PPh Pasal 25. Rp Rp. Angsuran PPh pada tahun Berjalan

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 A. Pengertian PPh Pasal 25 dan Pajak Final B. Jenis Pajak Final C. Perhitungan Angsuran PPh 25 dan Pajak Final 1.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 522/KMK.04/2000 TENTANG

ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN (PPh Pasal 25)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

PAJAK PENGHASILAN PAJAK 25

Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

Pajak Penghasilan. Pasal 25

Definisi. Ketentuan PPh Pasal 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

Saat menerima. Penghasilan

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984

2013, No

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini. PPh Pasal 25 = Jumlah pajak yang harus diangsur tahun ini dibagi dua belas.

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

2

a. Rp ,00 d. Rp ,00 b. Rp ,00 e. Rp ,00.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

Contoh pengisian SPT Tahunan PPh bagi anggota Hiswana Migas. yang menerima atau memperoleh penghasilan semata-mata sebagai

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK BADAN. 6. Status Badan : (a) Pusat (b) Pusat (c) BUT

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

NPWP dan Pengukuhan PKP

BAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

Selamat Datang dan Selamat Mengikuti Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. pajak, baik pajak pusat maupun pajak daerah, ini terbukti pada tahun 2014

3) Penundaan atau Perpanjangan Penyampaian SPT

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB II BAHAN RUJUKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. Pembayaran dalam tahun berjalan: a. Pembayaran angsuran PPh Pasal 25 b. Pemotongan/Pemungutan oleh pihak lain c. Pembayaran PPh yang bersifat

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

Y. PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh WP ORANG PRIBADI FORMULIR TAHUN PAJAK

Satuan Acara Perkuliahan

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

LEMBAR ISIAN HASIL PEMERIKSAAN PROGRAM PENGKAJIAN PENGISIAN SPT WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. IDENTITAS WAJIB PAJAK 1. N P W P N a m a...

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam setiap perusahaan yang belum mampu melakukan pembukuan maka

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

PER - 32/PJ/2010 PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

Fatimah Azzahra Pembimbing : Budiasih, SE, MMSi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia diikuti pula perkembangan

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB II LANDASAN TEORI

Pajak Penghasilan Maret 2010

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BIAYA. Oleh Iwan Sidharta, MM.

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PAJAK WP ORANG PRIBADI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Objek yang digunakan sebagai penelitian dalam skripsi adalah PT. Dipta

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

RUGI LABA BIAYA FISKAL

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kep DJP No.536/PJ.2/2000 memberikan kebebasan kepada Wajib

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Penghasilan dari usaha di luar profesi dokter *) Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan

Abstrak. Kata-kata kunci: PPh Pasal 21, gross up, PPh terutang. vii. Universitas Kristen Maranatha

Pengurangan: 1. Biaya jabatan: 5% x Rp ,00 Rp150, luran Pensiun 2% x Rp 60,000. Rp2,790,000.00

UJI KOMPETENSI. Mata Uji : Perpajakan Kelas : II Hari, tanggal : Waktu : 60 menit

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

PERTEMUAN KE-5 PAJAK PENGHASILAN UMUM

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Bagi semua Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki Sertifikat Elektronik, perlu diperhatikan bahwa

(FORMULIR 1771 DAN FORMULIR 1771/$) PETUNJUK UMUM

Transkripsi:

PPh Pasal 25 Rp Rp Angsuran PPh pada tahun Berjalan

Pendahuluan PPh pasal 25 UU No. 36 Tahun 2008 membahas tentang besarnya angsuran pajak yang dibayar sendiri oleh wajib pajak pada tahun berjalan. Besarnya angsuran PPh ps 25 pada tahun berjalan sama dengan PPh yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungut pihak lain (PPh ps 21, PPh ps 22, dan PPh ps 23) dan PPh yang terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan (PPh ps 24) kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan pada bagian tahun pajak.

Kasus 1 PENGHITUNGAN UMUM PPh Ps 25 PPh terutang berdasar SPT th 2010 Rp50.000.000 Dikurangi dengan: PPh ps 21 15.000.000 PPh ps 22 10.000.000 PPh ps 23 2.500.000 PPh ps 24 7.500.000 35.000.000 Pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri Rp15.000.000 PPh ps 25 setiap bulan pada tahun 2011 = Rp15.000.000/12 = Rp1.250.000

Catatan Kasus 1: Apabila PPh terutang didasarkan pada penghasilan yang diperoleh selama 6 bulan pada tahun 2010, maka besarnya PPh ps 25 yang harus dibayar sendiri tiap bulan pada tahun 2011 adalah: = Rp15.000.000/6 = Rp2.500.000

Kasus 2 SPT Tahunan tahun 2010 disampaikan paling lambat pada bulan Maret 2011 (bagi WP Pribadi) atau April 2011 (bagi WP Badan) Besarnya angsuran PPh yang harus dibayar wajib pajak untuk masa sebelum pelaporan SPT (bulan Januari dan Februari 2011) adalah sama dengan angsuran bulan Desember 2010.

