BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Rencana Strategis

dokumen-dokumen yang mirip
1.1. Manajemen Strategis

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

cenderung terbuka dan menganut proses pembelajaran. Analisis lingkungan eksternal bisnis dari sebuah perusahaan sangat bagus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir,

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

: ANALISIS SWOT. Waktu : 2 (dua) kali tatap muka pelatihan (selama 200. : Membangun pemahaman dan skill praja mengenai. Teknik Analisis SWOT

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

JAWABAN ULANGAN TENGAH SEMESTER PERENCANAAN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Leuser Kabupaten Aceh

Distinctive Strategic Management

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB III METODE KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. bidangnya. Pendidikan dalam pengertian bahasa disebut proses melatih dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI MELALUI MANAJEMEN YANG BERORIENTASI MUTU. Paningkat Siburian Abstrak

BAB V APLIKASI, FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN PENGEMBANGAN MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GURU

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam esensi pendidikan sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat, tidak hanya bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

ANALISIS SWOT LABORATORIUM IPS. CONTACT PERSON:

III. METODE PENELITIAN

3.1.1 Tahap Persiapan Pada tahap ini rencana kerja yang akan dilakukan meliputi tahap tahap antara lain sebagai berikut.

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN. berada di Jalan Lembah Pakar Timur 28, Dago Bandung. 2 Masa Bimbingan. 5 Kuesioner. 6 Pengolahan Data.

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 4. ANALISIS SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ROTI (STUDI KASUS DI CV MANDIRI)

Keberadaan ED dalam AIPT

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

Yogyakarta, Oktober 2011 TIM DOSEN JURUSAN AP FIP UNY. M.D.Niron. M. Pd. Dr. Wiwik Wijayanti Dwi Esti A., M. Pd., M. EdSt.

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

A. Pentingnya Perencanaan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MATERI 1 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

Zaenal. Sugiyanto. TQM (Total Quality Management)

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Rencana Strategis Proses rencana strategis merupakan langkah awal untuk menentukan peluang diterapkannya strategi yang akan direncanakan. Dessler, 2008 mendefenisikan rencana strategis sebagai suatu rencana organisasi yang berkenaan dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Hal ini menunjukkan rencana strategis yang tepat dapat mengantarkan organisasi atau lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan kompetitif. Pemilihan pendekatan ini sangatlah ditentukan oleh sifat dan skala organisasi, model dan kompetensi kepemimpinan, serta kapasitas dan kemampuan staf organisasi untuk melakukan perencanaan. Setelah melakukan perencanaan usaha, maka langkah penting selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan rencana itu (Michael & Jude, 2000). Rencana strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para manajer puncak dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas (James & Edward dalam Umar, 2002). Untuk itu dalam penerapannya di sekolah, kepala sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang mana dikoordinasi dengan 9

guru-guru untuk dijalankan bersama demi mencapai tujuan yang diinginkan dari sekolah. Rencana strategis sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa (Tjokroamidjojo, 2000). Rencana Strategis yaitu suatu proses membantu organisasi menjadi lebih produktif dan mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah organisasi pada masa depan dengan menggunakan berbagai macam alat perencanaan seperti konstituen/pihak, dokumen dan program internal organisasi, dan alat bantu atau perangkat keras (Anglin, 2003). Sedangkan Robbins & Coulter (2009) mengemukakan rencana strategis yaitu rencana-rencana yang berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran umum organisasi tersebut, dan berusaha menempatkan organisasi tersebut dalam lingkungannya. Rencana strategis suatu lembaga pendidikan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan), demand driven (prioritas kebutuhan), partisipasi, keterwakilan, data driven, realistis sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan holistic/tersistem, transparans, dan keterkaitan serta kesepadanan secara vertikal dan horisontal dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000) 10

Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, tampak bahwa suatu rencana strategis dimaksudkan untuk mencapai tujuan sehingga sekolah sebagai salah satu organisasi yang mengembangkan sistem manajemen strategis memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk meraih sukses. Suatu proses rencana manajemen strategis digunakan untuk menganalisis tuntutan perkembangan lingkungan strategis, yang langsung atau tidak langsung bersentuhan dengan pelaksanaan tugas pokok yang kemudian dianalisis dengan pendekatan Analisis SWOT, yakni analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal, yang didasarkan pada pendekatanan analisis lingkungan strategis, isu-isu strategis dan sejumlah faktor kunci keberhasilan. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: Mengidentifikasi misi sekolah sekarang,tujuannya,strateginya Menganalisis lingkungan Analisis SWOT Identifikasi peluang dan ancaman Merumuskan strategi Melaksanakan strategi Mengevaluasi hasil Menganalisis sumber daya sekolah itu Identifikasi kekuatan dan kelemahan Gambar 2.1: Proses Manajemen Strategis (Sumber : Robbins & Coulter, 2009) 11

