Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Alokasi Dana Hasil Penghematan Subsidi BBM: Sebuah Catatan

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

BANTUAN LANGSUNG UNTUK RAKYAT MISKIN DIBERIKAN HINGGA 2014

Regulasi Kebijakan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan akar dari segala permasalahan. Pada saat ini

Buku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Data Kemiskinan dalam Perspektif APBN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,

KATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, karena memiliki proses pembentukan yang cukup lama serta

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

BukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar

RUANG FISKAL DALAM APBN

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

10JAWABAN BBM BERSUBSIDI HARGA TENTANG KENAIKAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Perekonomian, Subsidi BBM, dan Evaluasi Program BLT

Siaran Pers Nomor : 13/Humas Kesra /IV/2014. Jakarta, 21 April 2014

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

PELAKSANAAN DAN PENYALURAN PROGRAM RASKIN (EXISTING)

PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN : PROGRAM BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH TAHUN 2014 TAK TEPAT SASARAN. medanseru.co

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

1 Universitas Indonesia

Uka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,

KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)

TIM KAJIAN RASKIN LPPM IPB

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENGUATAN PERAN TKPK

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

SUBSIDI PUPUK DALAM RAPBN-P 2014

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN RUMAH TANGGA DAYA 900 VA

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI. Effektifitas Penyaluran Belanja Bantuan Sosial. I. Pendahuluan

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH

APBN YANG TERKIKIS OLEH UTANG 1 Oleh : Dr. Arif Budimanta 2

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Bahan FGD Antisipasi Penerapan Kebijakan RASTRA Sistem Tunai Oleh : Dirjen Pemberdayaan Sosial

Regulasi Penugasan Pemerintah kepada Perum BULOG 1

I. PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan suatu strategi pembangunan untuk

UPAYA-UPAYA UNTUK MENJAGA EFEKTIVITAS DANA BANTUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

REFLEKSI TERHADAP DESAIN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KESEJAHTERAAN SATU DASAWARSA TERAKHIR

Drs. AYIP MUFLICH, SH,M.Si

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Kebijakan Harga BBM dan Dampak pada APBN, Ekonomi dan Sosial

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. separuh APBN terkonsentrasi pada pemberian subsidi. Menurut Kompas.com

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

PERKEMBANGAN HARGA BBM 1 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tren yang fluktiasi dengan indikator-indikator yang mempengaruhinya.

OPTIMALISASI PROGRAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (P4S)

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

KEBIJAKAN PENGATURAN BBM BERSUBSIDI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Transkripsi:

1. Pendahuluan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 Pemerintah akan mengalokasikan dana tunai sebesar Rp 25,6 triliun kepada 18,5 juta keluarga miskin atau 74 juta jiwa sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Selamat April Desember 2012 setiap keluarga miskin akan menerima Rp 1,35 juta jiwa atau Rp 150 ribu per bulan. Selain itu pemerintah menyiapkan sejumlah kompensasi berupa: a. Subsidi angkutan umum, antara lain melalui penambahan PSO untuk angkutan umum kelas ekonomi, penumpang dan barang, kompensasi terhadap kenaikan biaya tidak langsung untuk angkutan umum kelas ekonomi, penumpang dan barang, kompensasi terhadap kenaikan biaya tidak langsung angkutan umum perkotaan, serta bentuk kompensasi lainnya. Perkiraan kebutuhan anggaran kompensasi kenaikan harga BBM untuk angkutan umum program 9 bulan, termasuk biaya persiapan dan pengelolaan, adalah sebesar Rp 5,0 triliun. b. Kompensasi pangan berbentuk penambahan beras miskin (raskin), baik dari sisi volume maupun frekuensi. Raskin ini akan dibagikan selama 14 bulan (April 2012 Juni 2013). c. Kompensasi bantuan pendidikan dengan penambahan subsidi dan beasiswa bagi rakyat miskin. Paket kompensasi diatas membutuhkan anggaran sebesar 30-40 triliun. Direncanakan, begitu harga BBM diumumkan, BLSM langsung berlaku bulan itu juga. Tabel 1. Program Kompensasi Kenaikan Harga BBM tahun 2005, 2008 dan 2012 Uraian BLT 2005 BLT 2008 Rencana BLSM 2012 Dasar Hukum Inpres No.12 /2005 Inpres No.3/2008 Rumah Tangga Sasaran (RTS) 19,1 juta 19,02 juta 18,5 juta RTS (74 juta jiwa) Periode Bantuan 12 bulan (Okt 2005 Sep 7 bulan (Juni Des 9 bulan (April Des 2006) 2008) 2012) Nominal Bantuan Rp 100 ribu/bulan Rp 100 ribu/bulan Rp 150 ribu/bulan Total Rp 1,2 juta/rts Total Rp 700 Total Rp 1,35 juta/rts ribu/rts Pembayaran 4 tahap @Rp 300 ribu 2 tahap. Tahap 1 Rp 300 ribu, Tahap 2 Rp 400 ribu Alokasi Anggaran 2005: Rp 4,5 triliun 2006: Rp 18,8 triliun Rp 14,1 triliun Rp 25,6 triliun Realisasi Okt-Des 2005: Rp 4,47 Tahap I: 18,8 juta RTS triliun Rp 5,7 triliun Jan- Sep 2006: Rp 14,96 triliun 17,13 juta RTS (90,07%) Tahap 2: 18,7 juta RTS 7,5 triliun Sumber: Investors Daily Kompensasi BLSM yang direncanakan akan mencapai 18,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) atau 74 juta jiwa bisa saja tidak mampu menangkis derasnya pertambahan jumlah orang miskin akibat dampak inflasi pasca kenaikan harga BBM. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 14

