Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

Subjek Pajak PPh Pasal 23

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

Modul Perpajakan PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 DEFINISI


Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

PPh Pasal 23 Penghasilan dari Modal, Jasa dan Kegiatan

Subject 2 Income Tax Article 21

Subject 2 Income Tax Article 21

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

PA JAK PENGHASILAN F INAL

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PPh Pasal 26. Pengantar

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh), karena dalam PPh ada Perampungan yang dilakukan setiap akhir tahun

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dan Pasal 26. Disusun guna memenuhi tugas : Mata Kuliah : Perpajakan Dosen Pengampu : Agus Arwani, M.

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Hukum: Pasal 23 UU PPh PMK No. 244/ PMK.03/ 2008

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

Regulasi Pemotongan dan Pemungutan PPh Pasal 23. dan Risiko Apabila Lupa Memotong PPh Ps 23. Atas Pembayaran Jasa Yang Anda Gunakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 23 atas Jasa Sewa Kendaraan pada PT. Amico ABSTRAK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

BAB III PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN UMKM PP NO 46 TAHUN Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

BAB III PAJAK PENGHASILAN

PER - 52/PJ/2009 PENUNJUKAN PEMOTONG, TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASI

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Modul ke: PERPAJAKAN I. PPh PASAL Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Pajak Penghasilan Pasal 21

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26 BAB IV

PAJAK PENGHASILAN ATAS USAHA REKSA DANA (SERI PPH UMUM NO. 30)

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pokok-Pokok Perubahan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Oleh Bambang Kesit Accounting Department UII Yogyakarta 21 Juni 2010

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha, termasuk dari usaha cabang, se

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EVALUASI MEKANISME PPh PASAL 21 PADA PT AIN TAHUN PAJAK Iramaulina Damanik Rachmat Kurniawan Fharel Hutajulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

MAKALAH PERPAJAKAN. Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ANALISIS PENERAPAN PEMOTONGAN DAN PENYETORAN SERTA PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN PASAL 26 TAHUN (STUDI KASUS: PERUM PERURI)

BAB IV PEMBAHASAN. memiliki pengenaan pajak pada Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 yang penjelasaannya. telah diatur dalam UU PPh Nomor 36 Tahun 2008.

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TA. 2010/2011

Soal USKP A Mata Ujian PPh Pot/ Put Pasal (15, 21, 22, 23, 26) Periode Juni Tahun 2013 (Bagian Pertama)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh wajib

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-Cuma).

TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 BULAN AGUSTUS 2015 PADA CV. SUAR LANG

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK BUKAN PEGAWAI ATAS IMBALAN YANG BERSIFAT BERKESINAMBUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG

UU No 7 Tahun 1983 PMK 184/PMK.03/2007 Perd Pe irj r e j n e No .PER 31/PJ 31/P /2009 Diubah dengan PER 57/PJ/2009. Perd Pe irj r e j n e No

Transkripsi:

Pajak Penghasilan Pasal 23 Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011 http://elearning.pnb.ac.id www.nyomandarmayasa.com

Sub Topik 1. UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 23 2. Pemotong PPh Pasal 23 3. Objek PPh Pasal 23 4. Pengecualian Obyek PPh Pasal 23 5. SE-53/PJ/2009 6. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultasi 7. PP No. 51 Tahun 2008

Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa agar mahasiswa mengetahui : Pengertian-pengertian berkaitan dengan PPh Pasal 23. Pemotong PPh Pasal 23. Tarif PPh Pasal 23. Perhitungan PPh Pasal 23.

UU No. 36 Tahun 2008-Pasal 23 Atas penghasilan : Dividen, Bunga, Royalty, Hadiah, Sewa, dan penghasilan lainnya. Yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.

Pemotong PPh Pasal 23 1. Badan Pemerintah 2. Subjek Pajak Badan Dalam Negeri 3. Penyelenggara Kegiatan 4. BUT 5. Orang Pribadi (Kep-50/PJ./1994) Wajib memotong Penghasilan PPh Pasal 23 atas pembayaran (sewa) a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, PPAT (kecuali camat PPAT), Pengacara dan Konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. b. WPOP yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.

Objek PPh Pasal 23 1. Dividen (Pasal 4 (1) g) 2. Bunga (Pasal 4 (1) f) 3. Royalti 4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yg telah dipotong PPh Pasal 21 (1) e. 5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (kecuali sewa Pasal 4 (2)) 6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain yg telah dipotong PPh pasal 21 7. Jenis jasa lainnya (Per-70/PJ/2007 mulai 9 April 2007) 8. PMK No. 244/PMK.03/2008 mulai 1 Januari 2009

Pengecualian Obyek PPh Pasal 23 1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank. 2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi. 3. Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh dan dividen yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU PPh 4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i UU PPh 5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya 6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan

Contoh : PT. Megah (pihak pertama) melakukan kontrak dengan PT Satu Sarana selaku perusahaan agen periklanan (pihak kedua) untuk membuat iklan sekaligus memasang iklan pada perusahaan media (pihak ketiga). Nilai kontrak yang telah disepakati adalah Rp. 103.000.000. Rincian tagihan PT Satu Sarana kepada PT Megah adalah :

Rincian Tagihan : 1. Pembelian material untuk pembuatan iklan Rp. 15.000.000 2. Jasa konsultan (terkait pembuatan dan pemasangan iklan) Rp. 5.000.000 3. Fee agen Rp. 3.000.000 4. Biaya pemasangan iklan ke perusahaan media Rp. 80.000.000

Jawaban (sesuai SE-53/PJ/2009) 1. Pemotongan PPh Pasal 23 yang dilakukan PT. Satu Sarana atas pembayaran jasa pemasangan iklan kepada perusahaan media 2 % X Rp. 80.000.000 = Rp. 1.600.000 2. Pemotongan PPh Pasal 23 yang dilakukan PT. Megah atas pembayaran jasa konsultasi dan jasa keagenan kepada PT Satu Sarana adalah 2 % X Rp. 5.000.000 = Rp. 100.000 (jasa konsultasi) 2 % X Rp. 3.000.000 = Rp. 60.000 (jasa keagenan) 3. Dalam hal tidak ada bukti pendukung atas rincian, maka jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh Pasal 23 PPh Pasal 23 dipotong PT Megah kepada PT. Sarana 2 % X Rp. 103.000.000 = Rp. 2.060.000

Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultasi Per 70/PJ./2007 (9/4/2007) PMK No. 244/PMK.03/2008 (1/1/09) PP 140 Tahun 2000 DICABUT PP 51 Tahun 2008 (1 Januari 2008) PP 40 Tahun 2009 (1 Agustus 2008)

PP No. 51 Tahun 2008 (Pasal 4 (2)) Atas penghasilan Usaha Jasa Konstruksi dekenakan PPh FINAL No Jasa Konstruksi Kualifikasi Usaha Tarif 1 Pelaksanaan Usaha Kecil 2 % 2 Pelaksanaan Tidak memiliki kualifikasi usaha 4 % 3 Pelaksanaan Kualifikasi usaha menengah atau besar 3 % 4 Perencanaan Memiliki kualifikasi usaha 4 % 5 Perencanaan Tidak memiliki kualifikasi usaha 6 %

Contoh 1. Pada bulan Agustus 2011, PT. Harapan Jaya menandatangani kontrak untuk pembangunan gedung kesenian dengan PT. Konstrux, sebuah perusahaan konstruksi yang memiliki kualifikasi menengah. Atas kontrak senilai Rp. 800.000.000,00, dibayar dibulan September sebesar Rp. 700.000.000,00 dan sisanya dibayar di tahun 2012. Hitunglah PPh Pasal 4 (2) yang terutang bulan September 2011!

Jawaban : PT. Harapan Jaya adalah pemotong pajak yang menggunakan jasa PT. Konstrux (memiliki kualifikasi menengah), dimana dalam bulan September melakukan pembayaran sebesar Rp. 700.000.000,00 atas transaksi ini PT. Harapan Jaya wajib memotong PPh. PPh Pasal 4(2) = 3 % X Rp. 700.000.000,00 PPh Pasal 4(2) bersifat FINAL

Contoh 2. Koperasi Usaha Tani (KUT) Mandiri, pada bulan Maret 2011 membayar bunga simpanan kepada anggotanya yaitu Tn. Anggoro sebesar Rp. 500.000,00 Berapakah PPh Pasal 4 (2) yang harus dipotong oleh KUT Mandiri jika koperasi tersebut belum ditunjuk sebagai pemotong pajak oleh KPP tempat koperasi tersebut terdaftar?

Jawaban : Sesuai dengan KMK No. 522/KMK.04/1998 jo SE-43/PJ.43/1998 (batasan bunga simpanan anggota koperasi yang tidak dipotong PPh). Adalah Rp. 240.000,00 PP No.19 Tahun 2009 Karena bunga yang diterima adalah Rp. 500.000,00 lebih besar dari Rp. 240.000,00 maka terutang PPh PPh Pasal 4(2) = 10 % X Rp. 500.000,00 (Seluruh bunga yang diterima). PPh Pasal 4 (2) = Rp. 50.000,00 PPh Pasal 4(2) bersifat FINAL

Daftar Pustaka IKPI, 2009, Kumpulan Soal & Jawab Ujian Sertifikasi Konsultan Pajak "A", PT Cipta Bina Parama, Jakarta IKPI, 2011, Rangkuman Undang-Undang Perpajakan, PT Cipta Bina Parama, Jakarta Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi Yogyakarta Taf Consulting, 2008, Executive Tax Program Pendidikan Pajak Terapan Komprehensif Brevet A-B-C, PT. Taf Consulting, Jakarta