ANALISIS KEGIATAN OPERASI KAPAL PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN. Erlangga Respati Erfan C

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG DAN PEKALONGAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP DI PEMALANG RONY KRISTIAWAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III DESKRIPSI AREA

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis Kecil

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

7 KAPASITAS FASILITAS

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

DAN PERANANNYA DALAM PEMASARAN HASlL PERIKANAH 01 TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN PROPiNSI JAWA TENGAH

4 KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Umum PPN Pekalongan Letak, klasifikasi dan pengelolaan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Analisis strategi pengembangan perikanan pukat cincin di Kecamatan Tuminting Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

Ayodhyoa, Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bagian Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. 29 halaman.

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

DAN PERANANNYA DALAM PEMASARAN HASlL PERIKANAH 01 TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN PROPiNSI JAWA TENGAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

Transkripsi:

ANALISIS KEGIATAN OPERASI KAPAL PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN Erlangga Respati Erfan C54102051 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS KEGIATAN OPERASI KAPAL PURSE SEINE YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEKALONGAN Erlangga Respati Erfan C54102051 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SKRIPSI Judul skripsi Nama NRP Departemen : Analisis Kegiatan Operasi Kapal Purse Seine yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan : Erlangga Respati Erfan : C54102051 : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui: Pembimbing Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si NIP. 131 841 725 Diketahui: Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP. 131 578 799 Tanggal Lulus : 5 Agustus 2008

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Analisis Kegiatan Operasi Kapal Purse Seine yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 5 Agustus 2008 Erlangga Respati Erfan C54102051

ABSTRAK ERLANGGA RESPATI ERFAN. Analisis Operasional Kapal Purse Seine yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan. Dibimbing oleh TRI WIJI NURANI. Kegiatan perikanan di Pekalongan berkembang dengan baik. Aktivitas perikanan di daerah tersebut tergolong tinggi. Hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan. Secara umum, hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan masih cukup baik dan layak dikonsumsi, namun kualitasnya kurang baik. Hal ini disebabkan operasi penangkapan kapal purse seine umumnya cukup lama, yaitu sekitar 60-90 hari. Untuk itu, penelitian ini bertujuan: 1) menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas operasi kapal purse seine di Pekalongan; 2) mengkaji kemungkinan pengembangan kegiatan operasi kapal purse seine di Pekalongan. Karakteristik operasi kapal purse seine di PPN Pekalongan antara lain: jangkauan DPI terlalu jauh, terjadinya overfishing di perairan Laut Jawa, jumlah kapal menurun, fasilitas pelabuhan cukup lengkap, harga ikan relatif tinggi, modal awal usaha perikanan besar, motivasi melaut nelayan cukup tinggi dan didominasi oleh nelayan lokal. Perumusan strategi dari faktor internal didapat nilai 2,53 dan faktor eksternal 2,48. Berdasarkan nilai tersebut, alternatif strategi yang disusun berkaitan dengan pengembangan operasi purse seine di PPN Pekalongan adalah: 1) fasilitasi nelayan yang akan melaut keluar Laut Jawa (terutama yang melaut ke perairan Selat Makassar dan Selat Karimata); 2) mengoptimalkan kapal purse seine untuk menangkap ikan bernilai ekonomis tinggi dengan memanfaatkan fasilitas PPN Pekalongan; 3) mengadakan pelatihan untuk mengeksplorasi fishing ground alternatif; 4) penggunaan mesin atau teknologi yang hemat bahan bakar; 5) alternatif produk untuk bahan baku, perbekalan, dan perlengkapan sejenis yang lebih murah; 6) pinjaman lunak dari pemerintah yang disediakan untuk pihak-pihak yang terkait dengan operasi purse seine. Kata kunci: purse seine, operasi, PPN Pekalongan, analisis SWOT

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manado, pada tanggal 13 November 1983 dari pasangan Bapak Erfan Idrus dan Ibu Saleha Albugis. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1989 dengan bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 24 Rawamangun, Jakarta Timur dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1995-1998 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) IKIP Lab School, Jakarta Timur. Pada tahun 1998 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) IKIP Jakarta dan lulus tahun 2001. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2002 pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah di IPB penulis pernah aktif sebagai pengurus Himpunan Profesi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2004-2005, sebagai anggota Departemen Kewirausahaan. Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Analisis Kegiatan Operasi Kapal Purse Seine yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan.

PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi S1 pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. selaku dosen pembimbing, atas arahan dan bimbingannya selama ini; 2. Prof. Dr. Ir. Mulyono S Baskoro, M.Sc. selaku Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si. selaku Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan; 3. Kepala PPN Pekalongan beserta staf, Bapak Turhadi, SH. selaku Kepala Seksi Tata Pelayanan PPN Pekalongan atas segala informasinya; 4. Masyarakat nelayan Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan; 5. Bapak, Ibu dan kedua adikku tersayang atas semua nasehat, semangat, dan doa yang tiada henti untuk penulis selama ini; 6. Teman-teman yang banyak membantu: John, Louis, Fei-fei, Naga, Yimmy, Eric, Seno, Rizky, Ruli, Benno, Yani, Ariyanto, Paul, Fathul, Sumi, Oka, Nunus, Desty, Rony, Titin, Tanjung, Mian, Andi, George, Rezky, Hadi, Ringo, Yono, temanteman PSP dan IPB, serta masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan seluruhnya. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi terwujudnya kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Bogor, 5 Agustus 2008 Penulis

DAFTAR ISI PRAKATA... DAFTAR ISI... Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 2 1.3 Manfaat... 2 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Pelabuhan Perikanan... 3 2.1.1. Fasilitas dan fungsi pelabuhan... 3 2.1.2. Klasifikasi pelabuhan perikanan... 4 2.1.3. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan... 6 2.2. Unit Penangkapan Purse Seine... 7 2.2.1. Kapal perikanan... 7 2.2.2. Alat penangkapan ikan... 7 2.2.3. Nelayan... 8 2.3. Kegiatan Operasional Penangkapan Ikan dengan Kapal Purse Seine... 9 2.4. Musim dan Daerah Penangkapan Ikan... 10 3 METODOLOGI... 11 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian... 11 3.2. Metode Penelitian... 11 3.3. Metode Pengumpulan Data... 11 3.4. Metode Analisis Data... 12 3.4.1. Analisis kegiatan operasi purse seine... 12 3.4.2. Analisis efektivitas dan efisiensi... 12 3.4.3. Analisis strength weakness opportunity threat (SWOT)... 13 4 KEADAAN UMUM DAERAH... 15 4.1. Kondisi Geografis Kota Pekalongan... 15 4.2. Kondisi Demografi... 15 4.3. Kondisi Perikanan... 16 i ii v

