September 2009 PT. DWIKARSA ENVACOTAMA September 2009 PT. DWIKARSA ENVACOTAMA 1
A. PROSES DAN METODOLOGI Proses Koordinasi di lapangan SKPD/ TKPKD FASKEL BKM PROP SNVT PROP BAPEDA RELAWAN KORKOT KMW Proses Pelaksanaan BKM Lurah Faskel Bapeda/ Bapermas SNVT PROP Relawan PJOK Korkot SKPD TKPKD KEC KMW KBP 2
Tempat dan Proses Kegiatan PULAU KOTA KELURAHAN WAKTU SULAWESI MAKASAR LAKKANG (H) 18-05- 09 s/d 27-05- 09 TELLO BARU (L) GORONTALO BOTU (H) 27/05/09 s/d 5-05- 09 BIAWU (L) SUMATERA MEDAN TANJUNG MULIA HILIR (H) 8-06- 09 s/d 17-06- 09 LAU CIH (L) BENGKULU PENURUNAN (H) 18-06- 09 s/d 27-06- 09 ANGGUT DALAM (L) JAWA SURABAYA KALIANAK (H) 13-07- 09 s/d 22-07- 09 SAMBI KEREP (L) PASURUAN KEPPEL (H) 22-07- 09 s/d 31-07- 09 PANGGUNG REJO (L) Chek List Pengambilan Data Primer 3
Pelaksanaan Semiloka Kajian Tujuan : Untuk menambah informasi yang belum diperoleh dari metode sebelumnya. Koordinasi dengan lembaga penanggung jawab PNPM Semiloka mempertemukan stakeholder, dari Qngkat BKM, Kelurahan, Kecamatan, Kota, Propinsi Acara semiloka: Paparan temuan lapangan sementara oleh Tim 6 dan Tim 7, dilanjutkan diskusi kelompok untuk merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pelaksanaan PNPM, dengan 4 tema diskusi. - ParQsipasi masyarakat - Integrasi PJM Pronangkis - Kooordinasi & komunikasi - Kebutuhan peningkatan kapasitas September 2009 PT. DWIKARSA ENVACOTAMA 4
1 Koordinasi dan komunikasi - Koordinasi Lurah dan BKM membaik setelah Lurah mendapat pengarahan dari pemkot/ Satker PBL - Dalam penyusunan PJM Pronangkis belum terjadi koordinasi, namun hanya komunikasi agar Qdak tumpang Qndih program - Koordinasi BKM dengan PJOK terbatas dalam proses pencairan BLM - Koordinasi Lurah dengan PPK Kota 3 bulanan terkait penyampaian laporan kegiatan PNPM dan pemberian BOP 1 sambungan Koordinasi dan komunikasi - Kecuali kota Gorontalo, semua SKPD belum terlibat dalam PNPM (kecuali penanggungjawab PNPM) - Potensi kelompok peduli kelurahan belum digarap. KBK belum terbentuk - Keterlambatan Pemerintah Pusat menanggapi pertanyaan pemerintah kota terkait kebijakan pusat menimbulkan keraguan pemerintah kota untuk mengambil Qndakan di lapangan - Pemerintah Daerah memerlukan tanggapan pusat secara formal tertulis sehingga ada dasar untuk berqndak. 5
2 Pemerintah kota pro poor Pemahaman pro poor sebatas penyediaan anggaran kegiatan untuk untuk program nangkis di Qap dinas yang terus meningkat dan penyediaan dana pendamping bagi P2KP, namun belum mencakup unsur pemberdayaan Pada Qngkat masyarakat kebijakan pemerintah yang berpihak kepada orang miskin (pro- poor) dipahami sebagai pembagian uang yang di hibah kan pada orang miskin 3 Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Tingkat Kelurahan Penguatan Kelembagaan dan Tupoksi BKM Menyusun proposal dan laporan kegiatan Manajemen Keuangan Teknik fasilitasi Dukungan BOP kegiatan BKM Tingkat Kota Penguatan materi PNPM dan pemberdayaan Pendalaman Tupoksi Aparat dalam PNPM Peningkatan ketrampilan Teknis Peningkatan ketrampilan fasilitasi Pengembangan Diri Faskel 6
4a Hambatan Struktural - Keterlambatan penyampaian DIPA pusat setelah APBD disyahkan, penyediaan DDUPB terlambat 4b Hambatan Kelembaga an - Belum ada pola hubungan antara BKM dan LPM - Pemahaman BKM Independen belum jelas - PerganQan personil dan wilayah pendampingan menghambat proses pelaksanaan siklus 7
4c Hambatan Kebijakan - Relawan miskin Qdak dapat akqf karena harus bekerja, Qdak punya biaya transport - Aturan dalam Pedum disamaratakan, Qdak selalu tepat untuk semua lokasi - Beberapa format dalam pedoman teknis sulit dilaksanakan oleh masyarakat awam - Kerja Qm pendamping lebih terfokus pada pencapaian target proyek - Pedoman teknis dari pusat sering berubah menimbulkan kebingungan pelaksana di lapangan 4d Hambatan Lainnya - Perilaku masyarakat yang Qdak mau repot, hanya mau bantuan, menganggap dana hibah - Recruitment faskel pengganq Qdak sesuai prosedur standar, banyak QQpan, Qdak memperoleh pelaqhan. 8
5 Dukungan pemerintah untuk pengarusutama an Pemberdayaan - Peran walikota sangat berpengaruh mendukung pemberdayaan - Belum semua pemerintah kota memiliki rencana yang jelas untuk mengadopsi pendekatan pemberdayaan masyarakat - Bila kesinambungan diartikan alih kelola dari konsultan pada pemda, Pemda merasa belum siap karena pengetahuan aparat pemda masih terbatas - Pada tingkat masyarakat, keterikatan pada fasilitator masih cukup kuat, bila faskel meninggalkan mereka belum siap alih kelola - Pemerintah kota sudah menyadari perlu melanjutkan kegiatan BKM, walaupun hingga saat ini belum ada kepastian dalam penyediaan dana. September 2009 PT. DWIKARSA ENVACOTAMA 9