Sumber bacaan 4/30/2012. Minggu 10: Klasifikasi Data Citra KOMBINASI WARNA

dokumen-dokumen yang mirip

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Minggu 9: Pra Proses (Pre Processing)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Penggunaan data informasi penginderaan jauh terutama

ALGORITMA K-MEANS CLUSTERING DALAM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL LANDSAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Operasi dalam Erdas 12/18/2011 IMAGE ENHANCEMENT (PENAJAMAN CITRA) A. Radiometric Enhancement. a. Histogram Match Mengapa perlu Histogram Match :

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMBINASI BAND PADA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DENGAN PERANGKAT LUNAK BILKO OLEH: : HILDA ARSSY WIGA CINTYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Pengolahan citra. Materi 3

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RINGKASAN MATERI INTEPRETASI CITRA

SAMPLING DAN KUANTISASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

Muhammad Rahmanda Yunito Langgeng Wahyu Santosa

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI CITRA LANDSAT 8 UNTUK IDENTIFIKASI KELAS TUTUPAN LAHAN DI KABUPATEN CIAMIS SOFIAN HADI PRASETYO

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN

III. METODE PENELITIAN

Adobe Photoshop CS3. Bagian 2 Bekerja dalam Photoshop

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI

Citra Satelit IKONOS

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

MATERI 4 : PENGENALAN TATAGUNALAHAN DI GOOGLE EARTH

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Satelit Landsat

BAB III METODE PENELITIAN

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

BAB 4 SEGMENTASI WILAYAH POTENSI BANJIR MENGGUNAKAN DATA DEM DAN DATA SATELIT

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

KAJIAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN LANDSAT 7 ETM+ DI SUB DAS BATANGHARI HULU TENGAH, JAMBI.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN PEMETAAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 (OLI) DI KABUPATEN BOGOR BUNGA MENTARI

Transkripsi:

Minggu 10: Klasifikasi Data Citra Proses Sebelum Klasifikasi Koreksi Geometri Koreksi Radiometri Koreksi Topografi Penajaman Citra Minggu 9 Klasifikasi Pemilihan Kombinasi warna Teknik Klasifikasi Visual Dijital Tidak Terbimbing Terbimbing Parametric Non-Parametric Sumber bacaan http://web.pdx.edu/~emch/ip1/bandcombinations.html http://www.crisp.nus.edu.sg/~research/tutorial/opt_int.htm PRINCIPLES OF REMOTE SENSING Dr. S. C. Liew Centre for Remote Imaging, Sensing and Processing National University of Singapore Blk S17/SOC1 Level 2, Lower Kent Ridge Road Singapore 119260 KOMBINASI WARNA Panchromatic Images Multispectral Images/ Color Composite Image Berbagai warna dapat dibuat berdasarkan 3 warna primer (Hukum warna Aditif) 1

True Colour Composite/Natural color Kombinasi 3 warna yang disusun berurutan RGB, sehingga menghasilkan warna yang sama dengan warna yg ditangkap mata ketika memandang alam terbuka Untuk Landsat/Ikonos : kombinasi band RGB = 3:2:1 False colour composite : Vegetasi akan berwarna merah dengan berbagai tone. Variasi ini banyak digunakan untuk studi klasifikasi vegetasi. Merah tua menunjukkan vegetasi yang lebih padat/lebih sehat R = band 4 G = band 3 B = band 2 Semakin muda menunjukkan vegetasi yang jarang. Air dangkal/keruh terliha lebih terang. False Colour Composite Kombinasi 3 warna yang disusun berurutan RGB : 4:5:1 Banyak digunakan untk studi vegetasi. Vegetasi sehat akan berwarna merah gelap, orange, coklat, kuning, 2

False Colour Composite Kombinasi ini banyak memberikan informasi variasi dan kontras warna. Vegetasi sehat berwarna hijau terang. Banyak digunakan untuk pengelolaan hutan. Daerah perumahan/urban berwarna merah/pink. R = band 5 G = band 4 B = band 3 Optimum Index Factor Nilai statistik yang dapat digunakan sebagai acuan untuk Menentukan Kombinasi 3 band dalam citra yang mempunyai tampilan warna yang paling optimum Klasifikasi Data Citra Merubah data citra menjadi informasi Penutupan lahan/penggunaan lahan Penutupan lahan adalah kondisi fisik permukaan bumi Land use : deskripsi bagaimana manusia mengelola lahan. Misal : Hutan = Land cover Hutan Lindung = Land use Padang rumput = Land cover Ranch/Padang Golf : Lan use 3

