TINGKAT CEMARAN DAN JENIS MIKOBIOTA PADA JAGUNG DARI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN. Yuliana Tandi Rubak * ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
DAN KACANG TANAH DI KABUPATEN KUPANG DAN TIMOR TENGAH SELATAN (NTT) Yuliana Tandi Rubak*

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sekitar 2/3 wilayah dari total wilayah Indonesia. Dengan luasnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia dan konsekuensi yang buruk pada ekonomi yang harus

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. diliputi oleh perairan. Dengan luas dan panjangnya garis pantai Indonesia, komoditi

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

INTENSITAS CEMARAN JAMUR PADA BIJI JAGUNG PAKAN TERNAK SELAMA PERIODE PENYIMPANAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Kapang pada Beras yang Berasal dari Beberapa Varietas Padi

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB.

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI RHIZOPUS OLIGOSPORUS PADA BEBERAPA INOKULUM TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Latar Belakang. Outline Presentasi. Isolasi Jamur Potensial Penghasil Mikotoksin Pada Produk Fermentasi Biji Kakao Kering asal Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) YANG DIJUAL DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL DI PROVINSI BALI

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

Infeksi Cendawan pada Biji Kopi selama Proses Pengolahan Primer (Studi Kasus di Propinsi Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. terutama beras sebagai bahan pangan pokok dan umbi-umbian cukup tinggi.

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

Penggunaan Tepung Tempe, Tepung Kedelai dan Campurannya. sebagai Media Usar Tempe

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

PENGARUH TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN TERHADAP MUTU KACANG TANAH PADA DUA MUSIM PANEN BERBEDA

ABSTRAK. PENDAHULUAN Cendawan kontaminan yang menyerang hasil pertanian dapat merugikan produk pertanian, juga dapat mengganggu kesehatan manusia

KEBERADAAN KAPANG PENGKONTAMINASI KEMIRI (Aleurites moluccana Willd.) YANG DIJUAL DI PASAR RAYA PADANG. Oleh : ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

XIII. JAMUR DAN MIKOTOKSIN DALAM PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim

Laboratorium Budidaya Tanaman Anggrek DD Orchids Nursery Kota. mahasiswa dan dosen, termasuk bidang kultur jaringan tanaman.

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

*

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Malang, dan Laboratorium Sentra Ilmu Hayati Universitas. Brawijaya. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

Benarkah Ada Aflatoksin pada Kakao?

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VII No. 2 : 1-6 (2001)

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea) berasal dari lembah sungai Paraguay dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. MATERI DAN METODE

Kacang Tanah: SUMBER Pangan Sehat dan Menyehatkan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENERAPAN DCS PADA ROTARY DRYER UNTUK PENGERINGAN KACANG TANAH. (Implementation Of DCS System and Appliance Rotary Dryer for

Pertumbuhan Kapang Tempe pada Fermentasi Tempe Bergaram (Growth of Tempe Moulds in Salt Tempe Fermentation)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SPESIES KAPANG KONTAMINAN PADA BIJI KACANG MERAH DI PASAR TRADISIONAL KOTA MALANG

RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER (RPS)

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia adalah faktor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI SURVEY KONSUMSI DAN STUDI ANALISIS KANDUNGAN AFLATOKSIN BEBERAPA PRODUK PANGAN BERBASIS JAGUNG. Oleh : ALDILLA SARI UTAMI F

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman jagung termasuk keluarga (famili) gramineae, seperti

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

kultur murni 5 ml SDA miring, (+) 5 ml SDB suspensi Aspergillus niger inkubasi suhu kamar steril Aspergillus niger pada cawan petri selama 4 hari

I. PENDAHULUAN. beras yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sejumlah produk olahan pangan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG KONTAMINAN PADA JAMU SERBUK YANG DIJUAL DI KOTA PARE KABUPATEN KEDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

UJI MIKROBIOLOGIS BEBERAPA PRODUK KECAP MANIS PRODUKSI LOKAL YANG BEREDAR DI BEBERAPA PASAR KOTA PADANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

IbM PENGOLAHAN JAGUNG IBU-IBU PKK DESA TAMBAKMERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAHAN DAN METODE. Bahan

Transkripsi:

