Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

SOP PEMERIKSAAN MALARIA

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

1. Personil Penelitian 1.1. Ketua Penelitian Nama : dr. Syilvia Jiero Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

PARASIT. Yuga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi penyakit malaria menurut World Health Organization (WHO)

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

III. MATERI DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

III. TEKNIK PEWARNAAN GRAM IDENTIFIKASI BAKTERI

Malaria merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini. sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian bersifat analitik karena akan membandingkan jumlah

Lampiran 1. Road-map Penelitian

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut White dan Breman (2008) dalam buku Harrison s Principles of

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

MODUL IV REPRODUKSI SEL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

DEFINISI KASUS MALARIA

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

Transkripsi:

PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat Sediaan Tinja Secara Langsung Dengan Metode Kato-Katz Untuk mempermudah identifikasi telur cacing, mahasiswa dianjurkan membawa catatan kuliah/praktikum terdahulu dan/atau atlas parasitologi tentang topik dimaksud. Alat & Bahan: 1. Sampel tinja. 2. Reagensia Kato yang terdiri dari : - Malachite green 3% dalam aquadest - Glycerine - Phenol 6% dalam aquadest 3. Lembar selofan berukuran 22x40 mm. Lembar selofan ini direndamkan selama 24 jam ke dalam reagensia Kato sebelum digunakan. 4. Kawat kasa stainless (60 atau 80 meshs) atau kasa nilon (105 meshs) ukuran 3 cm x 3 cm. 5. Pola: karton persegi ukuran 3 cm x 4 cm x 1.37 mm (tebalnya) dengan lubang berdiameter 6 mm. 6. Kertas minyak. 7. Object glass. 8. Prop karet/botol kecil 9. Lidi dan/atau spatula sebagai aplikator 10. Pinset 11. Sarung tangan Cara kerja: 1. Taruh sampel tinja di atas kertas minyak. 2. Tekan bagian atas tinja dengan kasa. Tinja halus yang keluar melalui kasa diambil dengan lidi/spatula. 3. Pada object glass yang bersih dan bebas debu/lemak, dengan menggunakan aplikator letakkan sampel tinja ke dalam lubang karton pola sampai penuh, lalu angkat karton pola sehingga sampel tinja tertinggal pada object glass sebanyak isi lobang karton. 4. Menutup tinja tersebut dengan lembar selofan yang sudah disiapkan. 5. Selofan ditekan-tekan perlahan dengan prop karet/botol kecil sampai tinja di bawahnya tersebar serata mungkin di bawah selofan. 6. Keringkan larutan yang berlebihan dengan cara membalikkan object glass sebentar pada kertas saring/tisu sambil menekan perlahan sehingga cairan sisa terserap, kemudian dibalikkan kembali. 7. Diamkan selama 15 menit pada suhu kamar. Sediaan siap diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x. 8. Hitung telur cacing yang ada pada semua tinja di sediaan ini. 9. Volume tinja per pola : 41.7 mg. Maka untuk mendapatkan jumlah telur per gram tinja (EPG : Eggs Per Gram) = hasil x 24.

Interpretasi hasil pemeriksaan: Classes of intensity for soil transmitted helminthes (WHO, 2002) Parasit Light-intensity infections Moderate-intensity infections Heavy-intensity infections A.lumbricoides 1-4.999 epg 5000-49.999 epg 50.000 epg T.trichiura 1-999 epg 1000-9.999 epg 10.000 epg Hookworms 1-1.999 epg 2000-3.999 epg 4000 epg PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.5) Praktikum II: Plasmodium sp., menghitung kepadatan parasit Plasmodium sp. pada sediaan darah tepi secara mikroskopis Untuk mempermudah identifikasi parasit, mahasiswa dianjurkan membawa catatan kuliah/praktikum terdahulu dan/atau atlas parasitologi tentang topik dimaksud. Pembuatan sediaan h darah: Alat & Bahan: 1. Object glass 2. Kaca penggeser 3. Sarung tangan 4. Kapas alkohol 70 % / alkohol swab 5. Kapas kering 6. Marker untuk memberi label pada slide 7. Lanset steril/hemolet 8. Larutan kerja Giemsa + buffer (perbandingan 1:4) A. Pembuatan sediaan h darah tipis: Cara kerja: 1. Mengambil satu object glass (slide) yang bersih, kering, serta bebas debu dan lemak dan satu kaca penggeser yang berfungsi untuk menyebar darah. 2. Melakukan desinfeksi ujung jari tangan yang akan diambil darahnya dengan alkohol swab dan menunggunya hingga kering. 3. Menusuk jari yang telah didesinfeksi dengan lanset steril/hemolet sedalam 3 mm. 4. Mengh darah yang pertama keluar dengan kapas kering. 5. Meletakkan tetesan darah berikutnya sebanyak 1 tetes (± 10 µl) dan diletakkan di pinggir object glass. 6. Dengan posisi kaca penggeser membentuk sudut 30-45 0 terhadap object glass, sentuh tetesan darah dan biarkan darah menyebar merata di tepi kaca penggeser. Dorong kaca penggeser ke depan dengan cepat dan mantap.

7. Membiarkan sediaan darah menjadi kering dengan cara menganginkan, dan memberi label/nomor kode pada object glass dengan menggunakan marker. 8. Fiksasi sediaan darah dengan methanol selama ± 1 menit. 9. Buang sisa methanol, lalu bubuhi dengan larutan kerja Giemsa secara merata dan biarkan selama ± 20 menit. 10. Membuang sisa zat warna dan membilasnya dengan air mengalir secara perlahan. 11. Mengeringkan sediaan dengan mengangin-anginkannya secara tegak lurus di atas kertas saring atau tisu. Sediaan siap untuk diperiksa. Pembacaan Sediaan Darah Tipis: Sediaan darah tipis biasanya digunakan untuk konfirmasi diagnosa spesies atau untuk mendapat gambaran lebih jelas mengenai morfologi parasit. Bila diperlukan untuk menghitung parasitemia, periksa sediaan darah tipis selama 30 menit untuk mencapai paling sedikit 100.000 eritrosit. Metode Persen untuk menghitung parasitemia pada sediaan darah tipis adalah sebagai berikut: 1. Tentukan lokasi pada sediaan darah tipis dimana eritrosit saling berdekatan tetapi tidak saling bertindihan. 2. Periksa dengan metode sistematik (gunakan kontrol fase mikroskop untuk memeriksa satu lapangan pandang pemeriksaan). 3. Hitung jumlah total eritrosit dalam setiap lapangan pandang. Pada waktu yang sama, hitung pula jumlah eritrosit yang mengandung parasit. 4. Hitung hingga mencapai total 1000-5000 eritrosit. 5. Bagi jumlah parasit dengan jumlah total eritrosit yang dihitung dan kalikan hasilnya dengan 100 untuk menghasilkan persentase eritrosit yang terinfeksi parasit: Eritrosit yang terinfeksi x 100 = n % eritrosit yang terinfeksi Total hitung eritrosit Perkiraan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit < 1 % biasanya dapat diabaikan karena nilai prediktif klinis yang diperoleh minimal, kecuali jika ditemukan Plasmodium falciparum stadium trofozoit atau schizont yang berarti infeksi berat. B. Pembuatan sediaan darah tebal: Cara kerja: 1. Mengambil satu object glass (slide) yang bersih, kering, serta bebas debu dan lemak dan satu kaca penggeser yang berfungsi untuk menyebar darah. 2. Melakukan desinfeksi ujung jari tangan yang akan diambil darahnya dengan alkohol swab dan menunggunya hingga kering. 3. Menusuk jari yang telah didesinfeksi dengan lanset steril/hemolet sedalam 3 mm. 4. Mengh darah yang pertama keluar dengan kapas kering. 5. Meletakkan tetesan darah berikutnya sebanyak +/- 3 tetes (± 30 µl) dan diletakkan ditengah object glass. 6. Dengan menggunakan kaca penggeser, darah tersebut disebar secara sirkular dan searah dengan diameter ± 2 cm.