5 KEADAAN UMUM PPN PEKALONGAN... 17 5.1. Letak dan Sejarah PPN Pekalongan... 17 5.2. Pengelolaan PPN Pekalongan (Struktur Organisasi PPNP)... 17 5.3. Kegiatan Perikanan Tangkap PPN Pekalongan... 18 5.3.1. Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan... 18 5.3.2. Unit penangkapan ikan... 20 5.3.3. Nelayan... 22 5.3.4. Musim dan daerah penangkapan ikan... 22 6 HASIL DAN PEMBAHASAN... 24 6.1. Unit Purse Seine... 24 6.1.1. Kapal purse seine... 24 6.1.2. Alat tangkap purse seine... 24 6.1.3. Nelayan purse seine... 25 6.2. Kegiatan Operasi Penangkapan dengan Purse Seine... 25 6.2.1. Persiapan... 26 6.2.2. Penentuan daerah penangkapan ikan... 33 6.2.3. Perjalanan... 33 6.2.4. Pelaksanaan operasi penangkapan ikan... 33 6.2.5. Penarikan jaring (hauling)... 36 6.2.6. Penanganan ikan di atas kapal... 37 6.2.7. Pendaratan... 38 6.3. Analisis Usaha Unit Penangkapan Purse Seine di Pekalongan... 39 6.4. Analisis Efektivitas Unit Penangkapan Purse Seine di Pekalongan... 40 6.5. Analisis Efisiensi Unit Penangkapan Purse Seine di Pekalongan... 44 6.6. Analisis SWOT Unit Penangkapan Purse Seine di Pekalongan... 46 6.6.1. Matriks faktor strategi internal (IFAS)... 46 6.6.2. Matriks faktor strategi eksternal (EFAS)... 48 6.6.3. Matriks strength weakness opportunity threat (SWOT)... 49 7 KESIMPULAN DAN SARAN... 51 7.1. Kesimpulan... 51 7.2. Saran... 51 8 DAFTAR PUSTAKA... 52 9 LAMPIRAN... 54

DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan produksi per jenis alat tangkap di PPN Pekalongan 2002-2006... 18 2. Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun 2002-2006... 19 3. Perkembangan alat tangkap di PPN Pekalongan pada tahun 2002-2006... 21 4. Jumlah nelayan dan pertumbuhannya di PPNP tahun 2002-2006... 22 5. Nama dan spesifikasi kapal sampel penelitian... 26 6. Biaya Operasi per Trip pada Kapal Purse Seine di Pekalongan... 30 7. Data biaya investasi, biaya tidak tetap, biaya tetap, jumlah trip/tahun, dan jumlah tenaga kerja dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 39 8. Perhitungan analisis usaha unit penangkapan purse seine di Pekalongan... 40 9. Data produksi, ukuran kapal, kekuatan mesin, bahan bakar, jumlah ABK, dan luas jaring dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 41 10. Efektivitas dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 42 11. Penghitungan fungsi nilai efektivitas dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 43 12. Data nilai produksi kotor, biaya investasi, biaya tidak tetap, biaya tetap, jumlah trip/tahun, dan jumlah tenaga kerja dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 44 13. Efisiensi ekonomis dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 45 14. Penghitungan fungsi nilai efisiensi ekonomis dari unit penangkapan purse seine di PPN Pekalongan... 46 15. Matriks internal strategic factors analysis summary (IFAS)... 47 16. Matriks external strategic factors analysis summary (EFAS)... 49 17. Matriks strength weakness opportunity threat (SWOT)... 50

DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kapal purse seine di PPN Pekalongan... 24 2. Alat tangkap purse seine... 25 3. Persiapan dan pemeriksaan kondisi mesin kapal... 27 4. Rumpon dari daun kelapa... 28 5. Lampu tawur pada kapal purse seine... 28 6. Lampu obor yang digunakan kapal purse seine... 29 7. Ban yang dibawa untuk operasi purse seine... 29 8. Tali tambang untuk mengikat rumpon... 30 9. Solar yang disimpan di dalam penampung... 31 10. Minyak tanah yang disimpan di dalam penampung... 31 11. Air bersih yang disimpan di dalam penampung... 32 12. Persediaan es balok yang dibawa kapal purse seine... 32 13. Persediaan bahan makanan untuk nelayan... 33 14. Pemasangan rumpon saat operasi penangkapan dilaksanakan... 34 15. Cara operasi kapal purse seine... 35 16. Penarikan jaring purse seine (hauling)... 36 17. Pengambilan ikan menggunakan serok... 36 18. Penyortiran ikan menurut jenis dan ukuran... 37 19. Penggaraman ikan di atas kapal... 37 20. Hasil tangkapan setelah pembongkaran palkah... 38 21. Pendaratan ikan di PPN Pekalongan... 38

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta daerah penelitian... 55 2. Contoh perhitungan nilai produksi kotor per tahun pada Kapal Jawa Makmur.. 56 3. Analisis usaha perikanan purse seine di PPN Pekalongan... 57 4. Contoh perhitungan metode scoring... 59

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan perikanan di Pekalongan berkembang dengan baik, hal ini didukung dengan berdirinya Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan merupakan satu-satunya pelabuhan tipe B yang ada di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah. PPN Pekalongan merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang telah berhasil dalam pengelolaannya, baik ditinjau dari segi fasilitas, produksi dan nilai produksi, maupun pengaturan secara lengkap mengenai fungsinya sebagai pelabuhan perikanan (Daryati, 1999). Aktivitas perikanan di daerah tersebut tergolong tinggi. Hasil tangkapan purse seine mendominasi jumlah hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan. Secara umum, hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan masih cukup baik dan layak dikonsumsi, namun kualitasnya kurang baik. Hal ini disebabkan operasi penangkapan kapal purse seine umumnya cukup lama, yaitu sekitar 60-90 hari. Ikan yang didaratkan di PPN Pekalongan umumnya adalah jenis ikan pelagis yang ditangkap dengan menggunakan purse seine, seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.), tongkol (Euthynnus sp.), layang (Decapterus russelli), tembang (Sardinella fimbriata), dan selar (Caranx sp.). Informasi tentang unit penangkapan yang efektif dan memiliki produktivitas yang tinggi merupakan hal yang penting dalam pengembangan perikanan tangkap di Pekalongan. Usaha perikanan purse seine di Pekalongan diharapkan dapat meguntungkan dan berkelanjutan, untuk itu penelitian mengenai operasi kapal purse seine perlu dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh aspek yang terkait. 1.2. Tujuan (1) Menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas operasi kapal purse seine di Pekalongan. (2) Mengkaji kemungkinan pengembangan kegiatan operasi kapal purse seine di Pekalongan.

