Muhammad Rahmanda Yunito Langgeng Wahyu Santosa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Muhammad Rahmanda Yunito Langgeng Wahyu Santosa"

Transkripsi

1 KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN TIMAH BERDASARKAN ANALISIS NERACA SUMBERDAYA LAHAN SPASIAL DI KABUPATEN BANGKA Muhammad Rahmanda Yunito Langgeng Wahyu Santosa Intisari Konsekuensi maraknya aktivitas penambangan timah menyebabkan berubahnya penggunaan lahan di Kabupaten Bangka. Penelitian ini bertujuan untuk, 1) Menganalisis perubahan penggunaan lahan akibat penambangan timah yang terdapat di daerah penelitian berdasarkan neraca sumberdaya lahan spasial dan 2) mengevaluasi luasan lahan yang dialih fungsikan menjadi lahan penambangan timah. Metode pembuatan neraca sumberdaya lahan spasial menggunakan acuan SNI neraca sumberdaya lahan spasial. Data yang digunakan adalah citra pengeinderaan jauh Landsat 5 TM tahun 2004 dan 2009 serta citra Landsat 8 tahun 2014 sebagai sumber pembuatan peta penggunaan lahan dengan cara interpretasi visual. Peta penggunaan lahan dua titik tahun kemudian dilakukan tumpang susun atau overlay untuk menghasilkan peta perubahan penggunaan lahan sehingga dapat dilakukan analisis spasial untuk mengetahui pola dan persebaran perubahan penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan lahan yang terus mengalami peningkatan luas adalah lahan pertambangan timah. Pada periode tahun pertambangan timah bertambah luas sebesar Ha dengan laju pertambahan rata-rata sebesar Ha per tahun, dan pada periode tahun bertambah sebesar Ha dengan laju pertambahan rata-rata sebesar Ha per tahun. Penggunaan lahan yang berubah menjadi pertambangan timah dalam kurun adalah hutan belukar, perkebunan rakyat, kebun campuran, rawa, semak, danau/telaga, hutan lebat, dan lahan terbuka. Kata kunci: Penggunaan lahan, Perubahan penggunaan lahan, penambangan timah, Neraca sumberdaya lahan spasial, penginderaan jauh Abstract The consequences of increased activity of tin mining have led to changes in land use in Bangka Regency. This research aimed to analyze changes in land use due to the mining of tin located in the research area based on the balance of spatial land resources and evaluate the land area which functioned diverted into the tin mining land. The method of making the balance of spatial land resource using the SNI reference for the balance of spatial land resources. The data used are remote sensing imagery Landsat 5 TM of 2004 and 2009 and Landsat 8 of 2014 as a source of land-use map-making by means of visual interpretation. Land use map of two years point then be overlaid to produce a map of land-use change that can be analyzed to determine the spatial pattern and land use changes distribution. The comparative analysis is also performed to compare the changes in land use between the periods of and The results showed that the land use which steadily increasing is tin mining land. In the period of tin mining area increases by ha with an average rate of increase of ha per year, and in the period increased by ha with an average rate of increase of ha per year. Land use change into tin mining in the period is a grove, plantation residents, mixed farms, swamps, bushes, lakes / ponds, dense forests and open land. Keywords: land use, land use change, tin mining, the balance of spatial land resources, remote sensing

