STUDI KOMPARATIF PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI REPETITIF MENGGUNAKAN METODE PENJADWALAN BERULANG (RSM) DAN METODE DIAGRAM PRESEDEN (PDM)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE PENJADWALAN BERULANG (REPETITIVE SCHEDULLING METHOD) PADA PROYEK PRINCETON TOWER EDUCITY RESIDENCE SURABAYA

Deko Sanjaya 1 dan Syahrizal 2

MANAJEMEN WAKTU PROYEK MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

PROJECT TIME MANAGEMENT (MANAJEMEN WAKTU PROYEK BAG.1) (MATA KULIAH MANAJEMEN PROYEK PERANGKAT LUNAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.8 Diagram RSM untuk proyek enam unit setelah menaikkan gradien C.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan juga akan semakin komplek. Untuk mengatur dan

ANALISIS KONSEP CADANGAN WAKTU PADA PENJADWALAN PROYEK DENGAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJADWALAN PROYEK DENGAN ALAT BANTU PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 (P3 3.0)

BAB II STUDI PUSTAKA

STUDI ANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENJADWALAN LINIER PADA PROYEK PERUMAHAN

PENENTUAN JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN REHABILITASI JALAN ALIANYANG KOTA PONTIANAK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM)

BAB III METODOLOGI. Data yang dominan dalam Tugas Akhir ini adalah Data Sekunder,

BAB II LANDASAN TEORI. Pengelola proyek selalu ingin mencari metode yang dapat meningkatkan

STUDI PERENCANAAN PERCEPATAN DURASI PROYEK DENGAN METODE LEAST COST ANALYSIS

Karena kompleksnya suatu proyek, para pengelola proyek selalu ingm memngkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian. Banyak metode yang

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dimanfaatkan sesuai dengan rencana, sehingga menyebabkan beberapa

STUDI PENJADUALAN, PERENCANAAN BIAYA DAN PENGENDALIAN JADUAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2003

MANAJEMEN WAKTU PROYEK

Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan ABSTRAK

PENGARUH PERCEPATAN DURASI TERHADAP BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: TOKO MODISLAND MANADO)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN JADWAL PROYEK DENGAN METODE NETWORK PLANNING PDM (PRECEDENCE DIAGRAM METHOD) PADA PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL SAPADIA MEDAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009

Gde Agus Yudha P. A., Alwafi Pujiraharjo, Saifoe El Unas

Anak Agung Wiranata 1, A.A Diah Parami Dewi 1, dan I Made Nuryawan 2.

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN WAKTU

Penjadwalan Proyek dengan Menggunakan Metode Jalur kritis Project Scheduling Using Critical Path Method (CPM)

MATERI 8 MEMULAI USAHA

PERCEPATAN PROYEK PADA SEBUAH GEDUNG BERTINGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN PERSEMBAHAN MOTTO ABSTRAK KATA PENGANTAR

3.11. Program Microsoft Project BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Tahap dan Prosedur Penelitian

BAB II STUDI PUSTAKA

PENJADWALAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN METODE FLASH (FUZZY LOGIC APPLICATION FOR SCHEDULING)

Project Time Management adalah suatu kegiatan yang mencakup semua proses dan

STUDI KASUS PENERAPAN METODE PERT PADA PROYEK GUDANG X

Kata kunci: optimum, percepatan, lembur, least cost analysis.

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN (WAKTU) PROYEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teknologi konstruksi (construction technology) dan manajemen konstruksi (construction

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

BAB 5 PERENCANAAN WAKTU

BAB III PENDEKATAN METODE

PERBANDINGAN METODE CRITICAL PATH METHOD (CPM), PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM), DAN LINE OF BALANCE (LOB) TERHADAP PROYEK REPETITIF

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

PERENCANAAN PERCEPATAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT PROJECT

BAB III LANDASAN TEORI

Pertemuan 5 Penjadwalan

OPTIMALISASI RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN DENGAN PRESEDEN DIAGRAM METHOD (PDM)

TEKNIK ANALISA JARINGAN (CPM)

Ardentius, M.Hamzah Hasyim dan Kartika Puspa Negara

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN JADWAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT PROJECT 2010 (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus: Gedung GMIM Syaloom di Karombasan)

Penjadwalan Waktu Dan Sumber Daya Manusia Proyek Showroom Dan Bengkel Nissan Magelang