TINGKAT CEMARAN DAN JENIS MIKOBIOTA PADA JAGUNG DARI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN Yuliana Tandi Rubak * ABSTRACT The purpose of this research are to determine fungal contamination and any kinds of micobiota which are infected corn seed from Kupang district. Sixty five of samples were collected from 4 places in Kupang district and doing fungal infection test. Enumeration was done by the direct plating with DCPA media (Dichloran Chloramphenicol Petone Agar), DRBC ( Dicholoram Rose Bengal Chloramphenicol), and DG-18 ( Dichloram18 % Glyserol Agar), Identification the kind of fungal infection on corn seed has done by MEA media (Malt Ekstrac Agar). The result of this research show us that the range percentage of fungal infection in corn seed ranged 88.46 ± 7.33% - 99.50 ± 0.50%. The infected samples by Fusarium spp 62.11 %, Black aspergilli 2,6 and Penicillium spp 1.02 %. Key words : Corn, Kupang, Micobiota. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat cemaran dan jenis mikobiota pada jagung yang dihasilkan di Kabupaten Kupang sebagai salah satu sentra produksi jagung tertinggi di Daratan Timor NTT. Sebanyak 65 sampel jagung diperoleh dari petani dari 4 kecamatan di Kabupaten Kupang dan dilakukan uji terhadap tingkat cemaran dan populasi jamur. Enumerasi dilakukan dengan metode Direct Plating menggunakan media DCPA, DRBC, dan DG-18,. Identifikasi jamur yang menginfeksi dilakukan menggunakan media MEA (Malt Ekstrac Agar). Hasil uji infeksi jamur terhadap sampel menunjukkan persentase biji terinfeksi jamur berkisar 88.46 ± 7.33% hingga 99.50 ± 0.50%. Sampel Jagung rata-rata terinfeksi jamur Fusarium spp 62.11 %, Black aspergilli sebesar 2,6% dan Penicillium spp 1.02 %. Kata kunci : Jagung, Kabupaten Kupang, Mikobiota

Jagung merupakan sumber karbohidrat kedua yang banyak diusahakan di Kabupaten Kupang, dan sebahagin masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok pengganti beras. Sebahagian lagi banyak dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Produksi Jagung di NTT pada tahun 2008 sebesar 673.112 ton dengan luas areal tanaman 270.717. Kabupaten Kupang merupakan salah satu sentra produksi jagung di NTT. Kebutuhan jagung akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kualitas jagung salah satunya dipengaruhi oleh prkatek budidaya dan penanganan pasca panen. Adanya praktek budidaya dan pascapanen yang kurang baik dikalangan petani, pengumpul dan pendagang dapat menyebabkan penurunan mutu dan kerusakan biji jagung. Kerusakan yang terjadi dapat berupa kerusakan fisik, kimia dan kerusakan mikrobiologis akibat adanya cemaran jamur. Jamur yang sering ditemukan menginfeksi jagung di Indonesia diantaranya adalah Aspergillus flavus, Fusarium miniformae, Aspergillus niger, Eurotium rubrum. Infeksi jamur tersebut bisa terjadi sebelum dan sesudah panen, selama distribusi dan penyimpanan dan diperkirakan berasal dari tanah serta kondisi selama penyimpanan. Beberapa dari jamur yang ditemukan pada jagung mampu menghasilkan toksin seperti Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang menghasilkan aflatoksin sedangkan fusarium monoformae dan Fusarium graminearum mampu menghasilkan toksin trichotheceme atau toksin Fusarium yang lain (Pitt and Hocking, 1985) Salah satu jamur yang mendapat perhatian penting karena banyak menginfeksi kacangkacangan dan serealia terutama jagung serta mampu menghasilkan mikotoksin adalah Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. Pertumbuhan jamur ini terjadi pada kisaran suhu 25-35 0 C dengan kelembaban nisbi sekitar 85 %. Adanya kondisi iklim dan kandungan karbohidrat yang tinggi pada jagung yang berfungsi sebagai substrat merupakan kondisi yang kondusif bagi jamur Aspergillus flavus untuk produksi aflatoksin. Kontaminasi jamur dan kandungan aflatoksin merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan kelayakan jagung untuk dikonsumsi manusia dan ternak. Laporan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa propinsi menunjukkan bahwa tingkat infeksi jamur dapat mencapai 100 persen dari biji yang diperoleh dari petani, pengumpul dan pedagang, terinfeksi jamur Aspergillus dan Penicillium. Sedangkan kondisi cemaran aflatoksin pada komoditi pertanian di Indonesia seperti pada jagung dan kacang tanah serta beberapa produk olahannya telah dilaporkan oleh Rahayu et al., (2003) ; Ginting et. al., (2005) dan Lilieanny et al (2005). Komoditi dan produk-produk olahan dari komoditi tersebut tercemar aflatoksin