Dari gambar ini menunjukkan bahwa sekolah perlu mengidentifikasi misi sekolah sekarang demi mencapai tujuan yang diinginkan dengan menerapkan berbagai strategi. Identifikasi dimulai dari kekuatan dan kelemahan lingkungan internal serta peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Setelah itu dirumuskan strategi, melaksanakan strategi itu hingga akhirnya dievaluasi apakah strategi itu sudah berjalan dengan baik atau tidak. Namun dalam penelitian ini dibatasi sampai merumuskan rencana strategis saja. 2.2 Mutu Sallis (2006) berpendapat ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Sedangkan dalam konsep relatif, mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Pada dasarnya mutu itu adalah persepsi pelanggan, apa yang dilihatnya, sehingga pengertian mutu itu tidak sama bagi semua orang. Apa yang dinilai bagus, baik dan indah bagi satu orang belum tentu sama bagi orang lain. Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah perlu melakukan perbaikan secara berkesinambungan. Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan menggunakan pendekatan sistem terbuka. Lewis dan 12

Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) mengatakan bahwa pendekatan sistem terbuka menekankan kebutuhan kualitas pada tiga tahap utama, yaitu akreditasi, proses transformasi, dan assessment. Akreditasi berkaitan dengan input, sedangkan assessment berkaitan dengan output. Input meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan program. Proses meliputi desain pembelajaran, metode pembelajaran, dan sistem analisis data. Sedangkan output adalah prestasi siswa dan pasca kelulusan. Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan Akreditasi Proses Transformasi Assessment Input Output Gambar 2.2: Penyempurnaan Kualitas Berkesinambungan Sumber : Lewis & Smith ( dalam Tjiptono & Diana, 2003) Proses penyempurnaan kualitas dalam sistem pembelajaran ditentukan oleh : a. Input Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses pendidikan. Input pendidikan meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan program. 13

Menurut Scheerens (2003) salah satu input dalam sistem sekolah adalah murid dengan berbagai karakteristik tertentu yang ada pada mereka. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu makin tinggi tingkat kesiapan input maka makin tinggi pula mutu input tersebut. Masyarakat secara umum berasumsi bahwa masukan siswa yang berkemampuan tinggi akan menghasilkan lulusan yang berkemampuan tinggi juga dan sebaliknya. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya benar karena sekolah yang berkualitas harus mampu mengelola input yang rendah atau sedang untuk menjadi lulusan yang berkemampuan luar biasa. b. Proses Proses merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Proses meliputi kemampuan guru, desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan evaluasi. Sanjaya (2006) mengemukakan 4 hal penting dalam proses pendidikan. Pertama, proses pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Keempat, akhir proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan. 14

Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh personalia seperti guru, konselor, dan tata usaha dan administrasi yang bermutu dan profesional. Hal tersebut didukung pula oleh sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas, media dan sumber belajar yang memadai baik mutu maupun jumlahnya serta manajemen strategi dan lingkungan yang mendukung (Mulyasa, 2006). Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (siswa) dan proses (kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, media belajar dan evaluasi) dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, juga mendorong motivasi dan minat belajar siswa sehingga mampu mengembangkan dirinya. c. Output Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Menurut Maswir (2009) mengukur prestasi sebuah sekolah bisa dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) sekolah tersebut, ataukah dengan membandingkan input dengan outputnya. Mutu output sekolah dikatakan bermutu tinggi jika prestasi sekolah khususnya prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: a) 15

prestasi akademik, berupa nilai ulangan, UAN, karya ilmiah, lomba akademik, dan b) prestasi non akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mustakim (2008) mengemukakan ukuran sekolah yang baik bukan semata-mata dilihat dari kesempurnaan komponennya dan kekuatan/kelebihan yang dimilikinya, melainkan diukur pula dari kemampuan sekolah tersebut mengantisipasi perubahan, konflik, serta kekurangan atau kelemahan yang ada dalam dirinya. Untuk mengetahui mutu suatu sekolah, perlu adanya penilaian perbandingan antara input dan output dari sekolah tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar dapat diketahui apakah siswa yang bersangkutan mengalami perubahan yang baik setelah melakukan proses pembelajaran di sekolah. 2.3 Rencana Strategis Peningkatan Mutu Sekolah Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu proses perencanaan. Mutu menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan menggunakan proses perencanaan strategis. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan peningkatan mutunya. Peningkatan mutu sekolah adalah suatu proses yang sistematis yang secara terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang 16

