BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut White dan Breman (2008) dalam buku Harrison s Principles of

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut White dan Breman (2008) dalam buku Harrison s Principles of"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Malaria Menurut White dan Breman (2008) dalam buku Harrison s Principles of Internal Medicine edisi 17 Bab Malaria, malaria adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang siklus hidupnya sebagian hidup di manusia dan sebagian lagi nyamuk. Malaria merupakan penyebab kematian utama dan mengancam setidaknya sepertiga dari populasi dunia. Penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis, yaitu, Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Tengah dan Selatan. Pada setiap tahunnya, juta kasus malaria terjadi di seluruh dunia. Satu juta di antaranya, yang sebagian besar anak-anak, mati tiap tahunnnya. World Health Organization (2010) juga menyatakan bahwa malaria merupakan masalah kesehatan serius yang sering terjadi di belahan dunia. Dalam buku Harrison s Principles of Internal Medicine edisi 17 Bab Malaria, White dan Breman (2008) menyebutkan bahwa malaria disebabkan oleh parasit bersel satu dari genus Plasmodium. Terdapat lebih dari 100 spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria pada berbagai mamalia dan burung. Terdapat empat spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria pada manusia. Setiap spesies memiliki penampakan yang khas dalam mikroskop, dan setiap spesies menyebabkan pola gejala yang berbeda. Dua spesies atau lebih dapat menyerang seorang individu dalam waktu yang bersamaan. 7

2 Klasifikasi Malaria Menurut White dan Breman (2008), malaria dapat diklasikasikan menjadi: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Masing-masing penyebarannya dapat dijelaskan seperti berikut. Plasmodium falciparum merupakan malaria yang paling mematikan, terutama di Afrika. Infeksi ini berkembang secara tiba-tiba dan menyebabkan beberapa komplikasi yang mematikan. Namun pengobatan yang efektif, penyakit ini hampir selalu dapat diobati. Plasmodium vivax merupakan spesies yang secara geografis tersebar paling luas, juga merupakan spesies yang memberikan gejala paling ringan. Namun, penyakit ini dapat kambuh setiap tiga tahun sekali. Spesies ini merupakan spesies yang terdapat cukup banyak di daerah beriklim sedang, khususnya di Asia. Plasmodium malariae merupakan spesies yang dapat tinggal di dalam darah sangat lama, kemungkinan sampai puluhan tahun, tanpa menimbulkan gejala. Namun, seseorang dengan malaria yang tidak menunjukkan gejala ini bisa menularkan orang lain, dari donor darah ataupun dari gigitan nyamuk lainnya. Plasmodium malariae sudah dimusnahkan diseluruh dunia namun tetap ada di Afrika. Plasmodium ovale merupakan spesies yang jarang. Jenis ini dapat menimbulkan kekambuhan, dan banyak terjadi di Afrika barat.

3 Siklus Hidup Parasit Malaria Menurut White dan Breman (2008), parasit malaria pada manusia memiliki siklus hidup rumit yang membutuhkan inang manusia dan inang serangga. Pada nyamuk anopheles, plasmodium melakukan reproduksi seksual. Pada manusia, parasit ini melakukan reproduksi aseksual, mulai di sel hati (hepatosit), kemudian secara berulang-ulang pada sel darah merah (eritrosit). Ketika nyamuk anopheles betina yang terjangkit menghisap darah manusia, pada waktu yang bersamaan nyamuk ini memasukkan air liurnya yang bertujuan untuk menjaga agar pembuluh kapiler yang dihisap tidak membentuk faktor pembekuan darah yang menyebabkan aliran darah berhanti. Ketika memasukkan air liur ini, parasit pada bentuk sporozoit masuk ke dalam aliran darah. Kemudian sporozoit ini menjangkit hepatosit. Selama satu sampai dua minggu (tergantung dari spesies plasmodium), tiap sporozoit membentuk skizon, sebuah struktur yang mengandung ribuan merozoit. Ketika skizon ini matang, hepatosit akan ruptur dan melepaskan merozoit ke aliran darah. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sporozoit berkembang menjadi hipnozoit, sebuah bentuk dari plasmodium yang berada dalam fase dorman selama beberapa bulan sampai beberapa tahun. Ketika hipnozoit ini aktif kembali, mereka akan berkembang menjadi skizon yang kemudian akan menyebabkan kekambuhan gejala pada orang yang terjangkit. Berikutnya merozoit yang terlepas ke aliran darah akan menyerbu eritrosit, kemudian mereka akan tumbuh dan mengkonsumsi hemoglobin. Di

4 10 dalam eritrosit, sebagian besar merozoit akan berkembang ke fase aseksual lain, yaitu membentuk skizon yang terisi merozoit. Ketika skizon matang, sel tersebut akan ruptur dan merozoit akan terlepas dan menyerbu eritrosit, infeksi ini akan terus berlangsung sampai dihentikan oleh obat atau sistem imun tubuh. Selanjutnya plasmodium akan melengkapi siklus hidupnya saat sebagian dari merozoit pada eritrosit tidak berkembang menjadi skizon, namun berkembang menjadi bentuk seksual jantan dan betina yang dikenal sebagai gametosit. Gametosit ini akan bersirkulasi di dalam darah, menunggu nyamuk anopheles menghisap darah. Ketika nyamuk betina menghisap gametosit dari darah orang yang terifeksi, gametosit akan membentuk gamet jantan dan gamet betina. Proses fertilisasi ini akan membentuk sebuah oosit yang terisi dengan sporozoit. Kemudian oosit tersebut matang dan ruptur, ribuan sporozoit infeksius ini akan migrasi ke kelenjar liur nyamuk. Siklus ini akan berulang ketika nyamuk ini meghisap darah dari manusia berikutnya.