KLASIFIKASI VISUAL Tone : Variasi kedalaman warna obyek dari warna tua ke muda, atau hitam ke putih yang dapat dibedakan Element Order 1 Colour : Warna obyek False ColorComposite : LANDSAT, RGB = 5:4:3 Colour/Warna & Tone Obyek Hijau :? Hijau muda Hijau tua Merah :? Merah muda/pink Biru :? Tua Kuningan :? Kuning muda Putih :? Putih Abu Hitam :? VISUAL Elemen Order 2: Size membantu menentukan obyek berdasarkan ukuran Perkebunan rakyat & perkebunan besar Shape membantu menentukan karakter obyek berdasarkan bentuk man made cenderung garis lurus natural cenderung tidak beaturan 4

False ColorComposite : LANDSAT, RGB = 5:4:3 VISUAL Texture frekuensi perubahan dan susunan dari tone Pengamatan visual kehalusan/kekasaran (smoothness or roughness) Misal Air : biasanya halus, Alang-alang : medium texture, and Hutan alam dataran rendah: kasar Pattern - arrangement spasial dari objects Linear untuk jalan, sungai dll Elements Orde 2 5

VISUAL Site bagaimana obyek berada pada suatau tempat aspect, topografi, geologi, tanah, & vegetasi Association obyek biasanya berasosiasi engan obyek yang lain. Sangat membantu dalam interpretasi man made obyek Element order 3 Height menjelaskan detail dari obyek (ketinggian obyek) VISUAL Elements Order 3 Shadow Membantu menentukan detil obyek Identifikasi dapat ditingkatkan dengan informasi bayangan Contoh Dimana Mangrove? Dimana Hutan dataran rendah?, Dimana Perkebunan? Dimana Lahan terbuka? Dimana lahan pertanian?, Dimana Sungai? Dimana Jalan?, Dimana Awan? Dimana Bayangan awan? Dimana Tambak?, Dimana Semak belukar? 6

Perbandingan Penampilan Beberapa Objek pada Landsat dan PALSAR 1. Hutan Mangrove Hijau pucat pada Palsar and hijau gelap pada Landsat. 2. Hutan pegunungan tropis Hijau muda pada tua pada Landsat. 3. Hutan pegunungan tropis Hijau muda pada hijau kecoklatan pada Landsat. 4. Hutan dataran rendah Hijau kekuningan hijau pucat pada Landsat. 5. Hutan rawa Hijau pucat pada pada Landsat 6. Hutan tanaman jati Hijau kekuningan hijau muda pada Landsat. 7. Hutan tanaman pinus Hijau terang pada tua pada Landsat. 8. Hutan tanaman mangium Hijau terang pada tua pada Landsat. 9. Hutan tanaman Eucalypthus Hijau terang pada pada Landsat. 10. Kebun campuran (Karangkitri) Hijau muda pada pucat pada Landsat 11a Perkebunan sawit muda (dibawah 5 m) Biru gelap pada hijau kekuningan pada Landsat. Di daerah bergunung. 7

11b 11c 11d Perkebunan sawit muda (dibawah 5 m) Perkebunan sawit tua (diatas 10 m) Perkebunan sawit tua (diatas 10 m) Kemerahan-biru kecoklatan pada pada Landsat. Di daerah datar, pola kotak-kotak. Kemerahan-biru kecoklatan pada pada Landsat. Di daerah datar, pola kotak-kotak. Biru kecoklatan hijau pada Landsat. Di daerah datar, pola kotakkotak. 12. Perkebunan teh Biru dan kehijauan menyebar pada muda bercampur merah pada Landsat. 13. Perkebunan karet rakyat 13a Perkebunan karet 14. Perkebunan kelapa Kuning kehijauan-hijau kekuningan pada Palsar dan hijau kecoklatan pada Landsat. Pola pada Palsar tidak bisa dilihat, tapi jelas pada Landsat. Kuning kehijauan-hijau kekuningan pada Palsar dan hijau kecoklatan pada Landsat. Pola terlihat jelas baik pada Palsar maupun pada Landsat. Hijau pucat pada Palsar dan hijau muda-tua pada Landsat 15. Perkebunan tebu Hijau hijau pada Landsat. Kebun tebu biasanya dikelilingi oleh persawahan. 16. Kebun salak Hijau keabuan hijau muda pada Landsat 17. Pertanian lahan kering Biru menyebar merah kecoklatan menyebar pada Landsat 18. Sawah Biru gelap- ungu biru gelap pada Landsat. Sawah belum ditanami. 19. Belukar tinggi Hijau gelap pada pada Landsat. 8