melebihi ambang batas yang telah ditentukan Dirjen POM RI yaitu 20 ppb (Badan POM, 2002). Penelitian ini dilakukan untuk melihat kualitas jagung dari Kabupaten Kupang ditinjau dari cemaran jamur, sehingga dapat dilakukan perbaikan penanganan pascapanen guna mencegah atau menekan laju infeksi jamur. METODOLOGI PENELITIAN Sampel dan Lokasi Pengambilan sampel Sampel jagung ditingkat petani diambil dari 4 kecamatan yang ada di Kabupaten Kupang yaitu kecamatan Kupang Tengah, Takari, Amarasi dan Semau Selatan. Pengambilan sampel jagung dilakukan pada bulan Juni Juli 2009. Pengambilan sampel jagung dari petani dilakukan dalam bentuk jagung pipilan dan jagung tongkolan. Jumlah sampel yang diambil dalam bentuk jagung pipilan sebanyak 2 kg dan 3 kg dalam bentuk jagung tongkolan. Pengujian infeksi jamur Uji infeksi jamur pada sampel dilakukan dengan metode langsung (direct plating) menggunakan media DRBC, DG-18, dan DCPA. Sampel sebanyak 50 g didisenfektasi dengan mencelupkan pada larutan klorin 0,4% selama 2 menit dan kemudian dicuci dengan air steril. Dilakukan pencucian sebanyak 2 kali untuk menghilangkan klorin pada sampel dan dilakukan penirisan. sebanyak 2 x 10 biji ditanam pada 4 media uji (untuk satu cawan Petri diberi 10 biji sampel) dengan menggunakan forcep steril. Inkubasi dilakukan pada suhu 27 0 C selama 5-7 hari untuk media DRBC, DG-18 dan DCPA.. Jumlah biji yang terkontaminasi dihitung sebagai persentase biji terinfeksi jamur (Samson et al., 1992). Isolasi dan identifikasi Jamur Isolasi dilakukan dengan mengambil miselia atau spora jamur berdasarkan warna koloni dan kenampakan jamur yang berbeda. Isolat jamur ditumbuhkan pada media transfer yaitu PDA (Potato Dextrose Agar) miring dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu kamar selama 4 hari sehingga diperoleh kultur murni. Selanjutnya, spora diambil dengan menggunakan tusuk sate steril, dimasukkan ke dalam cairan semi solid (Agar 0.02 % dengan 0.05 % Tween 80) diaduk dan inokulasi dengan cara menitikkan pada media MEA (Malt Extract Agar ) dalam cawan petri pada 3 titik dan dinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari. Identifikasi dilakukan

dengan pengamatan secara makroskopis maupun mikroskopis dengan pembuatan preparat. Pengamatan secara makroskopis didasarkan pada warna koloni, diameter koloni, warna reverse yang dihasilkan serta karakteristik koloni. Sedangkan pengamatan mikroskopis didasarkan pada pengamatan hifa bersepta atau tidak, produksi seksual dan aseksual, terdapat vesikel atau tidak, karakteristik stipa (kasar/halus) serta karakteristik kepala konidia (conidia head). Uji Kadar Air Uji kadar air menggunakan metode thermogravimetri (Sudarmadji dkk., 1997) HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Biji Terinfeksi Jamur Beberapa jamur dapat merusak pangan yang dapat berakibat terjadinya penurunan mutu pada bahan pangan tersebut. Kandungan air yang tinggi pada jagung dapat menjadi salah satu faktor keberadaan jamur tersebut. Persentase biji terinfeksi jamur dan kadar air biji jagung dari Kabupaten Kupang secara lengkap disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata dan standard deviasi kadar air (%) dan biji jagung terinfeksi jamur (%) per kecamatan di Kabupaten Kupang No Kec. Kadar air (%) Biji terinfeksi jamur (%) Kabupaten Kupang 1 Takari 10.32 ± 0.94 96.00 ± 3.11 2 Kupang Tengah 11.04 ± 0.67 88.57 ± 3.73 3 Amarasi Timur 11.37 ± 1.33 88.46 ± 7.33 4 Semau Selatan 11.30 ± 0.55 99.50 ± 0.50 Kisaran persentase biji jagung terinfeksi jamur dari kabupaten Kupang menunjukkan kisaran persentase infeksi yaitu 88.46 ± 7.33% hingga 99.50 ± 0.50%. Hasil uji kadar air menunjukkan bahwa kadar air dari jagung berkisar 10.32 ± 0.94 hingga 11.37 ± 1.33. Kadar air merupakan salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan jamur. Hasil uji kadar air menunjukkan bahwa kadar air dari jagung tersebut masih dibawah 14 %. Kadar air ini masih memenuhi standar kadar air jagung yang dipersyaratkan sebagai bahan baku pangan sesuai dengan SNI 01-4483-1998.. Tercapainya kadar air sampel jagung yang diperoleh dari