5 11 Gambar 2.1: Siklus Hidup Parasit Malaria Sumber: Gejala Malaria Menurut White dan Breman (2008), malaria secara khas menimbulkan serangan yang hilang timbul, atau paroksismal, setiap serangan terdiri dari tiga tahap, yaitu, menggigil, diikuti dengan demam, kemudian berkeringat. Pada tahap menggigil, pasien tersebut akan mengalami sakit kepala, malaise, fatique, nyeri otot, dan terkadang mual, muntah dan diare. Dalam satu sampai dua jam, suhu tubuh akan meningkat, kulit akan terasa panas dan kering. Kemudian, seiring dengan menurunnya suhu tubuh, pasien akan mulai berkeringat sangat banyak, dan merasa lelah dan lemas.

6 12 Gejala di atas pertama kali timbul 10 sampai 16 hari dari saat nyamuk yang terinfeksi menghisap darah. Kemudian, saat banyak eritrosit yang terserang ruptur secara bersamaan, muncullah semua gejala seperti tersebut di atas. Siklus ini berbeda pada setiap spesies plasmodium, sehingga durasi perjalanan penyakit berbeda pada setiap spesies. Serangan gejala muncul setiap dua hari pada malaria Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, dan setiap tiga hari pada malaria Plasmodium malariae. Pasien dengan malaria Plasmodium vivax akan merasa sehat di antara serangan malaria, sedangkan pada malaria Plasmodium falciparum, pasien akan terus merasa sakit karena Plasmodium falciparum dapat menyerang eritrosit pada fase perkembangan apa saja, sehingga jumlah eritrosit yang terinfeksi menjadi jauh lebih banyak dibandingkan dengan malaria jenis lainnya. Hal ini yang menyebabkan malaria Plasmodium falciparum menjadi malaria yang paling fatal. Malaria Plasmodium vivax bisa jauh lebih ringan gejalanya karena parasit ini hanya menyerang eritrosit muda yang jumlahnya tidak terlalu banyak di aliran darah, sehingga jumlah parasit di aliran darah tidak sebanyak pada malaria Plasmodium falciparum Diagnosis Malaria Menurut White dan Breman (2008), cara membedakan jenis malaria dapat dilakukan pada pemeriksaan sediaan hapusan darah tipis dan tebal. Pada sediaan darah tipis, dapat ditemukan parasitnya tersebar dan lebih sulit untuk mencarinya. Eritrositnya tidak mengalami hemolisis (proses pemecahan sel darah merah), sehingga lebih mudah untuk mengenali stadium

7 13 dan spesies parasitnya. Penjelasan perubahan eritrosit menurut buku Harrison s Principles of Internal Medicine edisi 17 adalah sebagai berikut: 1. Eritrosit yang diserang membesar - Bentuk eritrosit yang diserang bulat, tepinya rata dan dapat ditemukan semua stadia dari parasitnya. (Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax). - Bentuk eritrosit yang diserang oval, tepinya bergerigi (fimbrated) dan terdapat semua stadium parasitnya. (Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium ovale). 2. Eritrosit yang diserang tidak membesar - Umumnya hanya terdapat stadium trofozoit muda atau gametosit yang berbentuk seperti pisang. (Malaria Tropika yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum). - Terdapat semua stadium parasitnya. (Malaria Quartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae ). Pada sediaan darah tebal, ditemukan parasitnya berkumpul dan lebih mudah untuk mencarinya. Pada sediaan ini juga ditemukan eritrosit yang mengalami hemolisis, sehingga lebih sulit untuk mengenali stadium dan spesies parasitnya sehingga diagnosis yang dapat kita buat yaitu diagnosis penyakit atau diagnosis spesies parasit malaria. Pasien dengan malaria memberikan gambaran sediaan darah tergantung dari stadium yang sedang dialaminya.

8 14 1. Gambaran satu stadium - Umumnya hanya terdapat stadium trofozoit muda (dan atau dengan gametosit ). Karena banyaknya stadium trofozoit muda yang terdapat dalam sediaan maka tampak gambaran seperti bintang-bintang di langit dengan gametositnya yang berbentuk pisang atau bulan sabit. (Malaria Tropika yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum). 2. Gambaran macam-macam stadia - Adanya bentuk amuboid (trofozoit lanjut) dengan zona merah yang spesifik. Bentuk dan besar stadium yang lebih lanjut sebanding dengan besarnya inti leukosit. (Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax). - Adanya bentuk skizont yang khas (seperti bunga seruni) yang besarnya sepertiga sampai setengah dari inti leukosit dan pigmennya kasar. (Malaria Quartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae). - Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium ovale masih sulit dibedakan karena hasil sediaanya mirip dengan Plasmodium vivax dan malariae. Cara membedakan jenis malaria dari gambar sediaan darah tebal menurut White dan Breman (2008) dalam buku Harrison s Principles of Internal Medicine edisi 17 adalah sebagai berikut.

