RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

Transkripsi

1 RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA. Kuasa Hukum Wisye Hendrarwati., SH., MH, dkk II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materil Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara terhadap UUD KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Dalam hal suatu Undang- Undang diduga bertentangan dengan UUD 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. 5. Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk, huruf a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon.

2 IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Pemohon adalah Badan Hukum Privat yang telah disahkan sebagai Badan Hukum berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor Y.A.5/507/16 tertanggal 27 November Tahun 1978 dan perubahan terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat PT. Pukuafu Indah Nomor 80 tanggal 18 Januari 2008 yang dibuat oleh Notaris Titiek Irawati Sugianto yang telah disetujui perubahannya berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor AHU AH Tahun 2008 tanggal 10 Maret 2008, sesuai Pasal 51 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi. Pemohon merasa dirugikan atau berpotensi dirugikan hak-hak konstitusionalnya dengan berlakunya Pasal 169 huruf b dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA FORMIL DAN MATERIIL Norma yang diujikan, yaitu: Pasal 169 huruf b Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada huruf a disesuaikan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara. Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Pemegang kontrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : Alinea keempat UUD 1945 Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yan sama di hadapan hukum.

3 Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemadirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD Bahwa Pemohon adalah salah satu Pemegang Saham pada PT. Newmont Nusa Tenggara yang berdasarkan Anggaran Dasar PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) bergerak pada bidang pertambangan Mineral berdasarkan Anggaran Dasar PT. Newmont Nusa Tenggara Nomor 164 tanggal 18 November 1986 akte Notaris Arikanti Natakusumah, SH., Tambahan Berita Negara RI Nomor 40, tanggal 19 Mei 1988; disesuaikan dengan UU Nomor 40 Tahun 2007 dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. 2. Bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara adalah mitra kerja sama Pemerintah dalam bidang pertambangan mineral berdasarkan Kontrak Karya antara Pemerintah Republik Indonesia dengan PT Newmont Nusa Tenggara yang ditandatangani pada tanggal 02 Desember 1986, yang pada saat itu Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Presiden Soeharto. Bahwa Kontrak Karya PT. Newmont Nusa Tenggara Tahun 1986 adalah suatu kontrak di bidang pertambangan mineral yang di tanda tangani oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri Pertambangan dan Energi dengan persetujuan DPR RI dengan perusahaan patungan antara perusahaan swasta nasional dengan swasta Asing (Penanaman Modal Asing) yang dalam hal ini antara Newmont Indonesia Limited dengan PT. Pukuafu Indah (Pemohon), yang kemudian membentuk PT. Newmont Nusa Tenggara, untuk melaksanakan usaha pertambangan dan Mineral di luar minyak gas dan bumi. 3. Bahwa PT. Newmont Nusa Tenggara adalah sebuah perusahaan joint venture yang modal awalnya dimiliki oleh satu satunya peserta dari Indonesia yaitu PT Pukuafu Indah (Pemohon) sebesar 20 % dan Newmont Indonesia Limited sebesar 80 % yang kemudian dalam perjalanan bisnis PT. Newmont Nusa Tenggara telah mengalami perubahan pemegang saham sebagai berikut : a. Nusa Tenggara Partnership B.V (49%)

4 b. PT. Multi Daerah Bersaing (24%) c. PT. Pukuafu Indah (PEMOHON) (17,80%) d. PT. Indonesia Masbaga Investama (2,20%) e. PIP (7%) 4. Bahwa Kontrak Karya PT. Newmont Nusa Tenggara tahun 1986 mempunyai jangka waktu 75 (tujuh puluh lima) tahun sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Anggaran Dasar PT. Newmont Nusa Tenggara Tahun Kontrak karya harus dijunjung tinggi sebagai Perjanjian yang mengikat kedua belah pihak dan wajib dipatuhi oleh para pihak hingga jangka waktu Kontrak Karya tersebut berakhir sebagaimana diatur dalam Kontrak Karya. Apabila salah satu pihak mengingkari atau tidak mematuhi isi dari Kontrak Karya tersebut berarti pihak tersebut telah ingkar janji atau wanprestasi. Pihak yang telah wanprestasi harus ada pertanggungjawaban, tidak boleh melepaskan diri dari tanggung jawab akibat wanprestasi yang telah dilakukan dengan sengaja. 5. Bahwa Kontrak karya merupakan hukum kontrak innominaat. Hukum kontrak innominaat artinya berbagai kontrak yang muncul dan berkembang dalam masyarakat. Bahwa ketentuan hukum yang mengatur hukum kontrak innominaat merupakan ketentuan hukum yang bersifat khusus. Dengan demikian berlaku asas Lex Specialist derogaat lex generali artinya undang- undang yang khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum. (Sumber : Salim H.S., SH, M.S dalam bukunya yang berjudul Buku Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia halaman 5-6). 6. Bahwa Pasal 169 huruf a UU Nomor 4 Tahun 2009 telah menegaskan bahwa, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya pengusahaan pertambangan batu bara yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya kontrak/perjanjian, sehingga dapat dipahami bahwa Kontrak Karya dan segala ketentuan yang diatur di dalamnya oleh para pihak harus dianggap sah dan berlaku menurut hukum dan dengan sendirinya mengikat bagi Para Pihak untuk mematuhinya. 7. Bahwa selanjutnya dalam Pasal 170 UU Nomor 4 Tahun 2009 menyatakan bahwa, Pemegang kotrak karya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 yang sudah berproduksi wajib melakukan pemurnian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1) selambat-lambatnya 5 (lima) tahun sejak undang-undang ini diundangkan. Sedangkan Pasal 103 ayat (1) menegaskan bahwa, Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil pertambangan didalam negeri. Dengan demikian ketentuan Pasal 169 huruf b, Pasal 170 dan Pasal 103 ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2009 tidak sejalan atau tidak sinkron dengan makna Pasal 169 huruf a UU Nomor 4 Tahun 2009, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum dan ketidakadilan bagi pemegang kontrak karya in casu Pemohon. Akibatnya, hak konstitusional Pemohon yang dilindungi oleh Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan ayat (2), serta Pasal 33 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UUD 1945 baik secara langsung maupun tidak langsung dirampas atau dihalang-halangi oleh ketidakpastian dari ketentuan Pasal 169 huruf b dan Pasal 170 UU

5 Nomor 4 Tahun 2009 tersebut, dan berdampak pada kesulitan yang luar biasa bagi para pemegang kontrak karya termasuk Pemohon untuk melakukan penjualan langsung mineral dan batu bara yang telah ditambanganya tersebut, melainkan harus melakukan pemurnian dan pengolahan terlebih dahulu di dalam negeri yang hal-hal ini tidak termasuk dalam materi muatan dalam kontrak karya yang telah disetujui Pemerintah sejak tahun Bahwa Pemohon yang telah melaksanakan kegiatan pertambangan mineral selama puluhan tahun terancam bangkrut dan mengalami kerugian investasi yang dahsyat. Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan kegiatan pertambangannya pada PT NEWMONT NUSA TENGGARA, Pemohon bekerja sama dengan mitra asing, dimana pemegang sahamnya pada saat ini adalah sebagai berikut : a. Nusa Tenggara Partnership B.V (49%) b. PT. Multi Daerah Bersaing (24%) c. PT. Pukuafu Indah (17,80%) d. PT. Indonesia Masbaga Investama (2,20%) e. PIP (7%) Bahwa bukanlah suatu hal yang tidak mungkin, bahkan sangat potensial terjadi, mitra asing Pemohon tersebut akan melakukan pengakhiran terhadap Kontrak Karya PT NNT tahun 1986, sehingga kegiatan pertambangan mineral PT Newmont Nusa Tenggara harus diakhiri pula. 9. Bahwa pengakhiran kerja sama dan kegiatan pertambangan mineral yang dilakukan oleh perusahaan Pemohon (PT Newmont Nusa Tenggara) mengakibatkan ditutupnya perusahaan tersebut sehingga perusahaan terpaksa harus melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) Massal terhadap seluruh karyawannya yang berjumlah ± 4000 orang yang saat ini telah dirumahkan sebanyak orang. (versi investor daily) 10. Bahwa dengan pengakhiran Kontrak Karya tersebut, Pemohon dapat menderita kerugian Wilayah Pertambangan seluas Ha baru beroperasi Ha dan Membayar uang penggantian hak dan tunjangan lainnya kepada karyawan bahkan berdampak pula bagi penerimaan Negara yang secara otomatis akan ikut berkurang. 11. Bahwa dengan adanya kewajiban pengolahan dan pemurnian tersebut juga akan berdampak pada penyia-nyiaan sumber daya alam yang telah tertambang namun tidak dapat dilakukan penjualan ke luar negeri karena adanya larangan ekspor bahan mentah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui tiga (3) peraturan yaitu PP Nomor 1/2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, Permen ESDM Nomor 1/2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri dan Permenkeu Nomor 6/PMK/2014 Tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar sebagai bentuk pelaksanaan Pasal 169 huruf b, Pasal 170, Pasal 102, dan Pasal 103 UU Nomor 4 Tahun 2009.

6 12. Bahwa atas dasar hal-hal tersebut jelas bahwa Pemohon telah menderita kerugian konstitusional berupa hilangnya hak untuk mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan ayat (2), serta Pasal 33 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) UUD 1945 atas berlakunya Pasal 169 huruf b dan Pasal 170, Pasal 102 juncto Pasal 103 ayat (1). VII. PETITUM Pemohon memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berkenan memeriksa dan mengadili serta memutuskan ini sebagai berikut: 1. Mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya. 2. Menyatakan Pasal 169 huruf b dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Nomor 4 tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4959 tahun 2009) bertentangan dengan UUD Menyatakan Pasal 169 huruf b dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Nomor 4 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4959 tahun 2009) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).