itu ditandai dengan tanda (+) atau (-). Man + human + adult + male - woman 3) Teori makna lainnya ialah apa yang disebut Meaning Postulates. Meaning postulate ini sudah banyak dikenal orang. Teori makna ini membahas hiponim, sinonim, dan antonym. MEANING Dalam studi semantik sudah lama disadari bahwa istilah arti dalam bahasa Indonesia sering membingungkan. Dalam bahasa Inggris pun terdapat padanan arti yang bermacam-macam, yaitu meaning, sense, denotation, reference, information. Jika istilah meaning dipadankan dengan arti lalu bagaimana dengan istilah lain? Yang dimaksud dengan arti di sini adalah arti lingual atau arti linguistik, yaitu arti yang terdapat dalam bahasa yang terstrukturkan oleh dan di dalam bahasa, dipahami secara lebih kurang sama oleh pengguna bahasa dalam suatu masyarakat bahasa, dipakai secara umum dan wajar dalam proses berkomunikasi sehari-hari. Pengertian arti di sini dapat dinyatakan sebagai bentuk pengetahuan yang bersifat empirik atau pun diperoleh secara kognitif. Dengan rumusan ini, perdebatan ihwal arti dari sudut pandang yang nonlinguistic dapat dihindari. Secara umum dapat dinyatakan bahwa arti (meaning) pada dasarnya adalah bentuk pengetahuan kognitif yang terdapat di dalam bahasa, yang terdapat dan distrukturkan di dalam dan oleh sistem bahasa, yang dipahami kurang lebih sama oleh para penutur dalam kegiatan berkomunikasi secara umum dan wajar. Arti (meaning) bersifat dasar atau basic, sebagai ancar-ancar dan belum tertentu. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa arti itu bersifat prateoritik. Artinya meaning belum tertentu atau spesifik. Arti akan bersifat spesifik manakala dipakai untuk proses penunjukan (reference) dalam situasi pemakaian bahasa tertentu, atau dipakai dalam tuturan tertentu. Namun, arti yang demikian akan diistilahkan dengan istilah apa? Apakah sense, designation, denotation, reference atau makna? SENSE, DESIGNATION/DENOTATION, REFERENCE Masalah berikutnya yang perlu diperjelas dalam proses penerjemahan adalah perbedaan sense (dalam hal ini saya padankan dengan istilah makna), designation/ denotation (designasi/denotasi) dan reference (referensi). Salah seorang ahli semantic
3 yang menekankan perlunya membedakan antara sense (makna) dan designasi/denotasi adalah Keith Allan (1986:70). Dinyatakan bahwa sebuah kalimat mempunyai arti (baca: makna) sebagaimana apa yang dimaksudkan untuk arti itu di dalam tuturan tertentu. Arti yang demikianlah yang dimaksud sense (1986:67). Menurut Allan, sense adalah arti sebuah unit leksikal atau tuturan sebuah kalimat dalam pemakaian yang konkret atau nyata dalam situasi tertentu. Tuturan sebuah kalimat tersebut terikat oleh latar pembicaraan, oleh lingkungan tekstual, dan oleh dunia nyata yang dituturkan. Sense atau makna sebuah unit leksikal itu biasanya sebagaimana ditunjukkan di dalam sebuah kamus (1986:68). Kamus yang baik akan memerikan makna entri yang dimuatnya berdasarkan konteks pemakaiannya. Lebih lanjut Allan menegaskan bahwa sense sebuah kalimat itu terbentuk dari makna butir-butir leksikal yang dipakainya plus struktur kalimat itu, plus intonasi, plus situasi dan maksud penutur (1986:68). Sehubungan dengan itu, saya memadankan sense dengan makna, yaitu arti sebuah butir leksikal atau sebuah tuturan kalimat berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang melatarinya, intonasinya. Dengan demikian, kalau arti (sebagai padanan meaning) itu bersifat basic dan sebagai ancarancar, maka makna (sense) sudah bersifat tertentu (spesifik). Makna dikatakan bersifat spesifik karena artinya dibatasi oleh rambu-rambu struktur, konteks pemakaian, intonasi, dan latar yang melingkupinya (bandingkan dengan Hymes, 1968:99). Dengan alasan itu, lebih lanjut Allan menegaskan yang dapat dialihbahasakan dalam penerjemahan adalah maknanya (sense) (1986:71). Secara lebih khusus, Allan mengatakan bahwa sense (makna) adalah piranti tuturan yang bersifat emik. Sense sebuah tuturan dapat dites dengan pertanyaan What is the meaning of E (expression)? (1986:71). Ketiga konsep di atas (sense, designation/denotation, dan reference) menurut Lyons (1995) perlu dibedakan satu sama lain. Dalam kaitan ini, tampaknya istilah designasi dan istilah denotasi untuk sementara diberi arti yang sama.. Apa yang dimaksud dengan denotasi di sini tampaknya serupa dengan istilah meaning sebagaimana diuraikan di atas. Dalam kaitannya dengan referensi, Lyons menyatakan sebagai berikut that the denotation of an expression is invariant utterance-independent: it is part of the meaning which the expression has in the language-system, independently of its use on particular occasions of utterance (1995:79). Berdasarkan rumusan di atas dapat dikatakan bahwa denotasi dari sebuah ekpresi (leksem, kalimat, tuturan) bersifat invariant dan tidak bergantung pada tuturan. Denotasi adalah bagian dari arti yang ditentukan oleh system bahasa, tidak bergantung pada situasi yang khas dari sebuah tuturan. Sebaliknya reference oleh Lyons dinyatakan is variable and utterancedependent (1995:79). Jadi referensi berbeda dengan denotasi. Referensi itu bervariasi (bergantung pada situasi pemakaiannya) dan bergantung pada wujud tuturannya. Yang jelas, referensi itu adalah suatu bentuk penunjukan dalam kegiatan berbahasa yang nyata, yang bersifat tertentu dan bergantung pada konteks, misalnya kursi dan kursi itu (dalam kursi itu baru) sangat berbeda. Yanag pertama berkaitan dengan konsep denotasi, yaitu denotes the same class of entities in the external world atau mengacu pada golongan entity yang sama dari dunia eksternal atau dunia luar bahasa. Jadi, semua entity atau maujud di sekitar kita yang dipersepsi sama sebagai kursi akan dibahasakan dengan leksem kursi (atau lebih teknis KURSI). Sebaliknya, kursi itu termasuk prosesferensi karena hanya menunjuk pada kursi tertentu yang terlibat dalam proses penunjukan itu pada situasi konkret tertentu. Misalnya, kalau ada penutur O1 (orang kesatu) berbicara
4 kepada O2 (orang kedua) di dalam suatu situasi konkret tertentu dalam tuturan kursi itu baru hal itu berkaitan dengan referensi terhadap benda kursi yang tertentu. Dalam kaitannya dengan sense, Lyons menjelaskan bahwa sense hanya dapat diterangkan dalam konteks sense-relations antara leksem yang satu dengan leksem yang lainya, atau antara ekpresi yang satu dengan yang lainnya dalam system bahasa yang sama. Sebagaimana telah dikenal dari de Saussure bahwa relasi itu ada yang bersifat sintagmatik, ada yang bersifat paradigmatic. Berkaitan dengan itu, Lyons menggunakan konsep relasi kombinatorial (sintagmatik) dan konsep relasi substitusional (paradigmatik) untuk menentukan sense (makna) sebuah leksem. Misalnya, untuk mengetahui leksem BARU harus dikaji kemungkinan kemampuan berkombinasinya secara sintagmatik dengan leksem-leksem lain dalam kemungkinan tuturan yang senyatanya berterima dan juga harus dipertimbangkan kemungkinannya disubstitusikan dengan leksem-leksem lain seperti LAMA, USANG, TUA dan sebagainya. Lebih lanjut Lyons (1995:80) menjelaskan bahwa terdapat saling ketergantungan antara sense (makna) dan denotasi. Yang jelas sense itu berkaitan dengan relasi yang bersifat interlexical (antarleksikal) dan intralingual, serta sepenuhnya bergantung pada system bahasa yang bersangkutan. Sekali lagi relasi antar leksikal itu dapat bersifat kombinatorial ataupun substitusional. Di dalam proses berbahasa orang memanfaatkan leksem-leksem dengan denotasi tertentu. Namun, denotasi itu masih bersifat umum dan sebagai ancar-ancar. Leksem-leksem dengan denotasinya yang telah dikuasai sejak belajar berbahasa bersama dengan seperangkat kaidah atau pola dalam bahasa itu secara bersama disebut la langue. Namun, dalam realisasi penggunaan bahasa dalam situasi kongkret pengguna bahasa berhadapan dengan sense atau makna sebuah ekspresi. Jadi dapat dikatakan terdapat saling ketergantungan antara denotasi dan sense. MAKNA DALAM PENERJEMAHAN Hampir semua teori makna yang ada pada pendahuluan makalah ini hanya membahas makna leksikal secara teoritik, dan barangkali secara filosofis. Pembahasan semacam itu tidak dapat diterapkan