9 15 1. Plasmodium falciparum Gambar 2.2: Sampel Sediaan Darah Tebal Plasmodium Falciparum - Sel darah merah sudah mengalami hemolisis. - Trofozoit muda tampak sangat banyak, dengan bentuk-bentuk seperti tanda koma, tanda seru, burung terbang sehingga memberikan gambaran seperti bintang-bintang dilangit (sterren hemel). - Gametosit tampak berbentuk seperti pisang, dengan inti dan pigmen yang tersebar. 2. Plasmodium vivax - Sel darah merah yang sudah mengalami hemolisis. - Adanya zona merah, yaitu sisa-sisa titik schuffner. - Ditemukannya stadium trofozoit muda berbentuk cincin, stadium trofozoit lanjut amuboid, dan stadium schizont.

10 16 3. Plasmodium malariae - Sel darah merah sudah mengalami hemolisis. - Tampak stadium trofozoit, gametosit, schizont dengan inti tersusun seperti bunga. - Parasit tampak kecil jika dibandingkan dengan inti leukosit yang lain, dengan pigmen yang kasar berwarna coklat tengguli. Selanjutnya, cara membedakan jenis malaria dari gambar sediaan darah tipis menurut White dan Breman (2008) adalah sebagai berikut. 1. Plasmodium falciparum a. Trofozoit muda Gambar 2.3: Sampel 1 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Falciparum - Sel darah merah tidak membesar. - Berbentuk cincin.

11 17 - Sering ada infeksi yang multiple dan biasanya parasit berada di pinggir sel darah merah. - Kadang tampak titik Maurer tergantung dari pewarnaannya. b. Schizont - Sitoplasma mengisi 2/3 sel darah merah. - Schizont muda mempunyai inti 8 buah, sedangkan schizont tua mempunyai inti 12 buah. - Pigmen sudah menggumpal ditengah pada schizont muda. c. Mikrogametosit - Berbentuk seperti pisang gemuk. - Intinya difus. - Pigmen mengelilingi inti tersebar agak jauh.

12 18 d. Makrogametosit Gambar 2.4: Sampel 2 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Falciparum - Berbentuk seperti pisang yang agak langsing. - Intinya padat ditengah. - Pigmen mengelilingi inti. 2. Plasmodium vivax a. Trofozoit muda

13 19 Gambar 2.5: Sampel 1 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Vivax - Sel darah merah mulai membesar. - Parasit berbentuk cincin. Intinya merah dan sitoplasmanya biru. - Mulai terdapat titik schuffner. b. Trofozoit tua - Sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah. - Pigmen bertendensi untuk berkumpul di tengah. - Berbeda dengan gametosit, pada trofozoit tua masih terdapat vakuol (rongga udara). c. Trofozoit lanjut Gambar 2.6: Sampel 2 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Vivax - Sel darah merah membesar dan sitoplasma terlihat amuboid.

14 20 - Titik schuffner semakin jelas terlihat. - Pigmen mulai muncul dan tersebar. d. Schizont muda - Inti sudah membelah lebih dari 1 buah, tetapi masih dibawah 12 buah. - Titik schuffner tersebar. e. Schizont tua - Inti antara 12 sampai 24 buah. - Pigmen bertendensi untuk berkumpul di tengah. f. Mikrogametosit - Sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah. - Inti difus di tengah. - Pigmen tersebar. g. Makrogametosit

15 21 Gambar 2.7: Sampel 3 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Vivax - Sitoplasma bulat hampir memenuhi seluruh sel darah merah. - Sitoplasma padat dan tidak ada vakuol. - Inti padat dan jelas, biasanya berada di tepi. - Pigmen tersebar di perifer. 3. Plasmodium malariae a. Trofozoit muda - Sel darah merah tidak membesar. - Berbentuk cincin. - Sangat jarang terlihat titik Ziemann. b. Trofozoit tua - Sitoplasma hampir memenuhi seluruh sel darah merah. - Sitoplasma berbentuk pita, terlihat melebar dan inti membesar. - Pigmen kasar dan tersebar.

16 22 c. Trofozoit lanjut Gambar 2.8: Sampel 1 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Malariae - Sel darah merah tidak membesar. - Tidak selalu amuboid. - Ciri khas yang terlihat adalah sitoplasma yang berbentuk pita halus, dengan inti memanjang. - Pigmen kasar, berwarna coklat di sekitar sitoplasma. d. Schizont muda - Inti dibawah 8 buah. - Pigmen kasar dan tersebar.

