BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pajak dan Fungsi Pajak Definisi Pajak Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirin suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Banyak ahli ekonomi mengemukakan pendapatnya tentang definisi pajak. Berikut adalah definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi : a. Brotodiharjo dalam buku Waluyo (2010:2) menyatakan : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. 8

2 b. Soemitro dalam buku Waluyo (2010:3) menyatakan : Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum Fungsi Pajak Ada 2 fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. 2. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. 2.2 Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak (Siti Resmi, 2013: 74). 9

3 2.2.1 Pengertian PPh Pasal 23 Menurut TM Books (2013:155) PPh pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan jo Undang- Undang Nomor 36 Tahun b. Peraturan Menteri Keuangan No. 244/PMK.03/2008 tentang jenis jasa lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf c angka 22 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 jo Undang-Undang Nomor 36 Tahun c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/pmk/03/2008 tentang penghasilan atas jasa keuangan yang dilakukan oleh badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan yang tidak dilakukan pemotongah PPh Pasal Subjek PPh Pasal 23 Yang menjadi Subjek Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah wajib pajak dalam negeri, baik wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan, termasuk bentuk usaha tetap yang menerima penghasilan yang berasal dari 10

4 modal, penyerahan jasa atau penyelenggara kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal Pengertian Wajib Pajak dan Bentuk Usaha Tetap a. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditier, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi, lembaga serta badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. c. Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. 11

5 2.4 Objek dan Bukan Objek PPh Pasal Objek PPh Pasal 23 Penghasilan wajib pajak dalam negeri dan BUT yang dipotong PPh Pasal 23, sesuai dengan pasal 23 UU PPh 23, antara lain : a. Dividen Secara umum dividen dapat diartikan sebagai laba perusahaan yang diberikan kepada para pemilik perusahaan. b. Bunga Bunga dapat diartikan sebagai uang yang dibayarkan atau diterima atas penggunaan sejumlah pinjaman atau sejumlah uang yang disimpan. c. Royalti Royalti merupakan imbalan sehubungan dengan penggunaan hak atas harta berwujud dan tak berwujud serta penggunaan informasi yang belum dipatenkan. d. Hadiah Hadiah penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh oleh penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan yang penerimanya adalah wajib pajak badan. 12

6 e. Sewa Sewa merupakan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. f. Imbalan Imbalan merupakan sesuatu yang diberikan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain selain jasa yang telah dipotong PPh pasal Bukan Objek PPh Pasal 23 Pemotong PPh pasal 23 tidak dilakukan atas : a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank. b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi. c. Dividen yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara atau daerah, dari pernyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat : 1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan. 2) Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara atau daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling renda 25% dari jumlah modal yang disetor. 13

7 d. Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. e. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif. f. Sisa hasil usaha yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. g. Penghasilan berupa bungan atau imbalan yang dibayar atau terutang badan usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman atau pembiayaan, termasuk menggunakan pembiayaan berbasis syariah. 2.5 Pemotong dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal Pemotong PPh Pasal 23 Pemotong PPh pasal 23 meliputi : a. Badan pemerintah. b. Subjek pajak badan dalam negeri. c. Penyelenggara kegiatan. d. Bentuk usaha tetap (BUT). 14

8 e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. f. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu : 1. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. 2. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuaan atas pembayaran berupa sewa Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 23 Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 terdiri atas : a. Wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan). b. Bentuk Usaha Tetap (BUT). 2.6 Pengertian Dasar Pengenaan Pajak Dasar pengenaan pajak adalah perkiraan penghasilan neto, yang digunakan untuk menghitung PPh Pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan sewa, jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan 15

9 dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21(Herry Purwono, 2010:199) Tarif Pajak Penghasilan Pasal 23 Pasal 23 ayat (1) UU No. 36 Tahun 2008 menetapkan tarif sebagai berikut : 1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas : a. Dividen. b. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang. c. Royalti d. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e. 2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas : a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2). 16

10 b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Cara Menghitung PPh Pasal Pajak Atas Dividen CV. Unggul menginvestasikan modalnya dengan cara membeli saham PT. Prima sebanyak 22% dari total saham yang beredar di pasar modal. Setiap tahun PT. Prima membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Pada Tahun 2013 perusahaan memperolh laba setelah pajak sebesar Rp dan dividen yang dibagikan ssebanyak 75% dari laba yang diperolehnya itu. Perhitungan PPh Pasal 23 dilakukan sebagai berikut : a. Jumlah dividen yang dibagikan 75% x Rp = Rp b. Penghasilan dividen yang diterima CV. Unggul 15% x Rp = Rp Pajak Atas Bunga Tuan Sarwo membeli 10 lembar sertifkat Obligasi Retail Indonesia (ORI) Rp per lembar. Bunga atas obligasi tersebut ditetapkan 9% per tahun dan dibayarkan tiap bulan April dan Oktober. PPh Pasal 23 dihitung sebagai berikut : 17

