BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis perhitungan..., Justina Susiloningsih, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERHITUNGAN KEBUTUHAN TELLER DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ANTRIAN PADA PT. BANK XYZ (STUDI EMPIRIK CABANG UTAMA) TESIS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Kegiatan pelayanan di Bank Rakyat Indonesia unit Gerendeng Tangerang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN TELLER BANK PADA AKTIVITAS NASABAH DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS BANK XYZ )

BAB V PENUTUP. Menurut. Ukuran Keefektifan Rumus ProModelStudent. Rumus

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan dalam memilih bank dan produk produk yang diberikan. bersaing, serta pelayanan yang memuaskan. Produk produk jasa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terbaik dan unggul bagi para pengguna jasanya.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Model Sistem Antrian Bank Central Asia Cabang Mall Taman Anggrek

MODEL SIMULASI KEJADIAN DISKRIT UNTUK MENGEVALUASI KINERJA OPERASIONAL SISTEM PELAYANAN PADA SEBUAH KANTOR CABANG BANK X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Model Sistem Antrian Bank Mega Cabang Puri Indah

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan ( 22/02/2016, 21.45) adalah institusi kepercayaan, perbankan melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

SIMULASI PELAYANAN TELLER DI BANK BRI UNIT PASAR BARU, PADANG

ANALISIS EFEKTIVITAS SISTEM ANTRIAN TELLER BANK BNI DENGAN VISUALISASI PROMODEL (STUDI KASUS CABANG UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK)

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG WARUNG BUNCIT JAKARTA SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR TABEL. 1.4 Kepuasan Nasabah Bank BCA Kantor Cabang Pembantu Sumbersari Bandung Klasifikasi Jasa Berdasarkan Sifat Tindakan Jasa...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menganalisa mengenaievaluasi Desain Operasi Pelayanan Front Liner Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi yang begitu pesat,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, memberikan banyak peluang bisnis yang bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan selera konsumen. Pada era

2.1 Pengantar Model Simulasi Sistem Diskrit

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita sering mengalami fenomena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Observasi

BAB V. Kesimpulan dan Saran

ABSTRAK UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI. Six Sigma memiliki kesesuaian dengan sentralisasi back office yang dilakukan saat

KUESIONER TERTUTUP. (Vindie Riztya Lubis, SST)

PENERAPAN TEORI ANTRIAN PADA PELAYANAN TELLER BANK MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU PURI SENTRA NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. data-data yang dibutuhkan dalam perancangan sistem. Data-data yang dibutuhkan

Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Konsep. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Kebon Jeruk. Yhana Kusuma Respati 3EB

I. PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan adalah instrumen penting dalam memperlancar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecenderungan nasabah untuk melihat sebuah bank sebagai financial supermarket

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor usaha. Salah satu pertumbuhan sektor yang

Nama : Firman Fadilah NPM : Pembimbing : Supiani, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah populasi

Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan masyarakat. Kecepatan, kemudahan, dan keamanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan itu

LAMPIRAN A: KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis moneter yang melanda perekonomian Indonesia. menyebabkan industri perbankan menghadapi berbagai permasalahan.

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

PENERAPAN TEORI ANTRIAN PADA PELAYANAN TELLER BANK X KANTOR CABANG PEMBANTU PURI SENTRA NIAGA

BAB I PENDAHULUAN. nasabah yang bertujuan untuk menyakinkan nasabah agar mau menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Pos Indonesia merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengukur Kualitas Layanan Dengan SERVQUAL

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. BUMN di Indonesia. Dalam struktur manajemen organisasinya, Bank Negara

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat adanya suatu antrian yang

ANALISIS. 4.4 Analisis Tingkat Kedatangan Nasabah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambah pesatnya industri perbankan membuat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. mencakup pembahasan dari hasil evaluasi pada 4 poin penting tentang kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan terjadi persaingan antara perusahaan-perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan saat ini tidak satu pun bank yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik. Upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap aman, berkembang dan dapat cepat digunakan untuk kebutuhan yang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Bab 1 PENDAHULUAN. BNI 46, Bank BCA, Bank Mandiri, Bank Mega, dll. Banyaknya bank yang