17 23 e. Schizont tua Gambar 2.9: Sampel 2 Sediaan Darah Tipis Plasmodium Malariae - Inti antara 8 sampai 12, tersusun seperti bunga. - Pigmen berkumpul di tengah. f. Mikrogametosit - Sel darah merah tidak membesar. - Sitoplasma bulat dan padat. - Intinya padat dengan batas yang jelas dan biasanya terletak di tepi sel. - Pigmen kasar dan tersebar. g. Makrogametosit - Sel darah merah tidak membesar.

18 24 - Sitoplasma bulat dan padat. - Inti difus, biasanya berada di tengah sel. - Pigmen kasar dan tersebar. 4. Plasmodium ovale - Sel darah merah membesar, tapi tidak sebesar bila terserang Plasmodium vivax. - Sel darah merah berbentuk lonjong atau oval. - Pada satu atau kedua ujung dari sel darah merah berbatas tak beraturan (fimbriated). - Terdapat titik James. 2.2 Kecerdasan Buatan Definisi Kecerdasan Buatan Menurut Kusumadewi (2003), kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) adalah ilmu yang mempelajari cara membuat komputer melakukan sesuatu seperti yang dilakukan manusia. Definisi kecerdasan buatan lainnya juga diungkapkan oleh Rich dan Knight (1991), kecerdasan buatan merupakan studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Selain itu menurut Turban dan Frenzel (1992), kecerdasan buatan merupakan bagian dari ilmu komputer yang digunakan untuk menciptakan perangkat lunak dan

19 25 perangkat keras dengan tujuan untuk menghasilkan sesuatu seperti yang dihasilkan oleh manusia. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan ada tiga tujuan kecerdasan buatan, yaitu: membuat komputer lebih cerdas, mengerti tentang kecerdasan, dan membuat mesin yang lebih bermanfaat seperti manusia. Yang dimaksud kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar dan mengerti dari pengalaman, memahami pesan yang kontradiktif dan ambigu, menanggapi dengan cepat dan baik atas situasi yang baru terjadi, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah serta menyelesaikannya dengan efektif. Kecerdasan tersebut dibuat dan dimasukkan ke dalam suatu sistem (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia Lingkup Kecerdasan Buatan Menurut Kusumadewi (2003), adapun lingkup utama dalam kecerdasan buatan adalah: 1. Sistem Pakar (Expert System) Komputer digunakan sebagai sarana untuk menyimpan pengetahuan para pakar. Dengan demikian komputer akan memiliki keahlian untuk menyelesaikan permasalahan dengan meniru keahlian yang dimiliki oleh pakar. 2. Pengolahan Bahasa Alami (Natural Language Processing)

20 26 Dengan adanya pengolahan bahasa alami diharapkan user dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan bahasa sehari-hari. 3. Pengenalan Ucapan (Speech Recognition) Melalui pengenalan pengucapan diharapkan manusia dapat berkomunikasi dengan komputer menggunakan suara. 4. Robotika dan Sistem Sensor (Robotics and Sensory System) Dengan robotika dan sistem sensor, komputer menjadi suatu sistem yang dapat meniru pergerakan manusia. 5. Computer Vision Computer Vision mencoba untuk dapat menginterpretasikan gambar atau objek-objek tampak melalui komputer. 6. Intelligent Computer-aided Instruction Komputer dapat digunakan sebagai tutor yang dapat melatih dan mengajar. 7. Game Playing Komputer dapat bermain dengan manusia dalam sebuah game. 2.3 Computer Vision Definisi Computer Vision

21 27 Menurut Andian Low (1991), computer vision berhubungan dengan penangkapan gambar, pemrosesan, klasifikasi, pengenalan, dan menjadi penggabungan pengurutan pembuatan keputusan menuju pengenalan. Dan menurut Saphiro dan Stockman (2001), computer vision merupakan suatu bidang yang bertujuan untuk membuat keputusan yang berguna mengenai objek fisik nyata dan keadaan berdasarkan atas sebuah citra. Computer vision merupakan kombinasi antara pengolahan citra dan pengenalan pola, yang bertujuan agar komputer dapat mengenali objek yang diamati. Hasil keluaran dari proses computer vision adalah pengertian tentang citra. Menurut Bradski dan Kaehler (2008), computer vision dapat diartikan sebagai transformasi data dari gambar ataupun video yang ditangkap oleh camera menjadi sebuah representasi baru, dimana representasi tersebut dapat dibuat menjadi sebuah keputusan-keputusan. Semua transformasi yang dilakukan dalam computer vision bertujuan untuk mencapai sebuah goal, yaitu membuat keputusan yang berguna tentang suatu objek berdasarkan image yang didapat atau ditangkap oleh hardware. Meskipun komputer dalam melihat sebuah citra hanya sebagai angka-angka, namun dengan computer vision kita dapat membangun mesin cerdas yang dapat menginterpretasikan citra yang dilihat dengan strategi yang berbeda tergantung kondisinya Computer Vision Hierarchy Menurut Kulkarni (2001), beberapa tahap dalam computer vision yaitu mencakup akuisisi citra (image acquisition), preprocessing, ekstraksi

22 28 fitur (feature extraction), associative storage, mengakses basis pengetahuan dan recognition. Tahap-tahap tersebut ditunjukkan sebagai bagan pada gambar Gambar 2.10: Bagan Sistem Computer Vision Menurut Kulkarni (2001), tahap-tahap tersebut dapat digolongkan dalam level hirarki sebagai berikut. 1. Low-level vision: image enhancement dan menghilangkan noise. 2. Intermediate-level vision: low-level vision yang disertai dengan edge detection, texture detection, dan feature extraction. 3. High-level vision: low-level vision, intermediate-level vision, yang kemudian dilanjutkan dengan tahap associative storage, knowledge base, dan recognition. Tahap-tahap tersebut dapat digambarkan sebagai berikut menurut William, Mulya, dan Maharani (2009).