11 a. Penghasilan bunga 6/12 x 9% x (10 x Rp ) = Rp b. PPh Pasal 23 15% x Rp = Rp Pajak Atas Royalti Seorang penyanyi yang cukup terkenal selama ini telah menghasilkan tiga volume produk rekaman dalam bentuk VCD atau DVD, sedangkan volume keempat yang diproduksi pada tahun 2013 dengan jumlah unit diminati para penggemarnya. Oleh produser, VCD/DVD dijual dengan harga rata-rata Rp per keping dan artis memperoleh royalti sebesar 15%. Perhitungan PPh Pasal 23 sebagi berikut : a. Penghasilan royalti 15% x x Rp = Rp b. PPh Pasal 23 15% x Rp = Rp

12 4. Pajak Atas Sewa Perusahaan Nyaman Transport memiliki kendaraan berupa sedang, minibus dan bus yang disewakan kepada masyarakat. PT. Anugerah menanda tangani sewa menyewa kendaraan dengan perusahaan untuk keperluan dinas dan melakukan pembayaran sewa tiap akhir bulan. Perusahaan Nyaman Transport menetapkan tarif sewa kepada PT. Anugerah seperti berikut : Sedan Minibus Jeep Rp per hari Rp per hari Rp per hari Selama bulan Februari 2013 PT. Anugerah yang diberi wewenang sebagai pemotong pajak, memakai kendaraan sedan 4 hari, minibus 16 hari dan jeep 7 hari. Apabila pada akhir bulan Februari PT. Anugerah melakukan pembayaran atas sewa kendaraan tersebut. Penghitungan PPh Pasal 23 sebagai berikut : a. Pemakaian kendaraan : Sedan = 4 x Rp = Rp Minibus = 16 x Rp = Rp Jeep = 7 x Rp = Rp Rp

13 Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak No. PER-70/PJ/2007, penghasilan bersih atas sewa-menyewa ditetapkan 10 % dari jumlah bruto. b. PPh pasal 23 yang dipungut oleh PT. Anugerah 15% x 10% x Rp = Rp Pajak Atas Hadiah atau Penghargaan Panitia penyelenggara Kontes Peduli Berantas Korupsi akan memberikan penghargaan kepada masayarakat yang berjuang dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Panitia berhasil memilih lima tokoh utama yang diberikan penghargaan berupa piagam dan hadiah uang senilian Rp per orang. Maka atas penghargaan itu dikenakan PPh Pasal 23, sebagai berikut : a. Pph Pasal 23 5% x Rp = Rp b. Jumlah PPh Pasal 23 yang wajib disetorkan dan dilaporkan panitia penyelenggara 5 x Rp = Rp Pajak Atas Jasa PT. Luwes memproduksi pakaian jadi dan mainan anak-anak. Untuk mempromosikan produk-produknya, perusahaan menggunakan agen periklanan CV. Kreasi terutama dalam desain iklan di surat kabar dan majalah. 20

14 Untuk mendesain iklan, CV. Kreasi melakukan pemotretan produk-produk, menyusun lay-out, serta merancang kata-kata yang menarik. Untuk pekerjaan pemasangan iklan tersebut, PT. Luwes membayar kepada CV. Kreasi : Pengembalian atas pembayaran pemasangan iklan di majalah Rp yang dibayari terlebih dahulu oleh CV. Kreasi. Pembayaran atas pengembalian gambar dan desain iklan Rp Atas Pembayaran tersebut, yang menjadi objek pajak adalah : a. Pemasangan iklan di majalah Jasa ini tergolong sebagai objek PPh Pasal 23 ditetapkan dalam Peraturan Dirjen Pajak No. PER-70/PJ/2007. CV. Kreasi wajib memungut PPh Pasal 23. PPh Pasal 23 = 15% x (10% x Rp ) = Rp b. Pembayaran perancangan iklan Perancangan iklan dilakukan CV. Kreasi merupakan objek pajak PPh Pasal 23 ditetapkan dalam Peraturan Dirjen Pajak No. PER-70/PJ/2007. CV. Kreasi wajib memungut PPh Pasal 23. PPh Pasal 23 = 15% x (10% x Rp ) = Rp

15 Total PPh pasal 23 yang harus disetor dan dilaporkan Rp Rp = Rp