Sebagai ilustrasi, berdasarkan data BPS pada tahun 2011 jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan adalah 30 juta jiwa atau sebesar 12,49 persen dari total penduduk. Menurut perhitungan BPS, 30 juta penduduk ini dianggap miskin karena pengeluaran per kapita mereka dibawah garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp 233.740 per bulan. Dengan kata lain, mereka harus hidup hanya dengan uang sekitar Rp 7.700 per harinya. Jumlah penduduk miskin akan meningkat seiring dengan perubahan skenario Garis Kemiskinan. Sebagai contoh, pada tahun 2011, mereka yang hidup dengan pengeluaran per kapita 1,4 kali lipat dari Garis Kemiskinan ( Rp 233.740 X 1,4 = Rp 327.236 per bulan atau sekitar Rp 10.900 per hari ) mencapai 81,6 juta jiwa, atau 33,94 persen total penduduk. Tabel 2. Uji Sensitivitas Angka Kemiskinan Menurut Besaran Garis Kemiskinan (GK), 2011 Batas Rupiah Penduduk Miskin (juta) % < GK < 233.740 30 12,49 < 1,2 x GK < 280.488 57,2 23,78 < 1,4 x GK < 327.236 81,6 33,94 < 1,6 x GK < 373.984 102,4 42,6 < 1,8 x GK < 420.732 120 49,91 < 2 x GK < 467.480 135,8 56,52 Sumber : BPS Dengan kata lain, menggeser garis kemiskinan sedikit saja yaitu sebesar 1,4 kali lipat ternyata menghasilkan peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 41,6 juta (81,6 30 juta jiwa). Mereka ini adalah penduduk hampir miskin yang rentan oleh kenaikan harga BBM. Simulasi untuk skenario 2 kali lipat Garis Kemiskinan menunjukkan penduduk miskin bisa mencapai 135,8 juta jiwa atau setara dengan 56,52 persen total penduduk. Grafik 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Skenario Garis Kemiskinan (GK), 2011 160 140 120 100 80 60 40 20 60% 50% 40% 30% 20% 10% Penduduk Miskin (juta) % Penduduk Miskin 0 GK 1,2GK 1,4GK 1,6GK 1,8GK 2GK 0% Sumber : BPS Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 15