Contoh Kasus 2 Pada bulan Desember 2010 membayar PPh ps 25 sebesar Rp1.000.000, maka PPh ps 25 untuk bulan Januari dan Februari 2011 adalah sebesar Rp1.000.000 Apabila pada bulan September 2010 diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil, sehingga angsuran PPh untuk bulan Oktober s.d. Desember 2010 menjadi nihil, maka angsuran PPh untuk bulan Januari dan Februari 2011 juga nihil.

Kasus 3 DITERBITKAN SKP TAHUN PAJAK YANG LALU Apabila pada tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu, maka angsuran PPh dihitung berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, dan perubahan angsuran berlaku mulai bulan berikutnya setelah diterbitkan surat ketetapan pajak. Penetapan besarnya PPh ps 25 didasarkan pada surat ketetapan pajak, yang membuat besarnya PPh ps 25 menjadi sama, lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya, yang didasarkan pada SPT tahunan.

Contoh Kasus 3 Berdasarkan SPT Pajak Penghasilan tahun pajak 2010 yang disampaikan Wajib Pajak pada bulan Februari 2011, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp1.250.000. Maka mulai bulan Maret 2011, WP membayar angsuran pajak sebesar Rp1.250.000. Pada bulan Juni 2011 diterbitkan surat ketetapan pajak tahun pajak 2010 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000, sehingga besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2011 adalah sebesar Rp2.000.000

Kasus 4 PENGHASILAN TIDAK TERATUR Apabila wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, maka penghasilan yang digunakan sebagai dasar penghitungan PPh ps 25 adalah didasarkan pada penghasilan yang teratur saja.

Contoh Kasus 4 Penghasilan teratur WP A dari usaha dagang tahun 2010 adalah Rp48.000.000, dan penghasilan tidak teratur dari mengontrakkan rumah selam 3 tahun yang dibayar sekaligus tahun 2010 adalah Rp72.000.000. Untuk menentukan pajak terutang tahun 2010, maka penghasilan yang digunakan sebagai dasar penghasilan yang teratur, yaitu Rp48.000.000.

Kasus 5 Perubahan Keadaan WP Dalam hal-hal tertentu, Direktur Jenderal Pajak diberikan wewenang untuk menyesuaikan perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan apabila terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak Perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan usaha

Contoh Kasus 5 PT Bumi yang bergerak di bidang produksi benang pada tahun 2010 membayar angsuran bulanan sebesar Rp15.000.000. Pada bulan Juni 2010 pabrik PT B terbakar. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak mulai bulan Juli 2010 angsuran bulanan PT Bumi dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dari Rp15.000.000. Sebaliknya, apabila PT Bumi mengalami peningkatan usaha, misalnya adanya peningkatan penjualan dan diperkirakan Penghasilan Kena Pajaknya akan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kewajiban angsuran bulanan PT B dapat disesuaikan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Kasus 6 WAJIB PAJAK BARU Wajib Pajak Baru adalah WP orang pribadi atau badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas pada tahun berjalan. Bagi WP Baru tentu belum melaporkan SPT Tahunan sehingga penghitungan PPh ps 25 ditentukan sendiri.

Contoh Kasus 6 WAJIB PAJAK BARU A. Bagi WP Pribadi yang menggunakan pembukuan Pada bulan Februari 2015, Bp Badu (K/1) mulai melakukan usaha dengan memperoleh laba sebesar Rp3.000.000 (didasarkan pada pembukuan). PPh ps 25 yang dibayarkan Bp Badu pada bulan Maret 2015 adalah: Penghasilan bulan Februari 2010 Rp 6.000.000 Penghasilan setahun 12 x Rp6.000.000 72.000.000 PTKP: WP Rp36.000.000 Kawin 3.000.000 Anak 3.000.000 42.000.000 PKP Rp30.000.000 Pajak terutang = 5% x Rp30.000.000 Rp 1.500.000 PPh ps 25 sebulan = Rp1.500.000/12 = Rp 125.000

Contoh Kasus 6 WAJIB PAJAK BARU B. Bagi WP Pribadi yang menggunakan norma penghitungan penghasilan neto Pada bulan Februari 2010, Bp Candra (K/1) membuka usaha dagang eceran kain. Omset penjualan pada bulan Februari 2015 adalah sebesar Rp22.500.000. Untuk kepentingan penghitungan pajak, dia meminta ijin untuk menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. Norma penghitungan untuk usaha dagang eceran kain adalah 20%. Penghasilan bruto bulan Februari 2015 Rp22.500.000 Penghasilan bruto setahun 12 x Rp22.500.000 270.000.000 Penghasilan neto 20% x Rp270.000.000 54.000.000 PTKP: WP Rp36.000.000 Kawin 3.000.000 Anak 3.000.000 42.000.000 PKP Rp12.000.000 Pajak terutang = 5% x Rp12.000.000 Rp 600.000 PPh ps 25 sebulan = Rp600.000/12 = Rp 50.000

Contoh Kasus 6 WAJIB PAJAK BARU C. Bagi WP Badan Pada bulan Februari 2015, CV Bintang mulai melakukan usaha dengan memperoleh penghasilan Rp3.000.000. PPh ps 25 yang dibayarkan CV Bintang pada bulan Maret 2015 adalah: Penghasilan sebulan Rp3.000.000 Penghasilan setahun12 x Rp3.000.000 36.000.000 Pajak terutang= 25% x Rp36.000.000 Rp9.000.000 PPh ps 25 sebulan= Rp9.000.000/12= Rp750.000

Kasus 7 WP BANK DAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI Besarnya angsuran PPh Ps 25 untuk Wajib Pajak bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dikurangi Pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas)

Contoh Kasus 7 WP BANK DAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI Laporan keuangan triwulan Bank Aman selama bulan Januari Maret 2015 menunjukkan laba sebesar Rp200.000.000. PPh ps 24 yang dibayar tahun lalu sebesar Rp50.000.000. Besarnya PPh ps 25 setiap bulan untuk periode April Juni 2015: Perkiraan penghasilan neto= 4 x Rp200.000.000 = Rp800.000.000 PPh terutang: 25% x Rp800.000.000 200.000.000 (-) PPh ps 24 50.000.000 Dasar penghitungan PPh ps 25 Rp150.000.000 PPh ps 25 masing-masing untuk bulan April, Mei dan Juni 2015 = 1/12 x Rp150.000.000 = Rp12.500.000

Contoh Kasus 7 WP BANK DAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI Apabila WP Bank atau sewa guna usaha dengan hak opsi adalah WP baru, maka besarnya PPh ps 25 untuk triwulan pertama adalah jumlah Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan perkiraan perhitungan laba rugi triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi 12. Bank Abadi berdiri dan terdaftar sebagai WP sejak 1 Januari 2015. Dalam perkiraan laporan keuangan triwulan selama Januari Maret 2015 menunjukkan bahwa Bank tersebut akan memperoleh penghasilan sebesar Rp120.000.000. Perkiraan penghasilan neto 4 x Rp120.000.000 Rp480.000.000 PPh terutang: 25% x Rp480.000.000 Rp120.000.000 PPh ps 25 masing-masing untuk bulan Januari, Februari, dan Maret 2015 = 1/12 x Rp120.000.000 = Rp10.000.000

Kasus 8 WP BUMN dan BUMD Besarnya angsuran PPh ps 25 untuk BUMN atau BUMD, kecuali bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) tahun pajak yang bersangkutan yang telah disahkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh ps 22, 23, serta 24, dibagi 12. Apabila RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum pengesahan adalah sama dengan angsuran Pajak PPh ps 25 bulan terakhir tahun pajak sebelumnya.

Contoh Kasus 8 WP BUMN dan BUMD PKP dari RKAP dan APBN/D yang telah disahkan tahun 2015 sebesar Rp750.000.000 PPh terutang: 25% x Rp750.000.000 Rp187.500.000 Dikurangi dengan: PPh ps 22 15.000.000 PPh ps 23 5.000.000 PPh ps 24 10.000.000 30.000.000 Dasar penghitungan PPh ps 25 Rp157.500.000 PPh ps 25 setiap bulan pada tahun 2015 = Rp157.500.000/12 = Rp13.125.000

Kasus 9 WP masuk bursa dan WP lainnya Besarnya angsuran PPh ps 25 untuk WP masuk bursa dan WP lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala, adalah sebesar PPh yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba-rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal 23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk tahun pajak yang lalu, dibagi 12 (dua belas).

Contoh Kasus 9 WP masuk bursa dan WP lainnya Laporan Laba rugi PT Ceria bulan Januari 2015 menunjukkan laba sebesar Rp60.000.000 Laba bulan Januari 2015 Rp60.000.000 Penghasilan bruto setahun 12 x Rp60.000.000 720.000.000 PPh terutang 25% x Rp720.000.000 180.000.000 Dikurangi dengan: PPh ps 22 30.000.000 PPh ps 23 50.000.000 PPh ps 24 10.000.000 90.000.000 Dasar penghitungan PPh ps 25 Rp90.000.000 PPh ps 25 pada bulan Februari 2015 = Rp90.000.000/12 = Rp7.500.000