1.3. Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai purse seine dan pertimbangan-pertimbangan yang berkaitan dengan kegiatan operasi kapal purse seine di Pekalongan agar menguntungkan dan berkelanjutan.

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan 2.1.1. Fasilitas dan fungsi pelabuhan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2006 tentang organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan, fasilitas-fasilitas pelabuhan perikanan umumnya terdiri atas: 1) Fasilitas pokok, ialah fasilitas yang diperlukan kapal ikan untuk berlayar keluar masuk pelabuhan secara aman dan tempat berlabuh bagi kapal-kapal tersebut. Fasilitas pokok ini terdiri dari: penahan gelombang, dermaga, slipway/shipyard, alur pelayaran, dan turap penahan. 2) Fasilitas fungsionil, ialah fasilitas pelengkap dari fasilitas pokok untuk memperlancar pemberian jasa-jasa pelabuhan. Fasilitas ini mencakup ramburambu navigasi menara mercusuar, perbengkelan, tempat memperbaiki dan menjemur alat-alat perikanan, tempat parkir kendaraan, fasilitas penyediaan air tawar dan bahan bakar, tempat bongkar muat ikan, tempat pelelangan ikan, fasilitas pengawet, fasilitas pengolahan, fasilitas komunikasi, klinik, rumah obat, fasilitas perkantoran, tempat rekreasi, fasilitas olahraga, rumah penjaga, dan lain-lain. 3) Fasilitas tambahan, yaitu fasilitas yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat umum serta tidak dapat dimasukkan dalam 2 fasilitas di atas. Fasilitas tersebut antara lain: penginapan nelayan, mess operator, perkantoran pengusaha perikanan, kantor, poliklinik, dan tempat ibadah. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.02/MEN/2006 adalah sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan produksi yang meliputi berbagai kegiatan, yaitu: 1) Pelaksanaan perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pemanfaatan sarana pelabuhan perikanan;

2) Pelaksanaan pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan; 3) Pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan; 4) Pelaksanaan pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan; 5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan; 6) Pelaksanaan fasilitasi pengawasan, penanganan, pengolahan, serta pemasaran hasil dan mutu hasil perikanan; 7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan statistik perikanan; 8) Pelaksanaan fasilitasi pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset, produksi, dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya; 9) Pelaksanaan fasilitasi pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari; dan 10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. 2.1.2. Klasifikasi pelabuhan perikanan Klasifikasi pelabuhan perikanan menurut SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 tahun 2004 memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Kelas A, Pelabuhan Perikanan Samudera dengan kriteria: Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial, ZEEI, dan perairan internasional; Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT; Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus; Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 60 ton/hari; Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;

Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 30 ha; Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; dan Terdapat industri perikanan. 2) Kelas B, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) dengan kriteria: Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial dan ZEEI; Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 30 GT; Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m; Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus; Jumlah ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 15 ha; Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; dan Terdapat industri perikanan. 3) Kelas C, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dengan kriteria: Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan wilayah ZEEI; Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT; Panjang Dermaga sekurang-kurangnya 100 dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; dan memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 5 ha. 4) Kelas D Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dengan kriteria:

Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan pedalaman dan perairan kepulauan; Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT; Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus; dan Memiliki lahan sekurang-kurangnya 2 ha. 2.1.3. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan secara administratif terletak di Kota Pekalongan dan daerah operasional armada penangkapannya terbagi menjadi kapal antar propinsi dan kapal antar pulau. Pelabuhan ini cukup berhasil pengelolaannya dilihat dari besaran angka produksi hasil tangkapan yang didaratkan, dibanding dengan pelabuhan-pelabuhan perikanan lainnya, seperti pelabuhan perikanan Cilacap, Brondong, dan sebagainya (Daryati, 1999). Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan mempunyai fasilitas yang cukup lengkap, seperti: dermaga, TPI, dock, bengkel, pos pemeriksaan terpadu, kantor UPT- PPN Pekalongan, unit pengelolaan limbah, dan lain-lain. Transportasi untuk mencapai PPN ini cukup mudah dengan kondisi jalan yang lebar dan beraspal serta dilengkapi dengan lapangan parkir yang luas. Tempat pelelangan dibagi menjadi dua gedung, yaitu gedung besar (TPI baru) untuk pelelangan ikan dari kapal besar dan gedung yang lebih kecil untuk pelelangan ikan dari kapal kecil (Daryati, 1999). Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Pengelolaannya dilakukan oleh UPT-PPN Pekalongan dan perusahaan umum (Perum) Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cabang Kota Pekalongan. UPT berfungsi sebagai pelaksana teknis dari fasilitasfasilitas yang dimiliki oleh pelabuhan, seperti melakukan kolam pengerukan pelabuhan jika terjadi pendangkalan, sedangkan Perum berfungsi untuk mengelola