berkaitan, dengan tujuan agar target sekolah dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni, 2007). Oleh karena itu rencana strategis peningkatan mutu sekolah adalah rencana yang komprehensif dengan melibatkan segala sumber dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, mencapai target sekolah, memenangkan kompetisi dan adaptif terhadap pengaruh eksternal dan internal. Rencana strategis peningkatan mutu pada sekolah didasarkan pada kelompok-kelompok pelanggan dan harapan-harapan mereka yang bervariasi, selanjutnya dengan mengembangkan kebijakan-kebijakan serta rencana-rencana yang dapat mengantarkan sekolah pada pencapaian misi dan visi. Rencana strategis sekolah merinci tolak ukur-tolak ukur yang kelak digunakan untuk mencapai misinya (Sallis, 2006). Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari manajemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan ini, Usman (2002) mengatakan bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus dijalankan di sekolah, (2) peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat. 17

2.4 Rencana Strategis Peningkatan Mutu berdasarkan Analisis SWOT Salah satu alat analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat rencana strategis adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats. Analisis SWOT adalah komparasi dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Snell & Bohlander, 2007). Sallis (2006) mengatakan salah satu alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan termasuk strategi peningkatan mutu sekolah adalah Analisis SWOT. Hal ini dipertegas oleh Sharplin (dalam Sagala, 2010) analisis SWOT adalah salah satu tahap manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis lingkungan, digunakan untuk melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah sekaligus memantau peluang dan tantangan yang harus dihadapi sekolah. Analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan dan kelemahan internal sekolah, serta peluang dan ancaman lingkungan eksternalnya. Seperti yang dijelaskan Sallis (2006) uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa sekolah. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan tempat sekolah beroperasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-aspek penting dari hal-hal kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga sekolah bisa memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang. 18

Menurut Rangkuti (2009) Strengths atau kekuatan adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan, yang memiliki potensi yang positif jika dikembangkan dengan baik. Kekuatan dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Weaknesses atau kelemahan adalah komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Kelemahan merupakan kondisi rill yang ada dan terjadi di sekolah. Opportunity atau peluang adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal oleh sekolah. Threats atau ancaman adalah kemungkinan yang dapat terjadi atau berpengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Menurut Robbins & Coulter (2009) kekuatan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang berjalan baik atau sumber daya yang dikendalikan. Kelemahan adalah kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak dijalankan dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh sekolah tetapi tidak dimiliki oleh sekolah. Peluang adalah faktorfaktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat positif, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor diluar lingkungan sekolah yang bersifat negatif. Jika analisis SWOT digunakan maka memungkinkan sebuah sekolah untuk mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu dalam hubunganya dengan masyarakat, lembagalembaga pendidikan yang lain dan lapangan industri yang akan dimasuki oleh murid-muridnya. Sedangkan pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal yang 19

digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Perkiraan ini diterapkan dengan memulai program yang kompeten untuk mengganti program-program yang tidak relevan (Robbins & Coulter, 2009). Hal ini dapat digambarkan dalam diagram berikut: Gambar 2.3 Diagram Analisis SWOT Sumber : Robbins & Coulter (2009) Tabel ini menunjukkan strategi-strategi yang berbeda untuk masing-masing kuadran berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dikemukakan oleh Robbins & Coulter (2009) sebagai berikut: Kuadran I: merupakan situasi yang sangat menguntungkan, karena sekolah memiliki peluang dan kekuatan yang baik. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini yaitu strategi 20

yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau strategi agresif. Kuadran II: meskipun sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar, namun sekolah masih memiliki kekuatan dari segi internal. Stratei yang perlu diterapkan yaitu strategi diversifikasi yang mana kekuatan yang ada digunakan untuk mengatasi ancaman yang datang dari luar. Kuadran III: sekolah menghadapi peluang dari luar yang sangat besar, tetapi dilain pihak sekolah menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Focus sekolah adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga bisa merebut peluang dari luar yang lebih baik dengan menerapkan strategi turnaround. Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan karena sekolah menghadapi berbagai ancaman dari luar dan mempunyai kelemahan-kelemahan internal, sehingga sekolah perlu bertahan menghadapi semuanya ini dengan menerapkan strategi defensif. 2.5 Langkah-langkah Pengembangan Rencana Strategis Langkah-langkah yang digunakan untuk mengembangkan rencana strategis peningkatan mutu sekolah menurut Sugiyono (2010) adalah sebagai berikut: 21