dalam praktik penerjemahan karena dalam penerjemahan kata tidak akan berdiri sendiri. Kata dalam penerjemahan pada umumnya akan terkait dengan kata lain atau paling tidak kata itu akan terbungkus dalam prosodi atau dengan situasi di mana kata itu digunakan. Penerjemahan selalu akan melibatkan dua macam budaya yang berbeda, dengan demikian meskipun kata itu mempunyai makna yang sama, makna kata-kata yang berasal dari budaya yang berbeda itu jarang sekali memiliki makna yang persis sama, kecuali bila kata-kata itu adalah kata-kata yang berhubungan dengan istilah-istilah ilmu pengetahuan atau istilah-istilah teknologi. Dalam ilmu penerjemahan, makna yang dibahas adalah makna-makna yang langsung berhubungan dengan makna yang terdapat dalam teks. Ilmu-ilmu lain sangat berpengaruh pada makna dalam penerjemahan ini, misanya ilmu kebahasaan, ilmu sastra dan sebagainya. MAKNA LEKSIKAL Makna leksikal adalah makna suatu kata seperti yang terdapat dalam kamus. Dalam penerjemahan makna suatu kata harus dicarikan padanannya dalam BSa (bahasa sasaran). Suatu kata dari suatu bahasa tidak akan atau jarang sekali mempunyai suatu
5 pandanan yang persis sama dalam bahasa lain. Keadaan ini tidak lain disebabkan perkembangan suatu bahasa selalu mengikuti perkembangan budaya suatu bangsa. Dalam hubungannya dengan makna leksikal dalam bahasa sumber (BSu) serta pencarian padanannya dalam BSa, penulis mengelompokkannya menjadi tiga kelompok. 1) Kata-kata dalam Bsu yang dengan sangat mudah dapat dicarikan padanannya dalam BSa, misalnya kata-kata seperti radio, computer, book, gold, dan sebagainya. Padanan atau terjemahan untuk kata-kata tersebut mempunyai cirriciri fisik dan konsep serta fungsi yang sama atau hampir sama. 2) Kata-kata yang termasuk dalam kelompok kedua adalah kelompok kata yang mempunyai makna leksikal dalam BSu dan padanannya dalam BSa, tetapi makna itu sebenarnya sudah berbeda, baik dalam cirri fisikal maupun konsepnya. Namun, kedua makna leksikal tersebut (dalam Bsu dan BSa) masih dapat dianggap sebagai padanan, sehingga seorang penerjemah masih dapat menggunakannya sebagai padanan dalam penerjemahan. Contoh: (1) rish (Ing) dan kaya (ind) Kedua kata tersebut dianggap sebagai padanan meskipun criteria kaya antara negara yang satu dengan yang lain berbeda. Contoh: (2) bath (Ing) dan mandi (Ind) Kedua kata itu dapat dianggap sebagai padanan meskipun cara mandi antara negara yang satu dengan yang lain sangat berbeda. 3) Kelompok ketiga adalah kelompok kata yang sukar sekali dicarikan padanannya dalam BSa, atau bahkan untuk kata-kata tertentu tidak dapat diterjemahkan ke dalam BSa (untranslatable (Soemarno, 1990:12). Ada dua macam untranslatability, yaitu untranslatability linguistik dan cultural (Catford, 1965:94). Contoh: (1) kata sampun atau permisi (yang diucapkan oleh seorang tamu yang meninggalkan rumah yang dikunjunginya) sulis sekali untuk dicari padanannya dalam bahasa Inggris. Hal ini diakibatkan kebiasaan tersebut tidak ada atau agak berbeda dengan kebiasaan yang berlaku pada bahasa sasarab (BSa). Contoh: (2) kata pangestunipun (jawaban orang Jawa untuk menjawab kata sugeng tindak). Coba anda cari padanannya dalam bahasa Inggris atau Indonesia. Penulis yakin anda tidak akan menemukannya. Contoh lain---- kenduri, mitoni, midodareni, tedhak siti. MAKNA SITUASIONAL ATAU KONTEKSTUAL Pada dasarnya suatu kata jarang sekali berdiri sendiri. Suatu kata pada umumnya hadir dalam kemasaan suatu kalimat bahkan sering dikemas dalam suatu satuan (unit) yang lebih besar daripada kalimat. Hal ini mengakibatkan makna suatu kata tidak berdiri sendiri, tetapi makna kata tersebut terletak dalam suatu konteks atau situasi. Makna yang terdapat dalam situasi kadang-kadang berbeda sekali dengan makna kata yang berdiri sendiri. Hakikatnya setiap kata dari suatu bahasa mempunyai makna sebanyak situasi atau konteks tempat kata itu digunakan bersama-samakata-kata lain dalam kalimat. Konteks menurut Suryawinata (1982:32) adalah hubungan antara unsure-unsur gramatikal atau pun leksis dengan unsure-unsur situasi yang relevan. Jadi suatu kata mempunyai makna sebanyak situasi yang menyertainya. Ujaran terikat oleh situasi (Mc Guire, 1991:21). Contoh: (1) Marilah kita lihat makna kata WITH dalam kalimat-kalimat berikut:
6 a. Her eyes are filled with tears = Matanya penuh dengan air mata b. I have married with three children = Saya telah menikah dan mempunyai tiga Anak WITH pada kalimat 1a dapat diberi makna DENGAN, tetapi pada kalimat 1b tidak dapat dimaknai DENGAN. WITH dalam kalimat 1b dapat diberi makna DAN MEMPUNYAI. Hal ini menunjukkan bahwa makna suatu kata harus disesuaikan dengan situasinya. Contoh : (2) a. My father s car goes very fast = Mobil ayahku berjalan sangat cepat b. My vacation goes very fast = Liburanku berlalu sangat cepat Pada kalimat 2a dan 2b, semua menggunakan kata-kata yang sama ialah GOES VERY FAST tetapi makna kata GOES dalam kedua kalimat itu berbeda. Hal ini disebabkan konteks kalimat yang berbeda. MAKNA TEKSTUAL
BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu kalimat. Untuk membuat kalimat yang baik sehingga tuturan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kata yang tepat di dalam sebuah tuturan diperlukan guna terciptanya saling kesepahaman diantara penutur seperti yang diungkapkan oleh Leech, (2003: 16),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa adalah ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya dan linguistik dari kelompok pemakai bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan
Lebih terperinciANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI
ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013
BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan solusi untuk memecahkan masalah perbedaan bahasa. Penerjemahan merupakan sebuah pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,
Lebih terperinciFerdinand de Saussure
Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Tokoh-Tokoh Linguistik Abad 20 Ferdinand de Saussure Vilem Mathesius Louis Hjemslev John R. Firth M.A.K. Halliday Charles J. Filmore Leonard Bloomfield Kenneth L. Pike Noam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling mengerti. Bahasa dan masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teks terjemahan diciptakan dalam bingkai kondisi yang berlainan dengan bentuk-bentuk tulisan yang lebih bebas. Penerjemah harus berhadapan dan mengatasi sejumlah masalah
Lebih terperinciANALISIS BUDAYA MATERIAL DALAM TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK MADEMOISELLE FIFI KARYA GUY DE MAUPASSANT
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi antara sesamanya, manusia menggunakan bahasa untuk menyampaikan informasi, gagasan, pendapat serta untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciMAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman
MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI
PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Analisis kalimat dapat dilakukan pada tiga tataran fungsi, yaitu fungsi sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan gramatikal antara
Lebih terperinciMAKNA IDEASIONAL KATA CINTA DALAM NOVEL LONDON KARYA WINDRY RAMADHINA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA
MAKNA IDEASIONAL KATA CINTA DALAM NOVEL LONDON KARYA WINDRY RAMADHINA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.
Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam kasus ini, peneliti menggunakan sudut pandang konstruktivis yang merupakan landasan berpikir secara kontekstual dengan bertumpu pada tujuan,
Lebih terperinciSeptianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta
KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 menempatkan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesis berbasis teks, beragam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya baik secara lisan maupun tulisan. Komunikasi akan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinonimi adalah suatu kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun, memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata atau padanan kata.