fasilitas yang bernilai komersil, seperti fasilitas docking, kolam tambat labuh, dan lain-lain (Mulyadi, 2007). Pelaksana pelelangan di pelabuhan ini dilakukan oleh Puskud (Pusat Koperasi Unit Desa) Mina Baruna Propinsi Jawa Tengah. Karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki dan banyaknya wilayah kerja yang dikelola oleh Puskud, maka sebagai pelaksana di daerah, Puskud mendelegasikan pelaksanaan pelelangan ikan kepada KUD Makaryo Mino sebagai satu-satunya KUD Mina di Kota Pekalongan. KUD Makaryo Mino mempunyai tugas melaksanakan, mengkoordinir, dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pelelangan ikan di TPI-PPN Pekalongan (Mulyadi, 2007). 2.2. Unit Penangkapan Purse Seine 2.2.1. Kapal perikanan Pada umumnya kapal yang digunakan oleh nelayan-nelayan di Kotamadya Pekalongan terbuat dari jenis kayu jati (Tectona grandis). Konstruksi atau rancang bangun kapal berbeda tergantung alat tangkapnya. Daya tahan kapal dari jenis kayu ini mencapai 15-20 tahun. Daya tahan ini dibutuhkan selama pelayaran menuju daerah penangkapan, ketika melakukan operasi penangkapan dan sewaktu melakukan pelayaran kembali ke pelabuhan (Christanti, 2005). 2.2.2. Alat penangkapan ikan Purse seine merupakan alat tangkap yang aktif karena dalam operasi penangkapan kapal melakukan pelingkaran jaring pada target tersebut dengan cara melingkarkan jaring pada gerombolan ikan lalu bagian bawah jaring dikerucutkan dengan menarik purse line. Dengan kata lain, ikan yang tertangkap di dalam jaring tidak dapat meloloskan diri. Fungsi dari badan jaring bukan sebagai penjerat, melainkan sebagai dinding yang akan menghalangi ikan untuk lolos. Menurut Von Brandt (1984), purse seine digolongkan ke dalam kelompok surrounding nets. Alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang lebih pendek daripada tali ris bawahnya. Berbeda dengan alat tangkap lain dalam kelompoknya seperti lampara yang memiliki tali ris atas yang lebih panjang daripada tali ris bawah. Pukat cincin adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang dengan dinding yang

sangat panjang. Alat tangkap pukat cincin terdiri atas badan jaring, jaring pada pinggir badan jaring (selvedge), kantong (bunt), tali atas (float line), tali ris bawah (lead line), pemberat dan pelampung, serta cincin-cincin yang menggantung pada bagian bawah jaring (Von Brandt, 1984). Bentuk, ukuran, dan bahan yang digunakan purse seine bervariasi. Bervariasinya bentuk dan ukuran purse seine tergantung pada kebiasaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan, ukuran kapal, waktu operasi, dan jenis ikan yang ditangkap. Menurut Sadhori (1985), purse seine dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1) Berdasarkan tipe letak kantong: (1) Tipe Amerika (2) Tipe Jepang 2) Berdasarkan jumlah kapal: (1) Satu kapal (2) Dua kapal 3) Berdasarkan target tangkapan: (1) Purse seine tuna (2) Purse seine layang (3) Purse seine kembung (4) dan sebagainya 4) Berdasarkan waktu operasi: (1) Siang hari (2) Malam hari 2.2.3. Nelayan Nelayan, sebagai salah satu faktor dari unit-unit penangkapan ikan, sangat berperan dalam melakukan kegiatan usaha penangkapan ikan di laut. Terutama dalam mengelola faktor-faktor yang tergabung dalam satu unit penangkapan sehubungan dengan tujuan pemanfaatan sumberdaya perikanan itu sendiri. Nelayan menurut aktifitasnya dikelompokkan menjadi: (1) nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk menangkap ikan; (2) nelayan sambilan utama, yaitu

nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk menangkap ikan; dan (3) nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang hanya sebagian kecil waktunya digunakan untuk menangkap ikan. Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk pengoperasian setiap unit penangkapan ikan tergantung dari ukuran kapal/perahu yang digunakan, jenis alat tangkap, dan tingkat teknologi yang digunakan. Jumlah nelayan untuk unit penangkapan purse seine sekitar 30-40 orang. Unit penangkapan purse seine paling banyak menyerap tenaga kerja, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas perahu purse seine yang lebih besar dan juga jarak jangkaunya yang lebih jauh. 2.3. Kegiatan Operasi Penangkapan Ikan dengan Kapal Purse Seine Alat tangkap purse seine merupakan alat penangkap ikan layang yang dominan di PPN Pekalongan. Pada umumnya, berdasarkan ukuran alat tangkap ini dibedakan menjadi purse seine (>60 GT) dan mini purse seine (<60 GT) (Christanti, 2005). Tahapan dalam kegiatan penangkapan ikan dengan purse seine, yaitu: 1. Menemukan gerombolan ikan dengan memperhatikan perubahan warna permukaan air laut dan ada tidaknya riak-riak, buih-buih, atau burung-burung yang menyambar permukaan air, 2. Mengidentifikasi kualitas dan kuantitas gerombolan ikan, 3. Menentukan faktor kekuatan, kecepatan, arah angin, dan arus, serta menentukan arah dan kecepatan renang gerombolan ikan, 4. Melakukan penangkapan, yaitu dengan melingkarkan jaring dan menarik purse line dengan cepat agar gerombolan ikan tidak dapat meloloskan diri dari arah horizontal maupun vertikal, dan 5. Mengangkat jaring dan memindahkan ikan dari bagian bunt ke palka dengan scoop net on fish pumb (Ayodhyoa, 1981). Tingkah laku ikan pelagis kecil yang merupakan tujuan penangkapan purse seine adalah suka bergerombol di antara jenis ikan itu sendiri maupun bersama-sama dengan jenis ikan lainnya dan tertarik pada cahaya maupun benda terapung. Oleh karena itu, jika ikan belum terkumpul pada suatu catchable area atau jika ikan di luar

kemampuan tangkap jaring, maka ikan dapat diusahakan datang dan berkumpul dengan menggunakan cahaya, rumpon, dan lain sebagainya (Ayodhyoa, 1981) 2.4. Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Operasi penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Pekalongan antara lain berada di Laut Jawa, Selat Sulawesi (perairan Masalembo, Matasiri), perairan Bawean, Selat Karimata, Laut Cina Selatan, Selat Makassar, dan Laut Utara Nusa Tenggara Barat dengan lama operasi sekitar 40 hari per trip (DKP, 2005). Daerah Penangkapan yang jauh menyebabkan nelayan akan melakukan pendaratan ikan di pelabuhan terdekat untuk menjaga mutu ikan. Penangkapan ikan oleh nelayan Pekalongan dilakukan sepanjang tahun. Kegiatan perikanan di Pekalongan juga dipengaruhi oleh tiga musim, yaitu musim Barat, musim Timur, dan musim pancaroba. Pada musim Barat, biasanya operasi penangkapan sulit dilakukan karena keadaan ombak yang besar sehingga membahayakan keselamatan nelayan di laut, terutama bagi kapal-kapal yang tidak dilengkapi dengan peralatan yang canggih untuk mengatasi kemungkinan kecelakaan di laut. Musim Barat biasanya terjadi bulan Desember sampai Februari, sedangkan musim Timur biasanya terjadi sekitar bulan Juli sampai September.