2 PENDAHULUAN Lahan merupakan bagian dari bentanglahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan lahannya. Bentuk penggunaan lahan didasarkan pada karakteristik lahan dan daya dukung lingkungannya. Bentuk penggunaan lahan dapat ditinjau kembali melalui proses evaluasi sumberdaya lahan sehingga dapat diketahui potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya (Soedjoko, 2008). Aktivitas penambangan timah di Indonesia telah berlangsung sejak 300 tahun yang lalu, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih timah tersebar dalam bentang wilayah sejauh 800 kilometer yang membujur dari daratan semenanjung Malaysia hingga Kepulauan Bangka Belitung yang disebut The Indonesian Tin Belt (PT. Timah Tbk, 2011). Provinsi Kepualauan Bangka Belitung adalah penghasil Timah utama di Indonesia, sekaligus merupakan penghasil devisa (BPS, 2004). Kabupaten Bangka merupakan salah satu kabupaten di Pulau Bangka yang memiliki cadangan bijih timah yang melimpah. Namun aktivitas penambangan timah ini mengakibatkan kerusakan lingkungan pada areal pasca tambang. Penambangan timah ilegal dilaporkan mencapai 20% di Pulau Bangka dan mendapat publikasi negatif karena merusak lingkungan (Nurtjahya, 2008). Banyaknya penambangan timah illegal yang dikelola perusahaan swasta dan rakyat membuka lahan untuk menambang timah sehingga konversi atau perubahan penggunaan lahan sangat mungkin terjadi. Banyak lahan pertanian, perkebunan dan bahkan hutan yang dialih fungsikan menjadi lahan tambang timah. Alih fungsi lahan ini kedepannya akan berdampak pada kerusakan lingkungan. Salah satu cara untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan penataan dan penggunaan lahan menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 Pasal 23 adalah dengan cara pembuatan neraca sumberdaya lahan yang berfungsi untuk menghitung dan melihat seberapa efektifkah pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan. Dengan Neraca sumberdaya lahan ini akan dapat diketahui perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan lahan menurut fungsi kawasan tertentu yang dibuat dari dua titik tahun sehingga akan dapat diketahui bentuk penggunaan beserta luasan perubahan penggunaan lahannya dari dua titik tahun yang berbeda. METODE PENELITIAN Tahap awal pengolahan data analisis neraca sumber daya lahan spasial adalah interpretasi citra penginderaan jauh menggunakan citra landsat TM dari tiga titik tahun yaitu tahun Landsat 5 TM tahun 2004, Landsat 5 TM tahun 2009, dan Landsat 8 ETM tahun Proses interpretasi dilakukan secara visual dimulai dari tahap pengolahan awal, penajaman gambar, koreksi geometric dan radiometric, dan pemotongan citra yang disesuaikan dengan batas administrasi. Klasifikasi penggunaan lahan menggunakan klasifikasi SNI yang hasil akhirnya adalah peta penggunaan lahan tahun 2004, 2009, dan Peta penggunaan lahan yang telah dihasilkan kemudian dilakukan proses pendekatan teknik tumpang-tindih peta atau istilah overlay untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan. Proses overlay ini menggunakan peta penggunaan lahan dua titik tahun. Analisis dan evaluasi sumber daya lahan tersebut dihitung kedalam satuan areal luasan (ha) maupun dalam perhitungan prosentase (%). Perhitungan luas dapat dilakukan dengan komputer dari hasil data digital peta yang sudah masuk dalam format peta dalam sistim grid Universal Transverse Mercator (UTM). Hasil perhitungan dikonversi dengan luas wilayah yang baku setiap daerah dengan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) Salah satu persyaratan dalam penyusunan neraca sumberdaya lahan spasial yaitu Klasifikasi penggunaan lahan terdiri atas macam variabel data dengan klasifikasi yang utama terdiri atas lahan permukiman, sawah, pertanian lahan kering, kebun, perkebunan, pertambangan, industri dan pariwisata, perhubungan, lahan berhutan, lahan terbuka, dan perairan darat. Klasifikasi penggunaan lahan dalam neraca sumberdaya lahan bersifat terbuka, dalam arti dapat masing-masing klasifikasi penggunaan lahan tersebut dapat berkembang sesuai dengan tingkat kedetilan peta yang dipergunakan (BSN, 2002). Semakin besar skala peta yang digunakan, maka semakin detil atau rinci pula jenis penggunaan lahannya.