ANALISIS KEPUASAN NASABAH DALAM KUALITAS PELAYANAN JASA PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG MARTAPURA UNIT RATU ELOK

Daftar Isi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Identifikasi Masalah 3

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENANGANAN KELUHAN ATM DALAM RANGKA PENINGKATAN KEPUASAN. A. Faktor-faktor Penyebab Nasabah di PT. Bank BNI Syariah Cabang

BAB I PENDAHULUAN. Nasabah yang puas dan setia tidak akan ragu untuk menjadi penyebar kabar. melepas nasabah yang telah loyal secara begitu saja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga bertujuan menciptakan iklim persaingan yang akan mendorong dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. swalayan (seperti Carefour, Hypermart, Hero) dibanding di pasar tradisional. Ini

BAB III METODE PENELITIAN. memecahkan permasalahan, sehingga perlu dijelaskan tentang cara-cara/ metode

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

SISTEM ANTRIAN PADA PELAYANANN CUSTOMER SERVICE PT. BANK X

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS ANTRIAN TELLER BANK MANDIRI KANTOR CABANG BEKASI JUANDA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan teknologi informasi serta telekomunikasi. Masyarakat sernakin pandai dalam memilih suatu produk dengan cara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perencanaan dapat diibaratkan sebagai inti manajemen, karena

LAPORAN RESMI MODUL IV QUEUING THEORY

BAB I PENDAHULUAN. kreatif memicu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan akselerasi yang

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis perhitungan kebutuhan teller yang dilakukan Bank XYZ saat ini serta hasil simulasi atau uji coba skenario faktor leverage antrian dengan menggunakan model antrian M/M/c, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 5.1.1. Analisis Perhitungan Kebutuhan Teller Saat Ini Analisis perhitungan kebutuhan teller dilakukan dengan menggunakan model antrian M/M/c karena sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu dapat memberikan gambaran tentang kinerja atau performance antrian yang dihasilkan dari input demand (arrival rate), capacity (teller) dan productivity (service rate) tertentu. Dalam lingkup Bank XYZ, performance antrian diukur dari berapa besar kemungkinan waktu antrian melebihi suatu angka tertentu. Target waktu antrian nasabah Bank XYZ adalah maksimal 15 menit dengan cacat (defect) sebesar 5%. Secara sederhana dapat diterjemahkan: dari 100 nasabah yang mengantri hanya boleh 5 orang yang waktu mengantrinya lebih dari 15 menit. Hasil analisis standar kebutuhan teller Bank XYZ saat ini memberikan pemahaman bahwa pada dasarnya perhitungan kebutuhan teller Bank XYZ saat ini merupakan hasil pendekatan naive capacity planning yaitu jumlah kebutuhan teller merupakan hasil pembagian dari laju kedatangan (arrival rate) dibagi dengan laju pelayanan (service rate). Dalam teori antrian, dibutuhkan kapasitas yang jauh lebih besar dari angka tersebut agar sistem antrian dapat bekerja dengan baik. Model antrian yang dibuat berdasarkan teori antrian, juga tidak dapat memprediksikan waktu antrian yang dapat dicapai oleh sistem apabila jumlah teller sama atau kurang dari angka hasil pembagian arrival rate dengan service rate. Namun model antrian bisa memberikan gambaran atau trend bahwa jika utility rate-nya 100% lebih, maka probabilitas defect waktu antrian lebih dari 15 menit akan mencapai lebih dari 5%. Dari uraian tersebut jelas bahwa target waktu antrian yang ditetapkan Bank XYZ 55

56 saat ini pada dasarnya tidak memungkinkan untuk dicapai jika diterapkan jumlah teller sesuai standar perhitungan saat ini. Dalam kenyataannya jumlah teller aktual yang ada di cabang jauh melebihi standar perhitungan teller yang ditetapkan. Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa pada dasarnya jumlah teller aktual yang ada di cabang tidak berbeda secara signifikan (pada tingkat signifikan 0,05) dengan jumlah teller jika utility rate-nya kurang lebih 72,5% (allowance 27,5%) dengan menggunakan model antrian. Penulis mengasumsikan penemuan ini sebagai learning curve yang dicapai oleh manajer cabang dari pengalaman operasional sehari-hari, sehingga manajer cabang dapat memprediksi kebutuhan standar teller untuk kantor cabangnya. Berdasarkan hasil analisis ini seharusnya antrian sudah tidak menjadi masalah lagi di cabang. Tapi mengapa sampai sekarang hal ini masih menjadi masalah yang dikeluhkan oleh manajer cabang dan nasabah? Mengapa image antrian yang panjang masih belum dapat dihapuskan sama sekali? Untuk mencoba menjawab hal ini maka dilakukan uji coba atau simulasi dengan model antrian menggunakan beberapa skenario faktor-faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi waktu antrian secara signifikan, yaitu waktu pelayanan (service time) atau service rate, pemisahan counter, dan kebutuhan teller berdasarkan pola transaksi harian. 5.1.2. Analisis Skenario Faktor Leverage Antrian Menggunakan Model Antrian Skenario faktor leverage antrian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: service time, yaitu standar waktu pelayanan 3 menit dibandingkan dengan jika waktu pelayanan 2; 2,5 dan 4 menit pemisahan counter teller, yaitu counter teller dipisahkan antara transaksi setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah dengan transaksi lainnya menggunakan asumsi komposisi setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah sebesar 40% perhitungan kebutuhan teller per jam sesuai dengan pola transaksi harian salah satu cabang Bank XYZ (cabang 91-XYZ), dihitung untuk periode waktu 1 bulan

57 5.1.2.1. Analisis Skenario Faktor Leverage Antrian Service Time Hasil analisis menunjukkan bahwa pengurangan waktu pelayanan sebesar ½ (setengah) menit sudah memberikan dampak yang signifikan yaitu pengurangan kebutuhan teller sebesar rata-rata 2 teller per cabang dengan pencapaian waktu antrian yang sama. Pengurangan sebesar 1 (satu) menit menjadi 2 menit menghasilkan pengurangan kebutuhan teller rata-rata sebanyak 4 teller per cabang atau 2 kali lipat dari pengurangan waktu pelayanan sebesar ½ menit. Hal yang sama berlaku juga sebaliknya, jika terjadi penambahan service time sebesar 1 menit menjadi 4 menit, maka diperlukan penambahan teller sebanyak rata-rata 4 teller per cabang. Pengurangan kebutuhan teller yang cukup signifikan dengan melakukan pengurangan service time dapat memberikan masukan atau dorongan untuk semakin mengefisienkan waktu pelayanan. Berdasarkan data lapangan yang berhasil dikumpulkan dari hasil self-measurement masing-masing cabang atas sampel harian transaksi di teller menunjukkan bahwa ruang untuk melakukan improvement dalam waktu pelayanan masih terbuka sangat lebar. Masih banyak cabang yang belum maksimal pencapaian waktu pelayanannya dan harus dianalisis lebih rinci untuk masing-masing cabang tentang penyebabnya. Secara umum perkiraan penyebab dari waktu pelayanan yang lama adalah : Ketrampilan dari teller belum maksimal, antara lain kecepatan menghitung uang tunai, pemrosesan transaksi di sistem aplikasi Proses transaksi atau alur kerja masih belum efisien. Layout kerja belum efisien, misalnya peletakan alat kerja/ peralatan yang jauh dari jangkauan teller sehingga membutuhkan waktu untuk mengaksesnya. Peralatan kerja yang kurang optimal, antara lain mesin hitung uang yang sering salah hitung, sehingga proses perhitungan uang perlu dilakukan berulang-ulang dan memakan waktu lama. Kondisi/ karakter transaksi di cabang, misalnya setoran uang kecil dalam jumlah yang banyak, jumlah transaksi per nasabah, setoran jumlah besar, setoran warkat bank sendiri dalam jumlah besar dan warkatnya banyak, banyak uang palsu, dsb. Hal-hal di atas merupakan tantangan bagi cabang dan unit kerja terkait pengembangan proses untuk diperbaiki dan ditingkatkan kinerjanya.

