Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate pada Bursa Efek Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. tahun 2009 sampai Dalam penelitian ini, pengambilan sampel

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap sebagai tempat yang tepat bagi peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. purposive sampling dengan bebrapa pertimbangan kriteria tertentu yaitu:

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. saham pada perusahaan food and beverages di BEI periode Pengambilan. Tabel 4.1. Kriteria Sampel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. variabel dependen yang digunakan dalam model analisis regresi linear berganda.

III. METODE PENELITIAN. Sumber data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan property yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. operasional. Oleh karena itu, pada bagian ini diuraikan hal-hal mengenai variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (closing price) yang tercatat di indeks LQ 45 periode yang dinyatakan

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. jenis data yang berbentuk angka (metric) yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. B. Teknik Pengambilan Sampel dan Populasi. manufaktur. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, ada

BAB III METODE PENELITIAN. independensi dari dua variabel atau lebih (Sekaran dan Bougie, 2010).

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. ada hubungannya dengan masalah yang dianalisis, disajikan dalam bentuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia periode penelitian yang digunakan yaitu jenis data sekunder.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bidang consumer and goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang digunakan dalam penelitian ini adalah DPR, Net Profit Margin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Objek penelitian ini adalah perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek

BAB III METODE PENELITIAN. data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numeric

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (BEI). S edangkan waktu yang digunakan dalam melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII pada periode

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tinjauan teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti menguji pengaruh return on asset (ROA), leverage, ukuran perusahaan dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perusahaan yang dikeluarkan dari penelitian dikarenakan data Outlier.

BAB III METODE PENELITIAN. laporan publikasi Bursa Efek Indonesia berupa data laporan keuangan tahunan perusahaanperusahaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BEI (Bursa Efek Indonesia) selama periode tahun 2010 sampai 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. 2 variabel atau lebih dengan mencari pengaruh variabel independen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode melalui website :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan melalui internet financial reporting.

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, RASIO LEVERAGE

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun Oleh: NURUL FAJRINA B

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham pada PT Mustika Ratu Tbk periode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengambilan data melalui ICMD (Indonesia Capital Market Directory).

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. informasi dari sejumlah besar data. Dengan statistik deskriptif, data mentah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. teknik purposive sample. Dengan kriteria kriteria sebagai berikut : melaporkan keuangan di BEI periode

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk ke dalam jenis penelitian hypothesis testing karena tujuan dari penelitian

DINA YULIANI ABSTRAK. Dibawah Bimbingan : H. Beben Bahren H. Nana Sahroni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. September 2016 sampai dengan Februari pendukung yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Prosiding Manajemen ISSN:

, RETURN ON EQUITY, DEBT TO EQUITY RATIO

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel bebas net profit margin, return on asset,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data dari perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (penawaran saham

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Kerangka penelitian. memperhitungkan tingkat return yang dikehendaki dan biaya-biaya modal

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu tahun dan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian

Transkripsi:

ISSN 2356-4385 Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Sektor Properti dan Real Estate pada Bursa Efek Indonesia Rizal 1), Sarjono Sahar 2) Manajemen, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Jakarta Jalan Pulomas Selatan Kav. 22, Jakarta Timur 13210 1) Email: thomas.rizal@yahoo.com 2) Email: sarjonosahar@yahoo.co.id Abstract: The objective of the research is to examine the effect of Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning per Share, and Inventory Turnover on Stock Prices. This research was conducted using secondary data. Population in this research was property and real estate companies. Research period are 5 years during 2008 until 2012. Sampling technique used was purposive sampling. There are 6 companies that can be analysed. This study is analyzed by using multiple regression. The result shows that Debt to Equity Ratio and Earning per Share have significant positive effect on stock prices. While Quick Ratio, Gross Profit Margin and Inventory Turnover have no significant effect on stock price. All of independent variables shows simultaneously significant effect on stock price. R Square value of 0,660 can illustrate that the dependent variable is explained by the independent variables for 66%, while 34% are influenced by the other variables. Keywords: stock price, quick ratio, debt to equity ratio, gross profit margin, earning per share, Inventory turnover Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning per Share, dan Inventory Turnover terhadap harga saham. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate. Periode penelitian adalah 5 tahun yaitu selama tahun 2008 hingga 2012. Terdapat 6 perusahaan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio dan Earning per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sementara Quick Ratio,Gross Profit Margin dan Inventory Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kelima variabel independen menunjukkan pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Nilai R Square adalah 0,660, hal ini berarti 66% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 34% dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Kata kunci: harga saham, quick ratio, debt to equity ratio, gross profit margin, earning per share, inventory turnover I. PENDAHULUAN Salah satu alternatif yang dapat digunakan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana adalah dengan cara menerbitkan saham. Di sisi lain, salah satu investasi yang dapat ditempuh investor yang hendak mencari investasi untuk memanfaatkan kelebihan dana yang dimilikinya adalah dengan membeli saham saat ini. Tempat bertemunya penjual dan pembeli saham inilah yang disebut sebagai pasar modal. Hingga akhir tahun 2012, terdapat 467 emiten yang tercatat di lantai bursa (IDX Quarterly Statistics, 4th Quarter 2012). Keseluruhan emiten itu dibagi menjadi 9 sektor dan salah satunya adalah sektor properti, real estate dan konstruksi bangunan. Saat ini terdapat 46 perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dilihat dari perkembangannya, sektor properti dan real estate sendiri merupakan sektor yang memiliki prospek cerah di Indonesia. Terbukti, sektor properti dan real estate pada periode Januari 2011 hingga Desember 2012 merupakan the best performer 41

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015 dengan mencatatkan kinerja pertumbuhan tertinggi dibanding sektor lainnya. 42 Gambar 1 Pertumbuhan indeks sektoral Menurut pemaparan pada gambar 1, selama periode 2011 hingga 2012, sektor properti dan real estate mengalami pertumbuhan sebesar 60,11%, disusul sektor perdagangan, jasa dan investasi trade sebesar 55,42% dan sektor industri barang konsumsi sebesar 42,88%. Pertumbuhan pada sektor properti ini tidak terlepas dari status kebutuhan akan komoditas properti sebagai kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Menurut Indonesia Property Watch, peningkatan kebutuhan rumah atau backlog di dalam negeri pada tahun lalu meningkat hingga 21,7 juta. Jumlah tersebut meningkat 60% dibandingkan dengan backlog perumahan pada 2010 berjumlah 13,6 juta unit dan meningkat sekitar 45% dibandingkan dengan 2012 yang mencapai 15 juta unit. Meningkatnya kebutuhan akan komoditas properti menyebabkan perusahaan yang bergerak di sektor properti akan semakin berkembang. Harga saham terbentuk sesuai dengan permintaan dan penawaran pasar. Adapun permintaan suatu saham dipengaruhi oleh ekspektasi investor akan perusahaan penerbit saham tesebut. Tinggi rendahnya ekspektasi seorang investor akan dipengaruhi dari kinerja keuangan perusahaan tersebut. Semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan, akan membuat ekspektasi seorang investor semakin tinggi, sehingga saham tersebut akan diminati dan dengan demikian harga saham juga akan meningkat. Sebaliknya, jika kinerja keuangan suatu perusahaan tidak baik, maka ekspektasi seorang investor akan rendah sehingga investor tidak berminat berinvestasi pada saham perusahaan tersebut dan membuat harga saham menjadi turun. Untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan rasio yang dikenal sebagi rasio keuangan. Secara keseluruhan, rasio-rasio tersebut terdiri dari rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio penilaian (Kasmir, 2013: 110-115). Secara lebih rinci, rasio-rasio tersebut dibagi lagi menjadi beberapa rasio, diantaranya adalah: 1. Quick Ratio. Rasio ini diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban atau kemampuan likuiditas perusahaan. Semakin lancarnya suatu perusahaan menandakan perusahaan tersebut tidak memiliki kendala dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut. 2. Debt to Equity Ratio. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan solvabilitas perusahaan. Melalui rasio ini perusahaan dapat mengetahui perbandingan antara utang dengan modal sendiri pada struktur modal perusahaan. Semakin tingginya pendanaan perusahaan melalui utang akan mengakibatkan semakin tingginya resiko kebangkrutan. Hal tersebut akan menjadikan investor semakin beresiko dalam berinvestasi pada perusahaan tersebut. 3. Gross Profit Margin. Rasio ini diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau kemampuan profitabilitas perusahaan. Investor tentu menginginkan investasi yang dapat memberikan keuntungan. Semakin baik perusahaan dalam menghasilkan laba akan membuat investor semakin tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut. 4. Earning Per Share. Rasio ini diperlukan untuk mengetahui pendapatan per lembar saham dari tiap lembar saham biasa perusahaan yang beredar. Semakin besar pendapatan yang dapat diperoleh investor dari tiap lembar saham yang dimilikinya akan membuat investor semakin tertarik berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. 5. Inventory Turnover. Rasio ini diperlukan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam mengelola persediannya secara efisien. Semakin efisien perusahaan akan memperlancar penjualan untuk menghasilkan keuntungan. Peningkatan keuntungan ini akan direspon positif oleh investor sehingga harga saham akan naik. Semakin baik nilai rasio perusahaan, akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin

diminatinya saham suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut. Keterkaitan antara kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya keuangan dengan harga saham inilah yang menjadi dasar dalam penelitan ini. Berdasarkan masalah yang ada, maka dalam penelitian ini dirumuskan sejumlah masalah antara lain: 1. Apakah Quick Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? 2. Apakah Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? 3. Apakah Gross Profit Margin secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? 4. Apakah Earning Per Share secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? 5. Apakah Inventory Turnover secara parsial berpengaruh terhadap harga saham perusahaanperusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? 6. Apakah Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning Per Share, dan Inventory Turnover secara simultan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate selama periode 2008-2012? II. METODE PENELITIAN A. Sampling, Jenis, dan Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pada sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah teknik non probability purposive sampling. Menurut Sugiyono (2012: 125), non probability sampling adalah Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Adapun maksud dari purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012: 125). Dalam pengambilan sampel kali ini, pertimbangan tersebut antara lain: 1. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia paling lambat 1 Januari 2008. 2. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate yang pernah masuk dalam penghitungan Indeks LQ45 periode 2008 hingga 2012. 3. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor properti dan real estate tersebut menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember (audited) dalam mata uang Rupiah (IDR) secara lengkap dan teratur kepada Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian. Dari total populasi sebanyak 46 emiten properti dan real estate yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat enam emiten properti dan real estate yang dijadikan sampel penelitian. Keenam emiten tersebut adalah Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI), Sentul City Tbk. (BKSL), Ciputra Developement Tbk. (CTRA), Bakrieland Development Tbk. (ELTY), Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA), dan Lippo Karawaci Tbk. (LPKR). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data untuk harga saham penutupan akhir tahun diperoleh dari IDX yearly statistic yang dapat diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Sedangkan data sekunder yang digunakan peneliti untuk mengukur rasio keuangan diperoleh dari laporan keuangan tiap perusahaan yang telah diaudit dan dapat diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Metode pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian, dalam hal ini yaitu laporan keuangan yang telah diaudit dan yearly statistic yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs Bursa Efek Indonesia (www. idx.co.id) periode 2008-2012. B. Variabel Penelitian 1. Variabel Independent Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (Sugiyono, 2012: 64). Variabel independent yang digunakan adalah: a. Quick Ratio untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibankewajiban atau utang lancar dengan aktiva yang lebih likuid. 43