petani tidak lepas dari praktek penyimpanan yang petani lakukan. Setelah panen umumnya petani menyimpan jagung mereka diperapian. Sampel jagung yang diteliti berasal dari sampel jagung yang telah mengalami penyimpanan selama kurang lebih satu bulan. Praktek ini cukup berperan untuk mengurangi kandungan air dan menekan laju cemaran infeksi jamur, karena kadar air yang tersedia tidak cukup untuk tumbuh dan berkembangnya jamur. Salah satu kemungkinan cemaran infeksi jamur yang tinggi pada sampel yang mencapai tingkat infeksi jamur lebih dari 90% adalah proses pengeringan sebelum penyimpanan dalam jangka waktu lama (1-1,5 bulan) yang dilakukan dilahan dengan kondisi tongkol jagung masih berada pada tanaman. Pada proses ini kemungkinan terjadi kontaminasi jamur karena pada awal pengeringan, kadar air masih tinggi sehingga jamur dapat tumbuh dan berkembang. Spora jamur kemudian terinfestasi/sudah ada dalam biji jagung. Pada penanganan selanjutnya terjadi penurunan kadar air > 14 % (Tabel 1) karena praktek penyimpanan yang dilakukan petani yang umumnya menyimpan jagung diperapian yang menyebabkan spora jamur tersebut dorman atau tidak tumbuh. Akan tetapi bila kondisi lingkungan memenuhi syarat untuk pertumbuhannya maka jamur tersebut akan tumbuh seperti ketika spora jamur telah ditumbuhkan dalam cawan petri dengan kondisi yang mendukung pertumbuhannya maka jamur tersebut akan berkembang pesat. Penyebab yang lain cemaran infeksi jamur yang tinggi pada sampel adalah tidak dilakukannya sortasi saat penyimpanan jagung. Jagung yang rusak akibat serangan hama atau karena praktek panen yang diterapkan yang menyebabkan luka pada jagung tidak dipisahkan dari jagung yang tidak mengalami kerusakan. Penyebab lain adalah adanya serangan hama selama penyimpanan jagung. Serangan hama ini terjadi hampir di semua sampel jagung yang diperoleh dari petani, menyebabkan biji jagung menjadi luka dan rusak. Biji yang luka menjadi inisiasi infeksi jamur. Invasi jamur ke dalam biji karena adanya luka pada kulit ari biji (Rahmania et. al., 2006). Jenis Mikobiota. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada media uji yang digunakan koloni jamur yang nampak pada media uji dan menginfeksi biji jagung meliputi jamur dengan konidia berwarna hijau, hijau-kuning, hitam, hijau-biru dan jamur dengan miselia berwarna putih. Hasil identifikasi yang dilakukan menunjukkan jamur yang menginfeksi biji jagung dari Kabupaten Kupang terdiri dari genera Aspergillus spp., Penicillium spp, dan Fusarium spp.