1. Potensi dan masalah Sekolah memiliki banyak potensi internal yang bisa dijadikan sebagai kekuatan, dan juga potensi eksternal yang bisa dijadikan peluang, selain potensi sekolah juga mempunyai masalah-masalah internal yang bisa dianggap sebagai kelemahan dari sekolah, juga masalah-masalah eksternal yang bisa menjadi ancaman untuk peningkatan mutu sekolah. Sehingga potensi dan masalah yang ada ini bisa dikemukan dalam penelitian berupa data-data empirik. 2. Mengumpulkan data Setelah potensi dan masalah yang ada disekolah dapat ditunjukkan secara faktual dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk merencanakan suatu strategi tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Data yang diperlukan bisa didapatkan melalui berbagai cara seperti wawancara, observasi, studi dokumentasi juga Focus Group Discussion (FGD). 3. Desain Produk Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu suatu rencana strategis yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk peningkatan mutu sekolah. Yang mana rencana strategis ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti dan akan diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. 4. Validasi Desain Validasi desain dilakukan sebagai proses kegiatan untuk menilai apakah rencana strategis yang dibuat secara rasional akan efektif digunakan sebagai usaha 22

peningkatan mutu sekolah. Validasi desain dapat dilakukan oleh pengamat lain untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 5. Perbaikan desain Setelah rencana-rencana strategis tersebut divalidasi, akan akan diketahui kelemahan-kelemahannya selanjutnya dicoba untuk memperbaiki rencana strategis tersebut. Yang bertugas untuk memperbaiki rencana strategis ini adalah peneliti sendiri sebagai orang yang mau menghasilkan produk atau renstra tersebut. Pada akhirnya dapat dihasilkan suatu rencana strategis yang bisa diberikan pada sekolah sebagai upaya peningkatan mutu sekolah. Sedangkan Arikunto (2010), memberikan empat tahap untuk mengembangkan suatu rencana strategis yaitu: 1. Menyusun rancangan (perencanaan) Pada tahap ini akan dijelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana penelitian itu akan dilakukan. Selain itu peneliti perlu menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat suatu instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama penelitian berlangsung. 2. Pelaksanaan Yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam penelitian. Peneliti harus ingat dan taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar. Boleh membuat modifikasi 23

selama itu tidak mengubah tujuan penelitian, serta menghidari kekakuan dalam penelitian. 3. Pengamatan Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan penelitian, biasanya kedua tahap ini dilaksanakan secara bersamaan, karena sambil melaksanakan penelitian, seorang peneliti akan sekalian mengamati apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. 4. Refleksi Yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Pada tahap ini, peneliti bersama-sama dengan orang-orang yang berkepentingan pada obyek penelitian berdiskusi mengenai apa saja yang sudah terjadi selama penelitian. Mungkin masih ada penelitian yang belum berjalan dengan baik dan perlu penyempurnaan. Tahap ini bisa dikatakan sebagai suatu tahap evaluasi. Berdasarkan dua pendapat diatas, peneliti tertarik untuk menggunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang peneliti hadapi sebagai dasar untuk melakukan penelitian ini. Namun tidak lepas juga dari apa yang dikatakan oleh Arikunto, sehingga peneliti bisa merumuskan langkah-langkah pengembangan rencana strategi yang akan dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menyusun rancangan penelitian Disini peneliti akan menyiapkan panduan untuk melakukan Focus Group Discussion (FGD), berupa pertanyaan-pertanyaan pancingan sehingga jalannya 24

diskusi lebih terarah. Selain itu guna menvalidasi atau melengkapi data yang diperoleh dari FGD peneliti juga menyiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi. 2. Potensi dan masalah Karena peneliti sudah melakukan pra penelitian maka paling kurang peneliti sudah melihat apa yang menjadi potensi dan masalah di sekolah ini walaupun belum sempurna atau belum lengkap. 3. Pengumpulan data Dalam usaha mengumpulkan data bisa dikatakan bahwa peneliti menjalankan tahap pelaksanaan dan pengamatan. Karena disini peneliti akan melakukan FGD untuk mengumpulkan data, hingga memperoleh suatu analisis SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada sekolah, berdasarkan bobot dan skor yang diberikan berdasarkan FGD. 4. Validasi Data Data yang sudah diperoleh akan divalidasi dengan menggunakan kriteria Kredibilitas (kepercayaan). 5. Desain produk Berdasarkan hasil analisis SWOT akan dibuat suatu rencana strategis yang sekiranya bisa dijadikan sebagai pedoman bagi sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah. Akan tetapi renstra yang sudah ada bisa diperbaiki oleh sekolah berdasarkan tujuan dan kebutuhan dari sekolah sehingga menghasilkan renstra yang sempurna untuk bisa diterapkan disekolah. 25