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015 Quick Ratio = Rasio cepat atau Quick Ratio hampir sama dengan current ratio, hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatar belakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan merupakan komponen aktiva lancar paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya. Jadi rasio cepat lebih baik dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Sawir, 2005: 10). b. Debt to Equity Ratio, untuk menghitung perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Debt to Equity Ratio = Rasio ini menggambarkan perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukankan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2005: 13). c. Gross Profit Margin, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Gross Profit Margin = Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut sensitif terhadap pesaingnya. (Sawir, 2005: 18) d. Earning Per Share, untuk menentukan pendapatan per lembar saham biasa yang beredar. Earning Per Share = Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan Earning Per Share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah-satu indikator - - keberhasilan suatu perusahaan. (Syamsuddin, 2011: 66). e. Inventory Turnover, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan menjadi aliran kas masuk bagi perusahaan. Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. (Sawir, 2005: 15). 2. Variabel Dependent Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel independent (Sugiyono, 2012: 64). Dalam penelitian ini variabel dependent yang digunakan adalah harga saham penutupan akhir tahun (closing price bulan Desember) yang telah disesuaikan setelah adanya tindakan korporasi (stock split, stock dividend, warrant, bonus shares, right issue dan sebagainya). Harga penyesuaian ini diperoleh melalui pembagian jumlah saham beredar tahun t dengan jumlah saham beredar tahun 2012, dikalikan harga saham penutupan akhir tahun t. Harga saham penyesuaian dipandang layak untuk mencerminkan kinerja saham selama periode satu tahun. C. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang berdasarkan pada model kuadrat terkecil OLS (Ordinary Least Square). Menurut Widarjono (2013: 18) regresi sampel yang baik terjadi jika nilai beta menyebabkan residual sekecil mungkin sehingga nilai prediksinya sedekat mungkin dengan data aktualnya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) for Windows versi 21.0. Model yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana: Inventory Turnover (at market) = Harga Saham Penyesuaian = Y = harga saham penyesuaian; 44

X 1 = Quick Ratio; X 2 = Debt to Equity Ratio; X 3 = Gross Profit Margin; X 4 = Earning Per Share; X 5 = Inventory Turnover; b 0 = koefisien konstansta; b 1 = koefisien regresi QR; b 2 = koefisien regresi DER; b 3 = koefisien regresi GPM; b 4 = koefisien regresi EPS; b 5 = koefisien regresi ITO; e = koefisien error. Berdasarkan teori-teori dan melihat perumusan masalah yang ada, maka hipotesis dalam penelitian kali ini adalah Ha 1 : diduga Quick Ratio berpengaruh positif terhadap harga saham; Ha 2 : diduga Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham; Ha 3 : diduga Gross Profit Margin berpengaruh positif terhadap harga saham; Ha 4 diduga Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham. Ha 5 : diduga Inventory Turnover berpengaruh positif terhadap harga saham. Dalam melakukan analisis regresi berganda maka perlu dilakukan beberapa uji sebagai berikut: 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika terjadi pelanggaran asumsi ini, maka uji statistik menjadi tidak valid. (Janie 2012:35). Normalitas dapat dideteksi melalui uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov. Variabel-variabel penelitian dikatakan normal jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 (Janie, 2012: 39) b. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent (bebas). Untuk mendeteksi masalah multikolinearitas di dalam sebuah model regresi berganda, kita dapat menggunakan nilai tolerance atau nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi angka 10 maka dikatakan ada multikolinieritas (Widarjono, 2013:108). c. Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk melihat model regresi bersifat heterokedastisitas atau tidak, dapat diketahui degan melakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual dengan variabel independent lainnya. Jika β tidak signifikan maka dapat disimpulkan tidak ada heterokedastisitas dan sebaliknya jika β signifikan secara statistik maka model mengandung masalah heterokedastisitas (Widarjono 2013: 118-119). d. Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi timbul karena residual tidak bebas dari satu amatan ke amatan yang lain (Janie, 2012: 30). Salah satu cara untuk mendeteksi masalah yang muncul pada autokorelasi adalah dengan menggunakan Run Test. Model regresi dikatakan terbebas masalah autokorelasi jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 (Janie, 2012: 37). 2. Uji Koefisien Determinasi Kegunaan dari koefisien determinasi R 2 adalah untuk mengukur seberapa baik garis regresi menjelaskan datanya (goodness of fit). Pada intinya koefisien determinasi (R 2 ) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent. Besarnya koefisien determinasi ini adalah 0 sampai dengan 1. Nilai R 2 yang kecil mengartikan kemampuan variabelvariabel dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) mengartikan variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi 45