3 METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2007. Tempat penelitian di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. 3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesioner kepada para responden. Responden diambil secara purposive yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah pengumpulan data primer dan data sekunder. Untuk data primer pengambilan sampel dilakukan dengan cara langsung di lapangan. Jumlah sampel yang diambil untuk unit penangkapan purse seine adalah sebanyak 21 sampel dari 206 armada purse seine di PPN Pekalongan (PPN Pekalongan, 2007). Data sekunder diperoleh dari catatan dan laporan dari Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) dan Dinas Perikanan & Kelautan di PPN Pekalongan. Data sekunder tambahan yang dikumpulkan meliputi: kondisi umum daerah secara geografis dan administratif, kondisi umum perikanan tangkap di lokasi, dan informasi perikanan purse seine (jumlah kapal, jumlah nelayan, jumlah pengolah). Data sekunder tambahan meliputi: kondisi umum daerah secara geografis dan administratif, kondisi umum perikanan tangkap di lokasi, dan informasi perikanan purse seine (jumlah kapal, jumlah nelayan, jumlah pengolah). Data tersebut berguna sebagai data pelengkap untuk mengetahui jumlah unit penangkapan purse seine dan pengolahannya.

3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Analisis kegiatan operasi purse seine Kegiatan operasional kapal purse seine akan digambarkan dengan metode deskriptif. Analisis dilakukan dengan menjelaskan kegiatan operasi kapal purse seine dari persiapan, penentuan daerah penangkapan ikan, perjalanan, proses penangkapan, pengangkutan dan pengelolaan hasil tangkapan di atas kapal, dan pendaratan. 3.4.2. Analisis efektivitas dan efisiensi Analisis efektivitas dan efisiensi digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasi kapal purse seine. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode scoring (Suharto, 2003). Dengan pertimbangan data yang diambil dari tiap kapal relatif homogen, maka analisis efisiensi dilakukan setelah data unit penangkapan purse seine yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok menurut ukuran kapal. Kelompok pertama adalah 5 unit (yang ukuran GTnya paling kecil yaitu 54 sampai 63 GT) penangkapan purse seine dengan ukuran kapal <85 GT dan kelompok kedua adalah 5 unit (yang ukuran GTnya paling besar, yaitu 105 sampai 125 GT) penangkapan purse seine dengan ukuran kapal >85 GT. Penilaian terhadap analisis efektivitas dilakukan untuk membandingkan output dengan input dari masing-masing unit purse seine. Input dari unit penangkapan adalah gross tonage (GT) kapal, kekuatan mesin (PK), bahan bakar, jumlah ABK, dan luas jaring purse seine. Output yang digunakan untuk efektivitas adalah produksi kotor per tahun, sedangkan output yang digunakan untuk efisiensi adalah nilai produksi kotor per tahun. Metode scoring digunakan untuk menganalisis efektivitas dan efisiensi unit purse seine. Metode ini dilakukan pada penilaian-penilaian untuk kriteria yang mempunyai satuan berbeda. Pada penilaian semua kriteria secara terpadu, dilakukan standarisasi nilai. Standarisasi nilai dapat dilakukan dengan menerapkan dua macam fungsi yaitu pertukaran (trade off) dan fungsi nilai (Haluan dan Nurani, 1988).

Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan memakai persamaan sebagai berikut: V (x) = (X Xo) (X1 Xo) i = n V(A) =Σ Vi (Xi) i = 1 Keterangan: V(x) = Fungsi nilai dari variabel X X = Variabel X Xo = Nilai terburuk pada kriteria X X1 = Nilai terbaik pada kriteria X V(A) = Fungsi nilai dari alternatif A Vi(Xi) = Fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i Xi = Kriteria ke-i Urutan prioritas dimulai dari nilai tertinggi ke nilai terendah. Dengan menggunakan fungsi nilai maka urutan prioritas ditetapkan secara urut dari alternatif yang mempunyai nilai fungsi tertinggi ke alternatif dengan nilai fungsi terendah. 3.4.3. Analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan. Maka, perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi saat ini. Hal ini disebut analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis SWOT (Rangkuti, 1997). Data yang sudah didapat kemudian dianalisis untuk memperoleh faktor-faktor internal dan eksternal. Analisis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Hasil analisis faktor internal dan eksternal tersebut kemudian ditabulasikan pada matriks internal strategic

factors analysis summary (IFAS) dan matriks external strategic factors analysis summary (EFAS). Analisis yang digunakan untuk menyusun alternatif-alternatif strategi untuk pengembangan kegiatan operasi purse seine di Pekalongan adalah analisis SWOT (strengths weaknesses opportunities threats). Analisis SWOT menggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal untuk pengembangan kegiatan operasi kapal purse seine di Pekalongan.

4 KEADAAN UMUM DAERAH 4.1. Kondisi Geografis Kota Pekalongan Kota Pekalongan terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa, ketinggiannya 1 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan posisi geografis antara 6 0 50 42-6055 44 Lintang Selatan (LS) dan 109 0 37 55 109 0 42 19 Bujur Timur (BT) (BPS Pekalongan, 2006). Batas-batas wilayah administratif Kota Pekalongan yaitu di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dati II Pekalongan, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Dati II Batang, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dati II Pekalongan dan Kabupaten Batang. Kota Pekalongan dibagi menjadi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan Selatan Selatan, Pekalongan Barat, dan Pekalongan Timur. Luas total wilayahnya mencapai 17,55 km², atau sekitar 0,14% dari luas wilayah Jawa Tengah (Luas Wilayah Jawa Tengah 3.254 km²). Kecamatan yang memiliki pantai dan berbatas langsung dengan laut (Laut Jawa) adalah Kecamatan Pekalongan Utara, tepatnya di Kelurahan Krapyak Lor, Kelurahan Panjang Wetan, dan Kelurahan Kandang Panjang (BPS Pekalongan, 2006). Jarak terjauh Kota Pekalongan dari utara ke selatan sekitar 9 km dan dari barat ke timur 7 km. Kota Pekalongan merupakan kota yang strategis, karena dapat dengan mudah dijangkau dari kota lainnya dengan menggunakan transportasi darat. Transportasi didukung oleh kondisi jalan yang baik dan sarana transportasi yang cukup lengkap. 4.2. Kondisi Demografi Dilihat dari jumlah penduduknya, Kota Pekalongan termasuk wilayah dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 6.195,5 jiwa/km 2. Mayoritas Penduduknya bekerja di sektor industri yang sebagian besar merupakan industri skala menengah dan skala kecil, seperti industri batik, konveksi, pertenunan, kerajinan serat alam, dan industri pengolahan ikan.

Keberadaan PPN Pekalongan telah menambah lapangan pekerjaan yang ada di Kota Pekalongan, terutama di bidang perikanan tangkap, yaitu salah satunya menjadi nelayan. Jumlah nelayan yang ada di PPN Pekalongan pada tahun 2006 sebesar 22.612 orang (PPN Pekalongan 2007). 4.3. Perikanan Sub sektor perikanan turut berperan dalam peningkatan pendapatan daerah Kota Pekalongan. Sub sektor ini dibagi ke dalam dua jenis yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Produksi perikanan laut jauh lebih besar jika dibandingkan dengan produksi perikanan darat. Produksi perikanan laut pada tahun 2004 mencapai 59.003 ton, jauh melampaui produksi perikanan darat yang hanya mencapai 150 ton saja atau mencapai 393 kali lipat dibanding produksi perikanan darat. Produksi sebesar itu merupakan capaian positif unit-unit penangkapan yang ada di Kota Pekalongan yang tetap memfokuskan pada eksploitasi sumberdaya ikan. Secara umum hasil perikanan (darat dan laut) dari Pekalongan didistribusikan secara lokal, yang mencakup Pekalongan sendiri, dan daerah sekitarnya yang ada di Jawa Tengah serta daerah lain di luar Jawa Tengah. Produksi perikanan laut Kota Pekalongan, menurut Balai Pusat Statistik (BPS Pekalongan, 2006) lebih dari 90 persennya merupakan hasil tangkapan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Namun demikian, pengusahaan perikanan darat yang berupa budidaya ikan air tawar tetap diusahakan selain untuk menambah produksi ikan, juga dapat secara tidak langsung berperan dalam mempertahankan kelestarian sumberdaya ikan. Prasarana perikanan yang ada di wilayah Pekalongan tidak hanya di Kota Pekalongan saja, juga terdapat prasarana perikanan lain yang turut meningkatkan produksi perikanan di wilayah ini, yaitu di Kabupaten Pekalongan, terutama perikanan tangkap.

5 KEADAAN UMUM PPN PEKALONGAN 5.1. Letak dan Sejarah PPN Pekalongan Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan terletak di Muara Sungai Pekalongan di Kelurahan Panjang Wetan dan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Koordinat daerah kerja PPN Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara Pulau Jawa dengan ketinggian 1 m dpl, posisi geografisnya terletak pada 11 0 51 55 Lintang Selatan (LS) dan 109 0 41 55 Bujur Timur (BT). Batas-batas wilayah PPN Pekalongan antara lain, sebelah barat dan timur dengan Kabupaten Pekalongan, sebelah utara dengan Laut Jawa, sebelah selatan dengan Kabupaten Batang dan Kabupaten Pekalongan (Christanti, 2005). Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum yang pengelolaannya dibawah Departemen Perhubungan. Perkembangan pelabuhan ini menunjukan peningkatan dan banyak dimanfaatkan oleh kapal-kapal perikanan, maka sejak 1 Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan ke Departemen Pertanian Cq, Direktorat Jenderal Perikanan. Sejak saat itu PPN Pekalongan secara resmi menjadi pelabuhan perikanan. Berdasarkan SK Menteri Pertanian tanggal 25 Desember 1978, PPN Pekalongan berubah statusnya menjadi pelabuhan khusus perikanan dan sebagai unit pelaksanaan teknis (UPT). Sejak tanggal 1 Mei 2001 PPN Pekalongan UPT Departemen Kelautan dan Perikanan berada dan bertanggung jawab kepada Direkotrat Jendral Perikanan Tangkap (PPN Pekalongan, 2003). 5.2. Pengelolaan PPN Pekalongan (Struktur Organisasi PPNP) Pengelolaan PPN Pekalongan melibatkan beberapa pihak atau instansi terkait sesuai dengan fungsinya masing-masing, dalam hal ini UPT bertindak sebagai koordinator. Untuk mengatur tata hubungan kerja antara UPT pelabuhan perikanan dengan instansi terkait telah ditetapkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1082/Kpts/OT.210/10/99 tertanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dengan instansi terkait dalam

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan, sesuai dengan keputusan tersebut, instansi terkait yang ada di PPN Pekalongan terdiri atas (PPN Pekalongan, 2000): 1) UPT PPN Pekalongan 2) Perum Prasarana Perikanan Samudera cabang Pekalongan 3) Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan 4) Kantor Kesyahbandaran 5) Kantor Bea dan Cukai 6) POLRI. 5.3. Kegiatan Perikanan Tangkap PPN Pekalongan 5.3.1. Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan berasal dari hasil tangkapan beberapa jenis alat tangkap yaitu purse seine, mini purse seine, gillnet, dan cantrang. Perkembangan produksi hasil tangkapan per jenis alat tangkap selama periode 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Perkembangan produksi per jenis alat tangkap di PPN Pekalongan 2002-2006 Tahun Purse seine Mini Purse seine Gillnet Lainnya ton P(%) ton P(%) ton P(%) ton P(%) 2002 47.552-1.604-1.962-643 - 2003 50.758 6,7 1.502-6,4 2.610 33,0 288-55,2 2004 54.535 7,4 1.615 7,5 2.713 3,9 99-65,6 2005 38.739-29 2.133 32,1 2.408 11,2 70-29,3 2006 21.746-43,9 6.714 214,8 3.597 49,4 42-40 Sumber : DKP (2005), data diolah kembali Keterangan : P=Pertumbuhan (%) Tahun 2006 memperlihatkan jumlah hasil produksi hasil tangkapan yang didaratkan didominasi oleh alat tangkap purse seine, yakni sebesar 21.746 ton atau sekitar 67,8% dari total hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan pada tahun yang sama. Jumlah hasil tangkapan purse seine yang didaratkan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 43,9% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara umum pada periode lima tahun terakhir (2002-2006) perkembangan produksi alat tangkap purse seine mengalami penurunan sebesar 6.452 ton/tahun atau 14,8%/tahun. Alat tangkap gillnet mengalami kenaikan sebesar 409 ton/tahun atau

24,4%/tahun. Alat tangkap mini purse seine mengalami kenaikan sebesar 1.278 ton/tahun atau 62,0%/tahun. Alat tangkap lainnya mengalami penurunan 150 ton/tahun atau 47,5%/tahun. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan pada tahun 2006 didominasi oleh jenis ikan layang dengan produksi mencapai 13.550 ton atau 42,3% dari total produksi di tahun tersebut. Jenis ikan yang cukup dominan lainnya adalah ikan lemuru sebesar 8% (2.581 ton), ikan tongkol sebesar 13,9% (4.468 ton), dan ikan jui mencapai 7,9% (2.548 ton). Produksi hasil tangkapan merupakan salah satu indikasi bagi kegiatan operasi purse seine di Pekalongan saat ini. Produksi yang semakin meningkat akan meningkatkan aktivitas operasional purse seine di Pekalongan. Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan dalam lima tahun terakhir yaitu dari tahun 1997-2006, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan tahun 2002-2006 Tahun Produksi Total (ton) Pertumbuhan (%) Nilai Produksi (dalam Rp ribuan) Pertumbuhan (%) 2002 51.761-166.569.875-2003 55.158 6,6 168.976.553 1,4 2004 58.963 6,9 181.549.499 7,4 2005 43.350-26,5 177.962.019-2 2006 32.099-26 151.235.697-15 Rata-rata 60.443-9,75 158.847.409-2,1 (PPN Pekalongan, 2007) Tabel 2 memperlihatkan bahwa produksi hasil tangkapan di PPN Pekalongan pada tahun 2006 sebesar 32.099 ton, dengan nilai produksi Rp 151.235.697.000,-. Jika dibandingkan dengan produksi tahun 2005 sebesar 43.350 ton dan nilai produksinya Rp 177.962.019.000,-, berarti mengalami penurunan sebesar 26% untuk jumlah produksi dan penurunan 15% untuk nilai produksinya. Secara umum produksi hasil tangkapan yang didaratkan dari tahun 2002 sampai dengan 2006 mengalami penurunan. Nilai produksi pada periode yang sama juga menurun. Rata-rata pertumbuhan produksi mencapai -9,75% per tahun, sedangkan rata-rata pertumbuhan nilai produksi mencapai -2,1% per tahun.

Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan, sekitar 40% diolah menjadi ikan asin basah (DKP, 2005), ikan asin basah tersebut adalah ikan basah yang digarami terlebih dahulu di kapal. Selanjutnya, di PPN Pekalongan ikan asin basah tersebut dijemur dan dijadikan ikan asin kering oleh pedagang. Ikan asin tersebut berasal dari ikan hasil tangkapan yang digarami pada saat di kapal maupun saat didistribusikan ke tempat tujuan. Industri pengolahan ikan di sekitar kawasan pelabuhan terdiri dari industri pengolahan ikan asin, pindang, dan pengalengan. Jenisjenis ikan dominan yang didaratkan di PPN Pekalongan yaitu jenis ikan pelagis kecil, adalah sesuai untuk pengolahan pengalengan ikan. Letak industri yang tidak terlalu jauh memungkinkan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi tidak terlalu tinggi. 5.3.2. Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal penangkap ikan merupakan salah satu sarana dan faktor keberhasilan operasi penangkapan ikan. Armada penangkapan yang ada di PPN Pekalongan seluruhnya berupa kapal motor. Penggunaan kapal motor dapat menjangkau daerah penangkapan lebih jauh bila dibandingkan perahu motor tempel. Pada tahun 2006 jumlah kapal motor di PPN Pekalongan sebanyak 444 unit, dan terjadi penurunan jumlah kapal sebesar 21,8% (124 unit), jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang jumlahnya mencapai 568 unit (PPN Pekalongan, 2007). Berdasarkan wawancara terhadap nelayan dan pengelola pelabuhan, salah satu faktor penyebab terjadinya penurunan jumlah armada di PPN Pekalongan adalah terjadinya kenaikan harga beberapa perbekalan melaut terutama BBM (solar). Kondisi jarak mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan untuk melaut. Kapal-kapal yang biasanya dioperasikan dibiarkan begitu saja atau disandarkan di sepanjang Sungai Pekalongan. Pada tahun 2006, kapal yang ada didominasi oleh kapal purse seine yaitu sebanyak 243 unit, diikuti kapal gillnet sebanyak 137 unit, longline sebanyak 26 unit, dan kapal jenis lainnya sebanyak 38 unit (PPN Pekalongan, 2007). Data lengkap mengenai perkembangan alat tangkap di PPN Pekalongan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Perkembangan alat tangkap di PPN Pekalongan pada tahun 2002-2006 Alat Tangkap 2002 2003 2004 2005 2006 Purse Seine 451 484 482 353 229 Mini Purse Seine 16 6 4 4 14 Gillnet 60 84 135 96 137 Longline 137 126 11 65 26 Lainnya 71 51 93 50 38 (PPN Pekalongan, 2007) 2) Alat tangkap Alat tangkap yang banyak dioperasikan di PPN Pekalongan adalah jenis pukat; pukat cincin (purse seine), pukan cincin mini (mini purse seine), jaring insang (gillnet), pancing (longline), dan sebagainya. Jumlah alat tangkap selama lima tahun terakhir menunjukkan penurunan pada beberapa alat tangkap seperti purse seine dan longline, sedangkan alat tangkap lainnya mengalami kenaikan (Tabel 4). Alat tangkap purse seine pada tahun 2006 mengalami penurunan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 114 unit (32%). Penurunan jumlah alat tangkap yang juga cukup signifikan yaitu jenis longline sebesar 39 unit (60%) dibandingkan tahun sebelumnya. Alat tangkap longline dengan kapalnya, bukan merupakan unit penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Pekalongan, tetapi hanya merupakan data dari kepemilikan unit penangkapan tersebut. Biasanya kapal longline mendaratkan hasil tangkapannya di tempat pendaratan di luar PPN Pekalongan, seperti di PPS Nizam Zachman Jakarta. Kondisi sebaliknya terjadi pada jumlah alat tangkap gillnet yang mengalami peningkatan jumlah, yakni sebesar 41 unit (42,7%) pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2005. Peningkatan itu dapat disebabkan salah satunya karena ketertarikan nelayan gillnet untuk mendaratkan dan menjual hasil tangkapannya di PPN Pekalongan. Pengoperasian alat tangkap gillnet memerlukan waktu operasi penangkapan yang tidak terlalu lama (sekitar 22 hari) dan daerah penangkapannya lebih dekat jika dibandingkan dengan alat tangkap longline atau purse seine (Mulyadi, 2007).

5.3.3. Nelayan Nelayan PPN Pekalongan dalam hal ini para ABK, sebagian besar berasal dari Kota Pekalongan. Mata pencaharian utama mereka adalah petani, kecuali nahkoda kapal. Saat sektor pertanian menurun, mereka beralih profesi menjadi ABK untuk menambah penghasilan mereka. Perkembangan jumlah nelayan di PPN Pekalongan tahun 2002-2006 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Pada tahun 2006, jumlah nelayan PPN Pekalongan sebanyak 18.750 orang, berarti terjadi penurunan sebanyak 295 orang atau sebesar 1,55% dibanding tahun sebelumnya (Tabel 3). Tabel 4 Jumlah nelayan dan pertumbuhannya di PPNP tahun 2002-2006 Tahun Jumlah Nelayan Pertumbuhan (jiwa) Pertumbuhan (%) 2002 18.255 - - 2003 19.005 750 4,1 2004 19.235 230 1,2 2005 14.120 190-0,99 2006 10.400 295-1,55 (PPN Pekalongan, 2007) Tabel 3 di atas memperlihatkan perkembangan jumlah nelayan PPN Pekalongan yang mengalami kecenderungan peningkatan selama sepuluh tahun terakhir. Menurut (Mulyadi, 2007), penyebab peningkatan jumlah nelayan ABK tersebut, antara lain disebabkan tersedianya waktu dan tenaga pada saat buruh tani sedang menunggu masa panen. Pelatihan yang diadakan secara rutin oleh pihak PPN Pekalongan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tambahan bagi para nelayan. Menurut nelayan atau peserta pelatihan khususnya, program pelatihan ini telah dirasakan turut menambah pengetahuan mereka tentang unit penangkapan yang mereka gunakan sehari-hari. 5.3.4. Musim dan daerah penangkapan Berdasarkan hasil wawancara dan data yang dikumpulkan dari pihak PPN Pekalongan, diperoleh musim penangkapan terutama pada tahun 2006 yaitu terjadi antara bulan Juli sampai Oktober (musim timur), sedangkan musim barat adalah sebaliknya, yaitu kondisi di mana nelayan tidak melaut yang ditandai dengan kondisi

cuaca yang buruk, angin bertiup kencang disertai badai. Musim barat terjadi sekitar bulan Desember sampai Februari. Musim peralihan yang terbagi menjadi dua yaitu peralihan awal, terjadi pada bulan Maret sampai Juni, dan peralihan akhir yang terjadi pada bulan Oktober sampai November. Pada bulan peralihan ini biasanya para nelayan mulai melakukan aktivitas operasi penangkapan ikan, tapi tidak setinggi aktivitas pada musim penangkapan ikan. Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Pekalongan berasal dari lokasi daerah penangkapan yang berbeda-beda. Berdasarkan wawancara dengan nelayan dan pihak pengelola pelabuhan, selama tahun 2007 armada purse seine PPN Pekalongan beroperasi di Perairan Masalembu, Matasiri (Selat Sulawesi), Perairan Bawean, Masalima, Karang Kembang, bahkan Kepulauan Natuna (Lampiran 1). Lama operasi kapal purse seine sekitar 60-90 hari per trip. Armada mini purse seine dan gillnet daerah penangkapannya di Perairan Laut Jawa dan Selat Makasar. Daerah penangkapan armada mini purse seine dan gillnet lebih dekat jika dibandingkan dengan armada purse seine, hal itu sesuai dengan lamanya operasi penangkapan ikan untuk kedua armada tersebut. Lama operasi per trip untuk mini purse seine adalah lima sampai tujuh hari, sedangkan untuk gillnet lamanya adalah dua puluh dua hari.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Unit Purse Seine Purse seine adalah alat tangkap yang paling banyak memberikan kontribusi bagi produksi ikan laut di Kotamadya Pekalongan (PPN Pekalongan, 2007). Unit purse seine merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri dari kapal, alat tangkap, dan nelayan. 6.1.1. Kapal purse seine Armada penangkapan purse seine di Kota Pekalongan pada umumnya berupa kapal motor. Kapal purse seine yang ada di PPN Pekalongan memiliki ukuran GT yang bervariasi, dengan kisaran 60-125 GT. Ukuran kapal relatif sama yaitu p = 20-25 m, l = 7-8 m, dan D = 2,82-3,83 m. Jumlah palkah berkisar 6-10 palkah. Gambar kapal purse seine yang digunakan oleh nelayan di PPN Pekalongan dapat dilihat pada Gambar 1. 6.1.2. Alat tangkap purse seine Sumber: Sondita et al, 2006. Gambar 1 Kapal purse seine di PPN Pekalongan. Alat tangkap purse seine sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat nelayan terutama di Pantai Utara Pulau Jawa. Alat tangkap ikan pelagis ini terdiri dari bagian sayap dan bagian kantong yang ukurannya ditentukan oleh panjang dan lebarnya. Alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 2.