23 29 Gambar 2.11: Computer Vision Hierarchy Lingkup Computer Vision Menurut Bradski dan Kaehler (2008), masalah yang paling sering dihadapi dalam computer vision adalah banyaknya noise sehingga mengganggu pengolahan citra, feature extraction, dan lain-lainnya. Tugastugas seperti mengidentifikasi tanda tangan, mengenal objek yang diterima dari citra yang dihasilkan oleh satelit, mengidentifikasi wajah, dan membangun citra tiga dimensi dari potongan citra dua dimensi membutuhkan citra dengan kualitas yang bagus (sedikit noise) agar pemrosesan dapat menghasilkan keputusan yang baik. Menurut Szeliski (2011), lingkup computer vision mencakup beberapa contoh aplikasi sebagai berikut.

24 30 1. Optical Character Recognition (OCR), membaca tulisan tangan dan rekognasi plat nomor secara otomatis. 2. Machine inspection dalam industri penerbangan untuk mengecek performa bagian-bagian pesawat. 3. Navigasi seperti auto-pilot dimana kendaraan dapat berjalan sendiri ke tujuan tertentu. 4. Surveillance (monitoring), untuk memonitor jika ada penyusup atau memonitor kondisi lalu lintas 5. Fingerprint recognition, pengenalan sidik untuk akses otomatis. 6. Object modeling, misalnya analisis citra medis atau model topografi Digital Image Menurut Saphiro dan Stockman (2001), digital image (citra dijital) digunakan agar berbagai macam hardware maupun software dapat membaca dan menggunakan gambar dalam bentuk data. Dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai macam format data gambar. Meskipun begitu, data gambar tersebut terdiri dari informasi yang khusus. Citra dijital memiliki informasi berupa gambar dan terdiri dari elemen terkecil yang disebut pixel. Setiap elemen merepresentasikan pixel pada gambar. Menurut William, Mulya, dan Maharani (2009), pixel direpresentasikan dalam bentuk matriks 2 dimensi dan memiliki nilai yang

25 31 merupakan variasi komponen warna. Semua warna yang ada merupakan perpaduan dari 3 warna primer yaitu: merah (red), hijau (green), dan biru (blue), yang biasa disebut dengan istilah RGB. Kombinasi dari ketiga warna primer tersebut akan menghasilkan suatu warna tertentu tergantung komposisi nilai dari ketiga warna tersebut. Selain itu William, Mulya, dan Maharani (2009) juga menyatakan bahwa, gambar pada sistem dijital dapat diwakili dengan format RGB untuk setiap titiknya. Setiap komponen R, G, dan B mempunyai variasi nilai dari 0 sampai 255. Total variasi yang dihasilkan untuk sistem warna dijital ini adalah 256 x 256 x 256 atau jenis warna. Karena setiap warna diwakili dengan satu byte (8 bit), maka total bit yang digunakan untuk merepresentasikan warna RGB adalah atau 24 bit. Kalkulasi pemrosesan gambar dengan sistem RGB akan memboroskan memory dan waktu. Untuk itu diperlukan reduksi warna. Dalam pemrosesan gambar seperti deteksi objek, sistem RGB ini tidaklah memberikan respon baik. Sehingga digunakanlah sistem grayscale atau gray level, dimana format gambar warna dikonversi menjadi format gambar abuabu. Sistem grayscale memerlukan satu byte (8 bit) untuk penyimpanan data, dimana mempunyai kemungkinan range warna dari 0 (hitam) sampai 255 (putih) Pre-Processing Menurut Kulkarni (2001), pre-processing merupakan sebuah proses awal untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan pada citra

26 32 input untuk proses selanjutnya. Tahap pre-processing biasanya dilakukan sebelum kita melakukan inti pemrosesan dari gambar. Tujuan dari pre-processing antara lain: - Menghilangkan noise - Memperjelas suatu fitur data - Memperbesar atau memperkecil ukuran data - Mengkonversi data asli agar diperoleh data yang sesuai kebutuhan Beberapa contoh dari pre-processing yaitu: - Noise filtering - Konversi warna RGB menjadi grayscale - Thresholding Smoothing Smoothing merupakan salah satu teknik yang umum digunakan pada pengolahan gambar. Proses ini bertujuan untuk memperhalus gambar, mengurangi resolusi gambar, serta mengurangi noise (Bradski & Kaehler, 2008). Pada prosesnya smoothing menggunakan teknik konvolusi yang menggunakan kernel dengan berbagai ukuran. Pada pengerjaannya terdapat beberapa cara untuk melakukan smoothing, seperti mean filter, median filter, gaussian filter, dan bilateral filter. Dimana pada proses paling sederhananya