2. Temuan BPK Dalam Semester II Tahun Anggaran (TA) 2006, BPK melaksanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas (1) Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada Departemen Sosial di Jakarta. BPK menemukan bahwa Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Monev) Program BLT sebesar Rp890,20 juta, yaitu untuk Monev oleh Menko Kesra Tahun 2005 sebesar Rp258,80 juta dan Monev Tahap II Tahun 2006 oleh Tim Pusat dengan biaya minimal sebesar Rp631,40 juta tidak efektif. 3. Ringkasan Hasil Temuan SMERU terhadap program BLT tahun 2005 dan 2008 1 Program BLT di masa lalu pun masih menyisakan banyak temuan antara lain: Sosialisasi di tingkat masyarakat sangat kurang dan sering bersifat nonformal. Masyarakat banyak yang tidak mengetahui bahwa di wilayahnya pernah ada pendataan yang dilakukan oleh ketua RT dan petugas pencacah BPS untuk menentukan keluarga miskin yang berhak menerima kompensasi. Masih terjadi kesalahan penetapan sasaran dan ketidaktercakupan penerima BLT karena verifikasi tidak berjalan dengan semestinya. Ditemukan beberapa keluarga/rumah tangga mampu yang mendapatkan kompensasi (leakage). Sebaliknya, banyak dijumpai keluarga/rumah tangga miskin yang tidak tercakup sebagai penerima kompensasi (undercoverage). Sebagian keluarga/rumah tangga miskin atau bahkan sangat miskin lainnya malah tidak menerima kompensasi tanpa disertai alasan yang jelas. Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan ketidaktepatan hasil pendataan penerima kompensasi di antaranya: kurang memadainya jumlah pencacah dibanding jumlah keluarga/rumah tangga di wilayah tugasnya, kurangnya kemampuan/kapasitas sebagian pencacah dalam menyerap materi pelatihan serta mempraktikkannya di lapangan, dan kurang memadainya waktu pelatihan. Waktu pendataan secara keseluruhan yang terlalu singkat juga dinilai sebagai kendala utama pelaksanaan pendataan sehingga tidak semua tahapan dilakukan dengan baik dan benar. Berdasarkan penelitian di lapangan, dana kompensasi yang diterima kebanyakan sudah habis digunakan, bahkan ada yang habis dibelanjakan dalam sehari. Masih terjadi ketegangan dan bahkan konflik di tingkat masyarakat. Konflik bersumber dari kecemburuan sosial dan tidak transparannya proses verifikasi penerima program. Di beberapa daerah konflik tersebut bisa diredam melalui mekanisme lokal, yakni dengan membagikan sebagian dana BLT kepada nonpenerima. Pemotongan dana BLT terjadi di tingkat masyarakat dengan jumlah yang cenderung bertambah dan dilakukan secara sistematis. Keadaan ini tidak diantasipasi dan ditangani oleh aparat terkait, bahkan aparat cenderung menutup mata atas kondisi tersebut. Jumlah dana yang terbatas dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka pendek menyebabkan masyarakat miskin harus bertindak rasional dengan tetap bekerja untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. 1 Dikutip dari Rosfadhila, M. et al (2011), Kajian Cepat Pelaksanaan Progran Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005 di Indonesia, Jakarta, Lembaga Penelitian SMERU Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 16

4. Berbagai pendapat terkait Program Bantuan Tunai a. Prof. Suahasil Nazara dalam Rapat Dengar Pendapat di Badan Anggaran DPR-RI tanggal 8 Maret 2012 menyatakan antara lain: Kenaikan harga BBM memicu inflasi dan mengancam daya beli penduduk miskin. Dampak inflasi diperkirakan hanya sementara oleh karena itu perlindungan daya beli juga harus bersifat sementara. Konsep bantuan tunai tanpa syarat seperti BLSM cocok untuk meredam dampak sementara, seperti untuk meredam gejolak harga. Sedangkan konsep bantuan tunai dengan syarat seperti Program Keluarga Harapan (PKH) cocok untuk program jangka panjang karena dapat merubah perilaku,mencegah transmisi kemiskinan antar-generasi dan dampaknya dapat terlihat dalam jangka panjang. Data yang tersedia saat ini dapat dipakai untuk men-cover 30 % penduduk dengan status sosial ekonomi yang rendah. b. Dr. Anggito Abimanyu dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Badan Anggaran DPR-RI tanggal 12 Maret 2012 menyatakan antara lain: Kenaikan harga BBM Rp 1.500/liter atau 33% sedikit diatas kewajaran. Dampak inflasi yang diakibatkan diperkirakan berada diatas 2 persen. Selain itu, ekspansi ekonomi akan terhambat serta angka kemiskinan meningkat. Kenaikan harga BBM yang wajar adalah Rp.1.000/liter atau 22%. Dampak inflasinya sekitar 2 persen. Kenaikan ini masih dibawah kenaikan pendapatan perkapita dalam 2 tahun 2010-2012 (25%). Kenaikan angka kemiskinan tidak akan seburuk yang diperkirakan karena tidak ada kenaikan harga Minyak Tanah. Dalam skenario kenaikan harga BBM Rp 1.000/liter, Kebutuhan BLSM mencapai Rp. 10 triliun atau Rp 100 ribu (10 juta Rumah Tangga Sasaran). Yang lebih dibutuhkan adalah kompensasi untuk percepatan BBG dan transportasi umum (Rp 15 triliun). c. Susidarto dalam opininya di koran Republika tanggal 13 Maret 2012 yang berjudul Bantuan Langsung Tekor berpendapat bahwa: Pengalaman selama ini dengan BLT tidak pernah menyelesaikan masalah kemiskinan. BLT bersifat jangka pendek dan lebih cocok untuk mengatasi keadaan dan situasi darurat seperti bencana alam. Tidak ada pembelajaran yang diambil dari fase BLT sebelumnya. Padahal kenaikan peristiwa kenaikan BBM sangat mungkin akan terulang kembali. Bantuan tunai seringkali disalahgunakan sebagian masyarakat. Mereka cenderung membelanjakan uang dari BLT untuk keperluan konsumtif, bukan untuk kebutuhan hidup yang vital dan mendesak. Bahkan sebelum BLT dibagikan, ada beberapa keluarga miskin yang berencana membeli barang konsumsi dengan cara mencicil sesuai dengan dana yang diterima tiap bulannya. Hampir mustahil mendapati keluarga miskin yang menggunakan dana bantuan tunai untuk modal usaha atau penciptaan lapangan kerja. Dana BLSM justru bisa memancing masyarakat untuk terjebak dalam budaya konsumerisme. Masyarakat harus memahami bahwa dana bantuan tunai yang mereka terima ditujukan untuk meringankan beban akibat kenaikan barang dan jasaa. Konsekuensinya dana tersebut harus bisa digunakan untuk sesuatu yang sifatnya jangka panjang. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 17