Lebih terperinciApa yang Dipelajari oleh Ilmu Bahasa (linguistik)? (Bahan Kuliah Sosiolinguistik)
Bahasa dipelajari atau dikaji oleh disiplin ilmu yang disebut linguistik atau ilmu bahasa. Seperti halnya disiplin-displin yang lain, linguistik juga memiliki tiga pilar penyangga, yakni ontologi, epistemologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan
Lebih terperinciBASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13)
BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (1-13) KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM TEKS TERJEMAHAN MAHASISWA Khoirun Nisa E-mail: niesha.violet@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup
Lebih terperinciMENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS
MENYAKSIKAN DAN MENONTON: ANALISIS RELASI MAKNA SIMILARITAS Endang Sri Maruti marutiendang@gmail.com Universitas PGRI Madiun Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan beberapa bentuk relasi makna
Lebih terperinciBAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK
Nama : Hasan Triyakfi NIM : 1402408287 BAB VII TATARAN LINGUISTIK(4) SEMANTIK Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan
Lebih terperinciRELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA
RELEVANSI LFS DALAM ANALISIS BAHASA Rosmawaty Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Bahasa merupakan fenomena sosial yang terwujud dalam konteks sosial. Konteks sosial menentukan bahasa
Lebih terperinciKELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia
KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM PENERJEMAHAN SEBAGAI REFLEKSI ASPEK KEBERTERIMAAN
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PENERJEMAHAN SEBAGAI REFLEKSI ASPEK KEBERTERIMAAN Anam Sutopo Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta hafizha_anam@yahoo.com A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting agar suatu maksud dari pembicara dapat sampai dengan baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala hal yang dilakukan seseorang tak terlepas dari bagaimana ia memaknai tindakannya, begitu pula dalam berkomunikasi yang menjadikan bahasa sebagai kunci pokoknya.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Kajian Pustaka ini dilakukan dengan penelusuran atas penelitian sebelumnya, mengenai relasi makna yang membahas relasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat komunikasi karena dengan bahasa kita dapat bertukar pendapat, gagasan dan ide yang kita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan
192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK
PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ROAD MAP PENELITIAN A. Tinjauan Pustaka 1. Penelitian yang Relevan Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian Arifin yang berjudul Analisis Terjemahan Istilah-Istilah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari seseorang ke orang lain. Berbahasa yang baik dan benar ialah berbahasa sesuai
Lebih terperinciANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014
ANTROPOLINGUISTIK DR. FAJRI USMAN, M.HUM FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS 2014 ANTROPOLINGUISTIK KAJIAN KEBUDAYAAN MELALUI BENTUK-BENTUK LINGUAL ---- MENGKAJI BAHASA MELALUI BUDAYA يم ب س م من
Lebih terperinciDiajukan Oleh: ALI MAHMUDI A
ANALISIS MAKNA PADA STATUS BBM (BLACKBERRY MESSENGER) DI KALANGAN REMAJA: TINJAUAN SEMANTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciSEJARAH ALIRAN LINGUISTIK
SEJARAH ALIRAN LINGUISTIK Linguistik Tradisional Dalam pendidikan formal ada istilah kata tata bahasa tradisional dan tata bahasa structural. Kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orang sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan
Lebih terperinciPRAGMATIK. Disarikan dari buku:
PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti oleh peneliti- peneliti sebelumnya antara lain tentang analisis makna kata Ruh oleh Uswatun Hasanah (990704023),
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga membentuk kata dengan aturan sintaks untuk membentuk kalimat yang memiliki arti. Bahasa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciPENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA
PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang
Lebih terperinciMEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO
1 MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO Sry Inggriani Lakoro Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi tentang suatu fenomena atau deskripsi sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat sekitar. Ada dua cara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesatuan bahasa terlengkap dan tertinggi dalam hierarki gramatikal yaitu wacana, pemahaman mengenai wacana tidak bisa ditinggalkan oleh siapa saja terutama dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun
Lebih terperinciKATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah
Lebih terperinciERIZA MUTAQIN A
IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA BAHASA IKLAN PRODUK (STUDI KASUS DI RADIO GSM FM) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu
Lebih terperinciJENIS DAN MAKNA TERJEMAHAN (DITINJAU DARI KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA)
1 JENIS DAN MAKNA TERJEMAHAN (DITINJAU DARI KELEBIHAN DAN KEKURANGANNYA) Masduki Abstract: Translation as a process of transferring messages involves two distinct languages, source language and target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih
Lebih terperinci