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Rumah Sakit Prima) GEA GEBY AURORA SYAFRIDON

EMA302 - Manajemen Operasional Materi #9 Ganjil 2014/2015. EMA302 - Manajemen Operasional

PENJADWALAN PROYEK DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM) DAN RANKED POSITION WEIGHT METHOD (RPWM)

Kata kunci: PERT, penambahan jam kerja (lembur), lintasan kritis, Time Cost Trade Off.

i KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia yang diberikan-nya sehingga

BAB III LANDASAN TEORI

APLIKASI METODE HUBUNGAN TUMPANG TINDIH PADA NETWORK DIAGRAM PRESEDEN

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

MINGGU KE-5 MANAJEMEN WAKTU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Riset Operasional. ELEMEN ANALISIS JARINGAN menggunakan beberapa istilah dan simbol berikut ini:

BAB II DASAR TEORI Proyek Pengertian Proyek Menurut D.I. Cleland dan W.R. King definisi proyek sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

Critical Path Method (CPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan. Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini ialah :

ANALISIS BIAYA PERCEPATAN AKIBAT PENAMBAHAN JAM KERJA MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan.

STUDI PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODA PENJADWALAN LINIER PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Agus Purnomo. Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pasundan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI WAKTU PROYEK DENGAN PENAMBAHAN JAM KERJA DENGAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (Studi Kasus Proyek Rumah Susun Sederhana Sewa Pekanbaru)

Syafri Antu Arfan Utiarahman, Darwis Hinelo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. Laju pertumbuhan penduduk Provinsi Bali pada periode tahun

JURNAL MANAJEMEN KONSTRUKSI PADA PEKERJAAN DRAINASE JL. A.W. SYAHRANI, SANGATTA KUTAI TIMUR

ABSTRAK. Salah satu tipe technology process dalam manajemen operasi adalah. proyek. Teknologi dalam proyek berhubungan dengan salah satu jenis produk

BAB III LANDASAN TEORI. A. Manajemen Proyek

Optimalisasi Waktu Pengerjaan Proyek Ruko Dengan Metode Diagram Preseden

JURNAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENJADWALAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN GORONTALO DISUSUN OLEH: MOCHAMMAD ANDHIKA D

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

MAKALAH RISET OPERASI NETWORK PLANNING

ANALISA PENERAPAN MANAJEMEN WAKTU PADA PEMBANGUNAN JARINGAN DAERAH IRIGASI SANGKUP KIRI

Transkripsi:

STUDI KOMPRTIF PENJDWLN PROYEK KONSTRUKSI REPETITIF MENGGUNKN METODE PENJDWLN BERULNG (RSM) DN METODE DIGRM PRESEDEN (PDM) Budi Laksito Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik - UNS Surakarta Jln. Ir. Sutami No.6 Surakarta 576 bstract Repetitive project activities require scheduling instrument which can facilitate unbreakable resources flow from one to the next unit. CPM which has been widely recognized as a tough project scheduling method to handle complex and has many branchesl networks, apparently become less effective if we used it to schedule repetitive project. Like wise the PDM usefulness in a project relatively collided with it s limited ability to maintain work continuity for existing worker teams.what we want to inform in this paper is introducing a new alternative method that is RSM. RSM is a method that guarantee the unbreakable resources usage, also applicable for both repetitive vertical and horizontal project. Considered from the expense of total labor fee, RSM are more cost-saving than PDM if the labor arrangement is adapted to work specialization Keywords: network, precedence diagram method, repetitive schedule method. PENDHULUN Dewasa ini perkembangan proyek konstruksi berjalan pesat dan seringkali dalam skala besar yang membutuhkan biaya besar serta memiliki metode yang dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian untuk menghadapi jumlah kegiatan dan kompleksitas proyek yang cenderung bertambah. Para kontraktor konstruksi seringkali dihadapkan pada proyek-proyek yang mengandung beberapa unit yang identik atau serupa, seperti segmen-segmen lantai pada bangunan bertingkat banyak, unit-unit rumah pada pembangunan perumahan, ruas-ruas jalan pada proyek jalan raya dan lain-lain. Proyekproyek multiunit seperti ini bercirikan pengulangan kegiatan yang dalam banyak kasus muncul sebagai hasil pemecahan atau penguraian dari suatu kegiatan umum menjadi beberapa kegiatan khusus. Kegiatan-kegiatan yang berulang membutuhkan alat penjadwalan yang mampu memfasilitasi aliran sumber daya yang tak terputus dari satu unit ke unit berikutnya. Karena itu seringkali persyaratan ini yang menjadi tolak ukur penentuan waktu mulai kegiatan dan yang menentukan seluruh durasi proyek. Merencanakan jadwal proyek multi unit dengan pengulangan kegiatan berarti sama dengan meminimalkan durasi proyek dengan memperhatikan batasan-batasn kontinyuitas sumber daya. Metode CPM atau metode jalur kritis yang sudah dikenal luas sebagai metode penjadwalan proyek yang tangguh untuk menangani jaringan kerja atau network yang kompleks dan memiliki banyak cabang, ternyata menjadi kurang efektif bila digunakan untuk membuat penjadwalan proyek repetitif. Diagram jaringan yang penyajiannya relatif lebih sederhana bila digunakan untuk penjadwalan proyek repetitif adalah diagram dengan karakteristik kegiatan pada kotak atau simpul (node). Namun kegunaan metode ini dalam proyek relatif terbentur oleh kemampuannya yang terbatas untuk mempertahankan kontinyuitas pekerjaan bagi reguregu pekerja yang ada. Tulisan ini menyajikan Metode RSM (Repetitive Scheduling Method) atau Metode Penjadwalan Berulang, suatu metode yang menjamin penggunaan sumberdaya yang tak terputus, serta dapat diaplikasikan baik untuk proyek repetitif vertikal maupun horizontal. Dari latar belakang diatas, maka muncul permasalahan sebagai berikut:. Mampukah Metode RSM merencanakan jadwal proyek multiunit repetitive dengan tetap mempertahankan kontinyuitas pekerjaan bagi MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005/85

regu-regu pekerja sehingga penggunaan sumber daya menjadi tak terputus. pakah kelebihan dan kelemahan Metode RSM (Repetitive Scheduling Method) bila dibanding dengan apabila kita merencanakan proyek dengan menggunakan Metode PDM. Bagan Balok dan Jaringan Kerja Kedua metode yaitu bagan balok dan jaringan kerja tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Metode bagan balok yang mudah dibuat dan dipahami serta cukup komunikatif sering kali dipakai untuk menyusun jadwal induk suatu proyek. Jaringan kerja merupakan metode yang mampu menyuguhkan teknik dasar dalam menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan unsur proyek, dan pada giliran selanjutnya dapat dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pelaksanaan Kegiatan Berulang Tata laksana proyek multiunit tidak selalu berarti bahwa satu unit pertama harus diselesaikan dahulu baru mulai mengerjakan unit kedua, ketiga dan seterusnya, hal ini jelas akan kurang atau bahkan tidak efektif. Tata laksana proyek multiunit yang bercirikan adanya kegiatan- kegiatan yang berulang akan lebih efektif jika dilakukan dengan cara perpindahan regu pekerja sesuai jenis kegiatannya. Jika misalnya proyek multiunit adalah proyek perumahan, maka hal ini berarti disusun dahulu jadwal untuk satu unit rumah, lengkap dengan hubungan pendahulunya (precedence relationships) yaitu hubungan antar kegiatan sesuai logika ketergantungannya. Setelah jadwal satu unit rumah dibuat, baru kemudian dibuat jadwal proyek keseluruhan dengan cara: untuk perpindahan regu pekerja, pertama diatur mengikuti jadwal satu unit rumah, selanjutnya diatur dengan aturan regu kerja bisa berpindah dari satu unit rumah ke unit rumah berikutnya setelah regu ini menyelesaikan kegiatan/pekerjaannya di unit rumah sebelumnya. Metode Jalur Kritis/Critical Path Method (CPM) Metode CPM diaplikasikan dalam bentuk diagram panah, dalam diagram ini status kegiatan ditentukan dan digambarkan dalam jaringan kerja (network). Urutan kegiatan yang digambarkan dalam diagram jaringan tersebut menggambarkan ketergantungan kegiatan tersebut terhadap kegiatan yang lain, dimana setiap kegiatan memiliki kurun waktu pelaksanaan yang sudah ditentukan (deterministic). Metode CPM mempunyai kelemahan yaitu hanya mengenal hubungan finish to start saja, pada proyek multiunit penggunaanya menjadi tidak efektif karena menggandung terlalu banyak hubungan dan menciptakan kegiatan dummy yang sangat banyak. Metode Diagram Preseden/Precedence Diagram Method (PDM) Dalam penyusunan jaringan kerja, hubungan antar kegiatan pada Metode PDM berkembang menjadi beberapa kemungkinan hubungan ketergantungan antar kegiatan berupa konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua node. Batasan hubungan antar kegiatan ini disebut juga teknik pendahulu. Teknik ini mengemukakan hubungan seri langsung antara dua kegiatan, satu kegiatan merupakan kegiatan pengikut dari kegiatan pendahulunya; hubungan antar kegiatan ini dikenal dengan nama hubungan dependencies (ketergantungan) atau precendence (yang harus didahulukan) dimana pengaturan kegiatan mana yang harus diutamakan/didahulukan adalah dengan menggunakan hubungan logika ketergantungan antar kegiatan. da beberapa hubungan antar kegiatan, yaitu: FS (Finish to Start), SS (Start to Start), FF (Finish to Finish), dan SF (Start to Finish). Tinjauan sumber daya Repetitive Scheduling Method (RSM) Dalam Metode RSM ada dua istilah penting yang berhubungan dengan masing-masing kegiatan, yang pertama yaitu Tingkat Produksi Sumber Daya (unit resource production rate = rpr) dan yang kedua yaitu Tingkat Produksi Unit (unit production rate = upr). Tingkat produksi sumber daya untuk sebuah kegiatan, rpr, adalah banyaknya pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh sumber daya dalam satu satuan waktu, beberapa kalangan ada yang memakai istilah tingkat produktivitas tenaga kerja. Dalam bentuk persamaan: Q rpr =..[] T Dimana: rpr = Produktivitas tenaga kerja ('satuan volume pekerjaan'/hari) Q = Banyaknya (volume) pekerjaan kegiatan ('satuan volume pekerjaan') T = Durasi kegiatan (hari) Sedangkan tingkat produksi unit adalah jumlah unit berulang yang dapat dikerjakan oleh regu pekerja dalam satu satuan waktu. upr =.[] T rpr upr =...[] Q Dimana: upr = Tingkat produksi unit pada kegiatan (unit/hari) (Robert B. Harris dan Photios G. Ionnau, 998:7) 86/MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005

Penggambaran Diagram RSM Gambar menunjukan sebuah hubungan kegiatan dan B, yang diambil dari jaringan kerja PDM dengan hubungan antar kegiatan adalah SS. NO SDM ES CT EF DUR Gambar. Diagram jaringan kerja Metode PDM Cps(B B y Durasi Proyek= B x B Keterangan: Legenda NO = Nomor kegiatan SDM = Kode regu tenaga kerja/sdm CT = activity/kegiatan DUR = duration/durasi kegiatan ES = earliest start/saat mulai awal EF = earliest finish/saat mulai akhir Gambar menunjukkan bagan balok pasangan kegiatan yang diambil dari sebuah jaringan kerja untuk tiga unit berulang. Ketiga unit berulang masing-masing terdiri dari dua kegiatan, dan B. Masing-masing kegiatan berdurasi hari dan masing-masing kegiatan B berdurasi hari. Hubungan antar kegiatan dalam masing-masing unit adalah FS, dan masing-masing kegiatan diperlihatkan pada posisi awal mulai jadwal. kibatnya, terdapat penundaan hari antara kegiatan dan B, serta penundaan hari antara kegiatan dan B. B y 0 4 5 6 7 8 9 0 Gambar. Bagan balok untuk tiga unit berulang Gambar adalah diagram RSM dari kegiatankegiatan yang terdapat pada Gambar, terlihat hubungan FS yang ditunjukkan oleh garis panah putus-putus ke bawah pada akhir hari ke-, ke-4 dan ke-6. Penundaan yang terlihat antara akhir masing-masing kegiatan dan awal kegiatan B pasangannya adalah sama seperti terlihat pada Gambar. Pada Gambar juga nampak garis-garis produksi baik dan B adalah kontinyu sehingga penggunaan sumber daya tak terputus. B x B 0 4 5 6 7 8 9 0 Lead Time= Gambar. Diagram RSM untuk unit dengan hubungan FS Pengaruh Pengubahan Tingkat Produksi Unit Misalkan saja regu pekerja masing-masing kegiatan B dari gambar ditambah 50% dan penambahan ini berpengaruh mengurangi durasi masing-masing kegiatan B menjadi hari dan menambah masingmasing angka produksi unit dari / u/h menjadi / u/h. Sebuah diagram RSM untuk ketiga unit pada gambar dengan revisi angka produksi unit ditunjukkan dalam gambar 4 dengan garis produksi B putus-putus dari gambar. cps(b) B B 0 4 5 6 7 8 9 0 B cpf(b) Garis Produksi B dari gambar Durasi Proyek Semula Gambar 4. Pengaruh penambahan angka Tingkat Produksi Unit pada Diagram RS Titik kontrol cp s (B) masih mengontrol posisi garis produksi B yang sekarang terletak paralel dengan dengan garis produksi kegiatan. Karenanya menambah angka tingkat produksi unit (upr) untuk garis produksi B dari / ke / u/h adalah serupa dengan memutar/merotasi garis produksi tersebut pada titik kontrol. Sebuah panah melingkar pada cp s (B) menunjukkan rotasi ini. Durasi proyek direvisi dari hari menjadi 8 hari, dan panah FS pada permulaan kegiatan B menetapkan titik kontrol lainnya, yaitu cp F (B), yang dilewati garis produksi B baru MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005/87

B B 0 4 5 6 7 8 9 0 B Garis Produksi B dari gambar 4 cpf(b) Gambar 5. Pengaruh penambahan angka TingkatProduksi Unit pada diagram RSM dalam hubungan FS antar kegiatan Jika kita masih menginginkan sumber daya masingmasing kegiatan B digandakan lagi dari yang terlihat pada gambar 4, angka tingkat produksi unit kegiatan B (upr s ) menjadi u/h dan mengakibatkan garisgaris dan B saling menyempit, terlihat bahwa ternyata rotasi lebih lanjut garis produksi B pada cp s (B) akan mengganggu hubungan FS pada hari ke-4 dan ke-6, jadi kontrol garis B harus dialihkan ke cp F (B), dimana panah melingkar menunjukkan rotasi garis produksi tersebut. (Robert B. Harris dan Photios G. Ionnau, 998:7) Rangkaian Pengontrol Dalam Metode RSM, rangkaian kegiatan-kegiatan yang menentukan durasi minimal proyek dinamakan "rangkaian pengontrol". Rangkaian ini tetep menggunakan kaidah-kaidah teknik pendahulu, ketersediaan sumber daya, dan batasan-batasan kontinuitas sumber daya. METODE Metode yang digunakan adalah deskriptif komparatif. Deskkriptif berarti pemaparan masalah yang ada, sedangkan komparatif berarti membandingkan. nalisa jaringan kerja berdasarkan dua metode, yaitu metode diagram pendahulu (Precedence Diagram Method /PDM) dan metode penjadwalan repetitif (Repetitive Scheduling Method /RSM). Pembahasan dalam penelitian ini memberikan penekanan pada perbandingan pola penggunaan sumber daya manusia proyek. Obyek analisa adalah proyek pembangunan 6 unit rumah tipe 65/04. HSIL DN PEMBHSN. Perbandingan Metode PDM dan RSM Metode RSM sejauh ini baru mengenal hubungan FS sedangkan Metode PDM mengenal adanya empat hubungan antar kegiatan atau empat konstrain yaitu FS, SS, FF dan SF. Untuk itu perlu membandingkan Metode RSM dengan dua jadwal Metode PDM, yang pertama adalah Metode PDM dengan keempat konstrain yang selanjutnya disebut dengan PDM saja, dan yang kedua Metode PDM dengan hubungan FS saja yang selanjutnya disebut dengan PDM-FS. Perbandingan antara Metode PDM (dan Metode PDM-FS) dengan Metode RSM dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. Perbandingan Metode PDM dan Metode RSM Metode PDM PDM-FS RSM Kondisi awal Kondisi awal Kondisi awal Tenaga kerja puncak Durasi proyek Fluktuasi histogram Masuk kerja Stand by 06 orang 80 hari Fluktuatif 540 hari 98 hari 00 orang 89 hari Fluktuatif tajam 540 hari 9 hari 79 orang 98 hari Bergelombang 540 hari 0 hari Tenaga kerja puncak Durasi proyek Fluktuasi histogram Masuk kerja Stand by Upah tenaga kerja Perbaikan Perbaikan Perbaikan 88 orang 88 orang 88 orang 80 hari 87 hari 87 hari relatif baik relatif baik relatif baik 540 hari 58 hari 54 hari 5 hari 57 hari 0 hari Rp.68.65.000 Rp.67.48.000 Rp.44.968.000 Dari Tabel di atas terlihat bahwa masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri. pabila kita lebih berorientasi pada waktu penyelesaian proyek total, maka Metode PDM relatif lebih baik. Namun apabila kita lebih berorientasi pada penggunaan tanaga kerja yang 88/MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005

kontinyu (tidak ada yang menunggu) serta kesederhanaan diagram, maka Metode RSM lebih unggul. Ditinjau dari segi biaya yaitu upah total tenaga kerja jika kita menggunakan Metode RSM maka terdapat penghematan biaya yang cukup besar dibandingkan jika kita menggunakan Metode PDM, jika pengaturan tenaga kerjanya disesuaikan dengan spesialisasi kerja.. Pengaturan Tenaga Kerja Jika perencanaan menggunakan Metode PDM maka pengaturan tenaga kerjanya ada dua kemungkinan, yang pertama, jika tenaga kerjanya diasumsikan mengerjakan satu pekerjaan sesuai spesialisasi keahliannya, maka tenaga kerjanya harus diatur untuk mengikuti jalannya pekerjaan proyek yang sering terintrupsi untuk menunggu selesainya pekerjaan lain. Dan pengaturan seperti ini sering tidak mudah dilakukan karena setelah tenaga kerja bergabung dengan proyek, tidak mudah untuk melepas dan memanggil mereka kembali untuk bekerja sesuai dengan ada tidaknya pekerjaan mereka, sedangkan untuk menahan mereka untuk stand by akan menelan biaya yang tidak jelas efisien. Yang kedua, jika tenaga kerjanya diasumsikan mampu mengerjakan beberapa pekerjaan yang berbeda, maka disini tidak perlu melepas dan memanggil kembali tenaga kerja, namun proyek ini akan dikerjakan mungkin secara serabutan, tenaga kerja bekerja berpindah-pindah dan pengaturannya menjadi tidak jelas, dan yang paling penting adalah kualitas hasil kerjanya sangat layak dipertanyakan. kan halnya jika perencanaan menggunakan Metode RSM maka pengaturan kerjanya akan relatif lebih mudah karena metode ini mampu menjaga kontinyuitas pekerjaan sehingga tenaga kerjanya bisa bekerja terus-menerus selama rentang waktu tertentu dan kualitas hasil kerjanya relatif lebih terjamin karena mereka mengerjakan suatu pekerjaan sesuai keahliannya.. Paradoksal RSM Dari hasil perbandingan diatas secara sepintas terlihat bahwa seolah-olah terdapat suatu paradoksal yaitu Metode RSM yang tidak ada waktu menunggu ternyata kurun waktu penyelesaian proyeknya lebih lama, sedangkan pada Metode PDM yang dijumpai banyak waktu menganggur ternyata lebih cepat. Berikut ini akan dijelaskan fenomena tersebut. Gambar 6 memperlihatkan jaringan kerja PDM suatu proyek yang terdiri dari tiga unit berulang yang masing-masing mengandung tiga kegiatan. Solusi dari jaringan kerja ini menghasilkan proyek yang berakhir pada hari ke-4 (awal mulai proyek bisa diabaikan). F 0 B H C 5 4 C 5 D 8 F B 6 H 6 C 8 4 C 8 D F 6 B 9 H 9 C 4 C D 4 Gambar 6. Diagram jaringan kerja PDM untuk tiga unit berulang MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005/89

B B C B Lag C-C D C Lag C-C D C D 0 4 5 6 7 8 9 0 4 5 Gambar 7. Bagan Balok Transfer dari Jaringan Kerja PDM B B B C Work Break C D Work Break D C D 0 4 5 6 7 8 9 0 4 5 Gambar 8. Diagram RSM Transfer dari Diagram Balok B C D B B C C D Cp(CD) Cp(BC) D 0 4 5 6 7 8 9 0 4 5 6 Gambar 9. Diagram RSM 90/MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005

4. Pelaksanaan Penelitian a. Tahap Persiapan Bentuk bagan balok dan diagram RSM hasil transfer dari jaringan kerja gambar 6 ditunjukkan oleh gambar 7 dan 8. Dari gambar 7 terlihat adanya lag time (waktu penundaan) karena adanya work break antara kegiatan C ke kegiatan C dan dari C ke kegiatan C, dimana setelah kegiatan C selesai kegiatan C tidak bisa langsung dimulai karena harus menunggu selesainya kegiatan B, jadi tenaga kerja kegiatan C harus stand by sehari sebelum mengerjakan kegiatan C. Demikian juga hubungan antara kegiatan C ke kegiatan C, sehingga tenaga kerja yang mengerjakan kegiatan C harus stand by selama hari ketika mengerjakan kegiatan C. Metode RSM yang didesain untuk mampu mempertahankan kontinyuitas pekerjaan maka work break yang ada di gambar 8 harus ditiadakan dengan cara menunda kegiatan C sehari dan menunda kegiatan C dua hari sehingga didapat garis produksi C yang menerus seperti terlihat pada gambar 9. Namun demikian, penundaan ini ternyata membawa pengaruh bergesernya awal kegiatan D dari hari ke-5 menjadi hari ke-7 karena upr garis produksi kegiatan D lebih kecil dibanding upr garis produksi kegiatan C, dan akhirnya proyek berakhir pada hari ke-6, yaitu hari lebih lama dibanding Metode PDM. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pada metode RSM, usaha untuk menghilangkan work break dengan kondisi upr tertentu bisa mengakibatkan tertundanya penyelesaian proyek. Dengan mencermati fenomena di atas maka dapat ditarik kesimpulan tambahan bahwa dalam menentukan durasi masing-masing kegiatan pada Metode RSM perlu memperhatikan keseragaman durasi antar kegiatan yang berurutan. Hal ini dilakukan agar memperoleh garis produksi-garis produksi yang berurutan yang sejajar atau paralel, sehingga kurun waktu penyelesaian proyek dapat ditekan sesingkat mungkin. Usaha pengkondisian ini bisa dilakukan dengan pemakaian tenaga kerja yang mengerjakan kegiatan yang bersangkutan dan atau dengan melakukan pemecahan atau penguraian proyek dalam jenis-jenis kegiatannya sedemikian rupa sehingga didapat durasi masing-masing kegiatan menjadi seragam. SIMPULN Metode RSM ternyata mampu merencanakan jadwal proyek multiunit repetitif dengan tetap mempertahankan kontinyuitas pekerjaan bagi reguregu pekerja sehingga penggunaan tenaga kerja menjadi tak putus, dan oleh karena itu dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif yang bisa dipilih dalam perencanaan proyek Kelebihan yang dimiliki RSM dibanding Metode PDM antara lain: -Mampu mempertahankan kontinyuitas pekerjaan bagi masing-masing regu pekerja (tidak ada menunggu atau stand by) sehingga bisa menghemat upah total tenaga kerja. -Penampakan diagramnya lebih sederhana dan lebih mudah dibaca karena merupakan diagram berskala waktu (time scale network). Kelemahan yang dimiliki RSM dibanding Metode PDM antara lain: - kurun waktu penyelesaian proyek relatif lebih lambat. - Hubungan ketergantungan antar kegiatan terlihat kurang jelas, terutama bila terdapat lebih dari satu hubungan antar kegiatankegiatannya. REKOMENDSI Hubungan ketergantungan antar kegiatan pada Metode RSM ini masih hanya mengenal hubungan FS (finish to start) saja, oleh karenanya penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencoba hubungan yang lain, seperti SS (start to start) dan FF (finish to finish) guna mengantisipasi kelemahan Metode RSM pada efektivitas waktu. REFERENSI huja, H. N. 976. Construction Performance Control by Networks, John Wiley&Sons, New York. Harris, Robert B., dan Ionnau, Photios G. 998. Scheduling Project with Repeating ctivities, Journal of Construction Engineering and Management, SCE, 4(4), p. 69-78. Imam Soeharto. 997. Manajemen Proyek-Dari Konseptual Sampai Operasional, Penerbit Erlangga, Jakarta. Istimawan Dipohusodo. 996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid, Kanisius, Yogyakarta. Lock, Dennis-E. Jasjfi. 994. Manajemen Proyek, Penerbit Erlangga, Jakarta. Tubagus Haedar li. 997. Prinsip-prinsip Network Planning, PT Gramedia, Jakarta MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005/9

9/MEDI TEKNIK SIPIL/Juli 005