3 Secara lengkap, diagram alir penelitian ini ditunjukkan oleh Gambar 1. Gambar 1. Diagram alir penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Peta Penggunaan Lahan yang terdapat di Kabupaten Bangka dibuat berdasarkan interpretasi visual dari citra Landsat 5 TM untuk tahun 2004 dan 2009, dan citra Landsat 8 untuk tahun Interpretasi citra untuk pembuatan peta penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan komposit citra Landsat 543. Komposit citra dibuat bertujuan untuk memperjelas dan mempermudah interpretasi kenampakan suatu objek pada citra. Komposit 543 akan menghasilkan kombinasi false colour atau warna semu yang akan memudahkan untuk menginterpretasi penggunaan lahan yang terdapat di permukaan bumi. Pada komposit 543 maka representasi RGB dengan band 5 (inframerah tengah) untuk merah, band 4 (inframerah dekat) untuk hijau, dan band 3 (biru) untuk biru. Komposit 543 akan dengan mudah membedakan hutan rawa dengan hutan lahan kering, sawah dengan padi tua ataupun sawah dengan awal penanaman. Landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal Infrared Sensor (TIRS) sehingga memiliki 11 jenis band, sehingga kombinasi band untuk membuat komposit RGB berbeda dengan Landsat 5 atau Landsat 7. Komposit 543 pada Landsat 8 menjadi Komposit 654 untuk menginterpretasi penggunaan lahan tahun Penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Bangka setelah dilakukan interpretasi citra dan survey lapangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis penggunaan lahan, yaitu diantaranya: (1) pemukiman, (2) sawah, (3) tegalan, (4) kebun campuran, (5) perkebunan besar, (6) perkebunan rakyat, (7) pertambangan terbuka, (8) lahan berhutan lebat, (9) lahan berhutan belukar, (10) lahan terbuka, (11) semak, (12) danau/situ/tubuh perairan, (13) waduk/bendungan, (14) rawa, dan (15) tambak. Secara spasial distribusi dari masing-masing penggunaan lahan hasil interpretasi visual yang terdapat di Kabupaten Bangka tahun 2004, 2009, dan 2014 dapat dilihat pada Gambar 2, 3, dan 4 peta penggunaan lahan tahun 2004, 2009, dan Luas dan persentase dari masing-masing penggunaan lahan tersebut disajikan pada Tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 1. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Tahun 2004, 2009, dan 2014 Hutan belukar mendominasi luasan penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Bangka. Hutan belukar merupakan areal lahan yang ditumbuhi dengan tanaman belukar. Luas lahan hutan belukar mencapai Ha dengan persentase mencapai 51.62% pada tahun 2004, Ha dengan persentase 48.94% pada tahun 2009, dan Ha dengan persentase 47.96% pada tahun Pengggunaan lahan lainnya yang cukup dominan di Kabupaten Bangka adalah perkebunan rakyat. Perkebunan Rakyat adalah areal lahan perkebunan yang diusahakan oleh rakyat dan dikelola secara tradisional.

4 Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun 2004 Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun

5 Gambar 4. Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun 2014 Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka yang mengalami penambahan luasan tiap tahunnya adalah Pertambangan dalam hal ini pertambangan timah. Penambangan timah di Kabupaten Bangka hampir tersebar merata di Kabupaten Bangka, kecuali di Kecamatan Puding Besar. Pengunaan lahan pertambangan pada tahun 2004 sebesar Ha (6.64%), tahun 2009 sebesar Ha (8.10%), dan pada tahun 2014 sebesar Ha (8.91%). Neraca Sumberdaya Lahan di Kabupaten Bangka Penggunaan Lahan pada suatu wilayah dapat digunakan sebagai acuan indikator tingkat perkembangan wilayah tersebut, dimana pada umumnya semakin maju tingkat kehidupan akan semakin kompleks pola penggunaan lahannya. Perubahan penggunaan lahan yang dinamis digunakan sebagai bahan dalam penyusunan neraca sumberdaya lahan spasial. Data sumberdaya lahan yang diinventarisasi pada tahun 2004 digunakan sebagai data cadangan awal (aktiva) sedangkan data sumberdaya lahan yang diinventarisasi pada tahun 2009 digunakan sebagai cadangan akhir (passiva). Neraca sumberdaya lahan spasial Kabupaten Bangka tahun dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Neraca Sumberdaya Lahan Spasial Kabupaten Bangka Tahun Untuk rincian perubahan luasan tiap penggunaan lahan tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka dapat diketahui dari tabel 3 dalam kurun waktu tahun 2004 hingga tahun 2009 penggunaan lahan yang terjadi penambahan luas adalah penggunaan lahan pemukiman, perkebunan besar, pertambangan, dan tambak. Sedangkan penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas adalah kebun campuran, perkebunan rakyat, hutan lebat, hutan belukar, lahan terbuka, semak, danau/telaga, dan rawa.