27 33 hasil dari smoothing pada suatu pixel adalah hasil dari rata-rata pixel tersebut dengan pixel di sekitarnya. 1. Median Filter Konsep dasarnya adalah dengan menemukan nilai pixel yang memiliki nilai intensitas dari suatu pixel yang berbeda dengan nilai pixel yang ada di daerah sekitarnya, dan menggantinya dengan nilai yang lebih cocok. Cara yang paling sederhana dalam mencapainya adalah dengan melakukan pencegahan atau pembatasan nilai pixel, sehingga suatu pixel tidak memiliki nilai intensitas yang diluar nilai yang ada di sekitarnya (Davies, 1990). Untuk itu kita perlu untuk mengetahui nilai intensitas pada suatu kelompok pixel. Pada pengerjaannya di suatu daerah pixel seharusnya bagian yang merupakan nilai tertinggi dan terendah, dan nilai yang sebanding pada kedua bagian akhir distribusi dihilangkan. Sehingga hasilnya meninggalkan nilai median. Dari sana didapatkan median filter, dimana didapat seluruh nilai distribusi intensitas, dan dihasilkan gambar baru yang sesuai dengan nilai-nilai median yang ada. Berbeda dengan gaussian filter yang menghaluskan keseluruhan gambar, pada median filter terlihat bahwa proses penghalusannya terjadi pada daerah tepi gambar. Sehingga meski terjadi penghalusan gambar, median filter lebih kearah melembutkan gambar yang ada.

28 34 Median filter umumnya menggunakan kernel dengan ukuran 3x3. Namun dapat pula menggunakan ukuran yang lebih besar. Selain itu, sesuai dengan perkembangannya maka bentuk yang dipakai juga dapat bermacam-macam, seperti garis (vertikal atau horizontal) atau salib, yang terpusat pada titik tengahnya. Hal ini dimaksudkan agar proses yang dihasilkan menjadi lebih cepat., terutama karena jumlah pixel yang dihitung menjadi lebih sedikit. Median filter cukup dikenal baik atas kemampuannya untuk menghilangkan salt and paper noise. Selain itu median filter akan meningkatkan kualitas gambar, sehingga memperjelas daerah tepi (edge) pada gambar (Nixon & Aguado 2002). Hal ini terjadi karena pada daerah yang terletak pada bagian tepi suatu gambar, filter akan memproses data dan umumnya akan mendapatkan nilai yang sesuai dengan yang memiliki nilai intensitas yang lebih besar. Sehingga filter secara tidak langsung menentukan terdapat pada bagian mana pixel itu berada. Hal ini tentu saja membuat daerah tepi menjadi sedikit melebar. Namun perlu diingat bahwa pixel melebarkan daerah tepi dari kedua sisi, sehingga hal ini menyebabkan dearah tepinya bisa lebih terlihat (Davies, 1990) Image Segmentation Dalam computer vision, segmentasi citra (image segmentation) berarti proses membagi citra dijital menjadi banyak segmen. Menurut William,

29 35 Mulya, dan Maharani (2009), tujuan dari segmentasi adalah menyederhanakan dan/atau mengubah representasi dari citra menjadi sesuatu yang lebih berarti dan mudah untuk dianalisa. Segmentasi citra biasanya digunakan untuk mencari lokasi objek dan batas bidang dalam citra. Beberapa metode segmentasi adalah sebagai berikut. 1. Metode Thresholding Thresholding atau binerisasi adalah proses konversi citra abu-abu menjadi citra hitam putih. Proses ini disebut juga binerisasi citra (image binarization) dan merupakan metode sederhana untuk segmentasi citra. Proses ini dilakukan dengan menggunakan nilai ambang / nilai threshold (threshold value) sebagai pembatas kompleksitas gambar. Proses thresholding digunakan untuk mengubah nilai pixel bergantung pada besar kecilnya nilai pixel tersebut terhadap nilai threshold yang telah ditentukan. Jika nilai suatu pixel lebih besar atau sama dengan nilai threshold, maka pixel tersebut akan di-set ke nilai maksimum dalam grayscale yaitu 255 (warna putih). Sedangkan jika nilai suatu pixel kurang dari nilai threshold, maka pixel tersebut akan di-set ke nilai minimum dalam grayscale yaitu 0 (warna hitam). Proses ini membantu menghilangkan noise pada citra. Tidak ada ketentuan pasti mengenai berapa batas nilai threshold. Nilai threshold ini dapat diubah sesuai dengan kebutuhan agar proses konversi menghasilkan citra yang sesuai dengan keinginan.