Lampiran a. Tren Kemiskinan Indonesia, 1996 2011 60 50 49.5 48.0 40 30 20 10 0 34.0 17.5 24.2 23.4 Tahun 38.7 37.9 38.4 37.3 36.1 Sumber: BPS b. Garis Kemiskinan Nasional dan Internasional, 2008 2011 NASIONAL DESA KOTA US$ 1,25/hari US$ 1,25/hari Rupiah Rupiah Rupiah (PPP) (PPP) 2008 182.636 161.831 160.968 204.896 227.074 2009 200.262 179.835 173.723 222.123 245.068 2010 211.726 192.354 179.682 232.989 253.475 2011 233.740 213.395 191.632 253.016 270.332 Sumber : TNP2K 35.1 19.1 18.4 18.2 17.4 16.7 16.0 39.3 17.8 37.2 35.0 32.5 31.0 30.0 16.6 15.4 14.2 13.3 12.5 1996 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Pend. Miskin % Pend. Miskin Penyusun : Donny Alverino Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 18

Sumber Abimanyu, A.(2012) RAPBN 2012 dan Kenaikan Harga BBM, presentasi pada Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Badan Anggaran DPR RI, 12 Maret 2012 Investors Daily (2012), BPS: Kenaikan BBM Picu Inflasi Akhir Tahun 7%, 2 Maret 2012 Investors Daily (2012), Dana BLT Rp 25 Triliun untuk 18,5 Juta Keluarga, 2 Maret 2012 Kementerian ESDM (2012), Langkah-langkah Pengendalian BBM Bersubsidi, disampaikan pada Rapat Kerja Komisi VII DPR-RI dengan Menteri ESDM, Jakarta, 28 Februari 2012 Kementerian ESDM (2012), Rencana Pengaturan BBM Bersubsidi, disampaikan pada Rapat Kerja Komisi VII DPR-RI dengan Menteri ESDM, Jakarta, 28 Februari 2012 Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan( 2012) Republika (2012), Bantuan Langsung Tekor, 13 Maret 2012 Rosfadhila, M. et al (2011), Kajian Cepat Pelaksanaan Progran Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT 2005 di Indonesia, Jakarta, Lembaga Penelitian SMERU http://www.smeru.or.id/report/research/blt/blt2008_ind.pdf Nazara, S. (2012) Kenaikan Harga BBM dan Perlindungan Penduduk Miskin, presentasi pada Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Badan Anggaran DPR RI, 8 Maret 2012 TNP2K (2011), Benarkah Jumlah Penduduk Miskin Meningkat?, http://tnp2k.go.id/downloads/finish/27-publikasi-ulasan/74-ulasan-tnp2k/0.html http://www.bpk.go.id/doc/hapsem/2006ii/ikhtisar/bagian_ii/bab_xx_depsos.pdf Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI 19