58 5.1.2.2. Analisis Skenario Faktor Leverage Antrian - Pemisahan Counter Hasil analisis simulasi pemisahan counter setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah dengan transaksi lainnya menunjukkan bahwa terdapat pengurangan signifikan sebesar rata-rata 1-2 teller per cabang (total 184 teller untuk 120 kantor cabang) jika dilakukan pemisahan counter dibandingkan dengan tidak dilakukan pemisahan. Hasil yang cukup signifikan ini dapat memberikan masukan inisiatif untuk masing-masing cabang dalam mengidentifikasi transaksi cabang yang spesifik atau dominan sebagai kandidat untuk dipisahkan counter-nya. Dengan demikian dapat diterapkan pemisahan counter yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan masing-masing cabang. Pemisahan counter setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah pada dasarnya sudah diujicobakan dan diterapkan di Bank XYZ, namun pelaksanaannya belum optimal. Beberapa perkiraan penyebab pelaksanaan pemisahan counter ini belum memberikan hasil yang optimal antara lain : Cabang belum memiliki alat bantu untuk mengidentifikasi kebutuhan jumlah counter setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah yang optimal. Kebanyakan cabang besar menerapkan rata-rata 2 counter. Berdasarkan analisis dengan alat bantu model antrian, dengan asumsi komposisi setoran tunai 10 juta rupiah ke bawah adalah 40%, ada beberapa cabang yang perlu membuka counter ini sebanyak 6 counter, bahkan ada yang memerlukan 8 dan 9 counter. Hal ini perlu dipertajam lagi dengan analisis komposisi transaksi per cabang seperti yang dilakukan penelitian ini pada cabang 91-XYZ. Selain jumlah counter yang optimal, juga perlu dilakukan penelitian pola transaksi dari transaksi yang dipisahkan counter-nya agar dapat dilakukan kebijakan buka tutup counter sesuai dengan pola transaksinya. Untuk itu diperlukan analisis data transaksi dan simulasi dengan alat bantu antara lain model antrian, sehingga dapat diprediksi dampaknya terhadap kinerja antrian secara keseluruhan. Kebijakan penerapan pemisahan counter ini juga harus diterapkan dengan melihat kebutuhan cabang, belum tentu seragam untuk semua cabang walaupun data secara nasional menunjukkan komposisi yang sama. Dengan menggunakan analisis data transaksi untuk mendapatkan komposisi transaksi dan pola

59 transaksi yang spesifik untuk suatu cabang, maka dapat ditentukan jenis counter khusus yang perlu dibuka sesuai dengan kebutuhan cabang. 5.1.2.3. Analisis Faktor Leverage Antrian Jumlah Teller Berdasarkan Pola Transaksi Harian Hasil analisis menunjukkan bahwa pada jam-jam puncak (peak time) transaksi, diperlukan kapasitas (teller) yang melebihi perkiraan jumlah kebutuhan teller yang dihitung berdasarkan data rata-rata transaksi. Lonjakan kebutuhan teller ini bisa sangat signifikan, contohnya pada peak time (jam 9-11) hari Senin minggu I dan III di cabang 91-XYZ, dibutuhkan teller hingga mencapai 22 teller dengan utility rate yang maksimal yaitu mendekati 100%. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan antrian yang panjang dan waktu antrian yang melebihi batas toleransi nasabah dan target service level yang diterapkan yaitu 15 menit. Dibandingkan dengan perkiraan kebutuhan teller berdasarkan rata-rata jumlah transaksi yaitu 18 teller, maka untuk jam-jam sibuk ini diperlukan tambahan teller sebanyak minimal 4 orang. Sebaliknya pada jam-jam off-peak, yaitu jam 12-13 untuk cabang 91-XYZ, rata-rata dibutuhkan teller kurang dari 18 orang. Jika data pola transaksi ini sudah dipertajam dan sudah dikonfirmasikan dengan data kedatangan yang sebenarnya, maka pola transaksi ini cukup menguntungkan bagi cabang 91-XYZ karena cukup memberikan keleluasaan dalam menjadwalkan istirahat makan siang untuk teller. Perincian jumlah kebutuhan teller sesuai pola transaksi seperti yang diujicobakan untuk cabang 91-XYZ ini memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Peak time transaksi pasti terjadi di semua cabang dengan variasi pola yang berbeda-beda. Hal ini sedikit banyak dapat memberikan penjelasan tentang masih terjadinya problem antrian di cabang yaitu antara lain karena perhitungan kebutuhan teller dilakukan menggunakan data transaksi rata-rata yang kemungkinan besar lebih kecil dari kebutuhan pada saat peak time transaksi. Pemahaman tentang adanya peak dan off-peak time menunjukkan bahwa solusi menambah teller secara naif dapat mengakibatkan terjadinya utility rate yang rendah pada hampir sebagian besar waktu. Hal ini secara keseluruhan dapat

60 mengakibatkan kondisi yang tidak produktif dan biaya yang tinggi karena penyediaan kapasitas yang berlebihan. Pola transaksi cabang perlu dipahami dengan baik oleh manajer cabang sehingga dapat dilakukan antispasi dan perencanaan kapasitas (teller) dengan tepat. Beberapa inisiatif dapat dilakukan antara lain jika counter di cabang masih memadai maka pada peak time dapat ditempatkan staf back office yang telah mendapat pelatihan untuk dapat menjalankan fungsi teller. Atau jika kapasitas counter sudah tidak memadai maka minimal dapat dilakukan upayaupaya untuk mengurangi ketidaknyamanan nasabah dalam mengantri dengan memanfaatkan teori atau ilmu perilaku (behavioral science) antara lain dengan memberikan pilihan kepada nasabah tentang waktu transaksi, yaitu dengan memberikan informasi tentang prediksi waktu-waktu sibuk dan sebaliknya sehingga nasabah yang memegang kontrol atas pilihannya sendiri dan sudah mengantisipasi/ memahami bahwa mengantri adalah konsekuensi yang layak diterima karena memilih melakukan transaksi pada hari/ jam sibuk. Dalam jangka panjang, perlu dilakukan upaya yang bersifat menyeluruh untuk mengantisipasi peak dan off-peak time ini, antara lain menerapkan teller part time untuk masing-masing cabang atau agar lebih efisien. Jika peak time masing-masing cabang berdekatan sangat variatif, maka dapat diterapkan pooling teller sehingga teller yang sama dapat digunakan oleh cabang dengan lokasi yang berdekatan untuk mengantisipasi peak time yang berbeda. Misalnya Teller T jam 9-11 bertugas di cabang A dan pada jam 12-14 di cabang B yang lokasinya relatif berdekatan dan peak time-nya berbeda. 5.1.3. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis perhitungan kebutuhan teller dan skenario faktor leverage antrian di atas maka berikut adalah kesimpulan secara keseluruhan dari perhitungan kebutuhan teller di Bank XYZ. Meningkatkan kapasitas pelayanan hanya dengan cara menambah jumlah teller atau counter baru tidak selalu merupakan jalan keluar atau solusi yang optimal karena dalam kebanyakan situasi pengambilan keputusan atau kebijakan bisnis, diperlukan keseimbangan antara kepuasan nasabah dengan pertimbangan biaya.

61 Oleh karena itu manajer cabang dan unit kerja yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan peningkatan layanan perlu mempertimbangkan berbagai alternatif solusi yang dapat mengurangi waktu antrian selain dari menambah jumlah teller, antara lain dengan improvement proses di teller untuk memperpendek waktu pelayanan atau service time, mendesain ulang sistem antrian antara lain dengan menerapkan pemisahan counter untuk transaksi tertentu, mengelola persepsi nasabah tentang waktu antrian dengan menggunakan ilmu perilaku (behavioral science atau psychology of waiting) serta inisiatif-inisiatif lain dalam mengelola kapasitas dan permintaan (demand). Manajer memerlukan informasi yang memadai untuk membantu mereka menentukan strategi atau keputusan untuk pengelolaan kapasitas dan demand, antara lain data historis transaksi untuk mengetahui komposisi transaksi dan pola transaksi, trend pertumbuhan transaksi, data nasabah yang bertransaksi di cabang, data survey nasabah, data hasil pengukuran waiting time dan service time. Selain data dan informasi yang memadai untuk penentuan strategi atau pengambilan keputusan, manajer dan unit kerja terkait juga memerlukan alat bantu yang sesuai dan tepat untuk dapat mengolah data dan informasi tersebut menjadi pemahaman atau knowledge yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Salah satu alternatif alat bantu adalah model antrian yang dapat menyimulasikan antrian dan mengetahui output kinerja antrian terhadap suatu input tertentu untuk memperbaiki antrian. 5.2. Saran Masalah yang dihadapi Bank XYZ dalam upaya mengurangi waktu antrian nasabah memerlukan strategi atau kebijakan dari berbagai sisi atau aspek yang dilakukan secara simultan atau serempak sehingga hasilnya lebih optimal dan dampaknya signfikan dirasakan oleh nasabah. Kebijakan tersebut dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu: 1. Aspek real waiting time, antara lain: improvement proses di teller sehingga waktu pelayanan lebih cepat namun tetap aman

62 perbaikan atau replacement peralatan kerja pengaturan layout meja dan laci teller pengaturan jadwal makan siang melengkapi head teller dengan beeper atau alat komunikasi yang dapat memberikan sinyal dan menunjukkan teller mana yang membutuhkan override atau bantuan untuk transaksi yang kompleks atau dalam jumlah besar pengaturan antrian pada jam sibuk dengan menempatkan petugas yang mengatur antrian di banking hall pengaturan buka tutup counter transaksi khusus sesuai kebutuhan 2. Aspek perceived waiting time, antara lain: memberikan informasi dan tips kepada nasabah tentang antrian ( unexplained waits are longer than explained waits ) memastikan bahwa ruang atau banking hall cukup nyaman untuk menunggu antara lain alat pendingin ruangan bekerja dengan baik, ruangan bersih dan harum ( physically uncomfortable waits feel longer than comfortable waits ) tersedia TV untuk mengisi waktu nasabah selama mengantri ( unoccupied time feels longer than occupied time ) menyediakan petugas yang membantu mengatur antrian dan menjawab pertanyaan atau permintaan informasi dari nasabah dengan benar dan ramah ( finish strong ) Masih banyak lagi hal yang dapat digali untuk perbaikan sistem antrian, baik dari segi real waiting time maupun perceived waiting time, selain dari sekedar keputusan naif menambah teller atau memperbesar ruangan untuk menambah counter. Dalam beberapa kasus, penambahan teller memang sangat diperlukan dan untuk ini diperlukan alternatif alat bantu perhitungan kebutuhan teller yang sesuai dengan kebutuhan Bank XYZ. Terkait dengan hal ini, Bank XYZ perlu mempertimbangkan untuk menggunakan alternatif tools lain dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan antrian, terutama dalam menentukan kapasitas (teller) di masing-masing cabang untuk dapat memenuhi target service level waktu antrian tertentu. Alternatif tools lain ini, contohnya model antrian seperti yang digunakan

63 dalam penelitian ini, relatif dapat membantu manajer cabang maupun unit kerja yang bertanggung jawab dalam pengembangan dan peningkatan layanan di Kantor Pusat Bank XYZ karena kemampuannya dalam memberikan gambaran atau prediksi atas waiting time yang terjadi sebagai output dari tindakan yang merubah atau mempengaruhi input (service time, arrival rate, jumlah teller). Perlu terus dilakukan upaya-upaya berkesinambungan dan menggali inovasi atau ide-ide kreatif yang didasarkan baik pada teori antrian, ilmu perilaku, benchmark industri sejenis maupun industri lain, sehingga dapat diperoleh strategi yang komprehensif dan holistik dalam penyelesaian masalah antrian. Pemahaman ini perlu disampaikan kepada seluruh karyawan yang terlibat dalam pelayanan mulai dari manajer cabang hingga teller dan staf back office bahkan juga satpam dan petugas kebersihan cabang, karena semuanya terlibat dan berperan dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja (performance) antrian secara keseluruhan. Jika tidak, maka masalah antrian dapat menyebabkan penurunan kualitas layanan dan persepsi layanan yang negatif di mata nasabah. Penurunan kualitas layanan dan persepsi negatif dapat mempengaruhi customer satisfaction. Jika nasabah tidak puas maka besar kemungkinan nasabah menjadi tidak loyal dan pada akhirnya dapat mengganggu profitabilitas cabang dan perusahaan secara keseluruhan.