30 36 2. Metode Berbasis Histogram Metode berbasis histogram lebih efisien dibandingkan dengan metode segmentasi citra lainnya karena biasanya hanya membutuhkan satu kali melewati pixel. Dalam teknik ini, histogram dihitung dari seluruh pixel dalam citra. Puncak serta lembah di dalam histogram digunakan untuk mencari cluster dalam citra. Pengembangan dari teknik ini adalah secara rekursif melakukan metode pencarian secara histogram di dalam citra untuk membagi mereka menjadi cluster yang lebih kecil hingga tidak ada lagi cluster yang terbuat. 3. Metode Distance Transform Distance transform juga dikenal sebagai peta jarak, adalah representasi dari citra dijital. Istilah peta yang dimaksud tergantung pada objek, apakah gambar awal berubah menjadi representasi yang lain, atau hanya diberi tambahan. Setiap pixel gambar diberi label jarak ke pixel pembatas terdekat. Jenis yang paling umum dari pixel pembatas adalah boundary pixel dalam binary image. Biasanya transformasi berpatokan pada fungsi jarak yang dipilih. Hasil dari transformasi adalah gambar grayscale yang terlihat mirip dengan gambar awal, kecuali intensitas graylevel pada titik di foreground diubah untuk menunjukkan jarak ke batas terdekat dari setiap titik.

31 37 4. Metode Watershed Segmentation Sebuah visualisasi citra grayscale yang dapat direpresentasikan sebagai bentuk topografi, dimana nilai abu-abu dari sebuah pixel diartikan sebagai ketinggian dalam relief. Watershed adalah suatu bentuk cekungan (titik) yang terbentuk oleh titik-titik tinggi dan Ridgelines (garis watershed) yang menurun ke titik-titik yang lebih rendah. Pendekatan yang berbeda dapat digunakan untuk menggunakan prinsip watershed untuk segmentasi citra. Pertama adalah, nilai lokal minima dari gradien gambar sebagai penanda, dalam hal ini suatu segmentasi dibuat yang kemudian akan melibatkan penggabungan wilayah. Kedua adalah, marka transformasi watershed berbasis pada posisi penanda spesifik yang telah secara eksplisit didefinisikan oleh user atau ditentukan secara otomatis dengan operator morfologi atau cara lainnya. Tiga elemen dasar dalam watershed segmentation adalah: nilai minima, nilai cekungan dan garis watershed. Tujuan dari watershed segmentation adalah untuk menemukan semua garis watershed (tingkat abu-abu tertinggi).

32 OpenCV Definisi OpenCV Menurut Bradski dan Kaehler (2008), OpenCV (Open Computer Vision) adalah sebuah library open source yang dikhususkan untuk melakukan pengolahan citra yang berbasiskan C/C++ yang saat ini banyak digunakan dalam program computer vision. OpenCV bisa didapatkan dari Library ini dibuat dengan bahasa C dan C++, serta dapat dijalankan dalam sistem operasi Windows, Linux, dan Mac OS X. Salah satu tujuan OpenCV adalah agar komputer mempunyai kemampuan mirip dengan cara pengolahan visual pada manusia. Keuntungan dari OpenCV adalah OpenCV menyediakan infrastruktur computer vision yang mudah digunakan sehingga dapat membantu user dalam membangun aplikasi berbasis computer vision dengan cepat. OpenCV dirancang untuk efisiensi komputasional dan dengan fokus pada aplikasi realtime. Menurut Chandra, Prajnagaja, dan Nugroho (2011), Library pada OpenCV berisi lebih 500 fungsi yang menjangkau berbagai area permasalahan computer vision seperti, image processing, kalibrasi kamera, user interface, dan robotika. OpenCV juga memiliki Machine Learning Library (MLL). Library OpenCV terdiri dari fungsi-fungsi computer vision dan API (Application Programming Interface) untuk image processing dalam Low-level vision maupun High-level vision. Menurut Chandra, Prajnagaja, dan Nugroho (2011), sejak peluncuran pertama pada Januari 1999, OpenCV telah digunakan pada banyak aplikasi,

33 39 produk, dan penelitian. Aplikasi-aplikasi ini meliputi penggabungan citra pada web dan satelit, image scan alignment, pengurangan noise pada citra medis, sistem keamanan dan pendeteksian gangguan, sistem pengawasan otomatis dan keamanan, sistem inspeksi pabrik, pengenalan sidik jari, pengenalan wajah, serta aplikasi militer. OpenCV juga telah digunakan untuk pengenalan suara, dimana teknik pengenalan visi diaplikasikan pada citra spektogram suara (Bradski dan Kaehler, 2008) Fitur OpenCV Berikut ini adalah beberapa fitur pada library OpenCV. - Manipulasi data gambar (alokasi memori, melepaskan memori, duplikasi gambar, konversi gambar) - Image / video I/O (format input / output dalam gambar ataupun video yang terhubung dengan hardware seperti kamera) - Manipulasi matrix dan vektor serta formula linear algebra (products, solvers, eigenvalues) - Image processing (filtering, edge detection, sampling dan interpolasi, konversi warna, histogram) - Analisis struktural - Pendeteksian dan pengenalan objek - Image labeling (line, conic, polygon, text drawing)

34 - Basic GUI (display output, control input) 40

BAB 3 PERUMUSAN OBJEK RANCANGAN. Berikut adalah analisis masalah dan kebutuhan dalam perancangan aplikasi

BAB 3 PERUMUSAN OBJEK RANCANGAN. Berikut adalah analisis masalah dan kebutuhan dalam perancangan aplikasi BAB 3 PERUMUSAN OBJEK RANCANGAN 3.1 Analisis Masalah dan Kebutuhan Berikut adalah analisis masalah dan kebutuhan dalam perancangan aplikasi yang akan kami buat. 3.1.1 Analisis Masalah Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Warna Dengan menggunakan 3 buah reseptor manusia dapat membedakan banyak warna. Warna tricromatic RGB dalam sistem grafis umumnya menggunakan 3 byte (2 8 ) 3,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksinya parasit malaria terhadap sel darah merah. Parasit malaria tergolong jenis parasit dari genus Plasmodium,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Automatic Number Plate Recognition Automatic Number Plate Recognition atau yang disingkat dengan ANPR adalah metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera.