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015 yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabelvariabel dependent (Widarjono, 2013: 24). 3. Uji Statistik F Uji statistik F bertujuan untuk melihat pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent secara simultan atau keseluruhan. Data yang ada diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.0. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil pengolahan data. Jika F hitung > F kritis, maka H 0 ditolak, berarti variabel independent secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Sebaliknya jika F hitung < F kritis maka H 0 gagal ditolak, berarti variabel independent secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (Widarjono, 2013: 67). 4. Uji Statistik t Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independent secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependent. Data yang ada diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21.0. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat hasil pengolahan data. Jika nilai t hitung > nilai t kritis maka H 0 ditolak, berarti variabel independent secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Sebaliknya, jika nilai t hitung < nilai t kritis maka H 0 gagal ditolak, berarti variabel independent secara parsial tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent (Widarjono, 2013: 65). Besarnya tingkat signifikansi untuk variabel pengganggu atau residual diatas 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinearitas Tabel 2 Hasil pengujian multikolinearitas Dari Tabel 2 diperoleh bahwa tidak terdapat nilai tolerance yang lebih rendah dari 0,1 atau nilai VIF yang lebih besar dari 10 oleh karena itu dalam model analisis ini tidak ditemukan gejala multikolinearitas, sehingga untuk selanjutnya hanya variabel-variabel tersebut yang akan digunakkan sebagai predictor yang memenuhi syarat asumsi klasik. 3. Uji Heterokedastisitas Tabel 3 Hasil pengujian Glejser III. PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Tabel 1 Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov Tabel 3 dengan jelas menunjukkan variabel Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning per Share, dan Inventory Turnover memiliki nilai signifikansi 0,898; 0,630; 0,798; 0,244; 0,658 yang kesemuanya diatas 0,05. Berarti tidak terdapat heterokedastisitas dalam model ini, dengan kata lain semua variabel independent yang terdapat dalam model ini memiliki sebaran varian yang sama (homogen). 46

4. Uji Autokorelasi Tabel 6 Hasil uji Statistik F Tabel 4 Hasil pengujian autokorelasi Berdasarkan uji Run dengan menggunakan program SPSS didapat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,193, lebih besar dari nilai α 0,05. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi dalam model penelitian ini. B. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi Tabel 5 Hasil pengujian R square Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 9,331, lebih besar dari nilai F kritis. Dengan nilai sig. sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai α (5% = 0,05), maka secara simultan variabel independent (Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning Per Share, dan Inventory Turnover) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada 6 (enam) perusahaan yang menjadi sampel selama periode data penelitian. D. Hasil Pengujian Signifikansi Paramater Besarnya derajat kebebasan (degree of freedom) adalah 24 didapat dari banyaknya data (n) dikurang jumlah variabel independent dan dependent (k). Dengan tingkat signifikan (α) = 5% atau convidence interval sebesar 95%, maka besarnya t kritis adalah sebesar 2,064. Tabel 7 Hasil uji Statistik t Berdasarkan hasil uji R Square atau koefisien determinasi pada tabel 5 diperoleh nilai R Square sebesar 0,660. Hal ini berarti bahwa sebanyak 66% harga saham perusahaan properti dan real estate dapat dijelaskan oleh variabel Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning per Share, dan Inventory Turnover sedangkan 34% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya diluar penelitian ini. Selain itu nilai Adjusted R Square memiliki nilai 0,590. Semakin nilai R Square mendekati 1 (satu) mengartikan variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependent. Oleh karena itu persamaan regresi berganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi cukup erat. C. Hasil Pengujian Signifikansi Simultan Besarnya k (jumlah variabel dependent dan independent) = 6 dan n (jumlah data) = 30, sehingga df1 (k-1) = 5 dan df2 (n-k) = 24. Dengan tingkat signifikan (α) = 5% atau convidence interval sebesar 95%, maka besarnya nilai F kritis adalah sebesar 2,62. Berdasarkan Tabel 7, maka dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Harga Saham = -125,225 + 54,436 QR + 204,615 DER + 2,730 GPM + 9,021 EPS 98,352 ITO + e Interpretasi dari persamaan regresi tersebut adalah: 1. Nilai konstanta sebesar 125,225 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan jika kelima variabel Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning Per Share dan Inventory Turnover bernilai 0 (nol), maka nilai variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 125,225. 47

