MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

dokumen-dokumen yang mirip
I. PEMOHON DAN TERMOHON I.1 PEMOHON Presiden Republik Indonesia, selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA MENTERI KEUANGAN DENGAN KOMISI XI DPR-RI

Kewenangan antar Lembaga Negara antara Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/SKLN-X/2012

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI YOGYAKARTA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

Tanggal 18 Agustus 2009 REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

Assalamu allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita sekalian

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

PUTUSAN Nomor 2/SKLN-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA


KASUS PEMBELIAN SAHAM PT NEWMONT NUSA TENGGARA OLEH PEMERINTAH

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Kepentingan Nasional Di Balik Pembelian Saham Newmont

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/SKLN-X/2012

Pidato Sambutan Pencanangan Gerakan Indonesia Menabung dan Peluncuran Produk TabunganKu Jakarta, 20 Februari 2010 Pjs Gubernur Bank Indonesia

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007

Konstitusionalisme SDA Migas. Zainal Arifin Mochtar Pengajar Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DPR Rl TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA PERESMIAN PENERBITAN UANG RUPIAH KERTAS PECAHAN RP TAHUN EMISI AGUSTUS 2014

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA Peresmian Kantor OJK Palangkaraya Palangkaraya, 25 Mei 2015

PENGENALAN MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PENDIDIKAN KESADARAN BERKONSTITUSI 1 Oleh: Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH. 2

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

Tambang untuk Kemakmuran Rakyat:

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

SAMBUTAN PADA ACARA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 13 DESEMBER

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kepada Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XI/2013

PEMBELIAN SAHAM (7%) PT NEWMONT NUSA TENGGARA OLEH PEMERINTAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM TATA NEGARA* Oleh: Ni'matul Huda**

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

KEBANGKITAN INDONESIA BARU

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Uji Materiil Undang-Undang Keuangan Negara

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

Closing Remarks. Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas sebagai sumber pemasukan negara. Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa: "cabang-cabang produksi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, REPUBLIK INDONESIA

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

KEYNOTE SPEECH MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT RI PADA LOKAKARYA NASIONAL TENTANG PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 35/PUU-X/2012

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Keynote Speech. Menteri Keuangan. Workshop Persiapan Pelaksanaan APBN TA Jakarta, 19 Desember 2011

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

Yth. Sdr. Pimpinan Pansus dan Rekan-rekan Anggota Pansus ; Yth. Sdr. Menteri Dalam Negeri beserta Staf ; Para hadirin sekalian yang kami hormati,

Dibacakan Oleh : IGNATIUS MULYONO Nomor Anggota : A-103. Yth. Saudara Pimpinan Sidang, Yth. Para Anggota DPR-RI serta hadirin yang kami hormati.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SEMARANG TANGGAL 1 JUNI 2016 HUMAS DAN PROTOKOL KABUPATEN SEMARANG

Tanggal 26 Januari Disampaikan oleh: H. Firman Subagyo, SE.,MH. Wakil Ketua Badan Legislasi, A.273

Ringkasan Putusan.

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/SKLN-X/2012

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 70/PUU-XII/2014 Kewenangan Pengelolaan Hutan oleh Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 11/PUU-XIII/2015 Hak dan Kesejahteraan Guru Non-PNS yang diangkat oleh Pemerintah.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI PADA APEL BESAR DALAM RANGKA HARI ULANG TAHUN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KE-66 DAN SATUAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KE-54

LAPORAN KETUA BADAN LEGISLASI TENTANG PENAMBAHAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI

Transkripsi:

KETERANGAN PENUTUP (CLOSING STATEMENTS) PEMERINTAH DALAM PERMOHONAN SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAKSANAAN KEKUASAAN PEMERINTAHAN MENURUT UUD 1945 Ketua dan Anggota Majelis Hakim Konstitusi yang kami muliakan; Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati; Hadirin sekalian yang berbahagia; Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita semua, Hari ini kita telah memasuki persidangan yang ke-8 dengan sebelumnya telah mendengarkan keterangan para ahli dari PEMOHON, TERMOHON I, TERMOHON II, dan Mahkamah Konstitusi. Marilah kita mulai dengan pemikiran, bahwa kita berada di sini dalam upaya memberikan manfaat yang sebesar-besarnya dan demi kemajuan bangsa dan negara. Sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945, Presiden mempunyai tugas untuk dapat mewujudkan tujuan bernegara sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Adapun salah satu bagian dari kewenangan konstitusional Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945 adalah kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara. 1

Untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan, sehingga Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden adalah Pengelola Fiskal yang juga menjalankan fungsi Bendahara Umum Negara. Selaku Bendahara Umum Negara, Menteri Keuangan memiliki kewenangan sebagai pengelola keuangan dalam arti seutuhnya, termasuk kewenangan untuk melakukan investasi pemerintah antara lain dalam bentuk pembelian 7% saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT) Tahun 2010. Hak Pemerintah untuk melakukan pembelian 7% saham divestasi PT NNT Tahun 2010 didasarkan pada Kontrak Karya antara Pemerintah Republik Indonesia dan PT NNT pada tanggal 2 Desember 1986. Divestasi atas 7% saham kepemilikan asing di PT NNT tahun 2010 merupakan kewajiban terakhir dalam pelaksanaan divestasi yang diatur dalam Kontrak Karya dimaksud. Sebagaimana telah PEMOHON sampaikan dalam Permohonan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara, tujuan pelaksanaan pembelian saham divestasi PT NNT merupakan keputusan yang sejatinya ditujukan untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia untuk mewujudkan tujuan bernegara dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 mengenai penguasaan negara atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mengenai penguasaan bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh negara untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dengan melakukan pembelian 7% saham divestasi PT NNT tahun 2010 oleh Pemerintah Pusat maka diharapkan kepemilikan 51% saham PT NNT oleh kepemilikan nasional, telah mewakili semua unsur kepentingan nasional, yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan perusahaan swasta nasional, sehingga kepemilikan saham oleh beberapa unsur nasional secara bersama-sama akan menjaga kepentingan nasional dalam pelaksanaan perusahaan ke depan. Meskipun Pemerintah hanya membeli 7% saham divestasi PT NNT, namun kedudukan Pemerintah sangat strategis, sehingga tidak tepat apabila ada pendapat yang menyatakan kepemilikan yang hanya 7% tidak dapat mempengaruhi kebijakan 2

perusahaan. Dapat kami sampaikan kepada Majelis Hakim Konstitusi yang mulia, bahwa 7% saham divestasi PT NNT yang dibeli oleh Pemerintah adalah saham penentu (swing shares) bagi tercapainya kepemilikan saham nasional 51%. Pemerintah berhasil mendapatkan keistimewaan dalam bentuk hak menempatkan komisaris, harga saham yang khusus, dan kondisi-kondisi keutamaan yang lain. Dengan demikian, Pemerintah dapat memastikan bahwa pengelolaan PT NNT ke depan akan menjadi contoh pengelolaan perusahaan PMA pertambangan yang baik, benar, taat azas, dan berkinerja prima di Indonesia, serta memenuhi semua kewajiban kepada negara, patuh menjaga lingkungan hidup, dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada masyarakat. Strategi ini juga sejalan dengan semakin besarnya peran pemerintah di negara-negara lain dalam industri pertambangan. Dalam proses penyelesaian pembelian 7% saham divestasi PT NNT, terdapat perbedaan pendapat antara PEMOHON dengan TERMOHON I dan TERMOHON II. Para TERMOHON berpendapat bahwa PEMOHON hanya dapat melakukan pembelian saham divestasi PT NNT setelah mendapatkan persetujuan TERMOHON I terlebih dahulu. PEMOHON berpendapat tidak perlu lagi mendapat persetujuan TERMOHON I karena yang akan dilakukan adalah investasi jangka panjang sesuai dengan Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3) UU Perbendaharan Negara, bukan penyertaan modal negara, dan sama sekali bukan penyertaan modal negara dalam keadaan tertentu untuk penyelamatan perekonomian nasional, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 24 ayat (7) UU Keuangan Negara. Dengan adanya pendapat TERMOHON I dan TERMOHON II dimaksud, maka PEMOHON menjadi terhambat dalam melaksanakan kewenangan konstitusionalnya dalam mendapatkan manfaat untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Oleh karena itu, PEMOHON yakin Mahkamah Konstitusi menerima Permohonan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara antara Presiden dengan DPR dan BPK, di mana Mahkamah Konstitusi memiliki kewenangan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Permohonan ini. 3

Penetapan UU APBN setiap tahun membawa konsekuensi dasar hukum bagi Pemerintah untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara, demikian pula penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam suatu tahun tertentu yang berlaku hanya untuk tahun yang bersangkutan saja, tidak untuk tahun yang lain. Dengan telah ditetapkannya UU APBN, maka tahap pelaksanaan UU APBN adalah merupakan kewenangan konstitusional dari Presiden. DPR sebagai wakil rakyat mempunyai kewenangan konstitusional untuk melakukan pengawasan, bukan untuk memberikan atau tidak memberikan persetujuan kembali atas apa yang telah ditetapkan dalam UU APBN. Dalam rangka pembelian 7% saham divestasi PT NNT, sumber pendanaan yang digunakan berasal dari Dana Investasi Pemerintah dalam APBN TA 2011 sebesar Rp1 Triliun yang telah disetujui oleh DPR. Sesuai dengan ketentuan Pasal 15 ayat (5) UU Keuangan Negara dan UU APBN-P TA 2011 (terlampir) telah dirinci alokasi dana investasi Pemerintah sebesar Rp1 Triliun dan tidak terdapat catatan apapun terkait pelaksanaannya, sehingga Pemerintah mempunyai kewenangan untuk melaksanakan investasi Pemerintah tanpa harus meminta persetujuan kembali kepada DPR. Sedangkan kekurangan dana sebesar Rp1,3 Triliun untuk membeli 7% saham divestasi PT NNT Tahun 2010 akan menggunakan pendapatan dari hasil investasi PIP pada tahun-tahun sebelumnya yang dapat digunakan langsung sesuai Pasal 69 ayat (6) UU Perbendaharaan Negara. Seperti yang telah kami sampaikan dalam Permohonan, apabila dalam pelaksanaan APBN masih diperlukan persetujuan kembali oleh DPR maka hal tersebut akan menyebabkan adanya persetujuan berlapis sehingga DPR telah memasuki ranah eksekutif dan hal tersebut akan membawa dampak fungsi pengawasan DPR akan terdilusi karena dapat dianggap turut serta menjalankan pemerintahan dalam bentuk persetujuan suatu kebijakan. Dapat kami sampaikan bahwa berdasarkan konstitusi dan berdasarkan aturan perundang-undangan, BPK seharusnya melaksanakan undang-undang, dan bukan melakukan penafsiran atas undang-undang. Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan-nya, 4

BPK telah menafsirkan ketentuan Pasal 24 ayat (7) UU Keuangan Negara yang berarti BPK telah melampaui batas kewenangannya. Lebih dari itu, penafsiran tersebut dilakukan secara keliru yaitu tanpa memperhatikan dasar filosofi pembentukan dan substansi pasal dimaksud (memorie van toelichting). Sebagai bukti, bersama ini kami sampaikan kepada Majelis Hakim Konstitusi yang mulia, transkrip dan rekaman pembahasan RUU Keuangan Negara pada tahun 2003. Atas dasar inilah, PEMOHON memohon kepada Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan TERMOHON II telah melampaui kewenangan konstitusionalnya. Sebagaimana dalam Putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya atas konsepsi dikuasai oleh negara dalam pengelolaan sumber daya alam, maka kewenangan pengelolaan sumber daya alam adalah kewenangan konstitusional Pemerintah. Oleh karena itu, menjadi satu hal yang patut dipertanyakan, pada saat Pemerintah akan melaksanakan kewenangan untuk melakukan penguasaan atas salah satu jenis sumber daya alam, justru kehendak mulia dimaksud mendapat hambatan, sehingga belum dapat terlaksana. Mengingat negara Indonesia adalah negara hukum, maka untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atas pelaksanaan kewenangan konstitusional dimaksud, Presiden menggunakan upaya hukum yang tersedia, yaitu mengajukan permohonan sengketa kewenangan lembaga negara ke Mahkamah Konstitusi sebagai the sole interpreter of the constitution. Dalam upaya ini, Presiden berharap Mahkamah Konstitusi dapat memberikan penyelesaian atas perbedaan pendapat atas kewenangan konstitusional Presiden dengan DPR RI dan BPK RI, agar terdapat kepastian hukum atas proses pembelian 7% saham divestasi PT NNT Tahun 2010. Dapat kami sampaikan bahwa pembelian 7% saham divestasi PT NNT ini adalah untuk pertama kalinya Pemerintah menggunakan hak atas kepemilikan saham dalam kontrak karya. Putusan Mahkamah Konstitusi akan sangat berpengaruh pada usaha-usaha Pemerintah selanjutnya untuk memperoleh kepemilikan saham kontrak karya untuk kepentingan nasional. 5

Presiden sebagai PEMOHON dalam Permohonan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara ini tetap berkeyakinan bahwa pelaksanaan pembelian 7% saham divestasi PT NNT telah sesuai dengan kewenangan konstitusional yang dimiliki oleh PEMOHON, dan kewenangan dimaksud dilakukan dalam rangka mengedepankan kepentingan nasional. Oleh karena itu, PEMOHON berharap agar keyakinan PEMOHON tersebut didukung oleh Mahkamah Konstitusi. Dengan dikabulkannya Permohonan dimaksud oleh Mahkamah Konstitusi maka Mahkamah Konstitusi telah meletakkan kembali landasan konstitusional bagi PEMOHON dalam melaksanakan investasi yang merupakan salah satu bentuk pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Semoga keputusan yang diambil oleh Mahkamah Konstitusi adalah yang terbaik bagi bangsa dan negara, sehingga kedepannya penyelenggaraan negara bisa berjalan lebih lancar. Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim Konstitusi dan para hadirin yang berbahagia, Sebelum mengakhiri keterangan penutup ini, perkenankanlah kami sebagai Kuasa Hukum PEMOHON meminta kesediaan Mahkamah Konstitusi untuk menerima Keterangan Tertulis dari Ahli yang sudah diajukan oleh PEMOHON namun karena terbatasnya waktu tidak dapat memberikan keterangan secara lisan di hadapan Mahkamah Konstitusi. Demikian keterangan penutup PEMOHON kami sampaikan dalam sidang yang terhormat ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk-nya kepada kita semua. Terima kasih. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. MENTERI KEUANGAN selaku KUASA HUKUM PEMOHON AGUS D.W. MARTOWARDOJO 6