6 Tabel 3. Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun Tabel 5. Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun Jenis penggunaan lahan yang luasannya cenderung tetap atau tidak berubah adalah sawah tadah hujan, tegalan, dan waduk/ bendungan. Penggunaan lahan di Kabupaten Bangka yang mengalami penambahan luas yang cukup tinggi yaitu perkebunan besar yang bertambah sebesar Ha kemudiaan diikuti dengan penggunaan lahan pertambangan sebesar Ha, dan pemukiman sebesar Ha. Neraca sumberdaya lahan spasial Kabupaten Bangka tahun dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Neraca Sumberdaya Lahan Spasial Kabupaten Bangka Tahun Perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka yang terjadi penambahan luas memiliki pola yang sama dengan periode tahun yaitu penggunaan lahan pemukiman, perkebunan besar, pertambangan, dan tambak. Demikian juga halnya dengan penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas adalah kebun campuran, perkebunan rakyat, hutan lebat, hutan belukar, lahan terbuka, semak, danau/telaga, dan rawa. Penggunaan lahan yang mengalami pengurangan luas yang cukup signifikan dalam kurun waktu tahun adalah penggunaan lahan hutan belukar sebesar Ha.. Gambaran perubahan masingmasing penggunaan lahan pada tiga titik tahun analisis yaitu tahun 2004, 2009, dan 2014 dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk rincian perubahan luasan tiap penggunaan lahan tahun dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Gambar 5. Luasan setiap Penggunaan Lahan pada tiga titiktahun Pengamatan

7 Dinamika Penggunaan Lahan di Kabupaten Bangka Laju pertumbuhan penggunaan lahan tertinggi selama periode 10 tahun terdapat pada penggunaan lahan perkebunan besar dengan rata-rata laju peningkatan sekitar Ha per tahun pada periode tahun dan periode tahun sekitar Ha per tahun. Lahan tambang juga cenderung mengalami kenaikan pada setiap tahunnya. Tahun penggunaan lahan pertambangan memiliki laju rata-rata penambahan sebesar Ha per tahun dan pada periode tahun memiliki laju rata-rata penambahan Ha per tahun. Penggunaan Lahan yang mengalami penurunan luas dalam setiap tahunnya antara lain kebun campuran, perkebunan rakyat, hutan lebat, hutan belukar, lahan terbuka, semak, danau/telaga, dan rawa. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi cukup signifikan pada tahun adalah penggunaan lahan pertambangan, yang pada tahun 2004 seluas Ha menjadi Ha, atau bertambah luasannya sebesar Ha. Penambahan luasan penggunaan lahan pertambangan diperoleh hampir dari seluruh jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Bangka, kecuali penggunaan lahan pemukiman, perkebunan besar, sawah, tambak, tegalan, dan waduk/bendungan. Penggunaan lahan yang berubah menjadi lahan pertambangan yang tertinggi luasannya adalah penggunaan lahan hutan belukar. Perubahan penggunaan lahan hutan belukar menjadi lahan pertambangan sebesar Ha pada periode tahun Penggunaan lahan permukiman bertambah luasannya dalam kurun waktu tahun Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan jumlah penduduk akan diikuti juga dengan penambahan permukiman untuk tempat tinggal di Kabupaten Bangka. Luas lahan pemukiman pada tahun 2004 sebesar Ha kemudian pada tahun 2009 menjadi Ha, bertambah sebesar Ha. Perubahan penggunaan lahan menjadi pemukiman ini terjadi di Kecamatan Sungailiat yang merupakan ibukota Kabupaten Bangka. Penggunaan lahan yang berkurang luasannya secara signifikan adalah hutan belukar yang pada tahun 2004 sebesar Ha, menjadi Ha, atau berkurang sebesar Ha. Perubahan penggunaan hutan belukar ini berkurang akibat berubah menjadi pertambangan seluas Ha, kemudian berubah menjadi perkebunan besar Ha, menjadi tambak sebesar 23.39, menjadi kebun campuran sebesar 5.22 Ha, dan menjadi danau/telaga sebesar Ha. Distribusi dan sebaran perubahan tiap penggunaan lahan di Kabupaten Bangka tahun dapat dilihat pada Gambar 6. Perubahan penggunaan lahan pertambangan pola yang dihasilkan menyebar, tidak mengelompok ke areal tertentu saja. Hal tersebut dikarenakan lahan penambangan timah terdapat tidak hanya di satu areal saja, namun tersebar di berbagai tempat di Kabupaten Bangka. Sedangkan lahan perkebunan besar hanya terdapat di satu areal saja. Sehingga memiliki pola perubahan penggunaan yang berbeda. Untuk melihat luasan perubahan penggunaan lahan tambang dan non tambang di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Luas Perubahan Penggunaan Lahan ke Tambang dan Non Tambang di setiap Kecamatan Tahun Secara umum perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka periode tahun tidak jauh berbeda seperti pada periode tahun Penggunaan lahan yang bertambah luasannya yaitu pertambangan, perkebunan besar, pemukiman dan tambak. Sedangkan yang mengalami pengurangan luasan adalah hutan belukar, perkebunan rakyat, perkebunan campuran, rawa, hutan lebat, lahan terbuka, danau/telaga, dan semak. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi cukup signifikan adalah penggunaan lahan pertambangan, sama seperti pada periode tahun sebelumnya yaitu tahun Pada tahun 2009 seluas Ha menjadi Ha atau bertambah luasannya sebesar

8 Gambar 6. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun Gambar 7. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Bangka Tahun

9 Ha. Berbeda dengan periode tahun sebelumnya, penggunaan lahan pertambangan timah ini laju pertambahannya tidak seperti pada periode tahun sebelumnya, yang rata-rata laju pertambahannya sebesar Ha, pada periode ini rata-rata laju pertambahannya sebesar Ha. Hal ini dikarenakan lahan yang memiliki kandungan timah di Kabupaten Bangka sudah hampir semua dilakukan penambangan, sehingga lahan yang ditambang dari jenis penggunaan lahan lainnya luasan perubahannya tidak terlalu signifikan pertambahannya. Penggunaan lahan yang berkurang luasannya secara signifikan adalah hutan belukar yang pada tahun 2009 sebesar Ha, menjadi Ha, atau berkurang sebesar Ha. Perubahan penggunaan hutan belukar ini berkurang akibat berubah menjadi pertambangan seluas Ha, kemudian berubah menjadi perkebunan besar Ha. Untuk mengetahui persebaran dan distribusi dari perubahan tiap penggunaan lahan di Kabupaten Bangka tahun dapat dilihat pada Gambar 7. Perubahan penggunaan lahan menjadi pertambangan timah memiliki pola perubahan yang menyebar di Kabupaten Bangka. Perubahan penggunaan lahan pertambangan ini tidak terlalu intensif terjadi seperti pada periode tahun dikarenakan hampir semua lahan yang memiliki kandungan timah di Kabupaten Bangka telah habis ditambang. Penambangan timah ini selanjutnya muncul pada pinggiran sungai dan rawa yang terletak di pinggiran pantai. Untuk melihat luasan perubahan penggunaan lahan tambang dan non tambang di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini. Tabel 6. Luas Perubahan Penggunaan Lahan ke Tambang dan Non Tambang di setiap Kecamatan Tahun Dinamika Penggunaan Lahan Pertambangan Timah Penggunaan lahan pertambangan mengalami peningkatan yang cukup pesat di Kabupaten Bangka, baik pada periode tahun maupun tahun Pada periode tahun pertambangan timah mengalami penambahan luas sebesar , dengan rata-rata laju penambahan sebesar Ha per tahun. Pada periode tahun juga mengalami penambahan luasan sebesar Ha dengan rata-rata laju pertambahan sebesar Ha. Walaupun penggunaan lahan pertambangan timah masih lebih rendah pertambahan luasannya dibandingkan dengan perkebunan besar yang laju pertambahannya sebesar Ha per tahun pada periode tahun dan sebesar Ha per tahun pada periode , namun dinamika perubahan penggunaan pertambangan lebih kompleks dibandingkan pada penggunaan lahan perkebunan besar. Perubahan penggunaan lahan pertambangan timah ini berasal dari jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Bangka. Penggunaan lahan pertambangan ini perubahannya berasal dari danau/telaga, hutan belukar, hutan lebat, kebun campuran, lahan terbuka, perkebunan rakyat, rawa, dan semak, yang sebagian luasannya beralih fungsi menjadi pertambangan, baik pada periode tahun dan tahun Penggunaan lahan yang menyumbang luasan terbesar bagi lahan pertambangan timah adalah penggunaan lahan hutan belukar, baik pada periode tahun Lahan Penambangan ini tidak mengalami pengurangan luasan baik pada periode tahun maupun tahun Hal ini dikarenakan pertambangan timah yang karakteristiknya menggunakan sistem terbuka atau open pit, sehingga akan mengalami potensi penurunan kualitas tanah yang sulit untuk dikembalikan menjadi semula. Faktor yang menyebabkan bertambahnya luasan pertambangan timah di Kabupaten Bangka tiap tahunnya diakibatkan adanya potensi atau kandungan timah di wilayah Kabupaten Bangka. Secara spasial hal ini ditunjukkan dengan pola peningkatan luas lahan tambang yang relatif mengikuti formasi endapan yang diperkirakan memiliki cadangan timah. Perusahaan-perusahaan besar maupun

10 penambang illegal melakukan eksploitasi dan eksplorasi untuk memetakan keberadaan timah ini. Analisis akurasi citra dilakukan dengan menggunakan matriks kesalahan (confusion matrix). Akurasi dihitung dengan persentase overall accuracy. Semakin tinggi persentasenya menunjukkan pengklasifikasian yang semakin baik pula. Dari hasil perhitungan, nilai nilai overall accuracy untuk tahun 2014 adalah sebesar 85.17%. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutanto (1994) yang mengatakan bahwa identifikasi lahan di Negara tropis yang berkembang maksimal 75% sampai 85% karena daerah tropis memiliki penutupan lahan yang sangat majemuk dan rumit. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Lo (1996) suatu hasil interpretasi dapat digunakan untuk keperluan analisis jika tingkat ketelitiannya mencapai minimal 85%, sehingga citra Landsat yang telah diinterpretasi secara visual tahun 2014 ini dapat digunakan untuk keperluan analisis lebih lanjut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut ini. (1) Aktivitas penambangan timah yang terdapat Kabupaten Bangka berpengaruh cukup signifikan terhadap perubahan penggunaan lahan di Kabupaten Bangka. Penggunaan lahan penambangan timah ini dalam kurun waktu atau 10 tahun mengalami penambahan luasan tiap tahunnya. Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan menjadi penambangan timah ini dikarenakan banyaknya lahan yang memiliki kandungan bijih timah yang ada di Kabupaten Bangka. Penggunaan lahan yang berubah menjadi pertambangan timah dalam kurun adalah hutan belukar, perkebunan rakyat, kebun campuran, rawa, semak, danau/telaga, hutan lebat, dan lahan terbuka. (2) Luasan perubahan pennggunaan lahan pertambangan timah pada periode tahun sebesar Ha dengan laju pertambahan rata-rata sebesar Ha per tahun, dan pada periode tahun bertambah sebesar Ha dengan laju pertambahan rata-rata sebesar Ha per tahun. Pertambahan luasan pada tahun tidak terlalu signifikan dikarenakan hampir semua lahan yang memiliki kandungan timah di Kabupaten Bangka telah habis ditambang. Penambangan timah ini selanjutnya muncul pada pinggiran sungai dan rawa yang terletak di pinggiran pantai. Pada saat ini penambang timah telah banyak berpindah ke laut menggunakan kapalkapal khusus, untuk menambang kandungan timah yang terkandung di dasar laut. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional SNI Neraca Sumberdaya Lahan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Badan Pusat Statistik Kepulauan Bangka Belitung dalam Angka tahun Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Nurtjahya, Eddy Neraca Ekologi Penambangan Timah di Pulau Bangka. Journal of Biological Researches. Volume 14 No Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Penatagunaan Tanah. Jakarta PT. Timah Pandang dengan mata hati: Catatan perjalanan kepedulian PT. Timah terhadap Lingkungan dan Masyarakat. Artikel PT.Timah Tbk, Pangkalpinang. Soedjoko, Sri Astuti Pengelolaan Sumberdaya Lahan. Dalam: Makalah Seminar Pengelolaan Sumberdaya Hutan dan Produksi Air untuk Kelangsungan Kehidupan. 23 September Jakarta. Sutanto Penginderaan Jauh Untuk Penggunaan Lahan. Fakultas Geografi. Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Jakarta

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN Rahayu *), Danang Surya Candra **) *) Universitas Jendral Soedirman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN Rahayu *), Danang Surya Candra **) *) Universitas Jendral Soedirman

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal Oleh : Fidiyawati 3507 100 046 Pembimbing : 1. M. Nur Cahyadi, ST, MSc 2. Danang Surya Chandra,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan TINJAUAN PUSTAKA KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi inventarisasi hutan, pengukuhan kawasan hutan, penatagunaan kawasan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Penutupan Lahan Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand dkk,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan bagian dari bentanglahan (landscape) yang meliputi lingkungan fisik termasuk iklim, topografi, hidrologi, tanah dan keadaan vegetasi alami yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, bahwa mangrove merupakan ekosistem hutan, dengan definisi hutan adalah suatu ekosistem hamparan lahan berisi sumber daya

Lebih terperinci

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Spektral Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal 30 Juni 2009 seperti yang tampak pada Gambar 11. Untuk dapat

Lebih terperinci

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH Analisa Spasial Perubahan di Sekitar Laguna Segara Anakan. (Irwansyah, E.) ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH (Spatial Analysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara memiliki luas total sebesar 181.860,65 Km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 71.680,68 Km² atau 3,73 % dari luas wilayah Republik Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN IMPLEMENTASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010-2030 MELALUI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PUBLIKASI ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013-2016 (Analysis Of Land Cover Changes At The Nature Tourism Park Of Sungai Liku In Sambas Regency

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Landsat Interpretasi visual penggunaan lahan dengan menggunakan citra Landsat kombinasi band 542 (RGB) pada daerah penelitian

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL Erni Kusumawati *), Ibnu Pratikto, Petrus Subardjo Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.

Lebih terperinci

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013 PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013 BUDI ANDRESI A 351 09 049 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA 1 ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : EDRA SEPTIAN S 121201046 MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN VI. PERPETAAN HUTAN Perpetaan Kehutanan adalah pengurusan segala sesuatu yang berkaitan dengan peta kehutanan yang mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi kehutanan terutama dalam bentuk peta,

Lebih terperinci

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku

Lebih terperinci

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S Interpretasi Hibrida Untuk Identifikasi Perubahan Lahan Terbangun dan Kepadatan Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S anggitovenuary@outlook.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.. Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Setiap obyek yang terdapat dalam citra memiliki kenampakan karakteristik yang khas sehingga obyek-obyek tersebut dapat diinterpretasi dengan

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya alam tambang di kawasan hutan telah lama dilakukan dan kegiatan pertambangan dan energi merupakan sektor pembangunan penting bagi Indonesia.

Lebih terperinci

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan

Lebih terperinci

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005 B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa ISSN 0853-7291 Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa Petrus Soebardjo*, Baskoro Rochaddi, Sigit Purnomo Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Analysis The Changes Land Cover in The Area of Gunung Naning Protected Forest in

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh 1 Mira Mauliza Rahmi, * 2 Sugianto Sugianto dan 3 Faisal 1 Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Program Pascasarjana;

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai tambang timah rakyat dilakukan di Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penelitian dilaksanakan pada bulan April

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALYSIS OF LAND COVER CONVERSION IN MOUNT TUMPA FOREST PARK USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih

BAB I PENDAHULUAN. dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas penambangan bijih timah di Indonesia telah berlangsung lebih dari 300 tahun, dengan jumlah cadangan yang cukup besar. Cadangan bijih timah, tersebar dalam

Lebih terperinci

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a Lilik Budi Prasetyo Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan-IPB, PO.Box 168 Bogor, Email

Lebih terperinci

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kecamatan Tamalate Kota Makassar Menggunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Multitemporal Tahun

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kecamatan Tamalate Kota Makassar Menggunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Multitemporal Tahun Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kecamatan Tamalate Kota Makassar Menggunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Multitemporal Tahun 2006-2012 M. Andry Herdiatma *), Ibnu Pratikto, Retno Hartati Program

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada 82,6 443.8 157.9 13.2 2664.8 1294.5 977.6 2948.8 348.7 1777.9 1831.6 65.8 2274.9 5243.4 469.2 4998.4 Hektar 9946.9 11841.8 13981.2 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Data tentang luas tutupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan 77 M. Indica et al. / Maspari Journal 02 (2011) 77-82 Maspari Journal 02 (2011) 77-81 http://masparijournal.blogspot.com Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional

Lebih terperinci

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan : MAKSUD DAN TUJUAN q Maksud dari kegiatan ini adalah memperoleh informasi yang upto date dari citra satelit untuk mendapatkan peta penggunaan lahan sedetail mungkin sebagai salah satu paramater dalam analisis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Drs. Dede Sugandi, M.Si. Drs. Jupri, MT. Nanin Trianawati Sugito, ST., MT. Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012 JUDUL KEGIATAN: PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGITAS PEMANFAATAN DATA INDERAJA UNTUK EKSTRAKSI INFORMASI KUALITAS DANAU BAGI KESESUAIAN BUDIDAYA PERIKANAN DARAT

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT 1 ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG Husnul Chotimah 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap perubahan suatu kawasan. Perubahan lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun

Lebih terperinci

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kabupaten Kendal Tahun dengan Menggunakan Data Citra Landsat-TM

Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kabupaten Kendal Tahun dengan Menggunakan Data Citra Landsat-TM ISSN 0853-7291 Evaluasi Perubahan Penggunaan Lahan Pesisir Kabupaten Kendal Tahun 1997-2001 dengan Menggunakan Data Citra Landsat-TM Petrus Subardjo Jurusan Ilmu Kelautan FPIK UNDIP, Kampus Tembalang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir Banjir merupakan salah satu fenomena alam yang sering terjadi di berbagai wilayah. Richard (1995 dalam Suherlan 2001) mengartikan banjir dalam dua pengertian, yaitu : 1)

Lebih terperinci

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA APPLICATION DATA IMAGE SATELLITE LANDSAT FOR THE MONITORING OF DYNAMICS COASTAL AREA OF ESTUARY DAS

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO

ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DENGAN PEMANFAATAN CITRA LANDSAT DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2001, 2004, DAN 2012 PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN SKRIPSI Oleh : WARREN CHRISTHOPER MELIALA 121201031 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar RUNIA CHRISTINA GULTOM INDAYATI LANYA*) I WAYAN NUARSA Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN

DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN DINAMIKA PENGGUNAAN LAHAN DAN PERKEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KUBU RAYA DAN SANGGAU TAHUN 1990-2013 Land Use Dynamics and Development of Oil Palm Plantation in Kubu Raya and Sanggau Regencies

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG Vembri Satya Nugraha vembrisatyanugraha@gmail.com Zuharnen zuharnen@ugm.ac.id Abstract This study

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012

EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang dikenal dengan sumberdaya alamnya yang sangat melimpah seperti sumberdaya lahan, hutan, air, hasil tambang, dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 2 (1) (2013) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS PERUBAHAN KERAPATAN VEGETASI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH

Lebih terperinci

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo)

KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo) KAWASAN TERPADU RIMBA DI 3 KABUPATEN PRIORITAS (Kab. Kuantan Sengingi, Kab. Dharmasraya dan Kab. Tebo) Oleh: IB Ketut Wedastra Sr. Officer Conservation Spatial Planning WWF Indonesia PENGINDERAAN JAUH

Lebih terperinci

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai eknmi, eklgi dan ssial

Lebih terperinci

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil 4 TINJAUAN PUSTAKA Makin banyak informasi yang dipergunakan dalam klasifikasi penutup lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil klasifikasinya. Menggunakan informasi multi

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT 1 EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG Andre Cahyana 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2004-2011 PUBLIKASI ILMIAH Oleh : ERWIN FEBRIYANTO E 100.090.016 FAKULTAS GEOGRAFI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**) Abtrak Perairan Segara Anakan yang merupakan pertemuan

Lebih terperinci

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004 53 5.1.3 Klasifikasi Penutupan Lahan Klasifikasi data Citra Landsat dilakukan untuk pengelompokan penutupan lahan pada tahun 2004. Metode yang dipergunakan adalah klasifikasi terbimbing (Supervised Classification).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik antara lain (1) luasan relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik yang bersifat spesifik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 yang

Lebih terperinci