Identifikasi hingga tingkat spesies dilakukan menggunakan media MEA yang didasarkan pada kunci penentuan spesies menurut Samson and Hoekstra (2004). Genera Aspergillus spp yang muncul terdiri atas golongan Aspergillus flavus group yaitu Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus yang ditandai dengan koloni jamur dengan warna konidia hijau, hijau-kuning dan kuning, koloni menyerupai karpet kasar dan memiliki diameter 3-5 cm. Pembedaan kedua jenis jamur ini didasarkan pada tipe kepala konidia dan tipe konidianya. Pada A. parasiticus, tipe kepala konidia lebih dominan uniseriate dan konidia tampak sangat kasar, sedangkan pada A. flavus tipe kepala konidia bisa biseriate atau uniseriate, tetapi lebih dominan biseriate, dan konidia sedikit kasar. Aspergillus spp dengan warna konidia hitam merupakan Black aspergilli. Hasil identifikasi pada media MEA juga ditemukan adanya Aspergillus penicilloides yang diisolasi dengan warna miselia putih yang terdapat pada media enumerasi. Ciri atau karakteristik dari jamur ini adalah berwarna hijau dan hijau kekuningan, dengan diameter koloni relati kecil sekitar 1-2 cm serta memiliki tipe kepala konidia sedikit radiate. Jamur yang berwarna hijau biru dengan koloni menyerupai karpet halus, teridentifikasi sebagai Penicillium spp. Sedangkan jamur dengan miselia berwarna putih, sebagian besar teridentifikasi sebagai Fusarium spp, yang dicirikan dengan adanya konidia bersepta, terdapat makrokonidia dan mikrokonidia Distribusi dan macam jamur yang menginfeksi biji jagung dari Kabupaten Kupang rata-rata terinfeksi jamur dengan miselia berwarna putih yang pada umumnya teridentifikasi sebagai Fusarium spp sebesar 62,11 %, kemudian diikuti oleh, Black aspergilli sebesar 2,6 %, Aspergillus flavus group sebesar 1,6 % dan Penicillium spp sebesar 1,02 %. Dengan demikian jamur yang dominan menginfeksi biji jagung dan tersebar merata pada semua sampel adalah jamur dengan miselia berwarna putih yang banyak teridentifikasi sebagai Fusarium spp. Fusarium spp adalah tipe jamur lapangan. Sedangkan golongan Aspergillus flavus group adalah tipe jamur penyimpanan. KESIMPULAN Jagung di tingkat petani dari kabupaten Kupang pada 4 kecamatan terinfeksi jamur berkisar 88.46 ± 7.33% hingga 99.50 ± 0.50%. Rata-rata terinfeksi jamur dengan miselia berwarna putih yang pada umumnya teridentifikasi sebagai Fusarium spp sebesar 62,11 %, kemudian diikuti oleh, Black aspergilli sebesar 2,6 %, Aspergillus flavus group sebesar 1,6 % dan Penicillium spp sebesar 1,02 %.

DAFTAR PUSTAKA Badan POM, 2002. Aflatoksin, Bulletin POM: keamanan Pangan, volume 2 edisi I. Choct, 2001. Nutritional Constraints to Alternative Ingridients, ASA Technical Bulletin, Vol AN31, Hal.3-4. Ginting, E., A.A. Rahmianna, dan E. Yusnawan, 2005. Pengendalian Kontaminasi Aflatoksin pada Produk Olahan Kacang Tanah melalui Penanganan Pra dan Pasca Panen. Diambil dari http://www.w3.org/tr/rec-html40. Lilienny, O.S. Dharmaputra, dan A.S.R. Putri, 2005. Populasi Kapang Pascapanen dan Kandungan Aflatoksin pada Produk Olahan Kacang Tanah. J. Mikrobiologi Indonesia. Hlm 17-20 Pitt, J. I.,and A. D. Hocking. 1985. Fungi and Food Spoilage. Academic Press. Sydney. Rahayu, E. S., Sri Raharjo dan Agustina A. Rahmianna, 2003. Cemaran Aflatoksi pada Produksi Jagung di Daerah Jawa Timur. Agritech, volume 23 No. 4. FTP UGM. Rahmianna, A.A. dan Erliana Ginting. 2006. Teknologi Pra Dan Pasca Panen Untuk Meningkatkan Produktivitas Dan Menekan Kontaminasi Aflatoksin Pada Kacang Tanah. Makalah Pada Training For Trainer (ToT) 9 November 2006 di Fak. Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta. Samson, R. A., A. D. Hocking, J.I. Pitt, and Douglas King. 1992. Modern Methods In Food Mycology. Elsevier Science Publishers. Amsterdam. Netherland. Samson, R. A., and E. S. Hoekstra. 2004. Introduction to Food Borne Fungi. Centraal- Bereau voor Schimmelcultures Baarn. The Netherland. SNI. 1998. Jagung Bahan Baku Pakan. SNI-01-4483-1998. Dewan Standarisasi Nasional Jakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. (1997). Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta. Syarief, Rizal., La Ega, C.C. Nurwitri. 2003. Mikotoksin Bahan Pangan. IPB Press, Bandung.