7. Membiarkan sediaan darah menjadi kering dengan cara menganginkan, dan memberi label/nomor kode pada object glass dengan menggunakan marker. 8. Meletakkan sediaan di atas di atas rak, lalu membubuhinya dengan larutan kerja Giemsa secara merata dan biarkan selama ± 20 menit. 9. Membuang sisa zat warna dan membilasnya dengan air mengalir secara perlahan. 10. Mengeringkan sediaan dengan mengangin-anginkannya secara tegak lurus di atas kertas saring atau tisu. Sediaan siap untuk diperiksa. Pembacaan Sediaan Darah Tebal: 1. Baca slide secara zig-zag menggunakan mikroskop lengkap dengan pembesaran obyektif 100x dan ocular 10x menggunakan minyak immerse. 2. Catat jumlah parasit per mm 3 dengan metode sebagai berikut: Metode ini didasarkan atas jumlah parasit per mm 3 darah pada sediaan darah tebal yang dihitung sesuai dengan jumlah leukosit yang telah ditentukan, dengan standar 8000 leukosit per mm 3. Sebelum mulai menghitung, sejumlah 0.25 µl darah (± 100 lapangan pandang) diperiksa pada sediaan darah tebal untuk menentukan jenis dan stadium parasit yang mungkin ditemukan. Bila sudah pasti, maka metode penghitungan untuk sediaan darah yang positif adalah sebagai berikut: a. Alat penghitung dua tally diperlukan untuk menghitung jumlah parasit dan leukosit secara terpisah. b. Hitung 200 leukosit dan semua parasit. Catat jumlah parasit per 200 leukosit. c. Rumus : Jumlah parasit x 8000 = parasit per mm 3 Jumlah leukosit Hal ini berarti bahwa jika 200 leukosit dihitung maka jumlah parasit dikalikan 40. d. Hitung semua parasit yang ada dan hitung jumlahnya untuk stadium aseksual. e. Hitung jumlah parasit pada fase seksual (gametosit) secara terpisah menggunakan metode yang sama. f. Bila tidak ditemukan parasit setelah pemeriksaan 100 lapangan pandang, hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.

Plasmodium sp. Filum: Apicomplexa Subfilum: Sporozoa Klas: Telopsorea Subklas: Haemosporina Famili: Plasmodidae Genus: Plasmodium Plasmodium vivax Stadium cincin muda (early ring form) Perhatikan gambaran cincin dengan satu inti pada sediaan darah dan sediaan darah tebal. Pada stadium ini sulit dibedakan antara P vivax, P ovale, dan P malariae. Stadium cincin lanjut pada sediaan Eritrosit mulai membesar Sitoplasma parasit mulai menebal Dapat dijumpai stippling, yakni bintikbintik Schuffner yang halus tersebar di dalam eritrosit Stadium trofozoit pada sediaan Eritrosit membesar hingga seukuran lekosit Sitoplasma semakin menebal, semakin ameboid pada trofozoit matang Dapat dijumpai pigmen halus bewarna kecoklatan Stadium skizon muda pada sediaan Eritrosit membesar Terdapat lebih dari satu inti di dalam Sitoplasma menyatu (presegmenting stadium) Stadium skizon matang pada sediaan Eritrosit membesar Terdapat 8-24 merozoit di dalam, biasanya 12-18

Makrogametosit (gametosit betina) Eritrosit membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna biru Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada mikrogametosit, terletak di pinggir Kromatin padat dan terletak meminggir Plasmodium ovale Mikrogametosit (gametosit jantan) Eritrosit membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna merah jambu Inti relatif lebih besar dibandingkan pada makrogametosit, terletak di dalam Kromatin padat dan menyebar di dalam Stadium cincin lanjut pada sediaan Eritrosit bisa berbentuk komet Sitoplasma parasit mulai menebal Dapat dijumpai stippling, yakni bintikbintik James yang halus tersebar di dalam eritrosit Stadium trofozoit pada sediaan Eritrosit sedikit membesar dengan fimbria, berbentuk seperti komet Sitoplasma semakin menebal dan ameboid, terutama pada trofozoit matang Dapat dijumpai pigmen halus bewarna kecoklatan Stadium skizon pada sediaan Eritrosit berfimbria Terdapat lebih dari satu inti di dalam Skizon matang mengandung 6-12 merozoit, biasanya 8 Pigmen kecoklatan

Makrogametosit (gametosit betina) Eritrosit agak membesar pada sediaan Sitoplasma berwarna biru Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada mikrogametosit, terletak di pinggir Kromatin padat dan terletak meminggir Mikrogametosit (gametosit jantan) Eritrosit agak membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna merah jambu Inti relatif lebih besar dibandingkan pada makrogametosit, terletak di dalam Kromatin padat dan menyebar di dalam Plasmodium malariae Stadium cincin Stadium trofozoit Eritrosit terinfeksi tidak membesar, terkadang cenderung mengecil Pigmen kuning atau kecoklatan Sitoplasma cenderung tertarik ke arah dua kutub membentuk pita (band form) Inti meminggir Stadium skizon: Eritrosit tidak membesar Skizon matang memiliki 6-12 merozoit, biasanya 8, tersusun seperti kelopak bunga

Makrogametosit (gametosit betina) Eritrosit tidak membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna biru Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada mikrogametosit, terletak di pinggir Kromatin padat dan terletak meminggir Mikrogametosit (gametosit jantan) Eritrosit tidak membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna merah jambu Inti relatif lebih besar dibandingkan pada makrogametosit, terletak di dalam Kromatin padat dan menyebar di dalam Plasmodium falciparum Stadium cincin muda pada sediaan Perhatikan dan beri tanda pada gambar: Bentuk single chromatin Bentuk double chromatin Bentuk blister Bentuk marginal Dan lain-lain Stadium trofozoit, akan jarang diumpai di dalam sediaan darah tepi bila semakin matang. Perhatikan dan beri tanda pada gambar trofozoit muda: Ukuran eritrosit terinfeksi sama dengan eritrosit normal Sitoplasma semakin menebal Dijumpai bintik-bintik jarang dan kasar di dalam (Maurer s dots) Skizon, sangat jarang dijumpai di dalam sediaan darah tepi, kecuali pada infeksi berat. Eritrosit terinfeksi tidak membesar Mengandung 8-26 merozoit, biasanya 12-18

Plasmodium falciparum Makrogametosit (gametosit betina) Eritrosit tidak membesar pada sediaan Sitoplasma bewarna biru Inti relatif lebih kecil dibandingkan pada mikrogametosit, terletak di pinggir Kromatin padat dan terletak meminggir Stadium cincin muda pada sediaan Perhatikan dan beri tanda pada gambar: Bentuk single chromatin Bentuk double chromatin Bentuk blister Bentuk marginal Dan lain-lain *coret salah satu, atau gambar keduanya bila preparat tersedia Stadium trofozoit, akan jarang diumpai di dalam sediaan darah tepi bila semakin matang. Perhatikan dan beri tanda pada gambar trofozoit muda: Ukuran eritrosit terinfeksi sama dengan eritrosit normal Sitoplasma semakin menebal Dijumpai bintik-bintik jarang dan kasar di dalam (Maurer s dots) Skizon, sangat jarang dijumpai di dalam sediaan darah tepi, kecuali pada infeksi berat. Eritrosit terinfeksi tidak membesar Mengandung 8-26 merozoit, biasanya 12-18 Gametosit Berbentuk seperti pisang Inti Kromatin Pigmen