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015 2. Nilai koefisien untuk variabel Quick Ratio sebesar 54,436 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan variabel Quick Ratio sebesar satu satuan maka nilai variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 54,436. Kenaikan tersebut terjadi dengan asumsi variabel independent yang lain dari model regresi adalah tetap. 3. Nilai koefisien untuk variabel Debt to Equity Ratio sebesar 204,615 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan variabel Debt to Equity Ratio sebesar satu satuan maka nilai variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 204,615. Kenaikan tersebut terjadi dengan asumsi variabel independent yang lain dari model regresi adalah tetap. 4. Nilai koefisien untuk variabel Gross Profit Margin sebesar 2,730 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan variabel Gross Profit Margin sebesar sebesar satu satuan maka nilai variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 2,730. Kenaikan tersebut terjadi dengan asumsi variabel independent yang lain dari model regresi adalah tetap. 5. Nilai koefisien untuk variabel Earning Per Share sebesar 9,021 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan variabel Earning Per Share sebesar satu satuan maka nilai variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 9,021. Kenaikan tersebut terjadi dengan asumsi variabel independent yang lain dari model regresi adalah tetap. 6. Nilai koefisien untuk variabel Inventory Turnover sebesar 98,352 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan variabel Inventory Turnover sebesar satu satuan maka nilai variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 98,352. Penurunan ini terjadi dengan asumsi variabel independent yang lain dari model regresi adalah tetap. E. Pengujian Hipotesis 1. Hipotesis 1 Pengaruh Quick Ratio terhadap Harga Saham Hipotesis dalam penelitian ini adalah Quick Ratio, hasil pengujian dalam variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 1,123, nilai ini lebih kecil dari nilai t kritis sebesar 2,064. Nilai sig untuk variabel QR sebesar 0,273 atau lebih besar dari nilai α (5% = 0.05). Hal ini menunjukkan QR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Syukron (2010: 31), dimana QR tidak akan memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengujian hipotesis alternatif pertama (Ha 1 ) yang diduga terdapat pengaruh positif antara variabel QR terhadap harga saham tidak sesuai dengan pengujian ini. Tidak adanya pengaruh QR terhadap harga saham dikarenakan QR hanya berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Sehingga tidak secara langsung mempengaruhi daya tarik investor terhadap saham tersebut. Oleh karena itu, baik buruknya keadaan likuiditas tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. 2. Hipotesis 2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Hipotesis dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio, hasil pengujian dalam variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,148, nilai ini lebih besar dari nilai t kritis sebesar 2,064. Nilai sig untuk variabel DER sebesar 0,042 atau lebih kecil dari nilai α (5% = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Syukron (2010: 31) dan Tiara Rachman Putri (2011: 23) dimana DER tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham yang berlaku. Pengujian hipotesis alternatif kedua (Ha 2 ) yang diduga terdapat pengaruh negatif antara variabel DER terhadap harga saham tidak sesuai dengan pengujian ini. Hasil pengujian menunjukkan bahwa DER memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, dengan demikian jika DER mengalami kenaikan maka harga saham juga akan mengalami kenaikan. Hutang di satu sisi memang memiliki kemampuan untuk mengungkit laba (leverage). Selama perusahaan mampu menyeimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat hutang maka hutang dapat dijadikan alternatif bagi perusahaan guna mengembangkan usahanya. Dalam penggunaan hutang, maka perusahaan akan dikenakan bunga yang dapat menjadi pengurang pajak, dan membuat laba menjadi lebih besar. Hal ini akan ditanggapi secara positif oleh investor dan membuat investor semakin tertarik berinvestasi pada perusahaan tersebut dan selama perusahaan tidak memiliki permasalahan dalam pengembalian hutang, maka hal tersebut akan 48

menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Dengan demikian, saham dari perusahaan tersebut akan semakin diminati oleh para investor sehingga harga saham akan mengalami kenaikan. 3. Hipotesis 3 Pengaruh Gross Profit Margin terhadap Harga Saham Hipotesis dalam penelitian ini adalah Gross Profit Margin, hasil pengujian dalam variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 0,479, nilai ini lebih kecil dari nilai t kritis sebesar 2,064. Nilai sig untuk variabel GPM sebesar 0,636 atau lebih besar dari nilai α (5% = 0.05). Hal ini menunjukkan GPM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Pengujian hipotesis alternatif ketiga (Ha 3 ) yang diduga terdapat pengaruh positif antara variabel GPM terhadap harga saham tidak sesuai dengan pengujian ini. Tidak adanya pengaruh GPM terhadap harga saham dikarenakan GPM hanya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor. Dengan demikian, investor tidak dapat menjadikan GPM sebagai acuan untuk mengukur kemampulabaan perusahaan secara keseluruhan. Sehingga, tinggi rendahnya tingkat GPM suatu perusahaan tidak mempengaruhi ekspektasi investor terhadap perusahaan tersebut. Dengan demikian, GPM secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Hipotesis 4 Pengaruh Earning Per Share terhadap Harga Saham Hipotesis dalam penelitian ini adalah Earning Per Share, hasil pengujian dalam variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar 3,867, nilai ini lebih besar dari nilai t kritis sebesar 2,064. Nilai sig untuk variabel EPS sebesar 0,001 atau lebih kecil dari nilai α (5% = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Syukron (2010: 31), Tiara Rachman Putri (2011: 23), dan Niekie Arwiyati Shidiq (2012: 45), dimana EPS berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham yang berlaku. Nilai standardized coefficients EPS sebesar 0,587, merupakan nilai terbesar dibandingkan variabel independent lainnya. Ini berarti EPS memiliki pengaruh paling kuat terhadap harga saham dibanding variabel independent lainnya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa EPS memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, sesuai dengan kerangka hipotesis alternatif keempat (Ha 4 ) yaitu jika EPS mengalami kenaikan maka harga saham akan mengalami kenaikan juga. EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham. EPS yang semakin besar memberikan tanda bahwa jika investor membeli saham perusahaan tersebut maka ia akan mendapatkan penerimaan yang besar pula dari tiap lembar saham yang dimilikinya. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar, karena hal ini merupakan salah-satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Dengan demikian, investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut. Sehingga harga saham juga akan mengalami kenaikan signifikan. 5. Hipotesis 5 Pengaruh Inventory Turnover terhadap Harga Saham Hipotesis dalam penelitian ini adalah Inventory Turnover, hasil pengujian dalam variabel ini menunjukkan nilai t hitung sebesar -1,211, nilai ini lebih kecil dari nilai t kritis sebesar 2,064. Nilai sig untuk variabel ITO sebesar 0,238 atau lebih besar dari nilai α (5% = 0.05). Hal ini menunjukkan ITO secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Pengujian hipotesis alternatif kelima (Ha 5 ) yang diduga terdapat pengaruh positif antara variabel ITO terhadap harga saham tidak sesuai dengan pengujian ini. Tidak adanya pengaruh ITO terhadap harga saham membuktikan investor tidak menjadikan ITO sebagai acuan dalam mengukur efisiensi perusahaan. Dengan demikian, baik tidaknya perusahaan dalam mengelola persediaan tidak mempengaruhi ekpektasi investor pada perusahaan tersebut. Sehingga, tinggi rendahnya ITO secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. IV. SIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Quick Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak adanya pengaruh Quick Ratio terhadap harga saham dikarenakan Quick Ratio hanya berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. 49

Kalbisocio,Volume 2 No.1 Februari 2015 Sehingga tidak secara langsung mempengaruhi daya tarik investor terhadap saham tersebut. Oleh karena itu, baik buruknya keadaan likuiditas tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. 2. Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dengan nilai koefisien positif, artinya tiap kenaikan Debt to Equity Ratio akan mengakibatkan penambahan nilai pada harga saham. Hutang di satu sisi memiliki kemampuan untuk mengungkit laba (leverage). Selama perusahaan tidak memiliki permasalahan dalam pengembalian hutang, maka hutang dapat digunakan perusahaan guna mengembangkan usahanya. Hal ini akan menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut, dengan demikian harga saham akan mengalami kenaikan. 3. Gross Profit Margin secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Gross Profit Margin hanya menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor. Dengan demikian, investor tidak dapat menjadikan Gross Profit Margin sebagai acuan untuk mengukur kemampulabaan perusahaan secara keseluruhan. 4. Earning Per Share secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dengan nilai koefisien positif, artinya tiap kenaikan Earning Per Share akan mengakibatkan penambahan nilai pada harga saham. Nilai standardized coefficients Earning Per Share yang lebih tinggi dibanding variabel independent lainnya menunjukkan Earning Per Share memiliki pengaruh paling kuat terhadap harga saham dibanding rasio keuangan lainnya yang menjadi variabel independent dalam penelitian ini. EPS yang semakin besar memberikan tanda bahwa jika investor membeli saham perusahaan tersebut maka ia akan mendapatkan penerimaan yang besar pula dari tiap lembar saham yang dimilikinya. Dengan demikian, investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada saham tersebut, sehingga harga saham juga akan mengalami kenaikan. 5. Inventory Turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Tidak adanya pengaruh Inventory Turnover terhadap harga saham membuktikan investor tidak menjadikan Inventory Turnover sebagai acuan dalam mengukur efisiensi perusahaan. Dengan demikian, baik tidaknya perusahaan dalam mengelola persediaan tidak mempengaruhi ekpektasi investor pada perusahaan tersebut. 6. Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Gross Profit Margin, Earning Per Share, dan Inventory Turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan dapat digunakan untuk memprediksi harga saham. Besarnya nilai koefisien determinasi menunjukan adanyan hubungan yang kuat antara rasio keuangan yang menjadi variabel independent dengan harga saham sebagai variabel dependent. V. DAFTAR RUJUKAN Hana, O. D. B. (2014). Kebutuhan Rumah 2013 Melonjak 45% Jadi 21,7 Juta Unit. [Online]. Diakses 3 Maret 2014 dari m.bisnis.com. http://www.idx.co.id (Situs Resmi Bursa Efek Indonesia). Diakses 2013. Janie, D. N. A. (2012). Statistik Deskriptif & Regresi Linear Berganda Dengan SPSS. Semarang : Semarang University Press. Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan, cetakan ke-6. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Putri, T. R. (2011). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Gunadarma, Depok. PT. Alam Sutera Realty Tbk. (2013). Profil perusahaan PT. Alam Sutera Realty Tbk. http://www.alam-sutera.com. 2013 PT. Sentul City Tbk. (2013). Profil perusahaan PT. Sentul City Tbk. http://www.sentulcity.co.id. 2013 PT. Ciputra Development Tbk. Profil perusahaan PT. Ciputra Development Tbk. http://www.ciputradevelopment. com. 2013 PT. Bakrieland Development Tbk. Profil perusahaan PT. Bakrieland Development Tbk. http://www.bakrieland. com. 2013 PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk. Profil perusahaan PT. Kawasan Industri Jababeka Tbk. http://www.jababeka. com. 2013 PT. Lippo Karawaci Tbk. Profil perusahaan Lippo Karawaci Tbk. http://www.lippokarawaci.co.id. 2013 Sawir, A. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan 50

Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Shidiq, N. A. (2012). Pengaruh EVA, Rasio Profitabilitas dan EPS terhadap Harga Saham pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di BEI. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Syamsuddin, L. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rajawali Pers. Widarjono, A. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Yunanta, A. (2009). Analisis Pengaruh Economic Value Added Return on Investment, Current Ratio dan Total Asset Turn Over Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index (JII) Periode 2003-2007. Skripsi Sarjana Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Syukron, A. (2010). Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan di Daftar Efek Syari ah Tahun 2006-2008. Skripsi Sarjana Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 51