20 Padang rumput Biru gelap-ungu pink pada Landsat 21 Pemukiman perkotaan 22 Pemukiman pedesaan Kuning- hijau kekuningan-putih merah pada Landsat Merah muda pada Palsar dan merah pada Landsat. Pemukiman tersebar. 23. Lapangan Golf Biru gelap pada Palsar dan kuning muda pada Landsat. 24. Bandara Biru gelap pada Palsar dan kuning muda pada Landsat 25. Badan air Biru muda pada Palsar dan biru tua pada Landsat. KLASIFIKASI DIGITAL Distribusi Nilai DN Pengelompokan Nilai DN Tidak Terbimbing Terbimbing (Parametric/Non Parametric: feature space) Minimum Distance Parallelepiped Classification Stepped Parallelepiped Equiprobability Contours 9

Digital Number Band 1 Band 2 Band 3 (B) Band 4 (G) Band 5 (R) Band 6 Band 5: 4: 3 Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised Classification) Mengelompokan Nilai DN Berdasarakan Minimum Distance, tanpa campur tangan operator Tetap perlu pemahaman lapang untuk reklasifikasi BAND 3 Feature Space (Distribusi DN, pada 2 sumbu/bands) BAND 4 10

Band 2 Band 2 Band 2 4/30/2012 KLASIFIKASI DIJITAL TIDAK TERBIMBING ISODATA I - iterative S - self O - organizing D - data A - analysis T - technique A - (application)? Band B Band A Band B Band A 1st iteration cluster mean 2nd iteration cluster mean ISODATA Band 1 Band 1 Band 1 Iterasi 1. Data dikelompokan, namun cluster biru terpisah jauh Iterasi 2. Kluster biru dipisah menjadi 2, Cyan and hijau hanya mempunyai 2 data. Iterasi n. Data pada kluster biru dan hijau, dikelompokan sbg pencilan/ dikelompokan dgn kluster terdekat. 11

Klasifikasi Terbimbing Mengelompokan Nilai DN Berdasarakan Minimum Distance, dengan arahan operator Menentukan rule/aturan pengelompokan Menentukan training area Klasifikasi Pengelompokan Ulang Uji akurasi BAND 3 Feature Space (Pengempokkan DN, pada 2 sumbu/bands) BAND 4 Minimum Distance To Means (kedekatan dengan nilai rata-rata tiap kluster) 12

Band 2 Band 2 Band 2 4/30/2012 Kedekatan dengan nilai rata-rata kluster Band 1 Iterasi 1.Pusat Kluster ditempatkan secara acak, kemudian setiap pixel dikelompokan pada pusat kluster terdekat. Band 1 Iterasi 2.Pusat kluster berpindah ke rata-rata pusat tiap kluster. Band 1 Iterasi ke N. Kluster dan pusat kluster terakhir/stabil. Parallelepiped Classification Setiap kelas dikelompokan dengan menggunakan kotak spektral (Spectral box) Terjadi overlap antar kotak, krn adanya korelasi band pada setiap kelasnya. Data yg overlap dapat dikelompokkan sebagai tidak terklasifikasi Stepped Parallelepiped Strategy 13

KLASIFIKASI DIJITAL TERBIMBING PARAMETRIC KLASIFIKASI DIJITAL TERBIMBING NON PARAMETRIC Akurasi DATA REFERENSI DATA Hutan Hutan Semak Lahan Lahan Pemu- Badan User KLASIFIKASI Primer Sekunder Belukar Pertanian Terbuka kiman Air Total Accuracy Hutan Primer 100 10 2 0 0 0 0 112 89.29 Hutan Sekunder 10 60 3 0 0 0 0 73 82.19 Semak Belukar 2 2 45 8 1 0 0 58 77.59 Lahan Pertanian 0 0 10 65 0 0 0 75 86.67 Lahan Terbuka 0 0 0 0 12 8 0 20 60.00 Pemukiman 0 0 0 0 6 23 0 29 79.31 Badan Air 0 0 0 0 0 0 12 12 100.00 112 72 60 73 19 31 12 379 Producer Akurasi 89.29 83.33 75.00 89.04 63.16 74.19 100.0 83.64 Ommission error Commission error Over all accuracy Confusion matrix 14