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan skripsi ini, meliputi pustaka OpenCV, citra, yaitu citra grayscale dan citra berwarna, pengolahan citra meliputi image enhancement

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI Marina Gracecia1, ShintaEstriWahyuningrum2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata 1 esthergracecia@gmail.com,

Lebih terperinci

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur

Lebih terperinci

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 Pengantar PENGOLAHAN CITRA Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 TUJUAN Mahasiswa dapat membuat aplikasi pengolahan citra Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep pengolahan citra untuk menghasilkan suatu

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Face Recognition Face recognition dapat dipandang sebagai masalah klasifikasi pola dimana inputnya adalah citra masukan dan akan ditentukan output yang berupa label kelas dari

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK Jurnal Dinamika, April 2017, halaman 18-29 P-ISSN: 2087-889 E-ISSN: 2503-4863 Vol. 08. No.1 PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan menggunakan Microsoft Visual C Express Edition (Version

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dengan menggunakan Microsoft Visual C Express Edition (Version BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Aplikasi ini kami rancang pada Windows 7 Ultimate 32-bit Service Pack 1 dengan menggunakan Microsoft Visual C++ 2010 Express Edition (Version 10.0.40219.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan komputer sudah hampir menjadi sebuah bagian dari kehidupan harian kita. Semakin banyak muncul peralatan-peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi Nurhasanah 1, *) dan Okto Ivansyah 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Indonesia

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Automatic Number Plate Recognition (ANPR) Berdasarkan penjelasan dari penelitian sebelumnya mengenai deteksi plat nomor, maka dapat disimpulkan bahwa pendeteksian ini sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

Deteksi Tepi Citra Kanker Payudara dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG)

Deteksi Tepi Citra Kanker Payudara dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Deteksi Tepi Citra Kanker Payudara dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1) Prodi Fisika FMIPA Untan, Pontianak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE) By :Suthami A.

KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE) By :Suthami A. KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE) By :Suthami A. Definisi Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) : Bagian dari ilmu komputer yang mempelajari bagaimana membuat mesin (komputer) dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL Ahmad Yunus Nasution 1, Garuda Ginting 2 1 Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma 2 Dosen Tetap STMIK Budi

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Komang Budiarta,

Lebih terperinci

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada penilitian ini, penulis akan menggunakan ekstraksi tekstur dan warna untuk mengidentifikasi jenis parasit plasmodium vivax. Dengan menggunakan kedua ekstraksi ciri

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI OBYEK PISAU PADA CITRA X-RAY DI BANDARA

IDENTIFIKASI OBYEK PISAU PADA CITRA X-RAY DI BANDARA IDENTIFIKASI OBYEK PISAU PADA CITRA X-RAY DI BANDARA Isturom Arif 1, I Ketut Eddy Purnama 2, Moch Hariadi 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari semakin banyak masalah yang terjadi seiring meningkatnya populasi di daerah perkotaan, akibatnya lalu lintas menjadi lebih padat karena

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Webcam Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media yang berorientasi pada image dan video dengan resolusi tertentu. Umumnya webcam adalah sebuah perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner Dosen Pengampu: Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Genap 2016/2017 Definisi Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium. Ada lima jenis Plasmodium yang sering menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra

Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra Identifikasi Gejala Penyakit Padi Menggunakan Operasi Morfologi Citra Shofiyyah Zahrah 1, Ristu Saptono 2, Esti Suryani 3 1,2,3 Program Studi Informatik, FMIPA, Universitas Sebelas Maret Email: 1 shofizr@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

Kesepakatan. Kuliah Sopan : Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan

Kesepakatan. Kuliah Sopan : Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan Kesepakatan Kuliah Sopan : Tidak bersandal dan berkaos Busana muslimah yang pantas Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan 3 1. PENDAHULUAN A. Signal Processing B.

Lebih terperinci

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri

Deteksi Warna. Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Thresholding Resty Wulanningrum,S.Kom Universitas Nusantara PGRI Kediri Deteksi Warna Mendeteksi adanya warna-warna tertentu Menentukan posisi pixel dengan warna yang ditentukan Aplikasi: Deteksi rambu-rambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE Bagus Aditya *), Achmad Hidayatno, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Computer Vision Komputerisasi memiliki ketelitian yang jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan cara manual yang dilakukan oleh mata manusia, komputer dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com Nurul Khairina Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Malaria Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles dengan gambaran penyakit

Lebih terperinci

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT Ardi Satrya Afandi art_dhi@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci