INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH FOKUS INDIKATOR FORMULA

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

Tabel 2.19 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lampiran Meningkatnya cakupan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014)

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN... I-1

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

KERJASAMA. Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017

DAFTAR ISI DATA UMUM KONDISI GEOGRAFIS, PEMERINTAHAN DAN DEMOGRAFIS SERTA INDIKATOR KINERJA MAKRO

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BUPATI PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

1.1. LATAR BELAKANG...

Daftar Isi DAFTAR ISI... I DAFTAR GAMBAR... IIII DAFTAR TABEL... IV

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB VII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

INDIKATOR KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

BAB II PROFIL KEMISKINAN DAERAH

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

RENCANA KINERJA TAHUNAN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN (1) Meningkatnya derajat kesehatan Ibu dan 1 Angka Kelangsungan Hidup Bayi 992.

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 2015

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014

BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jln. Untung Surapati Nomor 2 Klungkung, Telp. 0366-21382 2015

KATA PENGANTAR Om Swastyastu Pujapangastuti angayubagia kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan tuntunan-nya maka penyusunan buku Indikator Kinerja Pembangunan Klungkung Tahun 2015 ini dapat terselesaikan sesuai rencana. Informasi yang disajikan meliputi informasi terkait indikator-indikator pembangunan di Kabupaten Klungkung yang disusun berdasarkan tiga aspek pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan publik/umum, serta peningkatan daya saing daerah. Berbagai data statistik yang tersaji dalam buku ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1. Mengambil langkah-langkah kebijakan dalam meningkatkan kinerja pembangunan daerah 2. Sebagai alat ukur untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai 3. Sebagai bahan informasi dalam membuat dan menyusun suatu perencanaan pembangunan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Buku ini tersusun tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak terutama Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung yang telah banyak memberikan asistensi dan arahan dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan serta penyajian data dan informasi dalam buku ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat. Meskipun penyusunan buku Indikator Kinerja Pembangunan Klungkung ini telah disiapkan dengan sebaik-baiknya, sangat disadari masih banyak kekurangan didalamnya, oleh karenanya saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya sangat kami hargai. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi perkembangan Kabupaten Klungkung di masa yang akan datang. Om Shanti Shanti Shanti Om Semarapura, Desember 2015 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung I Wayan Wasta,SE,M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19601231 198603 1 345

DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 2 1.3. Sumber Data 2 1.4. Sistematika Penulisan 2 1.5. Referensi Hukum 3 1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 4 1.6. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 4.6.35. Pertumbuhan PDRB 4.6.36. Laju Inflasi 5.6.37. PDRB Per Kapita 5.6.38. Indeks Gini 6.6.39. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia 6.6.40. Indeks Ketimpangan Williamson ( Indeks Ketimpangan Regional) 7 1.7. Fokus Kesejahteraan Sosial 8.7.35. Angka Melek Huruf 8.7.36. Angka Rata Rata Lama Sekolah 9.7.37. Angka Partisipasi Murni 10.7.38. Angka Partisipasi Kasar 11.7.39. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan 12.7.40. Angka Kelangsungan Hidup Bayi 13.7.41. Angka Usia Harapan Hidup 14.7.42. Persentase Balita Gizi Buruk 15.7.43. Persentase Penduduk diatas Garis Kemiskinan 17.7.44. Persentase Jumlah Penduduk Yang Memiliki Lahan 18.7.45. Rasio Penduduk Yang Bekerja 18.7.46. Angka Kriminalitas Yang Tertangani 20

1.8. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 21.8.35. Jumlah Grup Kesenian 21.8.36. Jumlah Gedung Kesenian 22.8.37. Jumlah Klub Olahraga 22.8.38. Jumlah Gedung Olahraga 23 1. ASPEK PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK/UMUM 25 1.9. Fokus Pelayanan Dasar 25.9.35. Pendidikan Dasar 25.9.35.1. Angka Partisipasi Sekolah 25.9.35.2. Rasio Ketersediaan Sekolah 26.9.35.3. Rasio Guru Terhadap Murid 27.9.35.4. Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata Rata 28.9.36. Pendidikan Menengah 28.9.36.1. Angka Partisipasi Sekolah 29.9.36.2. Rasio Ketersediaan Sekolah 29.9.36.3. Rasio Guru Terhadap Murid 30.9.37. Rasio Posyandu Per Satuan Balita 31.9.38. Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu Per Satuan Penduduk 33.9.39. Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk 33.9.40. Rasio Dokter Per Jumlah Penduduk 34.9.41. Rasio Tenaga Medis Per Jumlah Penduduk 35.9.42. Persentase Penanganan Sampah 36.9.43. Persentase Penduduk Berakses Air Minum 37.9.44. Persentase Luas Permukiman Yang Tertata 38.9.45. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik 39.9.46. Rasio Jaringan Irigasi 40.9.47. Rasio Tempat Ibadah Per Satuan Penduduk 41.9.48. Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi 42.9.49. Rasio Tempat Pemakaman Umum Per Satuan Penduduk 42.9.50. Rasio Tempat Pembuangan Sampah Per Satuan Penduduk 43.9.51. Rasio Rumah Layak Huni 43.9.52. Rasio Permukiman Layak Huni 43

.9.53. Rasio Ruang Terbuka Hijau Per Satuan Penduduk 44.9.54. Rasio Bangunan Ber-IMB Per Satuan Bangunan 44.9.55. Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum 45.9.56. Rasio Ijin Trayek 46.9.57. Jumlah Uji KIR Angkutan Umum 47.9.58. Jumlah Terminal Bis dan Penyeberangan Laut 48 1.10. Fokus Pelayanan Penunjang 49.10.35. Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) 49.10.36. Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN / PMA) 50.10.37. Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 51.10.38. Persentase Koperasi Aktif 51.10.39. Jumlah UKM Non BPR/LKM/UKM 52.10.40. Jumlah BPR/LKM 53.10.41. Rasio Penduduk Ber-KTP Per Satuan Penduduk 54.10.42. Rasio Bayi Berakte Kelahiran 55.10.43. Rasio Pasangan Berakte Nikah 55.10.44. Angka Partisipasi Angkatan Kerja 56.10.45. Angka Sengketa Pengusaha Pekerja Per Tahun 57.10.46. Persentase Partisipasi Perempuan Di Lembaga Pemerintah 57.10.47. Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta 58.10.48. Rasio KDRT 59.10.49. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Dibawah Umur 60.10.50. Rata Rata Jumlah Anak Per Keluarga 60.10.51. Rasio Akseptor KB 61.10.52. Jumlah Jaringan Komunikasi 61.10.53. Rasio Wartel/Warnet Terhadap Penduduk 62.10.54. Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal 62.10.55. Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal 63.10.56. Persentase Luas Lahan Bersertifikat 64.10.57. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 65.10.58. Rata Rata Jumlah Kelompok Binaan PKK 66.10.59. Jumlah LSM 67

.10.60. Jumlah Perpustakaan 68.10.61. Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per Tahun 69.10.62. Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk 69.10.63. Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk 71.10.64. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa/Kelurahan 71.10.65. Jumlah Organisasi Pemuda 72.10.66. Jumlah Organisasi Olahraga 73.10.67. Jumlah Kegiatan Kepemudaan 74.10.68. Jumlah Kegiatan Olahraga 75 1. ASPEK PENINGKATAN DAYA SAING DAERAH 77 1.11. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 77.11.35. Angka Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita 77.11.36. Persentase Konsumsi RT Untuk Non Pangan 78 1.12. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 78.12.35. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan 78.12.36. Jumlah Orang/Barang Yang Terangkut Angkutan Umum 79.12.37. Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal 79.12.38. Realisasi Peruntukan RTRW 79.12.39. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang Cabangnya 80.12.40. Jenis dan Jumlah Perusahaan Asuransi 80.12.41. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih 81.12.42. Rasio Ketersediaan Daya Listrik 82.12.43. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik 82.12.44. Persentase Penduduk Yang Menggunakan HP/Telepon 83.12.45. Jenis, Kelas dan Jumlah Restoran 83.12.46. Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan Hotel 84 1.13. Iklim Berinvenstasi 85.13.35. Angka Kriminalitas 85.13.36. Jumlah Demo 86.13.37. Lama Proses Perijinan 87.13.38. Jumlah dan Macam Pajak dan Retribusi Daerah 87.13.39. Jumlah Perda Yang Mendukung Iklim Usaha 88

.13.40. Persentase Desa/Kelurahan Berstatus Swasembada 89 1.14. Fokus Sumberdaya Manusia 91.14.35. Rasio Lulusan S1/S2/S3 92.14.36. Rasio Ketergantungan 93

DAFTAR TABEL Tabel 1 PDRB Per Kapita Kabupaten Klungkung, 2012-2014 6 Tabel 2 Gini Ratio Kabupaten Klungkung, 2012-2014 6 Tabel 3 Distribusi Pendapatan Kabupaten Klungkung, 2012-2014 7 Tabel 4 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Klungkung, Tahun 2014 10 Tabel 5 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Klungkung Tahun 2014 11 Tabel 6 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Ditamatkan di Kabupaten Klungkung, 2012-2014 12 Tabel 7 Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kab. Klungkung, 2010-2014 14 Tabel 8 Persentase Balita Gizi Kurang di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 16 Tabel 9 Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan, 2011 2014 18 Tabel 10 Rasio Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 20 Tabel 11 Angka Kriminalitas Yang Tertangani di Kabupaten Klungkung, 2010-2014 21 Tabel 12 Grup Kesenian Per 10.000 Penduduk di Kab. Klungkung, 2014 22 Tabel 13 Klub Olahraga Per 10.000 Penduduk di Kab. Klungkung, 2014 23 Tabel 14 Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk di Kab. Klungkung, 2014 24 Tabel 15 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar Kab. Klungkung, 2014 26 Tabel 16 Rasio Ketersediaan Sekolah Pendidikan Dasar Kab. Klungkung, 2014 27 Tabel 17 Rasio Guru Terhadap Murid Pendidikan Dasar di Kab. Klungkung, Tahun 2014/2015 28 Tabel 18 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Kab. Klungkung, Tahun 2014 29 Tabel 19 Rasio Ketersediaan Sekolah Pendidikan Menengah Kab. Klungkung, 2014 30

Tabel 20 Rasio Guru Terhadap Murid Pendidikan Menengah Kab. Klungkung Tahun 2014/2015 30 Tabel 21 Rasio Posyandu Per Balita di Kabupaten Klungkung, 2014-Juni 2015 32 Tabel 22 Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk di Kab. Klungkung, 2014 34 Tabel 23 Rasio Dokter Per Jumlah Penduduk di Kab. Klungkung, 2014 34 Tabel 24 Rasio Tenaga Medis Per Jumlah Penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 35 Tabel 25 Persentase Penanganan Sampah di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 36 Tabel 26 Persentase Penduduk Berakses Air Minum Tahun 2014 38 Tabel 27 Panjang Jalan di Kabupaten Klungkung (Km) Tahun 2014 40 Tabel 28 Rasio Tempat Ibadah Per 1000 Penduduk Kabupaten Klungkung Tahun 2014 41 Tabel 29 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi di Kabupaten Klungkung, 2012-2014 42 Tabel 30 Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Tahun 2014 43 Tabel 31 Jumlah Penumpang Angkutan Umum (Orang), 2014-Juni 2015 45 Tabel 32 Jumlah Ijin Trayek Yang Dikeluarkan di Kab. Klungkung, 2014-Juni 2015 46 Tabel 33 Jumlah Uji KIR Angkutan Umum Yang Dikeluarkan di Kab. Klungkung, 2014-Juni 2015 47 Tabel 34 Jumlah Terminal Bis dan Penyeberangan Laut di Kab. Klungkung, 2014-Juni 2015 48 Tabel 35 Jumlah Investor Berskala Nasional (PMA/PMDN) Tahun 2014 49 Tabel 36 Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional-PMA/PMDN (Rp) Juni 2015 50 Tabel 37 Persentase Koperasi Aktif di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 52 Tabel 38 Jumlah UKM Non BPR/LKM Per Jenis Kerajinan (Unit) Tahun 2014 53 Tabel 39 Jumlah BPR/LKM di Kabupaten Klungkung (unit) Tahun 2014 54

Tabel 40 Rasio Penduduk Ber-KTP di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 55 Tabel 41 Rasio Pasangan Nikah Berakte Nikah di Kab. Klungkung Tahun 2014 56 Tabel 42 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kabupaten Klungkung Tahun 2014 57 Tabel 43 Persentase Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2014 58 Tabel 44 Persentase Perempuan di Lembaga Swasta Tahun 2014 58 Tabel 45 Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga Tahun 2014 60 Tabel 46 Rasio Akseptor KB Tahun 2014 61 Tabel 47 Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Yang Masuk Ke Daerah 2012-2014 63 Tabel 48 Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal, 2012-2014 64 Tabel 49 Jumlah Perpustakaan di Kabupaten Klungkung, 2014-Juni 2015 68 Tabel 50 Jumlah Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 69 Tabel 51 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 Penduduk Tahun 2014 70 Tabel 52 Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 Penduduk Tahun 2014 71 Tabel 53 Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Desa/Kelurahan Tahun 2014 72 Tabel 54 Jumlah Organisasi Pemuda di Kabupaten Klungkung, 2014-Juni 2015 73 Tabel 55 Jumlah Organisasi Olahraga di Kabupaten Klungkung, 2014-Juni 2015 74 Tabel 56 Jumlah Kegiatan Kepemudaan di Kab. Klungkung, 2014-Juni 2015 75 Tabel 57 Jumlah Kegiatan Olahraga di Kabupaten Klungkung, 2014-Juni 2015 76 Tabel 58 Persentase Konsumsi RT Untuk Non Pangan di Kab. Klungkung 2012-2014 78 Tabel 59 Jumlah Penumpang Angkutan Umum (Orang), 2014-Juni 2015 79 Tabel 60 Jumlah Bank Perkreditan Rakyat di Kab. Klungkung, 2014-Juni 2015 80 Tabel 61 Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih di Kabupaten Klungkung, 2012-2014 82 Tabel 62 Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik,

2012-2014 83 Tabel 63 Jumlah Penginapan/Hotel di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 85 Tabel 64 Angka Kriminalitas di Kabupaten Klungkung, 2012-2014 86 Tabel 65 Perda Yang Diterbitkan Pemerintah Kab. Klungkung, 2010-2014 88 Tabel 66 Rasio Lulusan S1/S2/S3 di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 92 Tabel 67 Rasio Ketergantungan Kabupaten Klungkung Tahun 2014 94

DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Klungkung Tahun 2011-2014 5 Grafik 2 Angka Melek Huruf Kabupaten Klungkung, 2012-2014 8 Grafik 3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Klungkung (Tahun), 2012-2014 9 Grafik 4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Klungkung, 2012-2014 15 Grafik 5 Klub Olahraga di Kabupaten Klungkung (Klub), 2014-Juni 2015 23 Grafik 6 Jumlah Lembaga Swadaya Masyarakat di Kabupaten Klungkung 2012-2014 67 Grafik 7 Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Klungkung Pada Tahun 2014 91

BAB I PENDAHULUAN 1.15. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah proses yang di dalamnya terjadi perubahan menuju ke arah yang lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan itu sendiri. Pembangunan daerah sebagai cerminan dari kegiatan pengembangan kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya merupakan hal yang sangat penting dilakukan karena dalam konteks otonomi daerah, tiap daerah mempunyai tanggungjawab dan berperan sentral dalam menentukan nasib daerahnya sendiri. Kondisi tersebut membutuhkan sebuah upaya inventarisasi demi terciptanya sebuah daerah yang memiliki data-base yang komprehensif untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk didalamnya untuk dasar penyusunan rencana pembangunan daerah maupun evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Evaluasi rencana pembangunan daerah ditujukan untuk memastikan program program yang telah dilaksanakan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seluruh lapisan masyarakat Klungkung memperoleh pelayanan umum yang baik, dan adanya peningkatan daya saing daerah sebagai tujuan otonomi daerah. 1.16. Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud diadakannya penyusunan buku Indikator Kinerja Pembangunan Klungkung adalah untuk menyediakan data indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai upaya penyediaan data dan informasi yang dapat digunakan dalam kegiatan perencanaan maupun evaluasi rencana pembangunan daerah. 1

b. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menyediakan indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri atas tiga (3) aspek yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah di Kabupaten Kungkung yang meliputi Sembilan (9) fokus yaitu : Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi, Kesejahteraan Masyarakat, Seni Budaya dan Olahraga, Layanan Urusan Wajib, Layanan Urusan Pilihan, Kemampuan Ekonomi Daerah, Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, Iklim Berinvestasi, dan Sumber Daya Manusia. 1.17. Sumber Data Data data yang dipergunakan merupakan data yang dikumpulkan dari SKPD pelaksana urusan terkait. Selain data yang berasal dari SKPD data-data juga dikumpulkan dari publikasi Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung. 1.18. Sistematika Penulisan Buku ini disusun berdasarkan kebutuhan data perencanaan pembangunan daerah yang dilandasi Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Dalam penyajiannya disusun berdasarkan tiga aspek kewenangan pemerintah yaitu kesejahteraan masyarakat, peningkatan pelayanan publik/umum, serta peningkatan daya saing daerah, secara garis besar sebagai berikut : a. Pendahuluan b. Aspek Kesejahteraan Masyarakat a) Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi b) Fokus Kesejahteraan Sosial c) Fokus Seni Budaya dan Olahraga 2

c. Aspek Peningkatan Pelayanan Publik/Umum a) Fokus Pelayanan Dasar b) Fokus Pelayanan Penunjang d. Aspek Peningkatan Daya Saing Daerah a) Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah b) Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur c) Fokus Iklim Berinvestasi d) Fokus Sumber Daya Manusia 1.19. Referensi Hukum a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 3

BAB II ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.1.1. Pertumbuhan PDRB Di bidang pembangunan ekonomi, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Terdapat 2 (dua) jenis penilaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan. Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain : 1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan setiap sektor ekonomi, mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya; 2. Untuk mengetahui struktur perekonomian; 3. Untuk mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan; 4. Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan pertumbuhan/perubahan harga produsen. 4

Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung, selanjutnya disajikan dalam Grafik 1 sebagai berikut: Grafik 1 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Klungkung Tahun 2011 2014 6,25 6,11 6,05 5,98 2011 2012 2013 2014 Sumber : BPS Kab. Klungkung Pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung pada tahun 2014 mengalami pelambatan dibandingkan tahun 2013, dimana perekonomian Kabupaten Klungkung tumbuh hanya sebesar 5,98% pada Tahun 2014 dan sebesar 6,05% pada tahun 2013. 2.1.2. Laju Inflasi Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada indeks harga konsumen (IHK) yang dihitung secara sampel di 82 (delapan puluh dua) kota di Indonesia yang mencakup 225-462 komoditas dan dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil survei biaya hidup (SBH). Kondisi sebaliknya, dimana harga-harga pada umumnya turun, disebut deflasi. Data inflasi level Kabupaten Klungkung tidak tersedia. 2.1.3. PDRB Per Kapita PDRB per kapita atas harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB perkepala atau satu orang penduduk. Sedangkan PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi 5

perkapita penduduk suatu daerah. Data mengenai PDRB Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 PDRB Per Kapita Kabupaten Klungkung, 2012-2014 No Uraian 2012 2013 2014 1. PDRB/Kapita ADHB (Juta Rp) 25,44 28,18 32,47 2. PDRB/Kapita ADHK (Juta Rp) 23,35 24,61 25,95 Sumber : BPS Kab. Klungkung 2.1.4. Indeks Gini Tingkat pemerataan distribusi pendapatan sering diukur dengan koefisien gini. Caranya adalah dengan membagi penduduk menjadi beberapa kelompok sesuai dengan tingkat pendapatannya. Kemudian menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-masing kelompok pendapatan. Koefisien gini adalah ukuran ketidakseimbangan atau ketimpangan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna). Data mengenai gini ratio Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Gini Ratio Kabupaten Klungkung, 2012-2014 No Uraian 2012 2013 2014 1. Gini Ratio 0,347 0,360 0,354 Sumber: BPS Kab. Klungkung 2.1.5. Pemerataan Pendapatan Versi Bank Dunia Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang 6

berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut: a. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi. b. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah. c. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah. Data mengenai distribusi pendapatan Kabupaten Klungkung pada tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Pendapatan Kabupaten Klungkung, 2012-2014 No Uraian 2012 2013 2014 1. 40% rendah 19,07 18,84 19,98 2. 40% sedang 37,49 35,26 35,51 3. 40% tinggi 43,44 45,90 44,51 Sumber: BPS Kab. Klungkung Distribusi pendapatan Kabupaten Klungkung pada tahun 2012 hingga tahun 2014 berada pada kategori ketimpangan rendah, karena proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40% terendah terhadap pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17%. 2.1.6. Indeks Ketimpangan Williamson ( Indeks Ketimpangan Regional) Indeks Ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar kecamatan di suatu kabupaten/kota atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu. Angka Indeks Ketimpangan Williamson tidak tersedia pada level Kabupaten/Kota. 7

2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 2.2.1. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. AMH dapat digunakan untuk: a. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. b. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. c. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi terhadap pembangunan daerah. Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus. Angka melek huruf untuk Kabupaten Klungkung disajikan pada Grafik 2. Grafik 2 Angka Melek Huruf Kabupaten Klungkung, 2012-2014 86,04 84,15 84,47 2012 2013 2014 Sumber : BPS Kab. Klungkung Angka Melek Huruf Kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan, pada tahun 2012 angka melek huruf Kabupaten 8

Klungkung sebesar 84,15 dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2014 sebesar 86,04. 2.2.2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Lamanya Sekolah atau years of schooling adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Pada prinsipnya angka ini merupakan transformasi dari bentuk kategori TPT menjadi bentuk numerik. Angka Rata-Rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Lamanya bersekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata lama bersekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah. Ukuran ini mengatasi masalah kekurangan estimasi dari TPT yang tidak mengakomodir kelas tertinggi yang pernah dicapai individu. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Klungkung disajikan pada Grafik 3. Grafik 3 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kab. Klungkung (Tahun), 2012-2014 6,88 6,9 6,81 2012 2013 2014 Sumber : BPS Kab. Klungkung Rata-rata lama sekolah Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun walaupun masih tergolong rendah (tamat SD). Rata-rata lama sekolah yang sebelumnya selama 6,81 tahun 9

pada tahun 2012, meningkat menjadi 6,88 tahun pada tahun 2013, dan meningkat lagi menjadi 6,9 tahun pada tahun 2014. 2.2.3. Angka Partisipasi Murni Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Tetapi, jika dibandingkan dengan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Data Angka Partisipasi Murni Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Klungkung, Tahun 2014 Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Jumlah (Tahun) 7 12 95,82 100 97,66 13 15 80,63 77,81 79,01 16 18 79,97 88,02 83,56 19 24 6,24 8,95 7,38 Sumber : BPS Kab. Klungkung Tabel 4 menyajikan data mengenai Angka Partisipasi Murni Penduduk Kabupaten Klungkung pada usia tertentu per jenis kelamin. Dari tabel 10

4 dapat diketahui Angka Partisipasi Murni penduduk perempuan lebih tinggi daripada penduduk laki-laki khususnya pada kelompok umur 7-12 tahun, 16-18 tahun, dan kelompok umur 19-24 tahun, sedangkan pada kelompok umur 16-18 tahun Angka Partisipasi Murni laki-laki lebih tinggi dari perempuan. 2.2.4. Angka Partisipasi Kasar APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK didapat dengan membagi jumlah penduduk yang sedang bersekolah (atau jumlah siswa), tanpa memperhitungkan umur, pada jenjang pendidikan tertentu dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tersebut. Data Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Klungkung Tahun 2014 Kelompok Umur (Tahun) Laki Laki Perempuan Jumlah 7-12 104,28 111,74 107,57 13-15 104,31 81,04 90,91 16-18 103,79 130,45 115,67 19-24 9,82 14,55 11,81 Sumber : BPS Kab. Klungkung Angka Partisipasi Sekolah penduduk Kabupaten Klungkung pada usia 7-12 tahun, 13-15 tahun, 16-18 tahun menunjukkan partisipasi sekolah 11

penduduk sangat baik, hanya saja pada kelompok usia 19-24 tahun partisipasi sekolah penduduk masih rendah, hal ini menandakan masih sedikit penduduk yang mampu menyekolahkan anak-anak sampai pada jenjang pendidikan tinggi. Hal ini juga merupakan fokus pembangunan di bidang pendidikan bagi Pemerintah Kabupaten Klungkung. 2.2.5. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Data mengenai penduduk Kabupaten Klungkung menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang Ditamatkan di Kabupaten Klungkung, 2012-2014 No Uraian 2012 2013 2014 1. Tidak Punya/Tidak Sekolah 15,98 16,06 31,50 2. SD Sederajat 27,22 25,88 22,52 3. SMP Sederajat 20,25 20,95 16,61 4. SMA Sederajat 27,06 29,32 22,06 5. DI/DII/DIII 2,60 2,76 2,81 6. DIV/S1/S2/S3 6,90 5,03 4,51 Sumber : BPS Kab. Klungkung 12

Berdasarkan Tabel 6, penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak punya ijazah terus mengalami peningkatan, dimana penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai ijazah sebanyak 15,98% pada tahun 2012 meningkat menjadi 16,06% pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 penduduk usia 15 tahun keatas yang tidak mempunyai ijazah meningkat menjadi 31,50%. 2.2.6. Angka Kelangsungan Hidup Bayi Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktorfaktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak- 13

anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1000-angka kematian bayi). AKB dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kelangsungan Hidup Bayi untuk Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kab. Klungkung,2010-2014 Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber data Angka Kematian 5,95 9,2 6,8 8,89 7,91 Dinkes Klk Bayi (per 1000 KH) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (1000- AKB) 994 991 993 991 992 Data diolah Tabel 7 menyajikan data angka kematian bayi di Kabupaten Klungkung dari tahun 2010 2014 yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Naik turunnya angka kematian bayi diikuti oleh naik turunnya angka kelangsungan hidup bayi. 2.2.7. Angka Usia Harapan Hidup Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan 14

dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Idealnya angka harapan hidup dihitung berdasarkan angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung angka harapan hidup digunakan dengan mengutip angka yang diterbitkan BPS. Data angka harapan hidup penduduk Kabupaten Klungkung disajiikan pada Grafik 4. Grafik 4 Angka Harapan Hidup Kabupaten Klungkung, 2012-2014 69,84 69,91 69,66 Sumber : BPS Kab. Klungkung 2012 2013 2014 Angka harapan hidup penduduk Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dimana sebelumnya pada tahun 2012 angka harapan hidup penduduk di Kabupaten Klungkung adalah 69,66 tahun meningkat menjadi 69,91 tahun di tahun 2014. 2.2.8. Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat 15

berdasarkan standar WHO. WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu : a. rendah = di bawah 10 % b. sedang = 10-19 % c. tinggi = 20-29 % d. sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. Untuk menghitung persentase balita gizi buruk dapat digunakan rumus sebagai berikut : Data mengenai balita gizi kurang di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Persentase Balita Gizi Kurang di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 Uraian Kecamatan Banjarangkan Dawan Klungkung N.P Kab Balita Gizi Kurang(Anak) 69 34 66 93 262 Anak Balita 2.501 2.796 3.860 2.981 12.138 (Anak) Persentase Balita Kurang Gizi (%) 2,76 1,22 1,71 3,12 2,16 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Klungkung 16

Tabel 8 menyajikan data balita yang memiliki masalah gizi, termasuk didalamnya gizi buruk maupun gizi kurang. Permasalahan balita dengan masalah gizi merupakan salah satu indikator Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang harus mendapat perhatian serius. Dari data di atas dapat diketahui, permasalahan gizi kurang paling banyak terdapat di Kecamatan Nusa Penida, dimana persentase balita gizi kurang yang ditemukan sebanyak 3,12% dari keseluruhan jumlah balita. Permasalahan gizi kurang paling sedikit terdapat di Kecamatan Dawan dimana persentase balita gizi kurang ditemukan sebanyak 1,22% dari keseluruhan jumlah balita. 2.2.9. Persentase Penduduk Di Atas Garis Kemiskinan Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100-angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhankebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk: a. Mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan; b. Membandingkan kemiskinan antar waktu, antar daerah; c. Menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka. Data mengenai persentase penduduk di atas garis kemiskinan disajikan pada Tabel 9. 17

Tabel 9 Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan, 2011-2014 No Uraian 2011 2012 2013 2014 1. Persentase Penduduk 6,10 5,37 7,01 7,01 Miskin 2. Persentase Penduduk 93,90 94,63 92,99 92,99 diatas Garis Kemiskinan Sumber : BPS Kab. Klungkung Persentase penduduk miskin pada tahun 2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, dimana persentase penduduk miskin pada tahun 2012 sebanyak 5,37% sedangkan pada tahun 2013 naik menjadi 7,01%, hal ini secara langsung mempengaruhi persentase penduduk diatas garis kemiskinan menjadi turun pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014, persentase penduduk miskin masih sama dengan tahun 2013 yaitu sebesar 7,01%. 2.2.10. Persentase Jumlah Penduduk Yang Memiliki Lahan Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap jumlah penduduk dikali 100. Untuk menghitung persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan dapat digunakan rumus sebagai berikut : Data mengenai jumlah penduduk yang memiliki lahan di Kabupaten Klungkung tidak tersedia. 2.2.11. Rasio Penduduk Yang Bekerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan 18

kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1-angka pengangguran). Untuk menghitung rasio penduduk yang bekerja dapat digunakan rumus sebagai berikut : Rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Klungkung pada Tahun 2014 disajikan pada Tabel 10. 19

Tabel 10 Rasio Penduduk Yang Bekerja di Kabupaten Klungkung Tahun 2014 No. Uraian 2012 2013 2014 1. Penduduk Yang 96.527 99.416 100.803 Bekerja 2. Angkatan Kerja 98.586 101.530 102.801 3. Rasio Penduduk Yang Bekerja 0,9791 0,9792 0,9806 Sumber : BPS Kab. Klungkung Dari tabel 10 diketahui rasio penduduk yang bekerja mengalami peningkatan, dari sebelumnya sebesar 0,9791 pada tahun 2012, naik menjadi 0,9792 di tahun 2013 dan naik lagi menjadi 0,9806 di tahun 2014. 2.2.12. Angka Kriminalitas Yang Tertangani Keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama di daerah. Pemerintahan daerah dapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga kuantitas dan kualitas kriminalitas dapat diminimalisir. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap 10.000 penduduk. Untuk menghitung angka kriminalitas yang tertangani dapat digunakan rumus sebagai berikut : Data mengenai jumlah tindak kriminal yang tertangani di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 11. 20

Tabel 11 Angka Kriminalitas Yang Tertangani di Kabupaten Klungkung, 2010-2014 No Uraian 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber Data 1. Tindak Kriminal Yang 65 69 78 67 60 Polres Tertangani (Kasus) KLK 2. Penduduk (jiwa) 171.200 172.100 172.900 173.900 174.800 BPS KLK Angka Kriminalitas 3,80 4,01 4,51 3,85 3,43 Data Diolah Angka kriminalitas di Kabupaten Klungkung mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 3,80 menjadi 4,01 di tahun 2011, namun pada tahun 2012 hingga tahun 2014, angka kriminalitas di Kabupaten Klungkung mengalami penurunan. 2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga Pembangunan bidang seni, budaya dan olahraga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Pencapaian pembangunan seni, budaya dan olahraga dapat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: 2.3.1. Jumlah Grup Kesenian Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk. Untuk menghitung jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk dapat digunakan rumus sebagai berikut: Jumlah Grup Kesenian Jumlah Penduduk X 10.000 Data jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 12. 21

Tabel 12 Grup Kesenian Per 10.000 penduduk di Kab. Klungkung, 2014 No Uraian 2014 Sumber Data 1. Grup Kesenian (grup) 140 Disbudpar Klk 2. Penduduk (jiwa) 174.800 BPS Klk 3. Grup Kesenian Per 10.000 penduduk 8,01 Data Diolah Tabel 12 menunjukkan jumlah grup kesenian per 10.000 penduduk di Kabupaten Klungkung pada Tahun 2014 adalah sebannyak 8,01. 2.3.2. Jumlah Gedung Kesenian Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per 10.000 penduduk. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Klungkung, tercatat bahwa Kabupaten Klungkung tidak memiliki gedung kesenian. 2.3.3. Jumlah Klub Olahraga Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk. Untuk menghitung jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk dapat digunakan rumus sebagai berikut : Jumlah Klub Olahraga Jumlah Penduduk X 10.000 Klub olahraga di Kabupaten Klungkung tersebar di empat kecamatan sebagaimana ditampilkan Grafik 5. 22

Grafik 5. Klub Olahraga di Kabupaten Klungkung (Klub), 2014-Juni 2015 2014 s.d Juni 2015 150 100 50 0 97 97 39 39 25 25 26 26 7 7 Banjarangkan Dawan Klungkung Nusa Penida Kabupaten Sumber : Disdikpora Kab. Klungkung Jumlah klub olahraga di Kabupaten Klungkung pada Tahun 2014 dan Juni 2015 tidak mengalami perubahan. Klub Olahraga terbanyak terdapat di Kabupaten Klungkung dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Banjarangkan. Data jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Klub Olahraga Per 10.000 penduduk di Kab. Klungkung, 2014 No Uraian 2014 Sumber Data 1. Klub Olahraga (Klub) 97 Disdikpora Klk 2. Penduduk (jiwa) 174.800 BPS Klk 3. Klub Olahraga Per 10.000 penduduk 5,55 Data Diolah Tabel 13 menunjukkan jumlah klub olahraga per 10.000 penduduk di Kabupaten Klungkung pada Tahun 2014 adalah sebannyak 5,55. 2.3.4. Jumlah Gedung Olahraga Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk. Untuk menghitung jumlah gedung olahraga per 10.000 penduduk dapat digunakan rumus sebagai berikut : 23

Jumlah Gedung Olahraga X 10.000 Jumlah Penduduk Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung, di Kabupaten Klungkung pada tahun 2014 terdapat dua gedung olahraga yang berlokasi di Kecamatan Klungkung dan Kecamatan Nusa Penida. Data mengenai gedung olahraga per 10.000 penduduk di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Gedung Olahraga Per 10.000 penduduk di Kab. Klungkung, 2014 No Uraian 2014 Sumber Data 1. Gedung Olahraga 2 Disdikpora Klk 2. Penduduk (jiwa) 174.800 BPS Klk 3. Gedung Olahraga Per 10.000 penduduk 0,11 Data Diolah Ketersediaan gedung olahraga di Kabupaten Klungkung masih terdapat kekurangan dimana dua kecamatan belum memiliki gedung olahraga tersendiri. Hal ini dapat menurunkan minat berolahraga dari masyarakat di kedua kecamatan mengingat kurangnya akses untuk fasilitas olahraga. 24

BAB III ASPEK PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK 3.1. Fokus Pelayanan Dasar Fokus pelayanan dasar merupakan fokus pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan pelayanan publik lainnya. 3.1.1. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak. Pendidikan dasar menjadi dasar bagi jenjang pendidikan menengah. 3.1.2.1. Angka Partisipasi Sekolah APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah. APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per 1.000 jumlah penduduk usia 25

pendidikan dasar. Untuk menghitung APS dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Angka Partisipasi Sekolah untuk pendidikan dasar di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar Kab. Klungkung, 2014 No Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Jumlah 1. 7-12 99,46 100,00 99,70 2. 13-15 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kab. Klungkung Dari tabel di atas dapat diketahui angka partisipasi sekolah penduduk usia 7-12 tahun yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada penduduk berjenis kelamin laki-laki pada kelompok umur yang sama. 3.1.2.2. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. Untuk menghitung rasio ketersediaan sekolah dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 26

Tabel 16 Rasio Ketersediaan Sekolah Pendidikan Dasar Kab. Klungkung, 2014 No Uraian Nilai 1. Sekolah SD/MI 139 2. Sekolah SMP/MTs 24 3. Sekolah (pend dasar) 163 4. Penduduk 7-12 tahun 18.826 5. Penduduk 13-15 tahun 8.830 6. Penduduk Usia Pendidikan Dasar 27.656 7. Rasio Ketersediaan Sekolah 58,94 Sumber : Disdikpora Klungkung Dari Tabel 16 dapat diketahui bahwa rasio ketersediaan sekolah pendidikan dasar di Kabupaten Klungkung pada tahun 2014 adalah sebesar 58,95. 3.1.2.3. Rasio Guru Terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000 jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Data mengenai rasio guru terhadap murid di Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 17. 27

Tabel 17 Rasio Guru Terhadap Murid Pendidikan Dasar di Kab. Klungkung, Tahun 2014/2015 No Uraian Nilai 1 Guru SD/MI 1.551 2 Guru SMP/MTs 718 3 Guru (pendidikan dasar) 2.269 4 Murid SD/MI 18.206 5 Murid SMP/MTs 9.517 6 Murid Pendidikan Dasar 27.732 7 Rasio Guru Terhadap Murid 81,81 Sumber : Disdikpora Klungkung Dari Tabel 17 dapat diketahui bahwa rasio guru terhadap murid pendidikan dasar di Kabupaten Klungkung pada tahun 2014 adalah sebesar 81,81. 3.1.2.4. Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata rata dapat dihitung menggunakan rumus : 3.1.2. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah (sebelumnya dikenal dengan sebutan sekolah lanjutan tingkat atas atau SLTA) adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah atas (SMA) (sempat dikenal dengan "sekolah menengah umum" atau SMU) atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah umum dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah umum terdiri atas 3 (tiga) tingkat. Selain pendidikan menengah umum terdapat pula pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) 28

atau madrasah aliyah kejuruan (MAK). Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya. 3.1.2.1. Angka Partisipasi Sekolah APS adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Data Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Klungkung disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Kab. Klungkung, Tahun 2014 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 16-18 91,48 98,24 94,49 Sumber : BPS Kab. Klungkung Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Kabupaten Klungkung Tahun 2014 untuk penduduk usia 16-18 tahun perempuan lebih tinggi dari laki-laki, dimana Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah laki-laki sebesar 91,48 sedangkan perempuan sebesar 98,24 3.1.2.2. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan menengah per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah. 29